• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGGUNAAN MEDIA PERMAINAN UNTUK MENGEMBANGKAN KESADARAN KARIR ANAK :Studi Pengembangan Program Pada Kelas Atas Sekolah Dasar Islam Terpadu-Sumedang. Tahun Pelajaran 2009-2010.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGGUNAAN MEDIA PERMAINAN UNTUK MENGEMBANGKAN KESADARAN KARIR ANAK :Studi Pengembangan Program Pada Kelas Atas Sekolah Dasar Islam Terpadu-Sumedang. Tahun Pelajaran 2009-2010."

Copied!
48
0
0

Teks penuh

(1)

viii

Halaman LEMBAR PENGESAHAN

ABSTRAK……… i

KATA PENGANTAR………... ii

UCAPAN TERIMA KASIH……… iv

DAFTAR ISI……….……… viii

A. Latar Belakang Masalah ………. B. Identifikasi Masalah ……….

A. Karakteristik dan Tugas Perkembangan Anak Sekolah Dasar. B. Konsep Perkembangan Karir di Sekolah Dasar………... 1. Konsep Perkembangan Karir... 2. Definisi Kesadaran Karir pada Anak ... 3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan karir... 4. Tujuan Kesadaran Karir di Sekolah Dasar... 5. Asumsi Keasadaran Karir di Sekolah Dasar ... 6. Esensi Kesadaran Karir di Sekolah Dasar ... 7. Bimbingan Kesadaran Karir di Sekolah Dasar ... C. Media Permainan untuk Mengembangkan Kesadaran Karir

Anak... 1. Perkembangan Kesadaran Karir dan Bermain pada Anak... 2. Pentingnya Media Permainan untuk Anak... 3. Jenis-jenis Permainan pada Anak... 4. Fungsi Bermain pada Anak... 5. Minat dan Kegiatan Bermain pada Anak...

20

BAB III METODE PENELITIAN ………

A. Pendekatan dan Metode Penelitian ……….. B. Langkah-langkah Penelitian ……… C. Lokasi dan Subjek Penelitian. ……….. D. Defenisi Operasional Variabel… ………..

(2)

ix BAB IV

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN……… A. Rumusan Kesadaran Karir Siswa Sekolah Dasar Kelas V... B. Profil Kesadaran Karir Sekolah Dasar Islam Terpadu

Kelas V... C. Gambaran Pelaksanaan Bimbingan di Sekolah Dasar Islam Terpadu Sumedang... D. Rancangan Program Penggunaan Media Permainan untuk

Mengembangkan Kesadaran Karir Anak Kelas V Sekolah Dasar Islam Terpadu Sumedang... 1. Pengembangan Program Bimbingan... 2. Penilaian Pakar Terhadap Rancangan Program

Penggunaan Media Permainan untuk Mengembangkan Kesadaran Karir Anak Kelas V Sekolah Dasar Islam Terpadu... 3. Hasil Uji Coba Program Penggunaan Media Permainan untuk Mengembangkan Kesadaran Karir Anak Kelas V Sekolah Dasar Islam Terpadu... 4. Gambaran Hasil Post-test Pelaksanaan Uji Coba Program Penggunaan Media Permainan untuk Mengembangkan Kesadaran Karir Anak Kelas V Sekolah Dasar Islam Terpadu... 5. Program Bimbingan Melalui Media Permainan yang Direkomendasikan untuk Mengembangkan Kesadaran Karir Anak Kelas V Sekolah Dasar Islam Terpadu...

(3)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Masa anak (childhood) berlangsung dari usia enam tahun sampai tiba

saatnya individu menjadi matang secara seksual. Hurlock (1994:146) menyebut

masa anak sebagai periode krisis. Masa krisis ditandai dengan suatu periode

dimana anak membentuk kebiasaan untuk mencapai sukses. Pada usia tersebut

anak diharapkan memperoleh dasar-dasar pengetahuan yang dianggap penting

untuk keberhasilan menyesuaikan diri dengan orang dewasa dan dapat

mempelajari berbagai keterampilan tertentu.

Akhir masa anak ditandai dengan anak mulai memasuki jenjang

pendidikan sekolah dasar. Bagi sebagian besar anak, hal tersebut merupakan

perubahan besar dalam pola kehidupan. Usia sekolah dasar merupakan peristiwa

penting bagi kehidupan setiap anak sehingga dapat mengakibatkan perubahan

dalam sikap, nilai dan perilaku. Penguasaan tugas-tugas perkembangan tidak lagi

sepenuhnya menjadi tanggungjawab orang tua seperti pada tahun-tahun

prasekolah, namun penguasaan keterampilan dasar juga menjadi tanggung jawab

pihak sekolah.

Usia sekolah dasar termasuk dalam fase kesadaran karir. Menurut Super

(Winkel, 1997) usia dari saat lahir sampai umur 15 tahun merupakan usia dimana

anak mengembangkan berbagai potensi, pandangan khas, sikap, minat dan

kebutuhan-kebutuhan yang dipadukan dalam konsep diri (self-concept structure).

(4)

memiliki kesadaran pentingnya kerelaan untuk bekerjasama dan bertindak secara

bertanggungjawab. Upaya pengenalan dan penyadaran diusahakan bertahap dari

yang sederhana ke yang lebih kompleks.

Pendidikan dasar bertujuan memberikan bekal kemampuan dasar.

Kemampuan dasar kepada peserta didik untuk mengembangkan kehidupannya

sebagai pribadi, anggota masyarakat, warga Negara dan anggota umat manusia

serta mempersiapkan peserta didik untuk mengikuti pendidikan menengah

(UNSPN dan PP No.28 Tahun 1999).

Tujuan tersebut mengisyaratkan bahwa siswa sekolah dasar tidak hanya

dituntut dapat menguasai keterampilan dasar membaca, menulis dan menghitung

tetapi juga memiliki kompetensi intelektual, pribadi juga sosial. Istilah

kompetensi digunakan sebagai salah satu istilah yang tidak hanya sekedar

keterampilan melainkan juga mencakup sikap dan pengetahuan, karena itu istilah

kompetensi lebih tepat digunakan dalam menjelaskan kemampuan-kemampuan

yang perlu dikembangkan siswa dalam bidang kompetensi karir.

Salah satu bentuk bantuan di sekolah untuk memfasilitasi perkembangan

individu adalah layanan bimbingan dan konseling. Bimbingan dan konseling

merupakan suatu bagian integral pendidikan yang menyediakan bantuan bagi

individu untuk dapat berkembang secara optimal, memahami diri, lingkungan dan

dapat merencanakan masa depan. Bimbingan dan konseling juga merupakan

upaya yang dilakukan untuk membantu peserta didik memiliki kompetensi

psikologis, memahami pribadi yang aktif, kreatif, mandiri dan berbudi luhur.

(5)

Karir adalah perjalanan yang panjang dari seseorang dalam menjalani

peran kehidupan hingga dapat mengekspresikan potensi dan mewujudkan diri

yang bermakna bagi diri dan lingkungannya. Suatu posisi dianggap karir

bergantung pada pandangan individu tentang karir dan perspektif mana yang

digunakan serta yang terpenting adalah bagaimana kualitas individu berperilaku

dan berperan pada setiap posisi. Kualitas perilaku pada setiap posisi karir dapat

dijadikan sebagai suatu kepuasan dan dapat bermakna bagi diri serta lingkungan

sekitar. Bagian yang sangat penting dari tahap perkembangan karir adalah

perencanaan, membuat keputusan dan kepuasan terhadap karir yang ditekuninya.

Kesuksesan individu dalam mencapai tujuan, akan berpengaruh kepada setiap

aspek kehidupan. Kekuatan karir individu terletak pada cara membuat keputusan

dan berani menanggung setiap resiko dari keputusan yang telah dipilih.

