• Tidak ada hasil yang ditemukan

Teknik analysis data :

Dalam dokumen LAPORAN HASIL PENELITIAN (Halaman 16-0)

BAB III: METODE PENELITIAN :

3.4 Teknik analysis data :

Analisis data meliputi empat tahap yaitu: (1) pengumpulan data, (2) reduksi data, (3) penyajian data, dan (4) deskripsi dan kesimpulan.

Pengumpulan data dilakukan dengan cara membaca semua artikel secara cermat dan memberi kode sebelum direkam. Reduksi data dilakukan dengan cara menentukan dan memilih data dari rekaman keseluruhan data yang sesuai dengan kriteria kesalahan menggunakan bahasa Indonesia. Penyajian data dilakukan dengan cara mengelompokkan data menurut jenis-jenis kesalahan menggunakan bahasa Indonesia, deskripsi data dilakukan dengan menjelaskan data berupa kalimata sebelum memberikan perbaikan data. Perbaikan data mengandalkan pengetahuan dan kemampuan penulis yang sudah berpengalaman (kalaupun belum banyak) menulis artikel ilmiah untuk diterbitkan di jurnal internasonal.

BAB IV DATA DAN DISKUSI

Artikel ilmiah yang menjadi sumber data penelitian ini menggunakan sistimatika berbeda karena harus mengikuti sistimatika jurnal yang akan menerbitkan. Hal ini lumrah karena setiap jurnal, baik nasional maupun internasional, menggunakan sistimatika yang disepakati oleh pengelola. Kalaupun sistimatika berbeda, unsur-unsur yang standar adalah, abstrak, kata kunci, pendahuluan (latar belakang), tujuan (dan masalah penelitian), kerangka teori (tinjauan teoretis), metode penelitian, pembahasan (hasil) penelitian, dan kesimpulan (simpulan). Namun penelitian ini mengabaikan sistimatika seperti ini tetapi berkonsentrasi pada bahasa yang digunakan dalam setiap unsusr-unsur sistimatika tersebut.Seperti judulnya, bab ini membicarakan dual hal pokok sesuai rumusan penelitian, yaitu tentang kesalahan-kesalahan bahasa tulis pada tataran paragraf dan kesalahan-kesalahan bahasa tulis pada tataran kalimat.

Banyak cara bagaimana memedakan kesalahan berbahasa sebagai data dalam penelitian penggunaan bahasa. Penelitian ini menggunakan cara peneliti sendiri sesuai langkah-langkah mengidentifikasi data dari tampilan bahasa tulis yang besar ke yang kecil yaitu dari paragraf-paragraf ke kalimat-kalimat(termasukke kata). Dengan demikian peneliti menggunakan caranya sendiri yang mungkin terkesan beda dari peneliti lain.Demikianlah prosedur yang ditempuh, dan ikuti jenis-jenis kesalahan bahasa dalam kelima karya ilmiah untuk diterbitkan dalam publikasi internasional berikut. Kelima judul artikel terseut diberi nama atau kode untuk mudah merujuk, dan kode-kode artikel tersebut adalah sebagai berikut: Artikel pertama diberi kode AA,

artikel kedua diberi kode AB, artikel ketiga diberi kode AC, artikel keempat diberi kode AD dan artikel kelima diberi kode AE.

4.1 Kesalahan menulispada tataran paragraf.

Sub ini secara eksplisit mendeskripsikan seperti apa kesalahan-kesalahan pada tataran membangun paragraf yang mencakup: panjang paragraf, mengembangkan ide paragraf, dan merangkaikan paragraf, yang dibicarakan secara berurutan berikut ini.

4.1.1 Panjang paragraf

Yang dimaksud dengan kesalahan pada tataran paragraf dalam penelitian ini adalah panjang paragraf dan banyaknya kata dalam satu paragraf yang tidak sesuai dengan aturan menulis paragraf. Berdasarkan data, panjang paragraf bergerak dari 36 kata sampai 392 kata, dan rata-rata sembilan kata per baris dengan huruf font 12.

Perhatikan contoh paragrafKode AA, paragrafKode AB, dan paragraf KodeACberikut.

