METODE PENELITIAN
F. Teknik dan Analisis Data
Proses analisis data dilakukan setelah seluruh pengumpulan data selesai,
pengumpulan data yang dipilih dengan menggunakan angket dalam bentuk
inventori, wawancara maupun observasi. Data yang terkumpul terdiri dari dua
jenis, yaitu data kuantitatif mengenai gambaran Kesadaran karir siswa sekolah
dasar yang berasal dari inventori kesadaran karir yang akan diisi oleh siswa.
Sedangkan data kualitatif adalah gambaran aspek kesadaran karir siswa sekolah
dasar yang berasal dari pedoman wawancara yang akan ditujukan kepada konselor
dan hasil observasi lapangan.
Data kuantitatif dianalisis dengan menggunakan analisis statistik, yaitu
dengan menghitung persentase aspek kesadaran karir yang telah dicapai oleh
gambaran pelaksanaan program bimbingan di Sekolah Dasar Islam
Terpadu-Sumedang, mendapatkan gambaran uji coba mengenai pelaksanaan program
bimbingan dan konseling untuk mengembangkan kesadaran karir siswa kelas V
Sekolah Dasar Islam Terpadu-Sumedang serta mendapatkan data penilaian
162 A. KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan hasil penelitian dapat disimpulkan beberapa hal berikut. 1. Rumusan kesadaran karir anak sekolah dasar diturunkan dari enam aspek
kesadaran karir yaitu kesadaran diri, kesadaran pengetahuan karir, kesadaran mencari informasi karir, kesadaran sikap terhadap karir, kesadaran membuat pilihan sehat dan keputusan efektif dan kesadaran keterampilan karir. Terdapat 26 rumusan kesadaran karir berdasarkan aspek kecakapan kesadaran karir tersebut yang disesuaikan dengan perkembangan siswa dan kebijakan lembaga. Rumusan kompetensi dilengkapi dengan indikator yang lebih operasional sehingga memudahkan dalam mengukur pencapaian kompetensi.
2. Pada umumnya pencapaian kesadaran karir siswa kelas V-A Sekolah Dasar Islam Terpadu Sumedang berada dalam kategori rendah dalam aspek kesadaran pengetahuan karir, kesadaran mencari informasi karir, kesadaran membuat pilihan sehat dan keputusan efektif dan kesadaran keterampilan karir. Namun dalam aspek kesadaran diri dan aspek sikap terhadap karir, siswa kelas V-A Sekolah Dasar Islam Terpadu mencapai persentase yang cukup tinggi.
3. Layanan bimbingan karir di SD Islam Terpadu mengacu pada program bimbingan dan konseling dari Dinas Pendidikan Kabupaten Sumedang. Analisis kebutuhan belum dilaksanakan secara terencana dan sistematis. Selain itu, koordinasi pembimbing dengan personel sekolah dalam layanan dasar bimbingan, persiapan materi dan evaluasi layanan bimbingan belum terlaksana secara optimal. Hal ini
163
pembimbing mengalami kesulitan dalam menentukan materi yang diberikan. Jadi, pemberian layanan di SD Islam Terpadu belum memfasilitasi pengembangan kompetensi kesadaran karir siswa sekolah dasar.
4. Pakar dan praktisi bimbingan dan konseling menilai program yang dirancang telah memenuhi kualifikasi baik dengan beberapa perbaikan dalam rumusan rasional program, rumusan tujuan program, tugas dan peran personel serta evaluasi program.
5. Media yang digunakan dalam pemberian layanan bimbingan untuk mengembangkan kesadaran karir siswa menggunakan media permainan. Macam-macam media permainan yang digunakan diantaranya membentuk pengalaman bersama dengan menggunakan bantuan cerita, pemodelan (modelling), bermain peran (role playing), simulasi, dongeng, bercerita, diskusi kasus, wisata keilmuan, permainan (games), demonstrasi di kelas dan biografi para tokoh yang sudah berhasil dalam karir.
