• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN

3.4. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data dalam penelitian ini, dilakukan setelah proses verifikasi data.

Pada fakta-fakta dalam Cerita Rakyat Putri Runduk ini data yang dianalisis berupa hasil wawancara dengan informan dan dokumentasi.

Langkah-langkah analisis data dalam fakta-fakta dalam Cerita Rakyat Putri Runduk asal Kota Sibolga adalah sebagai berikut;

A. Mengumpulkan hasil wawancara dengan informan dan mengdokumentasikan bukti-bukti dari fakta cerita rakyat tersebut.

B. Mencari fakta-fakta yang sebenarnya di dalam cerita rakyat dan sejarah.

C. Menyimpulkan hasil kajian dan melakukan pendeskripsian kebenaran atau fakta sebenarnya di dalam Cerita Rakyat Putri Runduk Asal Kota Sibolga.

BAB IV

FAKTA-FAKTA DI DALAM CERITA RAKYAT PUTRI RUNDUK ASAL KOTA SIBOLGA

4.1. Fakta Berdasarkan Bukti

Fakta berdasarkan bukti adalah sebuah kebenaran yang di dalam cerita rakyat yang ditunjukkan dalam bentuk suatu peninggalan berupa tulisan atau material.

4.1.1. Adat Sikambang

Asal kata Sikambang, berawal dari nama seorang pembantu setia Putri Runduk.

Yang bernama Sikambang Bandahari. Yang kesehariannya membantu urusan rumah tangga. Sikambang menjadi nama keseniaan dari daerah Sibolga dan Tapanuli Tengah.

Awal mula dari kata Sikmbang dipergunakan dikarenakan, penyesalan dirinya yang tak kuasa mempertahankan keselamatan Puteri Runduk. Ratapan Sikambang memanjang tak putus-putus, dari hari ke hari, ratapan legendaris yang menyinggung segala aspek, kemasyhuran, kejayaan, kedamaian sampai gambaran kecantikan puteri-puteri Barus dan sebagainya. Terlihat di Paragraf 6 Cerita Rakyat Putri Runduk:

“...Salah satu pembantunya yang setia bernama Sikambang Bandahari seorang pemuda yang sehari-harinya dalam urusan rumah tangga kerajaan, anak nelayan miskin. Maka, merataplah Sikambang dengan sedihnya, meratap kehilangan majikan, menyesali tindakan bunuh diri sang permaisuri, menyesali sikap berutal raja-raja lain.

Menyesali dirinya yang tak kuasa mempertahankan keselamatan Puteri Runduk.

Ratapan Sikambang memanjang tak putus-putus, dari hari ke hari, ratapan legendaris

yang menyinggung segala aspek, kemasyhuran, kejayaan, kedamaian sampai gambaran kecantikan puteri-puteri Barus dan sebagainya...” (Paragraf ke-6).

Pada dasarnya, kesenian Sikambang terdiri gerak tari dan nyanyian serta sarat akan petuah. Kesenian Sikambang bukanlah akulturasi yang terserap dari kebudayaan Batak dan Minangkabau, tetapi kesenian warisan peradaban kerajaan pesisir. Ada dua sumber yang menceritakan awal mula terciptanya kesenian ini, yaitu dari legenda Putri Runduk dari kerajaan Barus yang dipimpin oleh raja Jayadana dan dari nelayan yang menangkap ikan di Pulau Mursala.

Dimana terdengar nyanyian yang kemudian diulanginya setiba di daratan yang kemudian berkembang jadi kesenian Sikambang. Lambat laun, pada abad ke-10 bersamaan dengan datangnya bangsa India ke Pesisir Pulau Mursala dan Pulau Poncan, para nelayan menciptakan gendang (gandan Sikambang) , maka terciptalah sebuah gendang (gandang batapik) terbuat dari kayu bulat panjang yang dikosongkan bagian tengah, panjang 40 cm dan lingkaran 20 cm dibalut dengan kulit kambing pada kedua sisinya lalu diikat dengan rotan sehingga dapat dipukul dari kedua sisi. Setelah tercipta gandang batapik, tercipta pula singkadau yang terbuat dari bambu dengan panjang 25 cm dengan tujuh lubang diatasnya. Jarak antar lubang tersebut adalah 1 cm dan bagian bawah bambu tersebut juga memiliki satu buah lubang. Lubang ini untuk keserasian nada yang dihasilkan.