Karir merupakan rentang kehidupan yang bermakna bagi individu

sehingga individu dapat mengaktualisasikan diri. Dengan demikian karir

merupakan bagian dari perkembangan individu yang akan mempengaruhi proses

kehidupannya. Proses perkembangan karir berlangsung secara berkelanjutan dan

bukan merupakan segmentasi dari tahap-tahap perkembangan. Oleh karena itu

pendidikan karir perlu diberikan sejak awal perkembangan individu. Meskipun

pada tahap-tahap awal perkembangannya individu belum diarahkan pada

pemilihan dan pembuatan keputusan karir, namun pendidikan karir sejak dini

berkontribusi pada penyediaan kesempatan karir di masa yang akan datang. Selain

(6)

sehingga dalam hal ini sekolah tidak dapat melepaskan tanggung jawabnya dalam

menyukseskan pendidikan karir siswa.

Pada usia sekolah dasar, kesadaran karir lebih dititikberatkan pada

eksplorasi karir dan pengenalan jabatan yang ada dalam lingkungan masyarakat.

Meskipun anak belum sampai kepada tahap pemilihan karir, namun pemilihan

karir sangat dipengaruhi oleh lingkungan keluarga, masyarakat, media atau faktor

lain yang ikut membantu dalam membuat keputusan karir. Pihak sekolah

membantu anak dalam memperoleh informasi karir, mengenal karakteristik diri

serta hubungan antara pekerjaan dan belajar dalam kehidupan sehari-hari. Pada

waktu yang sama, kurikulum sekolah hendaknya menjaga dari bias gender

mengenai informasi pekerjaan. Proses bimbingan karir adalah komponen penting

dalam pengembangan program untuk sekolah dasar.

Berdasarkan penelitian pada tahun 1988 yang dilakukan oleh Alexander

dan Entwisle (Santrock, 1995: 350) menyimpulkan bahwa tahun pertama sekolah

diidentifikasi sebagai suatu periode yang sangat penting dalam pembentukan

prestasi. Kebanyakan sekolah dasar, berjalan atas dasar umpan balik yang negatif.

Harga diri anak menjadi lebih rendah dibandingkan pada saat berada dalam usia

prasekolah. Bagi kebanyakan anak, masuk sekolah dasar akan berdampak pada

perubahan peran dan kewajiban. Pemberian bimbingan karir pada anak sangat

diperlukan sejak dini dalam membentuk kesadaran bahwa sekolah akan memberi

anak sumber gagasan baru yang kaya untuk membentuk rasa percaya diri.

Penelitian mengenai harapan dan cita-cita karir anak sekolah dasar

(7)

menunjukkan bahwa anak-anak yang berada pada kelas atas mampu berpikir

mengenai pilihan karir secara lebih spesifik dan realistik dibandingkan dengan

anak yang berada pada kelas bawah. Usia sekolah dasar perlu ditanamkan

kepercayaan terhadap diri sendiri, pengetahuan mengenai informasi karir dan

cita-cita, menjadi fokus utama bimbingan karir di sekolah dasar. Dalam hal ini

hendaknya pihak sekolah membantu siswa dalam memperoleh pengetahuan

mengenai informasi karir yang sesuai dengan bakat dan minat anak. Rekomendasi

dari penelitian tersebut adalah bimbingan yang dikembangkan bernuansa media

permainan dengan harapan agar anak mampu mengungkapkan perasaannya

melalui media tersebut.

Penelitian mengenai isu kematangan perkembangan karir (Wendy, 2001;

Petter, 2001) dilakukan di Australia. Hasil riset menggambarkan bahwa terdapat

ketidakseimbangan antara program dasar pendidikan karir dengan praktek

bimbingan karir di lapangan. Program bimbingan karir hendaknya disusun

berdasarkan analisis kebutuhan sebagai suatu intervensi terhadap karir

perkembangan. Pihak sekolah hendaknya tidak membeda-bedakan layanan

bimbingan karir berdasarkan gender, akan tetapi dapat disiasati dengan jalan

pemberian informasi dan kepantasan perencanaan karir yang sesuai dengan tahap

perkembangan siswa.

Kenyataan di sekolah masih ditemukan siswa yang belum memiliki

kesadaran karir. Penelitian Wahono (2000) mengenai angka putus sekolah di

Indonesia pada tahun ajaran baru di sekolah dasar semakin memperkuat bahwa

(8)

menunjukkan ketika tahun ajaran baru berlangsung, tingkat pendaftaran siswa

pada jenjang sekolah dasar sangat membanggakan yakni mencapai 93% sampai

95,7% dari tahun 1994 hingga tahun 1999. Namun presentase yang mendaftar

sekolah tidak sesuai dengan presentase kelulusan yang hanya mencapai 26,3%

hingga 30,7%. Salah satu penyebab kegagalan pendidikan nasional adalah

rendahnya minat untuk dapat melanjutkan sekolah, padahal pada usia sekolah

dasar anak harus sampai pada kompetensi karir yaitu memiliki kesadaran akan

hubungan antara pendidikan dan pekerjaan serta mampu merencanakan masa

depan.

Hasil penelitian Gysbers di Alaska tahun 2005 menyatakan bahwa

pelaksanaan bimbingan konseling terpadu di sekolah dirasakan sangat penting.

Bimbingan karir yang dilakukan merujuk pada model bimbingan komprehensif.

Alasan model ini cocok dilaksanakan karena terbukti siswa lebih dapat memahami

diri dan mampu merencanakan karir pada masa yang akan datang. Diperkuat oleh

penelitian Sheldon dan Morgan (Journal Counseling&Development, 1992)

mengemukakan bahwa bimbingan karir di sekolah terbukti mampu meningkatkan

prestasi belajar anak dan konsep diri yang positif serta memiliki pandangan yang

jauh mengenai masa depan.

Berdasarkan pada penelitian yang dilakukan Bernes dan kawan-kawan

tahun 2005 pada 428 sekolah dasar di Nebraska, menyatakan bahwa kurikulum

bimbingan adalah kunci utama dalam mengembangkan program bimbingan yang

menyeluruh di sekolah. Program bimbingan harus menggambarkan tujuan

(9)

analisis kebutuhan menurut kompetensi, baik itu kompetensi pribadi-sosial,

akademik ataupun karir. Hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa 4,94%

menunjukkan bahwa program bimbingan telah melayani kebutuhan

perkembangan siswa dan 86,4% menyatakan bahwa siswa belum merasakan

fungsi layanan bimbingan di sekolah secara terpadu. Walaupun kebanyakan

konselor sekolah menyatakan telah memiliki program bimbingan yang dibuat

dalam melayani kebutuhan perkembangan semua siswa namun setelah diselusuri

hasilnya lebih dari 30% responden menyatakan belum memiliki kurikulum

bimbingan yang sistematis di sekolah. Hal tersebut ironis karena bimbingan yang

dilaksanakan di sekolah selayaknya harus terprogram dan terencana dengan baik.

Whiston dan Sexton mengulang kembali penelitian konseling sekolah

yang diadakan dari tahun 1988 sampai 1995. Hasil penelitian tersebut

menyimpulkan bahwa secara umum kegiatan yang dilaksanakan oleh konselor

sekolah memiliki pengaruh positif terhadap prestasi siswa, perencanaan karir, dan

keterampilan sosial, namun menggambarkan kesimpulan secara hati-hati

dikarenakan adanya keterbatasan pada beberapa studi dalam hal metode

penelitiannya. Penggunaan media permainan merupakan salah satu media dalam

melaksanakan bimbingan dan konseling agar lebih bermakna bagi anak dan

memberikan pengalaman pembelajaran dalam kehidupan sehari-hari. (Green &

Keys, 2001).