Kode AA:

(1)Perlindungan hukum pohon tuak (Borassus Sundaicus) dalam upaya pelestariannya dan dalam rangka mengatasi kerawanan pangan lokal dan pelestarian budaya di Provinsi NTT merupakan hal penting lebih di Kota Kupangkarena akan memperkokoh nilai-nilai budaya masyarakat adat nusantara. (2) Hal tersbut juga penting bagi mempertahankan beragam pangan lokal telah dihasilkan masyarakat dalam mengantisipasi kerawanan pangan.(3)Interaksi masyarakat lokal dengan pohon tuah telah membentuk budaya (kebiasaan) minum tuak (‘due), memakai topi ti’i langga, rumah-rumah adatpada kelompok etnis Rote, Sabu.(4)Bagian pohon tuak yang sering digunakan: polok,daun, pelepah, buah, batang dan akar tuak) untuk bahan pembuatan rumah, peralatan rumah-tangga (tikar, hiasan rumah, perabot rumanrumah-tangga, tempat siri dan pinang dalam ritual adat).(5)Sebagai sumber bahan makanan (air tuak, gula lempeng, gula cair, sopi, alkohol, dodol lontar, cuka tuak dan kulit ketupat, pembungkus makanan lainnya) serta sebagai bahan baku pembuatan alat musicsasando, topi trasisional (Ti,i langga) yang sudah terkenal didunia internasional.(6) Demikian pula tempurung buah tuak dapat digunakan sebagai bahan arang yang jika dibakar sangat panas dll.(7)Secara ekologis pohon tuak merupakan tanaman pelindung erosi tanah akibat banjir, terpaan angin kencang di Kota Kupang.(8) Pohon tuak juga oleh Pemerintah Kabupaten Kupang telah dijadikan lambang pemerintah daerah. (8 kalimat, 201 kata).

Kode AB

(1) Dari uraian di atas, maka diasumsikan bahwa pembangunan sarana transportasi (jalan raya) menyebabkan terjadinya peningkatan ekonomi yang secara tidak langsung akan mengundang arus pendatang, sehingga terjadi kepadatan penduduk, seiring meningkatnya kepadatan penduduk maka, dibutuhkan lahan untuk membangun sarana dan prasarana pendukung dalam hal ini adalah perumahan, maka kajian dalam penelitian ini akibat dibangunnya sarana transportasi di daerah Kelurahan Sikumana, Kota Kupang, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), Indonesia, adalah peningkatan jumlah penduduk serta kebutuhan lahan untuk perumahan, sehingga permasalahannya adalah akibat pembangunan jalan raya bagaimana pertumbuhan penduduk yang terjadi di Kelurahan Sikumana, dan berapa luas lahan yang dibutuhkan untuk pembangunan rumah dengan menggunakan model dinamik, serta bagaimana kebutuhan lahan untuk pembangunan rumah dengan membuat skenario pertumbuhan penduduk. (1 kalimat 116 kata).