4.1.2. Kesenian Sikambang

Gambar 4.1: Alat Musik Sikambang

Kesenian Sikambang adalah kesenian turun temurun dari masa kerajaan Pesisir di zaman kekuasaan Raja Jayadana. Tidak ada bukti konkret perihal budaya sikambang menyebar. Kebanyakan masyarakat sekitaran Sibolga dan Tapanuli Tengah menganggap bahwasanya Kesenian Sikambang lahir dari akulturasi Batak dan Minang.

Atas dasar tersebutlah banyak pendapat yang muncul perihal asal mula Kesenian Sikambang.

Kesenian Sikambang secara umum mewakili seluruh kesenian yang berlaku bagi masyarakat Pesisir Pantai Barat Sumatera, mulai dari Meulaboh di Banda Aceh, terus ke Tapanuli, Minangkabau dan Bengkulu. Selain di Pantai Barat, Sikambang juga berlaku di Pantai Timur kepuluan Nias dan Pulau Telo. Kesenian Sikambang yang bagian pokoknya terdiri dari “tari” dan “nyanyi” (seni-tari), mengemban unsur kebudayaan bernafaskan seni budaya. Tidak heran jika Sikambang tetap eksis sejak zaman dahulu kala hingga sekarang pada zaman modernisasi. Kesenian ini mengemban

falsafah-falsafah kontemporer yang sarat makna, bercorak petuah, berirama lagu dan berwujud tari. Sikambang bukanlah akulturasi yang terserap dari kebudayaan tetangga seperti Batak dan Minangkabau, tetapi kesenian warisan peradaban kerajaan pesisir, khususnya dari abad ketujuh masa kejayaan Jayadan dengan ratunya, Puteri Rundu.

Seni budaya zaman dahulu seperti tari, lagu, pantun, randai dan talibun kehadirannya bak gayung bersambut dengan menunjuk kepribadiaannya dari masyarakat Pesisir yang memiliki perasaan halus dan tenggang rasa yang tinggi, sesuai dengan alam dan riak gelombang ombak gulung-menggulung saling ikut sama yang lain.

Nyanyian pesisir merupakan pantun-pantun bersahut-sahutan, berisi nasehat jelmaan perasaan, sindiran dan kasih sayang menurut tradisinya. Alam pesisir menciptakannya sedemikian rupa, hingga begitu syahdu sampai-sampai para nelayan terlena dibuai. Riak ombak yang lemah gemulai dan sekali-sekali berombak besar, menjadikan gerak tarinya lemah gemulai atau tiba-tiba menyentak keras.

Pesisir memang kaya dengan lagu dan tari. Ada tari adok, tari kaprinyo, tari laying-layang, tari paying, tari perak, tari asam paya, tari anak dan lain sebagainya.

Orang-orang yang bermukim (yang berasal) di Tapaktuan, Singkel, Sorkam, Barus, Singkuang, Muko-muko, Natal dan Pariaman merupakan masyarakat pendukung utama kelestarian Sikambang secara turun-menurun. Setelah adanya lagu Sikambang secara vocal maka para nelayan selalu menyatukan dengan memukul papan pinggiran perahu sebagai instrument. Pululan pinggiran perahu diiringi dengan siulan pengganti melodi

dan memukul besi-besi yang ada di perahu sebagai gong untuk tempo. Terpadulah satu kesatuan bunyi alami antara instrument dan vocal di tengah lautan.

Lambat laun, para nelayan menciptakan gendang (gandan Sikambang) terbuat dari kayu bulat dengan nelayan belakang dilapisi kambing sedangkan bagian satu lagi dibiarkan kosing. Bagian yang kosong diganjal dengan kayu tipis diikat dengan rotan guan stem bunyi.