Bimbingan karir diperlukan sejak dini khususnya dalam aspek kesadaran

karir, dengan asumsi bahwa perkembangan dan wawasan karir pada masa tersebut

(10)

informasi karir yang bersifat bias dan kurang tepat memerlukan bimbingan karir

yang terpadu di sekolah. Melalui bimbingan karir siswa juga diharapkan memiliki

kompetensi pribadi baik dalam bidang akademik, pribadi-sosial, maupun karir

yang berguna bagi pengembangan diri menuju masa selanjutnya. Oleh karena itu,

pelaksanaan bimbingan karir hendaknya dilaksanakan secara berkelanjutan secara

formal mulai dari jenjang pendidikan sekolah dasar hingga sekolah menengah

atas, namun orientasi bimbingan karir di sekolah dasar bukan pemilihan karir akan

tetapi lebih berfokus pada diri dan kesadaran karir. Bimbingan karir di sekolah

dasar tidak dimaksudkan untuk memaksa anak dalam melakukan pilihan yang

premature, namun lebih berfokus pada pilihan-pilihan yang tersedia, cara

mengantisipasi dan merencanakan masa depan yang berhubungan dengan ciri-ciri

pribadi yang dimiliki.

Meskipun bimbingan karir tidak dapat dipisahkan dari bimbingan

pribadi-sosial dan akademik, namun semuanya memiliki proporsi yang sama penting

dalam mengembangkan kompetensi seorang individu. Kompetensi karir akan

mempengaruhi kehidupan anak masa mendatang. Bimbingan karir menanamkan

kepada anak mengenai pentingnya belajar karena dunia akan selalu berubah.

Melalui bimbingan karir pula, anak ditanamkan kesadaran bahwa manusia tidak

hanya hidup untuk belajar namun setiap manusia dituntut untuk bekerja. Bekerja

merupakan bagian yang tidak dapat terpisahkan dari hidup manusia. Dengan

bekerja, manusia membangun dunia agar lebih sesuai dengan hakikat

kemanusiaannya dan dengan bekerja pula manusia semakin berbudaya dan

(11)

Kenyataan di lapangan menunjukkan penggunaan media permainandalam

mengembangkan kesadaran karir masih terbatas pada jenjang pendidikan sekolah

menengah pertama serta sekolah menengah atas dan diutamakan bagi siswa kelas

akhir yang diperkirakan akan memasuki perguruan tinggi dan dunia pekerjaan.

Meskipun pendidikan karir mendapat dukungan dari berbagai pihak, tidak sedikit

juga anggapan negatif dari kelompok tertentu yang menolak penanaman

bimbingan karir sejak dini kepada anak. Misalnya, adanya anggapan bahwa

bimbingan karir kurang memberi kontribusi pada kurikulum sekolah, selain itu

adanya program pendidikan kejuruan (vocational education) dianggap membatasi

pendidikan formal pada aspek perkembangan karir dan pekerjaan tertentu.

Disamping itu, penyediaan program bimbingan karir di sekolah dasar

dikhawatirkan akan memaksa anak untuk melakukan pengambilan keputusan

karir. Padahal jika ditelaah lebih lanjut, inti dari pendidikan karir adalah

memfasilitasi perkembangan karir individu sesuai dengan tahapan perkembangan

karir, sehingga individu atau siswa yang belum matang tidak dipaksa untuk

membuat keputusan karir yang prematur.

Kurangnya dukungan dari pihak sekolah dan orang tua, menambah daftar

panjang fenomena masih kurangnya kesadaran karir pada anak yang akan

berdampak pula terhadap perkembangan dimensi pribadi, sosial serta akademik.

Persepsi dan konsepsi belajar dipahami orang tua dan pendidik secara sempit dan

terbatas. Praktek pendidikan di sekolah dasar menjadi sangat berorientasi

akademik. Proses pembelajaran di kelas terarah dalam upaya memenuhi tujuan

(12)

identik dengan duduk diam memperhatikan pelajaran guru atau mengerjakan tugas

sesuai dengan materi pelajaran.

Perhatian terhadap dimensi perkembangan diri anak sebagai pribadi unik

yang memiliki potensi, perbedaan individu dan minat terasa terabaikan.

Kebutuhan anak untuk bermain sesuai karakteristik perkembangan tidak

terpenuhi. Proses belajar mengajar tidak memfasilitasi pengembangan perilaku

dan keterampilan sebagai pribadi, pelajar dan anggota masyarakat.

Selain itu masih jarang sekolah dasar yang memiliki program bimbingan

dan konseling yang sistematis dan komprehensif, bahkan keberadaan guru

pembimbing atau konselor di sekolah dasar masih sangat terbatas jumlahnya.

Secara konten terdapat kurikulum yang bermuatan bimbingan, tetapi hal ini belum

disadari oleh para guru bahwa materi tersebut akan lebih bermakna bila

disampaikan dengan nuansa bimbingan. Para guru masih berfikir bahwa materi

yang diberikannya merupakan materi yang harus dikuasai anak untuk mencapai

standar kompetensi yang sebagai telah ditentukan, tanpa mengamati secara

intensif perkembangan psikologis yang telah dicapai anak.

Konselor sebagai guru pembimbing dalam memberikan layanan kepada

anak dapat menggunakan berbagai media untuk memfasilitasi hubungan antara

konselor dan anak sebagai konseli, membangun informasi, penilaian dan segala

kegiatan untuk tercapainya perubahan tingkah laku anak sesuai yang diharapkan.

Diantara sekian banyak media yang dapat digunakan oleh konselor dalam

memberikan layanan bimbingan dan konseling, media yang dapat dipergunakan

(13)

yang penting untuk konselor dalam memberikan layanan bagi konseli. Pendekatan

ini merupakan alternatif dalam berkomunikasi dengan anak. Selain itu adanya

kekhawatiran atau kecemasan secara akademik akan media yang selama ini

kurang menyentuh kesadaran karir anak serta pendekatan yang selama ini

digunakan tidak tepat sasaran. Program bimbingan untuk mengembangkan

kesadaran karir anak melalui media permainanmerupakan salah satu solusi dalam

menjawab tantangan yang ada. Program bimbingan untuk mengembangkan

kesadaran karir anak melalui media permainan merupakan program bimbingan dan

konseling yang disusun dan direncanakan terlebih dahulu secara matang pada adegan

sekolah, dengan merujuk pada kompetensi karir yang harus dimiliki oleh anak usia

sekolah dasar melalui media seni dan permainan. Dengan kata lain, program tersebut

dapat menjadi rujukan konselor dalam menyusun rencana kegiatan bimbingan karir di

sekolah dasar.

Berdasarkan kenyataan dan harapan tersebut, penelitian bermaksud

memperoleh program bimbingan dan konseling untuk mengembangkan kesadaran

karir anak melalui media permainan.

B. Identifikasi Masalah

Pada hakekatnya karir merupakan proses perkembangan sepanjang hayat.

Perkembangan karir adalah perjalanan kehidupan yang panjang yang dimulai

sejak lahir hingga individu meninggal. Oleh karena itu, bimbingan karir menjadi

hal yang sangat signifikan dewasa ini, mengingat bimbingan karir tidak hanya

terkait dengan perkembangan kemampuan kognitif, melainkan juga

(14)

konsep diri yang positif, bahkan pemahaman terhadap proses pengambilan

keputusan.

Dalam mengembangkan diri, individu tidak dapat lepas dari pengaruh

lingkungannya, baik lingkungan fisik maupun sosial. Lingkungan yang

mempengaruhi perkembangan individu akan terus berubah. Dalam menghadapi

perubahan itu, individu kerapkali menghadapi beberapa masalah yang terkadang

tidak dapat diselesaikan sendiri. Oleh karena itu dukungan dan bimbingan dari

orang yang lebih dewasa sangat diperlukan.

Siswa sekolah dasar berada pada fase berpikir konkret. Pada usia tersebut,

anak mengembangkan identitas dan rasa percaya diri serta rasa keberhargaan diri

(self-worth). Anak belajar untuk berhubungan dengan teman sebaya dan orang

dewasa serta bertanggung jawab terhadap diri sendiri dan apa yang dimilikinya.