Kode AC

(1)Salah satu kebijakan pemerintah Provinsi NTT yang menjadi prioritas peningkatan ekonomi kemasyarakatan pada wilayah perbatasan salah satunyaadalah melalui perdagangan (Heyn Peter Ahab, 2011).(2)Sarana dan prasarana perdagangan yang telah dibangun seperti: adanya bangunan pasar tradisionil di perbatasan dengan maksud untuk mengurangi angka penyelundupan barang kedalam kedua negara tersebut.(3)Adapun komoditi yang diekspor dari Indonesia ke RDTL berupa komiditi migas, hasil perkebunan, hasil perikanan, hasil industri dan kerajinan serta barang campuran.(4)Dalam beberapa tahun terakhir, yaitu sejak tahun 2066 sampai dengan tahun 2009 terjadi peningkatan nilai ekspor sebesar tahun Rp 14.866.203,69 (tahun 2006); Rp 14.390.411,67 (tahun 2007); Rp. 41.598.147,02 (tahun 2008); dan Rp. 29.526.503,67 (tahun 2009).(5)Dari data tersebut menggambarkan bahwa aktifitas perdagangan yang terjadi khususnya untuk ekspor dari Indonesia ke Timor Leste setiap tahun menunjukkan perkembangan yang cukup menggairahkan pasar sehingga kehidupan perekonomian masyarakat di kawasan perbatasan dapat meningkat.(6)Selanjutnya, untuk impor dari Timor Leste ke Indonesia dalam beberapa tahun terakhir yakni Rp 38.719,62 (tahun 2006); Rp 149.205,95 (tahun 2007); Rp 921.448,16 (tahun 2008); Rp 124.487,16 (tahun 2009).(7)Adapun komiditi yang diimpor dari Timor Leste ke Indonesia yaitu kacang hijau, kemiri, kopi biji, kopi kulit, kopra, sapi potong dan kulit sapi.(8) Produk-produk utama lainnya dari NTT yang masuk kedalam Timor Leste adalah bahan bangunan, makanan ringan, tekstil, perabot rumah tangga, sabun, alat tulis kantor, barang elektronik, bumbu dapur, kasur, generator, semen, ikan kering, bawang, sayuran, barang campuran dan migas.(8 kalimat, 229 kata)

Ketiga contoh paragraf di atas sangat menarik untuk didiskusikan.ParagrafKode AAterdiri dari delapan kalimat dan 201 kata, sedangkan Paragraf Kode AB terdiri dari satu kalimat sajadan 116 kata, dan ParagrafKode AC delapan kalimat 229 kata. Ketiga paragraf itu tidak memenuhi kriteria paragraf yang baik dan layak dari sisi panjang paragraf. Dari ketiga contoh itu kita bisa memastikan bahwa ketiga penulis sama sekali

Comment [A1]: Kalimat berupa paragraf, pemilihan kata uraian, harusnya kata PENDAPT, salah pemiliha kata MAKA, penggunaan bentuk pasif diasumsikan, dan dibuthkan, penggunaan kata ADALAH

Comment [A2]: Paragraf yg dikembangkan dengan beberapa kalimat yng tidak punya predikat. Pendobelan salah satu. Tdk punya predikat., tanda baca salah. Tdk punya predikat.

tidak memiliki ilmu tentang apa itu paragraf dalam bahasa tulis. Di sampng itu ketiganya dapat diduga jarang menulis walaupun sangat sering membaca karena sudah berstatus akademisi.Ketiga paragraf seperti itu sudah dapat dipastikan tidak layak dipublikasikan dijurnal terakreditasi nasional pun internasional.

Jumlah kata pargraf Kode AA (201) dan AC(229) hanya dapatditerima sebagai suatu paragraf yang baik dengan dua syarat. Pertama paragraf itu minimal terdiri dari satu kalimat topik yang memuat ide pokok, dan kedua, kalimat topik itu diikuti oleh banyakkalimat pendukung yang semuanya mendukung atau menjelaskan ide pokok.

Biasnaya paragraf seperti ini menggunakan kalimat pendukung yang terdiri dari urutan atau rangkaian ide yang mengunakan kata konyungsi seperti:pertama, kedua, ketiga, dan seterusnya, atau pertama, kedua, setelah itu,danyang terakhir. Kalau tidak, kedua paragraf yang panjang seperti itu, atau lebih dari itu, harus dipenggal menjadi minimal dua paragraf.

Sedangkan jumlah kata paragraf Kode AB hanya terdiri dari satu kalimat.Kalimat seperti itu sangat tidak memenuhi sebagai suatu paragraf pun sebagai suatu kalimat.

Lebih lanjut kalimat seperti itu akan dibicarakan secara khusus pada poin kesalahan membangun pkalimat.

Itulah beberapa contoh yang menarik sebagai data untuk menyertai deskripsi.

Masih banyak contoh-contoh lain yang juga tidak kalah menariknya tentang panjang kalimat yang menurut peneliti tidak layak ditampilkan pada halaman-halaman analisisini. Tentu semuanya akan dicantumkan berupa lampiran.