Pada abad ke-10 bersamaan dengan datangnya bangsa India ke Pesisir Pulau Mursala dan Pulau Poncan, maka terciptalah sebuah gendang (gandang batapik) terbuat dari kayu bulat panjang yang dikosongkan di bagian tengah, panjang 40 cm dan lingkaran 20 cm dibalut dengan kulit kambing pada kedua sisi, yang diikat dengan rotan sehingga dapat dipukul dari dua sisi.

Setelah tercipta gandang batapik tercipta pula singkadau terbuat dari bamboo, panjang 25 cm dengan tujuh lobang di atas berjarak masing-masing lobang satu cm dan sebelah bawah terdapat satu lobang. Lobang ini untuk keserasian suara. Tercipta beberapa jenis alat musik, oleh para tokoh-tokoh kesenian Pesisir dibuatlah penggabungan bagi semua Sikambang : Gandang batapik, singkadu gong (canang), terbuat dari tembaga (carano) dipadukan dengan rehab (sekarang diganti dengan biola) serta harmonica (sekarang diganti accordion).

Secara keseluruhan nama-nama alat music Pesisir pada masa kini terkenal sebagai berikut :

1. Gandang Sikambang (membranphone single skin frame drums) berfungsi sebagai mat (tempo).

2. Gandang Batapik (double skin cylindrical drums) 1 mempunyai fungsi sebagai peningkah dari ritme gandang Sikambang.

3. Biola (chordophone macket box lutes) berfungsi sebagai pembawa melodi lagu.

4. Singkadu (aerophone) berfungsi sebagai pembawa melodi.

5. Carano (sejenis mangkuk, struck Indhiaphone) berfungsi sebagai penentu mat (tempo).

Kesenian Pesisir/musik Pesisir pada umumnya tidak pernah dipergunakan pada upacara keagamaan dan penyembahan berhala, tetapi hanya untuk hiburan dan acara adat-istiadat; upacara perkawinan, upacara sunat Rasul (khitanan), penyambutan, penobatan, turun karai (turun tanah), menakalkan anak (mengayun anak), memasuki rumah baru, peresmian dan pertunjukan kesenian/pergelaran.

Masing-masing tari memiliki maksud-maksud tertentu. Misalnya tari sapu tangan dengan nyanyian kapri, menggambarkan kisah permulaan muda-mudi dalam mengikat persahabatan, perlambang keterbukaan dan etika sosial.

Tari payung dengan nyanyian Kapulo Pinang, menggambarkan kisah suami istri yang baru saja melangsungkan pernikahan (pengantin baru). Suatu hari ketika sang suami hendak meninggalkan istrinya untuk pergi berlayar mencari nafkah di negeri orang-dengan mempergunakan sebuah kapal pembawa dagangan dari Pulau Poncan ke Pinang-sang suami sempat menyampaikan kata-kata berisi ungkapan hati berupa syair-pantun :

Kok berlayar ka pulau penang.

Ambil alunan si timur laut.

Kok berlayar hati indak sanang.

Ai mato sepanjang laut.

(Dengan sangat penat dan sedih suami meninggalkan istrinya tercinta, sampai-samapi air mata jatuh berlinang sepanjang lautan).

Maka si istri membalas pantun suaminya : Pulau Penang airnya dare

Banyaklah batang lintang bulintang Pulau penang dunianyo kareh Banyaklah dagang pulau berutang

(Apabila nanti suami tela tiba di negeri orang, hati-hatilah membawa diri, karena dunia perdagangan Pulau Pinang sangat sibuk dan banyak sekali godaan yang dapat melupakan kampong halaman).

Nyanyian Sikambang (Sikambang botan) berbentuk pantun terdiri dari dua sampiran dan dua isi :

1. Sayak pecah ketimba mandi talang rumah ketimban rahim.

Gabak pecah hujan tak jadi serak sumerai bunga angin.

2. Sudah berderai bunyi ketilang bunyi berderai lalu ke tapian.

Malam bagai rasa kehilangan

siang bagai rasa kematina.