Merupakan hal yang krusial bahwa kepemimpinan dan penyediaan pengalaman

bagi semua anak dengan kesempatan untuk mengembangkan pemahaman diri dan

rasa percaya diri akan berkontribusi dalam kompleksitas perubahan sosial. Anak

harus memiliki kemampuan dan keterampilan yang diperlukan dalam kehidupan

sehari-hari, melewati masa transisi menuju usia sekolah lanjutan dan untuk

memulai pengembangan perencanaan akademik demi kepastian perkembangan

akademik dan keberlanjutan perkembangan karir. Untuk memperoleh

kemampuan-kemampuan yang dituntut itulah, maka bimbingan dan konseling

tampil sebagai suatu bantuan agar anak dapat membuat keputusan dan memiliki

(15)

Kurikulum berbasis isi (KBI) yang telah mengakar pada pendidikan formal

dipandang tak memadai lagi dan perlu berpaling ke kurikulum berbasis

kompetensi (KBK). Kurikulum yang dibutuhkan saat ini yaitu kurikulum berbasis

kompetensi. Kompetensi dikembangkan untuk mencetak kualitas lulusan yang

kompeten dan cerdas dalam membangun bangsanya karena kurikulum berbasis

kompetensi dapat memberikan dasar pengetahuan, keterampilan dan pengalaman

belajar.

Penerapan Kurikulum Berbasis Kompetensi yang kini lebih dikenal

sebagai Kurikulum Tingkat Satuan pendidikan (KTSP) dianggap dapat membantu

siswa dalam menguasai pengetahuan, keterampilan dan sikap belajar yang dikenal

sebagai kompetensi. KTSP diharapkan dapat membekali siswa dengan berbagai

kompetensi untuk menghadapi perubahan, persaingan dan kompleksitas

kehidupan. Penerapan KTSP selain berdampak pada kegiatan dan sistem

pembelajaran turut berpengaruh pada pelaksanaan layanan bimbingan dan

konseling. Sekolah dasar sebagai tonggak awal pendidikan formal siswa menjadi

modal bagi perkembangan belajar siswa selanjutnya. Secara tidak langsung,

penerapan KTSP dalam pembelajaran juga turut mempengaruhi keberadaan

layanan bimbingan dan konseling di sekolah dasar.

Kenyataan masih terbatasnya jumlah sekolah dasar yang menyediakan

layanan bimbingan dan konseling bukanlah satu hambatan yang berarti. Penelitian

mengenai penelitian tindakan kolaboratif dan konselor sekolah (Rowell, 2005)

mengemukakan bahwa penelitian tindakan kolaboratif merupakan alat efektif

(16)

dan penelitian. Dalam konteks ini, meningkatnya keterlibatan pelaksana konseling

sekolah dalam penelitian tindakan berpengaruh signifikan pada peningkatan

profesionalitas konseling sekolah.

Pelaksanaan bimbingan karir khususnya pada anak dalam fase kesadaran

karir merupakan tanggung jawab pihak sekolah, khususnya konselor yang lebih

mengetahui karakteristik anak. Hal tersebut akan menjadi kendala apabila di

sekolah dasar tidak tersedia konselor sebagai tenaga ahli yang akan melaksanakan

program bimbingan dan konseling, namun melalui program yang akan dijabarkan

sedemikian rupa secara operasional sehingga dapat mempermudah guru untuk

mengaplikasikannya di kelas secara klasikal.

Media yang digunakan dengan memanfaatkan media seni dan permainan.

Strategi yang dapat dilaksanakan dalam bimbingan dan konseling diantaranya

melalui kurikulum bimbingan yang terintegrasi dengan mata pelajaran di sekolah

(curriculum infusion career units), dinamika kelompok dan menggunakan

keterlibatan masyarakat dalam pelaksanaan bimbingan karir. Sedangkan teknik

yang dipilih diantaranya melalui pemodelan (modelling), bermain peran (role

playing), simulasi, dongeng, bercerita, diskusi kasus, wisata keilmuan, permainan

(games), demostrasi di kelas dan biografi para tokoh yang sudah berhasil dalam

karir.

Bimbingan karir sangat diperlukan sejak dini dalam proses kesadaran

karir. Kesadaran karir dalam konteks penelitian ini meliputi siswa mengenal dunia

kerja dan diri sendiri, serta menyadari pentingnya kerelaan untuk bekerjasama dan

(17)

perkembangan karir menuju tahap selanjutnya yaitu tahap eksplorasi dan

persiapan karir. Ketidakmatangan dalam satu tahap perkembangan karir dapat

mengganggu keseimbangan psikis dan kekurangsesuaian perilaku yang tampak

ditampilkan oleh individu. Kurangnya informasi mengenai karir akan

menyebabkan individu sulit dalam mengambil keputusan pada masa yang akan

datang. Kompetensi karir yang dimiliki individu dapat dikembangkan melalui

bimbingan dan konseling. Oleh karena itu bimbingan karir di sekolah dasar

merupakan salah satu solusi agar siswa mengenal dunia kerja dan mampu

merencanakan masa depannya.

Anak senantiasa berubah dan berkembang. Begitupun dengan lingkungan

anak terus berubah. Pemahaman mengenai perubahan tersebut perlu dikuasai

seorang konselor agar dapat memberikan layanan bimbingan dan konseling yang

tepat. Karena itu program bimbingan dan konseling yang tepat perlu

dikembangkan sebagai implikasi dari hal tersebut. Program bimbingan merupakan

suatu rencana kegiatan yang dijadikan pedoman atau acuan dalam melaksanakan

aktivitas bimbingan secara terarah, jelas dan operasional. Program bimbingan

disusun dan diimplementasikan sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan siswa serta

lembaga. Karena itu dalam menyusun sebuah program perlu diperhatikan

beberapa hal di antaranya perkembangan (kebutuhan) siswa, perkembangan atau

tuntutan lingkungan dan kebijakan lembaga.

Suatu program dapat membantu siswa mencapai perkembangan siswa jika

dikembangkan sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik siswa. Program harus

(18)

siswa, berorientasi pada interaksi pendidikan di kelas, dan aktivitas bimbingan di

kelas. Berdasarkan penelitian diketahui bahwa layanan dasar bimbingan dengan

program yang komprehensif memiliki pengaruh positif bagi perkembangan anak

(Rowley&Stroh, 2005). Hal ini berimplikasi terhadap konten layanan bimbingan

dan konseling perlu disusun secara komprehesif dan sistematis.

Analisis kebutuhan (need assessment) merupakan bagian integral dalam

pembuatan suatu program. Thompson, et al. (2003) mengungkapkan bahwa:

The assessment of student’s counseling needs as an integral component of development and implementation of an effective school counseling program is widely recognized. Unfortunately, however, this mandate has been hindered by lack of a psychometrically sound measure of student’s counseling needs.

Berdasarkan pernyataan Thompson tersebut tersirat bahwa suatu program

konseling yang efektif tidak dapat disusun karena kurangnya pengukuran secara

psikometri kebutuhan konseling siswa. Padahal Gysbers dan Henderson

(Thompson, 2003) menegaskan bahwa konseling dan semua kebutuhan siswa di

sekolah harus ditentukan lebih awal dalam proses pengembangan program

sehingga pengembangan program konseling di sekolah dapat disusun untuk

memenuhi kebutuhan siswa. Karena itu analisis kebutuhan merupakan hal yang

krusial dalam mengembangkan program yang efektif.

Konselor seringkali mengalami kesulitan dalam mengembangkan suatu

instrumen untuk mengungkap kebutuhan siswa. Hal ini dikarenakan kurangnya

penguasaan teori dan konsep mengenai perkembangan individu dan

pengembangan program. Akhirnya layanan bimbingan dan konseling yang

(19)

optimalisasi perkembangan siswa. Padahal siswa memerlukan bantuan dari

konselor.