4.1.2 Mengembangkan ide paragraf

Paragraf yang memenuhi syarat adalah paragraf yang mengandung atau memuat satu ide. Ide yang dimaksudkan itu terdiri atas satu ide pokok (main idea),yang lazim disebut topik dan satu ide penjelas. Keduanya ini termuat dalam satu kalimat yang disebut kalimat topik. Kalimat topik yang dimaksudkan ini mempunyai miimal satu kalimat pendukung (supporting sentences) yang memuat ide pendukung (supporting ideas), yang fungsinya mendukung atau menjelaskan ide pokok. Jadi setiap kalimat harus memiliki ide pokok yang diungkap dengankalimat yang namanya kalimat topik (topic sentence), dan ide-ide pendukung yang diungkap dengan kalimat-kalimat pendukung (supporting sentences).

Banyak para pakar bahasa, khusunya bahasa Indonesia, berpendapat bahwa paragraf dapat dibedakan atas dua macam. Pertama, paragraf yang ide pokonya secara jelas atau nyata (exlplicitly) terungkap dalam paragraf, dan yang lain adalah paragraf yang ide pokoknya tidak dinyatakan secara jelas dalam kalimat (implied paragraph) tetapi dapat dipahami atau dapat disimpulkan oleh pembaca. Seperti dikatakan di atas, ide pokok jenis paragraf yang pertama termuat dalam kalimat topik yang posisinya bisa pada awal paragraf, bisa di tengah paragraf, dan bisa di akhir paragraf. Dari ketiga posisi itu, posisi kalimat topik pada awal paragraf adalah yang paling mudah untuk dikembangkan dan mudah dipahami pembaca.

Kalau cara mengembangkan paragraf seperti yang dipaparkan itu dikaitkan dengan data, peneliti menyimpulkan bahwa sangat banyak paragraf dari kelima artikel sebagai sumber data tidak memenuhi syarat paragraf yang baik dan layak. Ada paragraf yang diawali dengan kalimat topik, tetapi kalimat-kalimat berikutnya tidak menjelaskan ide

kalimat topik itu, sebaliknya mengandung ide-ide lain atau baru yang tidak ada kaitannya sama sekali. Dengan kata lain paragraf merupakan kumpulan dari ide-ide yang berbeda. Untuk hal ini penulis mengambil lagi contoh-contoh di depan yang dapat dipakai sebagi representasi.

Paragraf 1 Artikel Kode AAdi depandapat dipahami lain seperti yang dijelaskan

berikut ini. Paragraf itu diawali dengan kalimat tentang bagaimana pohon Tuak harus dilindungi dengan hukum. Kata-kata perlindungan pohon tuak dan seterusnya, sebagai kalimat topik, sangat jelas berbicara tentang itu. Namun kalimat ke tiga berbicara hal lain yaitu soal interaksi masyarakat lokal, bukan tentang ide-ide bagaimana pohon Tuak itu dilindungi. Selain itu ada lagi ide lain tentang bagian pohon tuak pada kalimat berikutnya, dan ide terakhir sumber bahan makanan. Jadi ada empat ide yang menurut peneliti berada dalam satu paragraf.

Keempat ide ini sesungguhnya menjadi ide-ide pendukung, yaitu tentang alasan-alasan mengapa pohon Tuak dilindungi, bila kalimat topik secara jelas menyatakan itu, katakan seperti berikut:Perlindungan hukum pohon Tuak (sangat) penting karena (beberapa) empat alasan berikut, atau Ada beberapa alasan mengapa perlindungan hukum pohon Tuak penting. Dengan demikian, paragraf itu akan menjadi baik dan layak bila kalimat topik direvisi dan tidak sepanjang kalimat topik dalam contoh itu.