Kedua sajak di atas sengaja diterjemahkan secara bebas ke dalam Bahasa Indonesia sekedar mempermudah pengertian pembaca. Aslinya tetap ada dalam bahasa Pesisir Tapanuli Tengah. Jika diperhatikan dengan seksama, betapa kuatnya makna dari kedua pantun. Jika diperhatikan dengan seksama, betapa kuatnya makna dari kedua pantun. Bait 3 dan 4 (pantun pertama) mengatakan, walaupun mendung telah pecah, tetapi hujan tidak jadi (turun) namun menjadikan angin sepoi-sepoi basah terasa sejuk dinikmati. Sedangkan bait tiga dan empat (pantun kedua) menceritakan kesedihan seseorang karena kehilangan seseorang yang dikasihi „malam bagai rasa kehilangan/siang bagai rasa kematian‟ (sunyi atau sepi atau senyap atau hampa).

Pantun Sikambang kaya dengan kata-kata perbandingan berikut perumpamaan untuk menyampaikan hasrat hati. Ciri dialektikanya tidak langsung. Ada seseorang pemuda yang ditolak cintanya oleh seorang gadis, pantun semacam ini menjadi jawaban dari jeritan sepotong hati yang luka.

Bagaimana tari pesisir membahana menjadi tarian nasional ? Hal ini merupakan

”transfer” akulturasi kebudayaan sekaligus suatu indikasi bahwa Sikambang dapat diterima sebagai khazanah Kebudayaan Bhineka Tunggal Ika.

4.1.3. Pulau Mursala

Gambar 4.2 : Pulau Mursala

Pulau Mursala adalah pulau terbesar di daerah Kabupaten Tapanuli Tengah. Pulau ini termasuk daerah Kecamatan Tapian Nauli, Tapanuli Tengah dan terletak di sebelah Barat Daya Kota Sibolga dan berjarak 22,5 km dari Pandan, Tapanuli Tengah. Pulau Mursala mempunyai luas ± 8.000 Ha dan dapat ditempuh melalui Pandan atau Sibolga menggunakan kapal cepat dalam waktu sekitar 1 jam atau menggunakan kapal biasa selama 3 jam melintasi Teluk Tapanuli.

Pulau Mursala adalah pulau yang menjadi daerah kekuasaan dari Kerajaan Barus yang dikuasai oleh Raja Jayadana. Menjadi latar cerita Putri Runduk. Seperti potongan cerita berikut:

“...Pada zaman dahulu ada sebuah kerajaan makmur dan sangat terkenal bernama Kota Guguk, Kota Beriang, dan Kota Mursala yang ber-ibukota Barus saat itu. Kerajaan Barus tengah berada di puncak kejayaannya... (Paragraf ke-1).

Di lapangan, peneliti menemukan ada dua versi cerita rakyat Putri Runduk yang membahasa perihal Pulau Mursala. Yaitu:

Versi Pertama: Pulau Mursala adalah wilayah kerajaan dari Raja Jayadana. Juga Pulau Mursala menjadi syarat yang diberikan oleh Putri Runduk kepada Raja Janggi.

Untuk menarik Pulau Mursala mendekat dengan Sorkam dalam waktu satu malam.

Namun hal itu tidak terjadi sebab Putri Runduk berbuat curang denga cara menepuk lesung agar ayam terbangun dan berkokok.

Versi Kedua: Pulau Mursala masih tetap menjadi latar atau tempat kerajaan yang di kuasai Raja Jayadana. Namun berbeda halnya dengan versi yang pertama. Pulau Mursala di versi ini hanya sebagai latar atau wilayah Kerajaan Raja Jayadana.

Pulau Mursala memiliki beberapa mitos yang tersebar di masyarakat Sibolga dan Tapanuli Tengah. Bahwasanya di pulau tersebut memiliki penjaga seperti Harimau Putih dan Kijang berkaki tiga. Yang bertugas melindungi kawasan Pulau Mursala.

Namun belum ada bukti konkret perihal tentang adanya kedua Hewan tersebut.

Kebanyakan hanya menjadi mitos yang beredar dimasyarakat luas. Seperti yang disampaikan salah satu informan. Yang memberitahukan sekilas perihal mitos tersebut.