Berdasarkan identifikasi masalah mengenai perlunya kesadaran karir siswa

serta program bimbingan dan konseling sebagai salah satu solusinya, tampak

adanya berbagai permasalahan yang muncul.

Sebagai salah satu solusi, penelitian ini berfokus pada pengembangan

program bimbingan untuk mengembangkan kesadaran karir siswa melalui media

permainan.

C. Rumusan Masalah

Mengingat pentingnya program bimbingan dan konseling di sekolah yang

sesuai dengan kebutuhan siswa, tuntutan lingkungan masyarakat dan kebijakan

lembaga untuk membantu siswa mencapai kesadaran karir maka rumusan masalah

penelitian adalah bagaimana penggunaan media permainan dalam

mengembangkan kesadaran karir anak?

Untuk memperoleh rumusan program bimbingan untuk mengembangkan

kesadaran karir siswa diperlukan kegiatan analisis kebutuhan. Analisis kebutuhan

dilaksanakan untuk memperoleh data mengenai rumusan kesadaran karir siswa,

profil awal kesadaran karir siswa sekolah dasar dan kondisi aktual layanan

bimbingan di sekolah dasar. Data tersebut diperlukan dalam pengembangan

program sehingga menjadi program yang efektif dan sesuai dengan kebutuhan

siswa sekolah dasar serta kondisi sekolah.

Pertanyaan tentang pengembangan program, dipaparkan kembali ke dalam

(20)

1. Bagaimana rumusan kompetensi untuk mengembangkan kesadaran karir anak

melalui media permainan?

2. Bagaimana profil kompetensi untuk mengembangkan kesadaran karir anak

melalui media permainan pada kelas V-A Sekolah Dasar Islam Terpadu

Sumedang?

3. Bagaimana kondisi aktual layanan bimbingan dan konseling untuk

mengembangkan kesadaran karir anak melalui media permainan pada Sekolah

Dasar Islam Terpadu Sumedang?

4. Bagaimana program bimbingan dan konseling yang direkomendasikan untuk

mengembangkan kesadaran karir anak melalui media permainan?

D. Tujuan Penelitian

Tujuan umum penelitian adalah memperoleh program bimbingan dan

konseling untuk mengembangkan kesadaran karir pada anak melalui media

permainan.

Tujuan tersebut dicapai melalui tujuan khusus penelitian sebagai berikut.

1. Memperoleh rumusan kesadaran karir anak sekolah dasar.

2. Memperoleh gambaran profil kesadaran karir pada kelas V-A Sekolah

Dasar Islam Terpadu Sumedang.

3. Mengidentifikasi kondisi aktual layanan bimbingan dan konseling untuk

mengembangkan kesadaran karir anak melalui media permainan pada

Sekolah Dasar Islam Terpadu Sumedang.

4. Memperoleh rumusan program kesadaran karir anak melalui media

(21)

E. Manfaat Penelitian

Penelitian diharapkan dapat berkontribusi positif bagi institusi pendidikan

khususnya pada sekolah dasar dan memberikan arti penting, baik secara teoritis

maupun secara praktis.

Secara teoritis, penelitian berguna sebagai gagasan baru yang dapat

dijadikan dasar dalam pengembangan program bimbingan karir selanjutnya.

Selain itu dapat menguatkan dan memperkaya konsep tentang bimbingan karir

serta menguatkan konsep pengembangan program bimbingan dan konseling di

sekolah.

Secara praktis, hasil penelitian dapat diterapkan dalam pelaksanaan

bimbingan karir di sekolah dasar. Instrumen yang dikembangkan dapat digunakan

(22)

BAB III

METODE PENELITIAN

Pada bagian ini diuraikan secara lengkap mengenai pendekatan dan

metode penelitian yang digunakan, langkah-langkah penelitian, lokasi dan subjek

penelitian, definisi operasional variabel, penyusunan alat pengumpul data dan

analisis data.

A. Pendekatan dan Metode Penelitian

Penelitian dilakukan dengan pendekatan kualitatif dan kuantitatif.

Pendekatan kualitatif digunakan untuk mengembangkan program, menganalisis

hasil assessment kesadaran karir anak, kondisi aktual layanan bimbingan dan

konseling karir di sekolah dasar dan menguraikan hasil uji coba kegiatan

bimbingan. Pendekatan kuantitatif digunakan dalam mengungkap profil kesadaran

karir siswa sekolah dasar dan penilaian rancangan program bimbingan oleh pakar.

Pendekatan penelitian yang digunakan yaitu penelitian dan pengembangan

(research and development) yang dikemukakan Borg dan Gall (Syaodih, 2005).

Penelitian dan pengembangan adalah suatu proses atau langkah-langkah untuk

mengembangkan suatu produk baru atau menyempurnakan produk yang telah ada,

yang dapat dipertanggungjawabkan. Program yang dikembangkan diharapkan

menjadi produk yang dapat digunakan dan dapat dipertanggungjawabkan

validitasnya. Metode yang digunakan melalui eksperiment dengan menggunakan

(23)

B. Langkah-Langkah Penelitian

Secara lengkap Borg dan Gall (Syaodih, 2005: 169) mengemukakan

sepuluh langkah pelaksanaan penelitian dan pengembangan.

1. Penelitian dan pengumpulan data (research and information collecting).

Pengukuran kebutuhan, studi literatur, penelitian dalam skala kecil, dan

pertimbangan-pertimbangan dari segi nilai.

2. Perencanaan (planning). Menyusun rencana penelitian, meliputi

kemampuan-kemampuan yang diperlukan dalam pelaksanaan penelitian, rumusan tujuan

yang hendak dicapai dengan penelitian tersebut, desain atau langkah-langkah

penelitian, kemungkinan pengujian dalam lingkup terbatas.

3. Pengembangan draf produk (develop preliminary form of product).

Pengembangan bahan pembelajaran, proses pembelajaran dan instrumen

evaluasi.

4. Uji coba lapangan awal (preliminary field testing). Uji coba di lapangan pada

1 sampai 3 sekolah dengan 6 sampai 12 subjek uji coba. Selama uji coba

diadakan pengamatan, wawancara dan pengedaran angket.

5. Merevisi hasil uji coba (main product revision). Memperbaiki atau

menyempurnakan hasil uji coba.

6. Uji coba lapangan (main field testing). Melakukan uji coba lebih luas. Data

kuantitatif penampilan sebelum dan sesudah menggunakan model yang

diujicobakan dikumpulkan.

7. Penyempurnaan produk hasil uji coba lapangan (operational product

(24)

8. Pelaksanaan uji lapangan (operational field testing).

9. Penyempurnaan produk akhir (final product revision)

10.Diseminasi dan implementasi (dissemination and implementation).

Melaporkan hasilnya dalam pertemuan profesional dan dalam jurnal.

Dalam penelitian ini langkah-langkah tersebut tidak dilaksanakan

seluruhnya tetapi dimodifikasi dan disesuaikan dengan fokus penelitian. Fokus

penelitian adalah mengembangkan program yang mudah dan mungkin dalam

pelaksanaannya serta sesuai dengan karakteristik perkembangan dan kebutuhan

siswa sekolah dasar serta kondisi sekolah.

Langkah-langkah penelitian diuraikan sebagai berikut.