Kecuali paragraf 3 Kode AC, paragraf 2 Kode Artikel AB sudah sangat jelas tidak dapat dipakai untuk menjelaskan bagaimana mengembangkan kalimat karena Cuma terdiri dari satu kalimat. Paragraff 3 Kode artikel AC merupakan contoh lain yang termasuk baik untuk membuktikan kesalahan mengembangkan paragraf. Kalimat:

“Salah satu kebijakan pemerintah Provinsi NTT yang menjadi prioritas peningkatan ekonomi kemasyarakatan pada wilayah perbatasan salah satunya adalah melalui perdagangan (Heyn Peter Ahab, 2011)” memuat ide pokok tentang kebijakan pemerintah. Ide pokonya sangat jelas dalam kalimat topik (kalaupun kalimat itu sudah salah karena dua kali tertulis ‘salah satu’). Ide kedua kalimat berikutnya sudah jelas mendukung ide pokok. Namun kalimat keempat mengandung ide lain (sub ide) tentang peningkatn nilai ekspor yang disertai dengan kalimat-kalimat pendukungnya. Kalimat-kalimat pendukung tersebut tidak menjelaskan Kalimat-kalimat topik tentang kebijakan pemerintah provinsi. Dengan demikian paragraf 3, artikel Kode AC terdiri atas dua ide pokok yang berbeda dan dapat dipilah atas dua paragraf.

4.1.3 Merangkaikan paragraf

Kesalahan berikut yang berkaitan dengan paragraf adalah merangkaikan paragraf dengan paragraf berikut sehingga tidak memberi kesan paragraf berdiri sendiri atau tidak ada hubungan ide dengan aragraf sebelumnya. Dalam tulis menulis, hubungan ide antara paragraf ini disebut koherensi. Banyak cara untuk membuat paragraf koherent dalam kegiatan menulis, di antaranya dengan menggunakan pemarkah berupa frase-frase seperti, walaupun demikian, berdasarkan pikiran itu, sama dengan hal itu, berbeda dengan hal itu, lebih lanjut, oleh karena itu, dan lain-lain. Menggunakan pemarkah-pemarkah seperti ini bertujuan untuk secara jelas mengungkapan alur ide (flow of thought) sehingga memudahkan pemahaman bagi pembaca.

Berdasarkan data, kelima artikel sumber data penelitian ini belum memenuhi kriteria memebuat alur pikiran yang jelas dari paragraf ke paragraf berikut. Dengan kata

Comment [A3]: Paragraf yg dikembangkan dengan beberapa kalimat yng tidak punya predikat. Pendobelan salah satu. Tdk punya predikat., tanda baca salah. Tdk punya predikat.

lain, kelima penulis artikel masih sulit merangkaikan paragraf dengan paragraf.

Perhatikan beberapa contoh berikut.

Arrtikel Kode AA

Perencanaan hukum dalam suatu organisasi termasuk organisasi pemerintah – menjadi sesuatu yang penting. Fase ini sangat menentukan tujuan dan cara-cara atau strategi-strategi untuk mewujudkan tujuan-tujuan tersebut secara maksimal.Di dalam proses perencanaan juga ditentukan tentang dasar hukum yang menjadi rujukan serta adanya prediksi dampak pelaksanaan perencanaan dan cara penanggulangannya.

Hukum daerah yang bersifat substansi dibutuhkan pendekatan top down dan bottom up dalam menjaring berbagai inspirasi agar sesuai dalam proses pembentukannya dan efektif dalam pelaksanaannya sehingga memberi jaminan kesejahteraan kepada rakyat dan juga melindungi lingkungan hidup.

Kedua paragraf bisa saja berkaitan karena paragraf yang pertama berbicara tentang perencanaan hukum dan paragraf kedua hukum daerah.Tetapi tidak ada frase atau kata bahkan kalusa sebagai pemarkah untuk membuat keduanya koheren. Hukum daerah di paragraf kedua sebenarnya merupakan implementasi dari perencanaan hukum di paragraf pertama. Keduanya sangat berkaitan bila ada pemarkah seperti: Hukum daerah merupakan salah satu bentuk perencanaan hukum. Jadi pengulangan perlu untuk membuat tetap terkait. Perhatikan dan pelajari pula contoh berikut yang diambil dari artikel Kode AB. Kedua paragraf itu dibangun dengan kalimat yang panjang (lihat yang tercetak hitam). Paragraf pertama berbicara tentang pertambahan penduduk dan paragraf yang kedua tentang perkembangan kota; dua hal yang berbeda. Keduanya bisa terbaca nyambung bila ada kata-kata atau frase, atau pengulangan hal tertentu, untuk membuat kedua paragraf itu utuh. Masih banyak contoh lain dari kelima artikel sebagai sumber data penelitian ini.