Pulau Mursala juga masuk ke dalam salah satu pantu di dalam Cerita Rakyat Putri Runduk. Yaitu :

Labek hujan di Mursala Kambanglah bungo parawitan

Bintang di langik nan punyo sala Ombak di lawik mananggungkan

Artinya: Lebat hujan di Pulau Mursala, Kembanglah bunga parawitan, Bintang di langit yang punya salah, Ombak di laut yang menanggungkan.

Maksud dari pantun tersebut adalah istilah atau norma untuk pembelajaran bagi masyarakat. Dia yangberbuat salah kenapa aku yang mesti menanggungnya.

Pulau Mursala juga memiliki satu mitos lagi. Yaitu Pohon Jeruk berbuah tujuh macam. Namun sama halnya seperti hewan mitos di atas. Tidak bisa diberikan bukti kebenarannya. Sampai sekarang masyarakat yang bertempat tinggal di Pulau Mursala percaya bahwa mitos tersebut ada. Salah satu narasumber saya mengatakan jika dipulau ini masih memiliki sisa-sisa kejayaan dari Kerajaan Pulau Mursala. Tetapi dikarenakan tingginya kepercayaan masyarakat terhadap larangan orang tua di masa lalu. Sampai sekarang belum ada masyarakat yang bermukim di Pulau Musala memiliki bukti bekas peninggalan kerajaan Raja Jayadana.

4.1.4. Pulau Putri/Puti

Gambar 4.3 : Pulau Putri

Pulau Putri/Puti yang cukup jauh dari Pantai Sibolga yaitu kurang lebih 12 mil laut dan ukuran pulau yang terbilang kecil sekitar + 2.5 Ha sehingga di pulau Putri ini tidak tersedia air tawar yang dapat diminum. Wisata Pantai Putri adalah wisata bahari yang secara geografis terletak pada wilayah Administrasi Kec. Tapian Nauli, Kab.

Tapanuli Tengah dan untuk dapat menempuh ke pulau Putri ini Anda dapat menggunakan perahu perahu dari Pelabuhan Sibolga yaitu dengam lama perjalanan laut sekitar 45 menit.

Menurut legenda Pulau Putri tercipta dikarenakan Putri Runduk melompat ke laut saat pengejaran yang dilakukan oleh Raja Janggi. Atas keinginan Yang Maha Kuasa,Putri Runduk Berubah menjadi sebuah pulau, yang dikenal masyarakat dengan nama Putri Runduk.

“...Lalu Putri Runduk melompat ke laut, atas keinginan Yang Maha Kuasa Sang Putri menjelma menjadi Pulau Putri...” (Paragraf ke-5).

Namun diantara narasumber, ada salah satu yang mengatakan bahwa Pulau Putri dulunya bernama Pulau Puti. Tempat Putri Runduk mandi dan beistirahat untuk menenangkan pikirannya. Namun tidak memiliki alasan kuat perihal tersebut. Sebab kebanyakan informan mengatakan bahwasanya Pulau Putri atau Pulau Puti adalah jelmaan dari Putri Runduk.

Pulau Putri juga masuk ke dalam sebuah pantun tetang cinta. Yang berbunyi:

Pulo Putri Pulo Panginang

Katigo Pulo anak Janggi Lapik putih banta bamiang

Racun bamain di dalam hati

Artinya: Pulau Putri Pulau Panginang, Ketiga pulau anak Janggi, Tikar putih bantal berduri, Racun bermain di dalam hati.

Maksud pantun tersebut adalah rasa cemburu yang menggelegar. Mengakibatkan buta mata dan menghalalkan segala cara untuk memiliki orang yang disayangi tidak memperdulikan orang lain. Seperti yang dilakukan oleh Raja Janggi terhadap Raja Jayadana. Karena ingin mempersunting istri Raja Jayadana. Malah terjadi peperangan yang mengakibatkan ratusan orang meninggal. Hanya karena rasa ingin memiliki seorang permainsuri yang cantik jelita seperti Putri Runduk.