1. Kajian Teoritik

Dalam mengembangkan program bimbingan dan konseling perlu dianalisis

karakteristik perkembangan dan kebutuhan siswa sekolah dasar. Oleh karena

dilakukan kajian teoritik melalui studi literatur dan jugdment secara rasional

oleh ahli dalam merumuskan kesadaran karir siswa sekolah dasar khususnya

kelas V-A. Rumusan awal kompetensi karir dirumuskan berdasarkan pada

sumber utama yaitu Standar Kompetensi Lulusan Satuan Pendidikan

(SKL-SP) berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No.23 Tahun 2006,

Connecticut Comprehensive School Counseling Program tahun 2000 dan

sumber referensi mengenai aspek kecakapan kesadaran karir. Rumusan awal

kemudian di-judge oleh ahli bimbingan dan konseling serta perkembangan

(25)

2. Kajian Empirik (need assesment)

Kajian empirik dilaksanakan untuk mengetahui profil kesadaran karir siswa

sekolah dasar melalui inventori kesadaran karir siswa sekolah dasar kelas V

dan kondisi aktual layanan bimbingan dan konseling karir di sekolah dasar

melalui wawancara kepada guru pembimbing.

3. Pengembangan Program Kesadaran Karir Siswa Sekolah Dasar

Berdasarkan temuan empirik dan kajian teoritik dikembangkan program

kesadaran karir di sekolah dasar yang layak dan mudah untuk dilaksanakan

oleh guru pembimbing maupun guru kelas.

4. Verifikasi Program oleh Pakar

Program yang telah dirancang selanjutnya diuji validasi konten oleh para

pakar dan praktisi melalui instrumen berupa skala penilaian.

5. Uji Coba Terbatas Program Kesadaran Karir

Pada tahap ini, dilaksanakan kegiatan bimbingan karir berdasarkan program

kesadaran karir yang telah dirancang. Kegiatan ini dilakukan untuk

mengetahui transfer ability dan efektivitas program yang telah disusun dengan

bekerja sama dengan guru kelas dan guru pembimbing.

6. Revisi Program

Revisi dan penyempurnaan program dilakukan berdasarkan analisis hasil

observasi dan evaluasi proses selama pelaksanaan uji coba program sehingga

diperoleh program yang efektif serta dapat dilaksanakan di sekolah dasar.

Hasil perbaikan merupakan program yang direkomendasikan untuk

(26)

Lebih jelasnya langkah-langkah tersebut disajikan melalui bagan berikut.

Bagan 3.1 Langkah-Langkah Penelitian

C. Lokasi dan Subjek Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Sekolah Dasar Islam Terpadu. Sampel

penelitian ditentukan dengan metode nonrandom sampling yaitu dengan teknik

purposive sampling. Subjek penelitian adalah siswa Sekolah Dasar Islam Terpadu

kelas V-A.

D. Definisi Operasional Variabel

Perspektif mengenai karir pada dasarnya dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu karir yang seringkali diidentikan dengan pekerjaan dan karir dalam konteks

life span.

Pertama, karir yang identik dengan pekerjaan yang menggambarkan

bahwa sesuatu dapat dikatakan sebagai karir, jika memenuhi kriteria sebagai berikut: a) pandangan individu yang melihat pekerjaan sebagai sumber kepuasan pribadi yang bersifat non-ekonomis; b). keterlibatan individu dalam menjalankan

Kajian Teoritik

Kajian Empirik

Pengembangan Program

Verifikasi Program

Uji Coba Terbatas

Revisi Program Need assessment secara

teoritik dan empiris

(27)

suatu tugas dalam pekerjaannya; c). komitmen untuk menjalankan pekerjaan; d). persiapan pendidikan atau pelatihan dalam meraih jabatan suatu pekerjaan; e). dedikasi yang tinggi terhadap pekerjaan; f). mendapatkan keuntungan finansial, dan g). adanya kesejahteraan personal yang akan membawa seseorang pada perasaan kebermaknaan hidup.

Kedua, dalam konteks life span dikatakan karir, jika hal tersebut

merupakan perjalanan hidup individu yang bermakna. Kebermaknaan yang dimaksud, dapat diperoleh individu melalui intergrasi peran, adegan kehidupan

dan peristiwa yang melibatkan keputusan-keputusan, komitmen, gaya hidup, dedikasi dan persiapan-persiapan untuk menjalani kehidupannya.

Istilah karir yang dimaksud dalam penelitian ini adalah karir dalam pengertian life span yang mengandung pengertian lebih dari sekedar untuk menjalankan sesuatu atau hanya bekerja pada suatu tempat tertentu, namun pengertian karir yang lebih merupakan manifestasi dari hidup individu itu sendiri. Menurut Super (Winkel, 1997) usia dari saat lahir sampai umur 15 tahun termasuk pada fase pengembangan (growth) dimana anak mengembangkan berbagai potensi, pandangan khas, sikap, minat dan kebutuhan-kebutuhan yang dipadukan dalam konsep diri (self-concept structure). Siswa sekolah dasar dibantu untuk mengenal dunia kerja dan dirinya sendiri serta memiliki kesadaran pentingnya kerelaan untuk bekerjasama dan bertindak secara bertanggungjawab. Upaya pengenalan dan penyadaran diusahakan bertahap dari yang sederhana ke yang lebih kompleks. Super (1975) mengartikan bimbingan karir sebagai suatu proses membantu individu untuk mengembangkan penerimaan kesatuan dan gambaran diri serta peranannya dalam dunia kerja. Menurut definisi ini terdapat dua hal yang penting yaitu: a). proses membantu individu untuk memahami diri sendiri dan b). membantu individu untuk memahami dan menyesuaikan diri dalam dunia kerja.

Dari pendapat tersebut dapat dirumuskan aspek kesadaran karir merupakan

(28)

merencanakan masa depan secara bertanggung jawab. Kesadaran karir terdiri dari beberapa aspek yaitu aspek kesadaran diri, kesadaran pengetahuan karir, kesadaran mencari informasi karir, kesasadaran membuat pilihan sehat dan keputusan efektif serta kesadaran keterampilan karir.

Bimbingan dan konseling karir merupakan bagian dari program bimbingan dan konseling secara keseluruhan. Di dalam program bimbingan dan konseling terdapat beberapa jenis layanan bimbingan seperti bimbingan akademik, bimbingan pribadi-sosial, bimbingan karir dan sebagainya. Keseluruhan

bimbingan karir di sekolah dimaksudkan agar lebih memberikan arti bagi program bimbingan dan konseling secara keseluruhan. Selain itu dalam proses bimbingan karir disekolah merujuk pada kesadaran karir yang harus dicapai oleh siswa.

Menurut Schmidt (1999:39) program adalah serangkaian kegiatan yang direncanakan secara sistematis, terarah dan terpadu untuk mencapai tujuan yang diselaraskan dengan kebutuhan siswa yang telah teridentifikasi atas tujuan yang diemban sekolah. Sedangkan Winkel (1991:143) secara lebih detail menjelaskan bahwa program harus dibuat dan dikembangkan dengan mengikuti beberapa prinsip sebagai berikut.

a. Program harus direncanakan, disusun, diatur, dikembangkan dan disesuaikan dengan situasi kehidupan siswa di jenjang atau tingkat pendidikan tertentu. b. Program harus direncanakan dan dilaksanakan berdasarkan pendekatan

rasional-ilmiah, dengan mengikutsertakan tenaga-tenaga ahli, koordinasi, serta supervisi pelaksanaan yang memadai.

c. Program harus mencakup kegiatan bimbingan individual dan kelompok, dalam proporsi yang wajar, sehingga semua subjek terjangkau.

d. Harus disertai dengan data tentang subjek yang dibimbing, yang diperoleh dengan metode dan alat yang dapat diandalkan serta harus diolah dan diarsipkan secara efisien.

e. Program harus mencakup pemberian informasi yang relevan kepada subjek

(29)

f. Program harus dievaluasi secara berkala untuk mengetahui tingkat efektivitasnya dan untuk mengadakan penyesuaian seperlunya.

Mengacu pada pandangan Subino (Suherman dan Sudrajat, 1998:1) layak tidaknya suatu program dievaluasi melalui dua cara yaitu secara rasional (sebelum program dilaksanakan) dan secara empiris (setelah program dlaksanakan). Evaluasi program secara rasional dilakukan melalui rasional para ahli dalam bidang bimbingan dan konseling. Evaluasi program secara empiris dilaksanakan dengan menggunakan format penilaian program, format observasi dan lembar

kerja siswa.