Comment [A4]: Salah DIKSI, tdk jelas rujukan kata TERSEBUT, penggunaan kata paralel juga, serta, dan dalam satu kalimat.

Artikel Kode AB

Pertambahan penduduk pada suatu kawasan atau wilayah akan mengakibatkan dan membentuk lingkungan permukiman yang harus diikuti dengan pembangunan sarana dan prasarana kebutuhan penduduk, Sujarto (dalam Suberlian, 2003), perkembangan penduduk menyebabkan kebutuhan lahan untuk permukiman meningkat sebagai akibat langsung dari pemenuhan kebutuhan permukiman. Peningkatan kebutuhan lahan untuk permukiman sudah tentu diikuti oleh tuntutan kebutuhan lahan untuk sarana dan prasarana serta fasilitas lainnya. Lebih lanjut berdasarkan Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 378/KPTS/1987 tentang Pengesahan 33 Standar Konstruksi Bangunan Indonesia, di mana sarana lingkungan adalah kelengkapan lingkungan berupa fasilitas pendidikan, kesehatan, perbelanjaan, pemerintah, pelayanan umum, peribadatan, rekreasi, dan ruang terbuka hijau.

Perkembangan kota juga dapat ditinjau dari peningkatan aktivitas kegiatan sosial ekonomi dan pergerakan arus mobilitas penduduk kota yang pada gilirannya menuntut kebutuhan ruang bagi permukiman, karena dalam lingkungan perkotaan, perumahan menempati persentase penggunaan lahan terbesar dibandingkan dengan penggunaan lainnya, sehingga merupakan komponen utama dalam pembentukan struktur suatu kota (Yunus, 2000).Hal yang sama menurut Jayadinata (1992)., dampak dari pembangunan adalah akan membutuhkan lahan yang digunakan sebagai lahan industri, lahan permukiman, lahan untuk sarana dan parasarana kota sebagai pendukung.

4.2 Membangun kalimat

Yang dimaksudakan dengan mmembangun kalimat adalah mengonstruksi kalimat sesuai pola-pola kalimat untuk menyampaikan suatu ide yang lengkap. Dua unsur utama, subyek dan predikat harus ada, baik dalam bentuk aktif maupun pasif. Urutan subyek dan predikat, baik kalimat aktif maupun pasif, tidak boleh salah. Kata-kata keterangan dapat mengambil posisi awal, di antara subyek dan predikat, atau posisi akhir kalimat.

Selain ini, banyak hal lain yang sangat diperhatikan dalam membangun kalimatseperti pembentukan kata dengan imbuhan yang tepat, pemilihan kata atau diksi, penggunaan kata depan yang tepat, hemat kata atau tidak rancu, dan lain-lain. Semua hal ini dicakupkan dalam poin membangun kalimat dalam penelitian ini.

Perlu dicatat bahwa penelitian ini tidak mengkaji kalimat dari sisi keefektifan kalimat secara khusus. Peneliti berkonsentrasi pada bagaimana menyusun kata-kata secara tepat yang layak disebut kalimat dan dapat dipahami secara efektif. Dasar

Comment [A5]: Pemborosan kata mengakibatkan dan membentuk. Salah tanda baca. Tdaka ada predikat

Comment [A6]: Kalimat panjang sangat sulit dipahami

pemikirannya adalah bila setiap kalimat mudah dipahami maka kalimat-kalimat itu termasuk kategori kalimat efektif. Berdasarkan data, banyak jenis kesalahan berbahasa para penulis artikel yang menjadi sasaran analisis penelitian ini.Selengkapnya dapat ditemukan pada poin tentang penggolongan jenis kesalahan tataran kalimat berikut.