4.1.5. Pulau Janggi

Gambar 4.4 : Pulau Janggi

Pulau Janggi secara geografis terletak pada titik koordinat 01◦38‟ 09” BT. Pulau ini secara administratif terletak di kecamatan Tapian Nauli, Kabupaten Tapanuli Tengah. Berdasarkan hasil survey toponim pulau tahun 2006 dan hasil verifikasi Tim Nasional Pembakuan Nama Rupabumi tahun 2007. Pulau Janggi tidak mengalami perubahan nama. Topografi pulau ini secara umum berupa pulau berbentuk tebing terjal dan didominasi vegetasi tanaman tinggi.Pulau ini merupakan pulau yang tidak berpenduduk.

Pulau Janggi di dalam cerita rakyat Putri Runduk berawal dari Raja Janggi yang terjatuh dipukul oleh Putri Runduk dengan akar bahar dan mengakibatkan Raja Janggi jatuh ke laut kemudian berubah menjadi sebuah pulau.

“...Dalam pengejaran yang tak putus-putus. Raja Janggi hampir bias mendapatkan Putri Runduk. Tanpa banyak pikir Putri Runduk memukul Raja Janggi dengan tongkat yang terbuat dari akar bahar (Tongkat peninggalan Raja Barus).

Seketika itu Raja Janggi terjatuh ke Laut dan berubah menjadi Pulau yang penuh dengan batu dan bernama Pulau Janggi...” Paragraf ke-4).

Jika dilihat lebih dekat, Pulau Janggi di penuhi batu. Tidak memiliki pantai.

Letaknya berdekatan dengan Pulau Putri.

4.1.6. Pulau Panjang

Gambar 4.5 : Pulau Panjang

Pulau Panjang secara geografis terletak pada titik koordinat pulau 01 45‟12” LU dan 01 45‟12” BT. Pulau ini seara administratif masih menjadi perdebatan antara Kabupaten Tapanuli Tengah dengan Kota Sibolga.

Berdasarkan hasil survey toponim pulau tahun 2006 dan hasil verifikasi Tim Nasional Pembukaan Nama Rupabumi tahun 2007 Pulau Panjang tidak megalami perubahan nama.

Topografi pulau ini secara umum berupa dataran berbukti dan sebagai landai dengan pantai berpasir putih. Vegetasi yang tumbuh antara lain kelapa, rumput, bakau dan tumbuhan tingkat tinggi. Pulau ini merupakan pulau yang tidak berpenduduk.

Di dalam cerita rakyat tersebut. Pulau Panjang adalah salah satu pulau yang tercipta dari bekal yang dibawa oleh Putri Runduk yang jatuh dalam pelarian yang dilakukan oleh Raja Janggi terhadap Putri Runduk.

“...Dalam pelarian inilah peralatan yang dibawa rombongan Puteri Runduk bertebaran sepanjang pulau-pulau,... Selendang Panjang menjadi Pulau Panjang...”

(Paragraf ke-4).

Pulau Panjang tercipta dari selendang Putri Runduk yang jatuh ke laut.

Dikarenakan untuk memperlambat atau menghalangi pengejaran yang dilakukan oleh Raja Janggi untuk menangkap Putri Runduk.

4.1.7. Pulau Situngkus

Gambar 4.6 : Pulau Situngkus

Pulau Situngkus geografis terletak pada titik koordinat 01 35‟ 14” LU dan 98 41‟ 50”BT. Secara administrasi tereletak di Kecamatan Pandan, Kabupaten Tapanauli Tengah. Berdasarkan hasil survey toponim tahun 2006 dan hasil verifikasi Tim Nasional Pembakuan Nama Rupabumi tahun 2007 Pulau Situngkus tidak mengalami perubahan nama.

Topografi pulau ini secara umum berupa pulau bertebing dan sebagain kecil berpasir putih. Vegetasi yang tumbuh didominasi oleh tanaman tinggkat tinggi. Pulau ini merupakan pulau yang tidak berpenduduk.

Pulau Situngkus termasuk juga ke dalam salah satu pulau yang tercipta dari benda-benda atau bekal yang dibawa oleh Putri Runduk.

“...Dalam pelarian inilah peralatan yang dibawa rombongan Puteri Runduk bertebaran sepanjang pulau-pulau, ..., Lalu jatuh pula Nasi yang sebungkus menjadi Pulau Situngkus...” (Paragraf ke-4).

