• Tidak ada hasil yang ditemukan

Data yang telah terkumpul yang berasal dari hasil penyebaran dan pengujian kuisioner kepada responden, kemudian diolah, ditabulasi, dan dianalisis. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif dengan rataan skor

3.9.1. Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif digunakan untuk menjelaskan data secara umum dengan menggunakan persentase dan rataan yang disajikan dalam bentuk tabel dan kemudian diinterpretasikan.

Menurut Umar (2005), dari hasil rata-rata tertimbang kemudian ditentukan rentang setiap skala tiap komponen dengan menggunakan rumus, yaitu:

Rs = ……….. (6)

Dimana: m = jumlah alternatif jawaban tiap item

Nilai skor rataan dihasilkan dari perkalian antara bobot nilai jawaban berdasarkan skala dengan jumlah jawaban responden, kemudian dibagi dengan jumlah responden. Berdasarkan nilai skor rataan tersebut, maka posisi keputusan penilaian memiliki rentang skala yang dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Posisi Keputusan Penilaian

Skor Rataan Keterangan Interpretasi Hasil Pelaksanaan

1,00 – 1,80 Sangat Tidak Setuju Sangat Tidak Baik/Efektif 1,80 – 2,60 Tidak Setuju Tidak Baik/Efektif 2,60 – 3,40 Kurang Setuju Kurang Baik/Efektif 3,40 – 4,20 Setuju Baik/Efektif 4,20 – 5,00 Sangat Setuju Sangat Baik/Efektif Sumber : Husein Umar (2006)

3.9.2. Structural Equation Model (SEM)

Suatu penelitian membutuhkan analisis data dan interpretasinya yang bertujuan menjawab pertanyaan-pertanyaan peneliti dalam rangka mengungkap fenomena sosial tertentu. Analisis data adalah proses penyederhanaan data kedalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan. Metode yang dipilih untuk menganalisis data harus sesuai dengan pola penelitian dan variabel yang akan diteliti. Model yang digunakan dalam penelitian adalah model kausalitas atau hubungan pengaruh. Untuk menguji hipotesis yang diajukan dalam penelitian maka teknik analisis yang digunakan adalah SEM atau Stuctural Equation Model.

Pada penelitian ini digunakan beberapa perangkat lunak untuk mengolah data yaitu Ms Excel 2010, SPSS (Statistical Product and Service Solution) 15, dan SmartPLS (Partial Least Square). Data mentah yang diperoleh dari kuesioner yang kembali dan layak diolah, direkap dengan bantuan perangkat lunak Excel 2010 dan SPSS 15. Kemudian mengolah data, data karakteristik responden dan indikator dengan teknik analisis deskriptif dengan bantuan software SPSS 15. Penggunaan smartPLS berkembang sangat pesat pada berbagai bidang manajemen strategi, manajamen sistem informasi, e-bussiness, tingkah laku organisasi, pemasaran dan perilaku pelanggan

SmartPLS dibentuk dari 2 gugus model persamaan linier yaitu model luar (outer)dan model dalam (inner). Sedangkan model inner merupakan relasi antar peubah laten atau unobserved. Sedangkan model outer merupakan relasi antara peubah laten dengan peubah observed atau manifest atau indikator. Sedangkan model outer terdiri dari 2 macam model yaitu model reflective dan model formative . Pemilihan model mana yang digunakan berdasarkan alasan teoritis. Model reflective merupakan relasi dari peubah laten ke peubah indikator atau effect. Model formative merupakan relasi dan peubah indikator membentuk peubah laten causal.

Permodelan penelitian melalui SEM memungkinkan seorang peneliti dapat menjawab pertanyaan penelitian yang bersifat dimensional (yaitu mengukur apa indikator dari sebuah konsep) dan regresif (mengukur pengaruh atau derajat hubungan antara faktor yang telah diidentifikasikan dimensinya). Penerapan Kerangka pemikiran pada model persamaan SEM ditunjukkan pada Gambar 4.

