BAB III METODE PENELITIAN
F. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasi data ke dalam kategori, menjabarkan ke unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain (Sugiyono, 2012: 335). Teknik analisis data yang dilakukan oleh peneliti berdasarkan jenis data yang digunakan, yaitu data kualitatif dan kuantitatif. 1. Data Kualitatif
Data kualitatif merupakan data hasil dari wawancara dari guru kelas V SD. Data kualitatif juga diperoleh dari komentar ahli dan guru dari validasi desain produk. Analisis data kualitatif dilakukan peneliti pada instrumen wawancara dengan cara membuat kesimpulan dari hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti.
2. Data Kuantitatif
Data kuantitatif digunakan untuk menilai kelayakan tes hasil belajar. Data kuantitatif diperoleh dari kuesioner penilaian tiga orang ahli, dua guru serta analisis butir soal. Analisis butir soal meliputi validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, daya pembeda dan analisis pengecoh dari soal yang telah dibuat. Peneliti menggunakan bantuan dari aplikasi TAP (Test Analiysis Program) (version 14.7.4) untuk menghitung data analisis butir soal. Analisi data kuantitatif dijabarkan sebagai berikut: a. Kuesioner
Data kuantitatif dari angket disajikan dalam bentuk skor dari hasil penialaian pengembangan tes hasil belajar. Tes hasil belajar yang telah divalidasi oleh ahli dan guru kemudian dihitunga validitasnya. Skor tersebut kemudian dikonversikan menjadi data kuantitatif skala lima. Penentuan kriteria validitas produk dikembangkan dengan mengacu pada kriteria penilaian dengan skala lima yang dikembangkan oleh Widoyoko (2009: 238).
Tabel 3.4 Kategori Skor Kuesioner
Interval Skor Kategori
X > Xi+ 1,80 SBi Sangat Baik
Xi+ 0,60 SBi< X ≤ Xt + 1,80 SBi Baik
Xi - 0,60 SBi < X ≤ Xi + 0,60 SBi Cukup
Xi– 1,80 SBi < X ≤ Xi – 0,60 SBi Kurang Baik
Keterangan:
Xt : rerata ideal = (skor maksimal ideal + skor minimal
ideal)
SBi : simpangan baku ideal =
6 (skor maksimal ideal - skor minimal ideal)
Setelah didapat data-data kuantitatif untuk merubah menjadi data kualitatif dilakukan perhitungan sebagai berikut:
Diketahui:
Skor maksimal ideal = 4 Skor minimal ideal = 1
Rerata ideal (Xt) = (4 + 1) = 2,5
Simpangan baku ideal =
6 (4 – 1) = 0,5 Kategori Skor:
Kategori sangat baik = X > Xt + 1,80 SBi
= X > 2,5 + 1,80 x 0,5 = X > 2,5 + 0,9 = X > 3,4 Kategori baik = Xi + 0,60 SBi < X ≤ Xt + 1,80 SBi = 2,5 + 0,60 x 0,5 < X ≤ 2,5 + 1,80 x 0,5 = 2,5 + 0,3 < X ≤ 2,5 + 0,9 = 2,8 < X ≤ 3,4
= 2,5 – 0,60 x 0,5 < X ≤ 2,5 + 0,60 x 0,5
= 2,5 – 0,3 < X ≤ 2,5 + 0,3 = 2,2 < X ≤ 2,8
Kategori kurang baik = Xi– 1,80 SBi < X ≤ Xi – 0,60 SBi
= 2,5 – 1,80 x 0,5 < X ≤ 2,5 – 0,60 x 0,5
= 2,5 – 0,9 < X ≤ 2,5 – 0,3 = 1,6 < X ≤ 2,2
Kategori sangat kurang baik = X ≤ Xi - 1,80 SBi
= X ≤ 2,5 – 1,80 x 0,5
= X ≤ 2,5 – 0,9
= X ≤ 1,6
Skor yang diperoleh dikategorikan berdasarkan kriteria sebagai berikut:
Tabel 3.5 Konversi Kategori Skor
Interval Skor Kategori
3,5 – 4,00 Sangat Baik
2,9 – 3,4 Baik
2,3 – 2,8 Cukup
1,7 – 2,2 Kurang Baik
1 – 1,6 Sangat Kurang Baik
Konversi kategori skor menjadi acuan dalam pengkategorian skor yang diperoleh dari penilaian yang dilakukan para ahli dan guru dalam penilaian kualitas produk perangkat tes hasil belajar. Hasil validasi yang tergambarkan kemudian dijelaskan. Penjelasan
tersebut menunjukkan kelayakan tes hasil belajar untuk diujicobakan atau tidak.
b. Tes 1) Validitas
Tes dikatakan memiliki validitas jika hasilnya sesuai dengan kriteria. Teknik yang digunakan untuk mengetahui kesajajaran adalah teknik korelasi biserial yang dikemukakan oleh (Mulyasa, 2009: 61). Korelasi biserial adalah korelasi product moment yang diterapkan pada data, dimana variabel-variabel yang dikorelasikan sifatnya berbeda. Rumus korelasi biserial yaitu:
Ypbl =
−��
√
Keterangan:
Ypbl = koefisen korelasi biserial
Mp = rerata dari subjek yang menjawab betul bagi item yang dicari validitasnya.