6. Program bimbingan yang dirancang lebih bersifat pengembangan, maksudnya sebagian besar layanannya berfungsi sebagai pencegahan dan pengembangan (preventive-development). Media permainan terbukti efektif untuk mengembangkan kesadaran karir anak. Kesadaran karir agar anak memiliki keterampilan dan kemampuan dalam memahami diri dan lingkungan serta berinteraksi dengan lingkungan sosial secara kompeten agar dapat meraih kesuksesan karir dimasa mendatang.
164
kelas V-A Sekolah Dasar Islam Terpadu, maka rekomendasi dipaparkan sebagai berikut. 1. Pihak Sekolah
Kepada pihak sekolah, diajukan beberapa rekomendasi yang dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan serta rujukan dalam menentukan kebijakan sekolah sebagai berikut.
a. Mengembangkan kerjasama dengan guru bidang studi dan wali kelas dengan melakukan sosialisasi program bimbingan karir, khususnya program bimbingan untuk mengembangkan kesadaran karir pada anak melalui media permainan.
b. Layanan bimbingan yang tidak dapat diintegrasikan dalam kurikulum bidang studi dapat dilaksanakan pada jam khusus bimbingan karir. Karena itu, jam khusus layanan bimbingan hendaknya dijadikan program yang tidak terpisahkan dari program sekolah.
c. Mengembangkan sarana dan lingkungan sekolah yang membantu upaya pengembangan karir siswa agar memungkinkan program ini dapat terlaksana dengan baik.
d. Menetapkan kebijakan untuk melakukan bimbingan karir yang lebih terpadu melalui kegiatan-kegiatan yang dipandang relevan dengan isu kesadaran karir seperti memfasilitasi bahan informasi karir, kunjungan dan wisata belajar, hari karir dan pengembangan kurikulum muatan lokal bernuansa bimbingan karir.
165 pendukung.
f. Pelaksanaan kegiatan bimbingan karir yang terintegrasi dengan mata pelajaran tertentu (kurikulum infusi), dilaksanakan oleh guru bidang studi yang bersangkutan dan guru tersebut bertanggung jawab sebagai pelaksana kegiatan bimbingan. Persyaratan guru bidang studi yang akan melaksanakan kurikulum infusi adalah hendaknya memahami mengenai perkembangan anak, memahami aspek-aspek kompetensi karir dan memahami teknik-teknik penyampaian materi. Guru bidang studi dapat memilih dan menggunakan teknik bimbingan yang sesuai dengan materi yang akan diberikan kepada siswa. Media yang digunakan dapat berupa seni dan permainan. Media yang dapat digunakan berupa ceramah, dongeng, boneka, cerita kartun, diskusi kelompok kecil, biografi tokoh tertentu, simulasi, game dan quiz. g. Bagi sekolah dasar yang belum memiliki layanan bimbingan dan konseling secara
khusus, kegiatan layanan bimbingan seluruhnya dilaksanakan terintegrasi dalam pembelajaran. Guru kelas perlu memahami dan menguasai materi bimbingan yang terintegrasi dalam mata pelajaran. Karena itu sosialisasi dan pelatihan oleh ahli bimbingan dan konseling perlu diadakan oleh pihak sekolah.
2. Guru Bimbingan dan Konseling
Kepada guru pembimbing, diajukan rekomendasi sebagai bahan pertimbangan dalam mengembangkan program layanan bimbingan dan konseling. Rekomendasi tersebut antara lain sebagai berikut.
166
melaksanakan layanan bimbingan khususnya dalam layanan dasar program bimbingan karir untuk siswa kelas V.
b. Dalam pelaksanaan program, guru pembimbing tidak hanya menggunakan teknik bimbingan klasikal dalam bentuk dinamika kelompok, akan tetapi materi layanan bimbingan dapat dilakukan melalui strategi yang terintegrasi dengan mata pelajaran tertentu (curriculum infusion career units).
c. Pada umumnya program yang telah disusun dapat dilaksanakan, namun dalam pelaksanaan satuan layanan bimbingan masih perlu dilakukan modifikasi. Modifikasi yang dilakukan lebih kepada teknik pelaksanaan bimbingan yang hendak diberikan kepada siswa.