4.2.1 Kalimat tidak utuh.

Data menunjukkan bahwa kesalahan membangun kalimat tidak utuh dapat dibedakan atas tiga, yaitu kalimat yang subyek dan predikatnya tidak ada, kalimat yang subyeknya saja tidak ada, dan kalimat yang predikatnya saja tidak ada. Perhatikan beberapa contoh berikut.

(a) Kalimat tidak bersubyek dan tidak berpredikat

Kalimat tidak bersubyek dan tidak berpredikat bukanlah kalimat karena dua unsur utama dalam membangun kalimat tidak ada, dan karena itu tidak bermakna. Kalau tidak bermakna maka tulisan itu tidak dapat dikatakan bahasa tulis atau written discourse.

Bahasa tulis atau bahasa lisan hanya dapat dikatakan wacana atau diskursus manakala memenuhi syarat bertatabahasa yang benar dan oleh karena itu bermakna. Contoh-contoh berikut ini merupakan data untuk menjelaskan ha ini.

(1) Sehubungan dengan hal hukum bahwa manusia memiliki persepsi terhadap hukum yang diartikan sebagai keyakinan, perasaan, dan sikap tindak tentang nilai-nilai hukum oleh individu atau kelompok masyarakat.

(2)Hal ini menurutMarbunperlu persiapan perencanaan (UU No.25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional) menyatakan Perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan yang tepat, melalui urutan pilihan, dengan memperhitungkan sumber daya yang tersedia.

(3)Sebagian besar akibat ketidak-sadaran, bahwa ruang-ruang terbuka (termasuk ruang terbuka hijau) ini justru bernilai ekonomis dan sekaligus

Comment [A7]: Perbanding TIDK HANYA ....MELAINKAN, Kutipan terlalu panjang dan salah posisi kutipan

ekologis tinggi yang sangat vital bagi keberlanjutan kehidupan warga penghuni lingkungan perkotaan.

(4) Sub sistem lahan, adanya penduduk membutuhkan lahan untuk sarana dan prasarana, semakin besar jumlah penduduk maka semakin besar permintaan akan lahan, keterbatasan lahan pada wilayah tersebut akan menyebabkan menurunnya kemampuan menampung penduduk.

(b) Kalimat tidak bersubyek

Kalimat tidak bersubyek artinya salah satu unsur utama kalimat tidak ada, dan itu artinya bukanlah suatu kalimat. Berikut ini tiga contoh yang merupakan data kalimat tidak bersubyek.

(1) Di dalam proses perencanaan juga ditentukan tentang dasar hukum yang menjadi rujukan serta adanya prediksi dampak pelaksanaan perencanaan dan cara penanggulangannya.

(2) Selanjutnya menganalisis hubungan konsep perlindungan hukum dengan pemikiran hukum empirical untuk memperkuat analisis kenseptual dari norma hukum menurut Hadjon & Tatik Sri Djatmiati.

(3) Oleh karena itu diperlukan hal mempersiapkan data dan informasi keberadaan pohon tuak dalam mendukung pengambilan keputusan berbagai pihak yang berkepentingan dalam perencanaan pembuatan hukum daerah dan pelestariannya

c) Kalimat tidak berpredikat

Kalimat tidak berpredikat sama saja halnya dengan butir (b) yaitu bukanlah suatu kalimat karena unsur utama pembentuk kalimat yaitu predikat tidak ada. Perhatikan contoh-contoh berikut sebagai data.

(1) Pohon tuak sebagai salah satu sumber pangan bagi masyarakat terutama dalam hal pembuatan gula lempeng, air tuak untuk diminum sebagai minuman segar dan juga buah tuak (seboak) sebagai makanan tambahan bagi masyarakat.

(2) Ada pula kebiasaan masyarakat makan daging buah seboak yang dipetik masih muda sebagai buah lokal.

Comment [A8]: Kalimat panjang tanpa predikat

Comment [A9]: Kalimat tdk punya predikat

(3)Tuak yang ada hubungannya dengan kebiasaan kerja bakti, atau

(3)Tuak yang ada hubungannya dengan kebiasaan kerja bakti, atau

Dalam dokumen LAPORAN HASIL PENELITIAN (Halaman 16-0)

Dokumen terkait