Pada model reflektif menunjukkan ukuran variabel konstruk laten yang dibentuk oleh indikator-indikatornya. Variabel-variabel yang mencerminkan efektivitas pelatihan terdiri dari empat level yaitu level reaksi, level pembelajaran, level perilaku, dan level hasil. Variabel konstruk dan variabel indikator yang mencerminkan efektivitas pelatihan dapat dilihat pada Tabel 4.

Gambar 5. Penerapan Kerangka Pemikiran Pada Model Persamaan Sumber : Hasil olah data, 2012

Tabel 4. Indikator-Indikator Reflektif Untuk Konstruk-Konstruk yang Mencerminkan Variabel Laten Efektivitas Pelatihan

Kontruk Indikator Keterangan

Reaksi (X1)

X11 Kepuasan terhadap materi pelatihan. X12 Kepuasan terhadap metode pelatihan. X13 Kepuasan terhadap waktu pelatihan. X14 Kepuasan terhadap kualitas instruktur. X15 Kepuasan terhadap fasilitas ruangan . X16 Kepuasan terhadap alat peraga yang

digunakan

Pembelajaran(X2)

X21 Mengetahui bagaimana melatih diri- sendiri agar mampu berperilaku aman dalam bekerja

X22 Perubahan pandangan bahwa pelatihan I CARE dapat meningkatkan kompetensi karyawan.

X23 Perubahan cara pandang bahwa semua pekerjaan harus sesuai prosedur atau SOP yang berlaku.

Perilaku (X3)

X31 Materi yang didapat dari pelatihan I CARE dapat diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.

X32 Memotivasi diri untuk meningkatkan kompetensi sebagai karyawan yang baik. X33 Mempraktekkan isi materi yang didapat

dari hasil pelatihan I CARE. Hasil (X4)

X41 Meningkatkan produktivitas kerja X42 Meningkatkan Kualitas kerja X43 Meningkatkan keterampilan kerja

Sumber : Data kuesioner, 2012

Variabel-variabel yang mencerminkan tingkat kompetensi setelah dipengaruhi oleh pelatihan terdiri dari pengetahuan, sikap kerja, dan keterampilan. Model reflektif merupakan principal factor model dimana pengukuran indikator mencerminkan variasi konstruk laten. Model variabel–variabel ini bersifat reflektif dan dapat dilihat indikator-indikatornya pada Tabel 5.

Tabel 5. Indikator-Indikator Reflektif yang Mencerminkan Variabel Laten Kompetensi Karyawan

Konstruk Indikator Keterangan

Pengetahuan (Y1)

Y11 Meningkatkan pengetahuan karyawan untuk melihat perkara atau masalah dari berbagai arah.

Y12 Semakin meningkatakan pengetahuan dalam berkomunikasi dengan rekan kerja ,dengan atasan serta dengan nasabah

Y13 Semakin meningkatkan perhatian karyawan terhadap aspek tugas dan tanggung jawab yang diemban yang relevan dengan tugas dan fungsi karyawan.

Y14 Semakin mengetahui tentang mendengar, keseimbangan, nilai dan kepercayaan

Y15 Semakin meningkatakan proses berpikir karyawan sehingga karyawan dapat bekerja lebih baik dan membantu pimpinan dalam mencapai target perusahaan.

Sikap Kerja (Y2)

Y21 Semakin meningkatkan sikap kerja karyawan menjadi lebih baik, lebih jujur, terbuka, juga melakukan hal tepat dalam mengambil keputusan

Y22 Semakin memperbaiki bagaimana harus bersikap terhadap sesama karyawan dalam bekerja sama sebagai tim untuk mencapai visi dan misi bersama.

Y23 Semakin memperbaiki sikap kerja karyawan menjadi lebih bertanggung jawab terhadap beban tugasnya sehingga dapat diselesaikan secara tepat dan cepat sesuai tuntutan perusahaan

Y24 Karyawan semakin menerima dengan baik dan senang bila ada masukkan, kritikan ataupun teguran baik dari rekan kerja teruatama dari atasan.