d. Sembilan satuan layanan yang sudah di uji cobakan dapat langsung dilaksanakan oleh konselor dalam melakukan kegiatan bimbingan karir secara klasikal. Untuk satuan layanan yang belum diuji cobakan, konselor atau guru dapat melaksanakannya sesuai dengan satuan layanan yang telah dirancang sebelumnya. Akan tetapi jika selama proses bimbingan berlangsung satuan layanan itu kurang efektif, maka konselor atau guru boleh melakukan modifikasi sehingga pada akhir bimbingan diperoleh suatu perbaikan untuk pembelajaran dalam melaksanakan satuan layanan berikutnya. e. Dalam melakukan bimbingan, maka hal yang perlu lebih diperhatikan sebagai
berikut.
a) Penggunaan petunjuk harus disertai contoh, agar siswa lebih jelas dan paham terhadap suatu perintah. Teknik yang digunakan sebelum sampai kepada tahap
167
b) Jika menggunakan teknik quiz dan puzzle maka sebelumnya perlu dikondisikan terlebih dahulu dalam bentuk aktivitas kelompok. Jumlah anggota kelompok hendaknya dalam jumlah kecil dengan pertimbangan agar mudah mengatur selama jalannya kegiatan.
c) Jika menggunakan teknik autobiografi tokoh tertentu yang sukses dalam karir, maka siswa diberikan kesempatan untuk menganalisis tokoh tersebut secara bersama-sama dalam jumlah kelompok kecil dan dalam satu kelompok disarankan harus sesama gender.
d) Agar merangsang keterampilan berpikir dan berimajinasi, maka pembimbing meminta siswa untuk menceritakan tujuan yang ingin dicapai pada masa mendatang dalam bentuk karangan, puisi, sajak, lagu atau gambar, agar siswa bebas untuk mengekspresikan diri serta dapat mendorong kreativitas.
3. Peneliti Selanjutnya
Kepada peneliti selanjutnya, diajukan rekomendasi diantaranya sebagai berikut. a. Program bimbingan untuk mengembangkan kompetensi karir siswa sekolah dasar
baru dilaksanakan uji coba secara terbatas. Untuk selanjutnya, hendaknya penelitian dilakukan melalui metode eksperimen dalam jangka waktu yang lebih lama, misalnya dalam kurun waktu satu semester sehingga perkembangan siswa dalam setiap aspek karir dapat benar-benar terlihat apakah ada peningkatan atau justru malah sebaliknya sehingga dapat diketahui keektifan program yang telah dilaksanakan.
168
informasi dan temuan yang akurat untuk selanjutnya disusun program yang tepat sasaran.
c. Hanya sembilan kegiatan bimbingan yang diujicobakan dan belum mengakomodasi pencapaian kompetensi secara keseluruhan. Karena itu kegiatan uji coba secara lengkap hendaknya dilakukan secara mendalam dan dianalisis secara hati-hati sehingga tampak efektivitas program secara komprehensif.
169
Ahman. (1998). Bimbingan Perkembangan: Model Bimbingan dan Konseling di Sekolah Dasar. Disertasi PPS IKIP Bandung.
Ahman. (2005). “Kerangka Konseptual tentang Bimbingan dan Konseling Perkembangan di Sekolah Dasar”, dalam Furqon. (2005), Konsep dan Aplikasi Bimbingan Konseling di Sekolah Dasar. Bandung: Pustaka Bani Quraisy.
Amti, Erman. (1992). Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Anastasi, A. & Urbina, S. (1988). Tes Psikologi:Psychological Testing 7e (Jilid 1). (Alih Bahasa
Robertus, H&Imam). Jakarta: Prehalindo.
Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
Auger, Richard. W. Anne E. Blackhurst dan Kay Herting, Wahl. The Development Of Elementary-Aged Children's Career Aspirations And Expectations. [online], 24 halaman. Tersedia:
http://www.findarticles.com/p/articles/mi_m0KOC/is_4_8/ai_n13698352/pg_16. [19 Juni 2006].