Mt = rerata skor total
St = standar deviasi dari skor total proporsi p = proporsi siswa yang menjawab benar
� = banyaknya siswa yang menjawab benarjumlah seluruh siswa
Hasil perhitungan yang digunakan pada soal berdasarkan signifikansi 5% untuk N= 32 nilai rxy ≥ 0,349 dan N= 33 nilai rxy ≥ 0, 344 . Berdasarkan Masidjo (1995: 243) interpretasi validitas dibagi menjadi 5 yaitu:
Tabel. 3.6 Kriteria Validitas
Koefisien Korelasi Kualifikasi
0,91 – 1,00 Sangat Tinggi
0,71 – 0,90 Tinggi
0,41 – 0,70 Cukup
0,21- 0,40 Rendah
negatif – 0,20 Sangat Rendah
Kriteria validitas yang digunakan pada soal adalah yang memiliki koefisien korelasi ≥ 0,34.
2) Reliabilitas
Relibilitas tes berhubungan dengan masalah ketepatan hasil tes (Arikunto, 2012: 100). Apabila dilakukan beberapa kali pengujian menunjukan hasil yang sama. Uji relibilitas yang digunakan peneliti adalah metode belah dua atau Split-half Method dengan cara membelah atas pembelahan ganjil dan genap. Langkah pertama menggunakan rumus product moment dengan angka kasar:
rxy = . ∑ − ∑ ∑
√[ .∑ 2− ∑ ²] [ .∑ ²− ∑ ²]
Keterangan:
rxy = koefisien korelasi antara variable X dan variabel Y, dua variabel yang dikorelasikan
Langkah kedua menggunakan formula Spearman-Brown sebagai berikut: 2r ⁄ ⁄ 1 + 2r ⁄ ⁄ Keterangan: 2r
⁄ ⁄ = Korelasi antara skor-skor setiap belahan tes
r11 = Korelasi reliabiltas yang sudah disesuaikan
Berdasarkan Masidjo (1995: 209) interpretasi reliabilitas dibagi menjadi 5 yaitu:
Tabel. 3.7 Kriteria Reliabilitas
Koefisien Korelasi Kualifikasi
0,91 – 1,00 Sangat Tinggi
0,71 – 0,90 Tinggi
0,41 – 0,70 Cukup
0,21- 0,40 Rendah
negatif – 0,20 Sangat Rendah
Reliabilitas yang digunakan pada penelitian ini untuk menyatakan bahwa soal reliabel adalah ≥ 0,41 yang sudah termasuk kategori reliabilitas cukup.
3) Daya Pembeda
Angka yang menunjukkan besarnya daya pembedadisebut indeks diskriminasi, disingkat D ( d besar). Seperti halnya indeks kesukaran, indeks diskriminasi ini berkisar antara 0,00 sampai 1,00. Pada indeks diskriminasi mengenal tanda negatif (-). Tanda negatif pada indeks diskriminasi digunakan jika suatu soal
“terbalik” menunjukkan kualitas testee. Yaitu anak pandai disebut kurang pandai dan anak kurang pandai disebut pandai (Arikunto, 2012: 226).
Rumus mencari D adalah:
� =
�
-
�= P
A -P
B Di mana :J = jumlah peserta tes
JA = banyaknya peserta kelompok atas JB = banyaknya peserta kelompok bawah
BA = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal itu dengan benar
Bb = banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal itu dengan benar
PA = proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar (ingat, P sebagai indeks kesukaran)
PB = proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar
Klasifikasi daya pembeda adalah sebagai berikut:
Tabel 3.8 Klasifikasi Daya Pembeda
No. Rentang Nilai Kategori
1 0,00 – 0,20 Jelek
2 0,21 – 0,40 Cukup
3 0,41 – 0,70 Baik
4 0,71 – 1,00 Baik Sekali
Berdasarkan kriteria daya pembeda di atas, peneliti menetapkan kriteria baik (0,41- 0,70) dan kriteria baik sekali (0,71-
1,00) untuk menyatakan soal tersebut dikatakan dapat membedakan kelompok atas dengan kelompok bawah.
4) Tingkat Kesukaran
Bilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya sesuatu soal disebut indeks kesukaran (difficulty index). Besarnya indeks kesukaran antara 0,01 sampai dengan 1,0. Indeks kesukaran ini menunjukkan taraf kesuakaran soal. Soal dengan indeks kesukaran 0,0 menunjukkan bahwa soal itu terlalu sukar, sebaliknya indeks 1,0 menunjukkan bahwa soalnya terlalu mudah. Di dalam istilah evaluasi, indeks kesukaran ini diberi simbol P (p besar), singkatan dari kata “proporsi” (Arikunto, 2012: 223).
Rumus menacari P adalah :
� =
���Di mana:
P = indeks kesukaran
B = banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan betul JS = jumlah seluruh siswa peserta tes
Menurut ketentuan yang sering diikuti, indeks kesukaran sering diklasifikasikan sebagai berikut:
Tabel 3.9 Klasifikasi Tingkat Kesukaran
No. Rentang Nilai Kategori
1 0,00 - 0,30 Sukar
2 0,31 - 0,70 Sedang
3 0,71 - 1,00 Mudah
5) Analisis Pengecoh
Arikunto (2012: 234) mengemukakan bahwa distrakator atau pengecoh dikatakan dapat berfungsi dengan baik apabila pengecoh paling sedikit dipilih 5% dari peserta tes.