Media permainan merupakan alat yang penting untuk konselor dalam memberikan layanan bagi konseli. Permainan (play) adalah suatu kegiatan yang menyenangkan yang dilaksanakan untuk kepentingan kegiatan itu sendiri (Santrock, 2002). Seiring dengan penuturan diatas, Piaget melihat permainan sebagai suatu metode yang meningkatkan perkembangan kognitif anak-anak. Permainan merupakan salah satu media bimbingan dan konseling dalam menghadapi konseli, khususnya terhadap anak karena terkadang anak tidak mampu mengatakan apa yang ada dalam hatinya tetapi dapat menunjukan dalam perilakunya.

Dari penuturan di atas, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan penggunaan media permainan untuk mengembangkan kesadaran karir anak adalah merupakan rancangan kegiatan yang disusun melalui media permainan berdasarkan kebutuhan perkembangan dalam aspek kesadaran karir, agar siswa dapat menunjukkan kemampuannya dengan mengembangkan berbagai potensi, pandangan khas, sikap, minat dan kebutuhan-kebutuhan yang dipadukan dalam konsep diri yang tampak secara nyata dalam mengenal dunia kerja; mengenal karakteristik diri; dan menyadari hubungan antara pendidikan dan pekerjaan sehingga siswa mampu merencanakan masa depan secara bertanggung jawab.

E. Penyusunan Alat Pengumpulan Data

Sebagai alat pengumpul data disusun instrumen yang reliabel dan valid.

(30)

dikembangkan instrumen yang dapat dijadikan alat untuk memperoleh data

mengenai profil kesadaran karir siswa sekolah dasar, kondisi aktual layanan

bimbingan dan konseling karir di sekolah dasar dan rumusan program bimbingan

untuk mengembangkan kesadaran karir pada anak dengan menggunakan media

permainan.

Adapun instrumen yang disusun dalam penelitian disajikan melalui tabel berikut.

Tabel 3.1

Pemetaan Instrumen Penelitian

Aspek yang Diungkap

Sumber data Instrumen Aspek yang Diungkap

Kondisi aktual

Siswa kelas V Inventori

kesadaran karir siswa SD kelas V Pedoman wawancara

Profil kesadaran karir siswa sekolah dasar

Berikut disajikan kisi-kisi setiap instrumen yang dikembangkan.

Tabel 3.2

Kisi-kisi Pedoman Wawancara untuk Mengetahui Kondisi Aktual Layanan Bimbingan Karir di Sekolah Dasar Islam Terpadu

No. Aspek Sub Aspek Pertanyaan

1. Penyusunan program bimbingan

Dasar penyusunan program a. Apa yang mendasari penyusunan program

Ruang Lingkup c. Layanan apa saja yang

dimasukan dalam program? 2. Pengorganisasian

Program

Personel yang dilibatkan dalam bimbingan

(31)

pelaksanaan program

c. Bagaimana peran orang tua dalam bimbingan?

Delivery system (sistim

peluncuran)

d. Melalui strategi apa program diluncurkan?

3. Pelaksanaan Program Strategi yang digunakan dalam bimbingan karir

a. Seperti apa layanan bimbingan karir diberikan kepada siswa? Materi bimbingan dalam

bidang pribadi-sosial

b. Apa yang dijadikan acuan dalam menentukan materi bimbingan karir?

c. Dari mana sumber materi bimbingan?

4. Evaluasi Program Bentuk evaluasi a. Bagaimana Ibu/Bapak

mengevaluasi program bimbingan?

Pendekatan yang digunakan evaluasi

b. Pendekatan apa yang digunakan dalam mengevaluasi program?

Tabel 3.3

Kisi-Kisi Inventori Kesadaran Karir Siswa Sekolah Dasar Kelas V

Aspek Rumusan Kompetensi Indikator No.

Item 1.Kesadaran diri 1.1 Memahami

(32)

2.3 Mampu mengetahui

(33)
(34)

Membuat

a. Menyatakan akibat yang akan dihadapi dari tindakan.

(35)

Tabel 3.4

Format Uji Rasional Program oleh Praktisi Bimbingan dan Konseling

No. Aspek Komentar Masukan

Format Penilaian Program oleh Pakar Bimbingan dan Konseling

(36)

2. Rumusan Tujuan

3. Sasaran

4. Lingkup Program

5. Rumusan Materi dan Kegiatan /Strategi secara umum Satuan Layanan a. Ketepatan

penggunaan strategi b. Ketepatan isi

materi c. Ketepatan

penggunaan media d. Kejelasan

langkah-langkah

e. Evaluasi

6. Jadwal Kegiatan

7. Evaluasi Program

F. Teknik dan Analisis Data

Proses analisis data dilakukan setelah seluruh pengumpulan data selesai,

pengumpulan data yang dipilih dengan menggunakan angket dalam bentuk

inventori, wawancara maupun observasi. Data yang terkumpul terdiri dari dua

jenis, yaitu data kuantitatif mengenai gambaran Kesadaran karir siswa sekolah

dasar yang berasal dari inventori kesadaran karir yang akan diisi oleh siswa.

Sedangkan data kualitatif adalah gambaran aspek kesadaran karir siswa sekolah

dasar yang berasal dari pedoman wawancara yang akan ditujukan kepada konselor

dan hasil observasi lapangan.

Data kuantitatif dianalisis dengan menggunakan analisis statistik, yaitu

dengan menghitung persentase aspek kesadaran karir yang telah dicapai oleh

(37)

gambaran pelaksanaan program bimbingan di Sekolah Dasar Islam

Terpadu-Sumedang, mendapatkan gambaran uji coba mengenai pelaksanaan program

bimbingan dan konseling untuk mengembangkan kesadaran karir siswa kelas V

Sekolah Dasar Islam Terpadu-Sumedang serta mendapatkan data penilaian

(38)

162 A. KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan hasil penelitian dapat disimpulkan beberapa hal berikut. 1. Rumusan kesadaran karir anak sekolah dasar diturunkan dari enam aspek

kesadaran karir yaitu kesadaran diri, kesadaran pengetahuan karir, kesadaran mencari informasi karir, kesadaran sikap terhadap karir, kesadaran membuat pilihan sehat dan keputusan efektif dan kesadaran keterampilan karir. Terdapat 26 rumusan kesadaran karir berdasarkan aspek kecakapan kesadaran karir tersebut yang disesuaikan dengan perkembangan siswa dan kebijakan lembaga. Rumusan kompetensi dilengkapi dengan indikator yang lebih operasional sehingga memudahkan dalam mengukur pencapaian kompetensi.

2. Pada umumnya pencapaian kesadaran karir siswa kelas V-A Sekolah Dasar Islam Terpadu Sumedang berada dalam kategori rendah dalam aspek kesadaran pengetahuan karir, kesadaran mencari informasi karir, kesadaran membuat pilihan sehat dan keputusan efektif dan kesadaran keterampilan karir. Namun dalam aspek kesadaran diri dan aspek sikap terhadap karir, siswa kelas V-A Sekolah Dasar Islam Terpadu mencapai persentase yang cukup tinggi.

(39)

163

pembimbing mengalami kesulitan dalam menentukan materi yang diberikan. Jadi, pemberian layanan di SD Islam Terpadu belum memfasilitasi pengembangan kompetensi kesadaran karir siswa sekolah dasar.

4. Pakar dan praktisi bimbingan dan konseling menilai program yang dirancang telah memenuhi kualifikasi baik dengan beberapa perbaikan dalam rumusan rasional program, rumusan tujuan program, tugas dan peran personel serta evaluasi program.