Beaty, J. Janice. (1990). Observing Development of the Young Child. New York: An Imprint of Macmillan Publishing Company.
Chaplin, J. P. (2002). Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Crites, J. O. (1981). Career Counselng: Models, Method and Materials. New York: McGraw-Hill Book ompany.
CSCA. Connecticut Comprehensive School Counseling Program. Tersedia: http://www. State.ct.us./sde/reps/special/counseling.pd/.
170
Gysbers, N. C. (1983). “A Summary of Trends in Career Guidance“. Report of the Fifth Asian Regional Association for vocational and Educational Guidance and Conference. Jakarta: Indonesia.
Herr, E. L. dan Cramer, S. H. (1984). Career Guidance and Counseling Through the Life Span:
Systematic Approaches. Boston: Little, Brown & Company.
Hurlock B, Elizabeth. (1994). Psikologi Perkembangan“Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang
Kehidupan“. Jakarta: Erlangga.
Irene P, McIntosh. Life career development: Implications for School Counselors. [online], 15
halaman. Tersedia:
http://www.findarticles.com/p/articles/mi_m0KOC/is_4_8/ai_n13698352/pg_16. [15 September 2006].
Jones. Alanna. (1998). 104 Activities That Build. Rec Room Publishing.
Kevin J.O`Connor. (1994). Hand Book of Play Therapy. Canada:A.Wiley Interscience Publication
Makmun, Abin. S. (2000). Psikologi Kependidikan: Perangkat Sistem Pengajaran Modul. Bandung: Rosdakarya.
Manrihu, M. T. (1992). Pengantar Bimbingan dan Konseling Karir. Jakarta: Bina Aksara.
Munandir. (1996). Program Bimbingan Karir di Sekolah. Jakarta: Departemen Pendidikan & Kebudayaan.
Muro, J.J. & Kottman, T. (1995). Guidance and Counseling in Elementary and Midle Schools. Ioawa: Brown and Benchmark Publisher.
Natawidjaya, Rochman. (1987). Pendekatan-pendekatan dalam Penyuluhan I. Bandung : C.V Dipenogoro.
171 Nazir. M. (1999). Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia.
N.C. State Occupational Information Coordinating Comitee. (1999). Elementary Career
Awareness Guide (A Resource for Elementary School Counselors and Teachers). United
States.
Nurihsan, Juntika. (2003). Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Bandung: Mutiara.
Nurihsan, Juntika dan Akur Sudianto. (2005). Manajemen Bimbingan Konseling di Sekolah
Dasar (Kurikulum 2004). Jakarta: Grasindo.
Santrock John, W. (1995). Life Span Development“Perkembangan Masa Hidup“. Jakarta: Erlangga.
Schmidt John, J. (1999). Counseling in School “Essential Services and Comprehensive
Programs”. Amerika: Printed in the United States of America.
Sharf Richard, S. (1992). Applying Career Development Theory to counseling. California: Cole Publishing Company.
Surya, Muhamad. (2003). Psikologi Konseling. Bandung : Pustaka Bani Quraisy.
Surya, Muhamad. (2003). Teori-teori Konseling. Bandung : Pustaka Bani Quraisy.
Suherman, Uman. (2005). “Karakteristik Siswa dan Bimbingan di Sekolah Dasar”, dalam Furqon. (2005), Konsep dan Aplikasi Bimbingan Konseling di Sekolah Dasar. Bandung: Pustaka Bani Quraisy.
Suherman, Uman. (1998). “Evaluasi dan Pengembangan Program Bimbingan dan Koseling di
172
Universitas Pendidikan Indonesia. (2003). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (laporan buku,
makalah, skripsi, tesis dan disertasi). Bandung: UPI.
Pamela O, Parsley. (2008). What A School Administrasion Need To Know: About Expressive Art
And Play Media In School Counseling.
Peters Herman, J. (1974). Guidance Program Development and Management. Columbus: Merrill Publishing.
Winkel. (1997). Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Jakata: Gramedia.
Wiriaatmadja, Rochiati. (2006). Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Remaja Rosdakarya.