Di dalam Cerita Rakyat Putri Runduk, Pulau Siungkus tercipta dari salah satu benda yang dibawah oleh Putri Runduk yang seharusnya sebagai perbekalan malah menjadi benda yang digunakan untuk memperlambat atau menghalangi Raja Janggi untuk menangkap Putri Runduk.

4.1.8. Pulau Tarika

Gambar 4.7 : Pulau Tarika

Pulau yang terletak tidak terlalu jauh dari Kota Sibolga. Yang berjarak hanya sekitar 15 menit dari Kota Sibolga menggunakan kapal bisa. Pulau Tarika ini tidak berpenghuni di karenakan dekat dengan Tapteng dan Kota Sibolga. Juga alasan lain dikarenakan di pulau tersebut kecil dan juga tidak di temukannya air tawar untuk kehiduan sehari-hari. Kebanyakan masyarakat menggunakan sebagai tempat memasang keramba. Karena letaknya yang tidak begitu jauh dari daratan. Pulau ini hanya menjadi tempat membangun kapal dan juga mejadi temat pasak untuk keramba ikan.

Di dalam Cerita Rakyat Putri Runduk. Pulau Tarika adalah salah satu benda atau bekal yang di bawah oleh Putri Runduk dalam pelarian.

“...Dalam pelarian inilah peralatan yang dibawa rombongan Puteri Runduk bertebaran sepanjang pulau-pulau, seperti Setrika yang menurut legenda menjadi Pulai Tarika...” (Paragraf ke-4).

Pulau Tarika berasal dari setrika yang digunakan untuk menghalangi Raja Janggi untuk menangkap Putri Runduk. Setrika tersebut tidak berhasil menghalai Raja Janggi malah hanya mempelambat pengejaran. Lalu atas keinginan yang Maha Kuasa, setrika tersebut menjelma menjadi Pulau Tarika.

4.1.9. Pulau Unggeh/Ungge

Gambar 4.8 : Pulau Unggeh/Ungge

Pulau Unggeh secara geografis terletak pada titik koordinat pulau 01 34‟33” BT.

Secara adminstratif menjadi bagian dari kecamatan Badiri, Kabupaten Tapanuli Tengah.

Berdasarkan hasil survey toponim pulau tahun 2006 dan hasil verifikasi Tim Nasional

Pembakuan Nama Rupabumi Tahun 2007 Pulau Ungge tidak mengalami perubahan nama.

Topografi pulau ini secara umum berupa pulau berbentuk daftar dengan pantainya berupa pasir putih yang indah. Vegetasi yang tumbuh di dominasi oleh tanaman kelapa, pisang, rumput, bakau. Pulau ini merupakan pulau yang berpenduduk dan dihuni oleh 2 KK penunggu kebun kelapa.

Di dalam Cerita Rakyat Putri Runduk. Pulau Unggeh adalah seekor burung peliharaan Putri Runduk yang sangat disayanginya.

“...dan juga hewan peliharaan kesayangannya yaitu; Burung ikut melompat ke laut dan berubah menjadi Pulau Ungge...” (Paragraf ke-4).

Akibat melihat Putri Runduk yang melompat ke laut dan menjelma menjadi Pulau Putri. Begitu pulau, burung tersebut. Ikut terjun ke laut mengikuti tuannya dan malah ikut serta menjadi sebuah pulau yang dikenal masyarakat dengan nama Pulau Unggeh atau Pulau Ungge.

Tidak banya informasi yang didapatkan soal burung tersebut. Mengapa di akhir cerita burung tersebut terlihat dan juga jenis apa burung tersebut. Kebanyakan informan mengatakan bahwa burung tersebut adalah peliharaan kesayangan Putri Runduk. Namun

Tidak banya informasi yang didapatkan soal burung tersebut. Mengapa di akhir cerita burung tersebut terlihat dan juga jenis apa burung tersebut. Kebanyakan informan mengatakan bahwa burung tersebut adalah peliharaan kesayangan Putri Runduk. Namun

Dokumen terkait