Y25 Semakin memperbaiki sikap kerja dalam menciptakan inovasi baru,memberikan performa yang baik.

Keterampilan (Y3)

Y31 Semakin meningkatkan ketepatan kerja karyawan dalam menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan keinginan perusahaan.

Y32 Semakin meningkatkan kemampuan karyawan dalam bekerja sama dan membangun kinerja tim yang baik.

Y33 Semakin meningkatkan keterampilan karyawan dalam hal teknis, dasar teknis yang baik dan kepraktisan.

Y34 Semakin meningkatkan kepercayaan yang tinggi dari pimpinan, tanggung jawab akan keterampilan yang dimiliki karyawan semakin meningkat.

Y35 Semakin meningkatkan kemampuan karyawan memperbaiki dirinya dan mengembangkan keterampilan yang dimiliki semakin tinggi setelah mengikuti pelatihan.

Sumber : Data kuesioner, 2012

Structural Model adalah model mengenai struktur hubungan yang membentuk atau menjelaskan kausalitas antara faktor SEM berdasarkan pada hubungan sebab-akibat (causal), dimana perubahan yang terjadi pada satu variabel diasumsikan untuk menghasilkan perubahan pada variabel yang lain. Konstruk-konstruk yang dibangun dalam diagram alur dapat dibedakan dalam dua kelompok konstruk (Ferdinand, 2002), yaitu:

1) Konstruk eksogen, dikenal juga sebagai source variables atau independent variables yang tidak diprediksi oleh variabel yang lain dalam model. Konstruk eksogen adalah konstruk yang dituju oleh garis dengan satu ujung panah.

2) Konstruk endogen, merupakan faktor-faktor yang diprediksi oleh satu atau beberapa konstruk. Konstruk endogen dapat memprediksi satu atau beberapa konstruk endogen lainnya, tetapi konstruk eksogen hanya dapat berhubungan kausal dengan konstruk endogen.

Pada model reflektif, dilakukkan tiga pengujian untuk menentukan validitas dan reliabilitas, yaitu convergent validity, discriminant validity, dan composite relaibility. Convergent validity dan model pengukuran dengan model reflektif indikator dinilai berdasarkan korelasi antara item score/component score dengan construct score yang dihitung dengan smartPLS. Ukuran reflektif dikatakan tinggi jika berkorelasi lebih dari 0,70 dengan konstruk yang ingin diukur. Pada Penelitian ini variabel indikator atau manifest dikatakan valid apabila nilai loading di atas 0,5. Discriminant validity dari model pengukuran

reflektif indikator dinilai berdasarkan cross loading pengukuran dengan konstruk.

Jika korelasi konstruk dengan item pengukuran lebih besar daripada ukuran konstruk lainnya, maka akan menunjukan bahwa konstruk laten memprediksi ukuran pada blok yang lebih baik daripada ukuran blok lainnnya. Uji lainnya adalah menilai validitas dari konstruk dengan melihat nilai AVE, syarat untuk model yang baik adalah nilai AVE masing-masing konstruk lebih besar dari 0,50. Di samping uji validitas dilakukkan juga uji reliabilitas konstruk menggunakan composire reliability.

Composite reliability digunakan untuk mengukur internal consistency. Konstruk dinyatakan reliabel jika nilai composite reliability di atas 0,70 dengan tingkat kesalahan sebesar 0.5% (Ghozali 2008). Model struktural dievaluasi dengan menggunakan R-square untuk konstruk dependen dan uji t untuk menemukan signifikansi dari PLS dimulai dengan melihat R-square untuk setiap variabel laten dependen. Interpretasinya sama dengan interpretasi pada regresi. Perubahan nilai R-square dapat digunakan untu menilai pengaruh variabel laten independen tertentu terhadap variabel laten dependen apakah mempunyai pengaruh yang substansi (Ghozali, 2008).

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Dokumen terkait