5. Media yang digunakan dalam pemberian layanan bimbingan untuk mengembangkan kesadaran karir siswa menggunakan media permainan. Macam-macam media permainan yang digunakan diantaranya membentuk pengalaman bersama dengan menggunakan bantuan cerita, pemodelan (modelling), bermain peran (role playing), simulasi, dongeng, bercerita, diskusi kasus, wisata keilmuan, permainan (games), demonstrasi di kelas dan biografi para tokoh yang sudah berhasil dalam karir.

(40)

164

kelas V-A Sekolah Dasar Islam Terpadu, maka rekomendasi dipaparkan sebagai berikut. 1. Pihak Sekolah

Kepada pihak sekolah, diajukan beberapa rekomendasi yang dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan serta rujukan dalam menentukan kebijakan sekolah sebagai berikut.

a. Mengembangkan kerjasama dengan guru bidang studi dan wali kelas dengan melakukan sosialisasi program bimbingan karir, khususnya program bimbingan untuk mengembangkan kesadaran karir pada anak melalui media permainan.

b. Layanan bimbingan yang tidak dapat diintegrasikan dalam kurikulum bidang studi dapat dilaksanakan pada jam khusus bimbingan karir. Karena itu, jam khusus layanan bimbingan hendaknya dijadikan program yang tidak terpisahkan dari program sekolah.

c. Mengembangkan sarana dan lingkungan sekolah yang membantu upaya pengembangan karir siswa agar memungkinkan program ini dapat terlaksana dengan baik.

(41)

165 pendukung.

f. Pelaksanaan kegiatan bimbingan karir yang terintegrasi dengan mata pelajaran tertentu (kurikulum infusi), dilaksanakan oleh guru bidang studi yang bersangkutan dan guru tersebut bertanggung jawab sebagai pelaksana kegiatan bimbingan. Persyaratan guru bidang studi yang akan melaksanakan kurikulum infusi adalah hendaknya memahami mengenai perkembangan anak, memahami aspek-aspek kompetensi karir dan memahami teknik-teknik penyampaian materi. Guru bidang studi dapat memilih dan menggunakan teknik bimbingan yang sesuai dengan materi yang akan diberikan kepada siswa. Media yang digunakan dapat berupa seni dan permainan. Media yang dapat digunakan berupa ceramah, dongeng, boneka, cerita kartun, diskusi kelompok kecil, biografi tokoh tertentu, simulasi, game dan quiz. g. Bagi sekolah dasar yang belum memiliki layanan bimbingan dan konseling secara

khusus, kegiatan layanan bimbingan seluruhnya dilaksanakan terintegrasi dalam pembelajaran. Guru kelas perlu memahami dan menguasai materi bimbingan yang terintegrasi dalam mata pelajaran. Karena itu sosialisasi dan pelatihan oleh ahli bimbingan dan konseling perlu diadakan oleh pihak sekolah.

2. Guru Bimbingan dan Konseling

(42)

166

melaksanakan layanan bimbingan khususnya dalam layanan dasar program bimbingan karir untuk siswa kelas V.

b. Dalam pelaksanaan program, guru pembimbing tidak hanya menggunakan teknik bimbingan klasikal dalam bentuk dinamika kelompok, akan tetapi materi layanan bimbingan dapat dilakukan melalui strategi yang terintegrasi dengan mata pelajaran tertentu (curriculum infusion career units).

c. Pada umumnya program yang telah disusun dapat dilaksanakan, namun dalam pelaksanaan satuan layanan bimbingan masih perlu dilakukan modifikasi. Modifikasi yang dilakukan lebih kepada teknik pelaksanaan bimbingan yang hendak diberikan kepada siswa.

d. Sembilan satuan layanan yang sudah di uji cobakan dapat langsung dilaksanakan oleh konselor dalam melakukan kegiatan bimbingan karir secara klasikal. Untuk satuan layanan yang belum diuji cobakan, konselor atau guru dapat melaksanakannya sesuai dengan satuan layanan yang telah dirancang sebelumnya. Akan tetapi jika selama proses bimbingan berlangsung satuan layanan itu kurang efektif, maka konselor atau guru boleh melakukan modifikasi sehingga pada akhir bimbingan diperoleh suatu perbaikan untuk pembelajaran dalam melaksanakan satuan layanan berikutnya. e. Dalam melakukan bimbingan, maka hal yang perlu lebih diperhatikan sebagai

berikut.

(43)

167

b) Jika menggunakan teknik quiz dan puzzle maka sebelumnya perlu dikondisikan terlebih dahulu dalam bentuk aktivitas kelompok. Jumlah anggota kelompok hendaknya dalam jumlah kecil dengan pertimbangan agar mudah mengatur selama jalannya kegiatan.

c) Jika menggunakan teknik autobiografi tokoh tertentu yang sukses dalam karir, maka siswa diberikan kesempatan untuk menganalisis tokoh tersebut secara bersama-sama dalam jumlah kelompok kecil dan dalam satu kelompok disarankan harus sesama gender.

d) Agar merangsang keterampilan berpikir dan berimajinasi, maka pembimbing meminta siswa untuk menceritakan tujuan yang ingin dicapai pada masa mendatang dalam bentuk karangan, puisi, sajak, lagu atau gambar, agar siswa bebas untuk mengekspresikan diri serta dapat mendorong kreativitas.

3. Peneliti Selanjutnya

Kepada peneliti selanjutnya, diajukan rekomendasi diantaranya sebagai berikut. a. Program bimbingan untuk mengembangkan kompetensi karir siswa sekolah dasar

(44)

168

informasi dan temuan yang akurat untuk selanjutnya disusun program yang tepat sasaran.

(45)

169

Ahman. (1998). Bimbingan Perkembangan: Model Bimbingan dan Konseling di Sekolah Dasar. Disertasi PPS IKIP Bandung.

Ahman. (2005). “Kerangka Konseptual tentang Bimbingan dan Konseling Perkembangan di Sekolah Dasar”, dalam Furqon. (2005), Konsep dan Aplikasi Bimbingan Konseling di Sekolah Dasar. Bandung: Pustaka Bani Quraisy.

Amti, Erman. (1992). Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Anastasi, A. & Urbina, S. (1988). Tes Psikologi:Psychological Testing 7e (Jilid 1). (Alih Bahasa

Robertus, H&Imam). Jakarta: Prehalindo.

Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Auger, Richard. W. Anne E. Blackhurst dan Kay Herting, Wahl. The Development Of Elementary-Aged Children's Career Aspirations And Expectations. [online], 24 halaman. Tersedia:

http://www.findarticles.com/p/articles/mi_m0KOC/is_4_8/ai_n13698352/pg_16. [19 Juni 2006].

Beaty, J. Janice. (1990). Observing Development of the Young Child. New York: An Imprint of Macmillan Publishing Company.

Chaplin, J. P. (2002). Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Crites, J. O. (1981). Career Counselng: Models, Method and Materials. New York: McGraw-Hill Book ompany.

CSCA. Connecticut Comprehensive School Counseling Program. Tersedia: http://www. State.ct.us./sde/reps/special/counseling.pd/.

(46)

170

Gysbers, N. C. (1983). “A Summary of Trends in Career Guidance“. Report of the Fifth Asian Regional Association for vocational and Educational Guidance and Conference. Jakarta: Indonesia.

Herr, E. L. dan Cramer, S. H. (1984). Career Guidance and Counseling Through the Life Span:

Systematic Approaches. Boston: Little, Brown & Company.

Hurlock B, Elizabeth. (1994). Psikologi Perkembangan“Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang

Kehidupan“. Jakarta: Erlangga.

Irene P, McIntosh. Life career development: Implications for School Counselors. [online], 15

halaman. Tersedia:

http://www.findarticles.com/p/articles/mi_m0KOC/is_4_8/ai_n13698352/pg_16. [15 September 2006].

Jones. Alanna. (1998). 104 Activities That Build. Rec Room Publishing.

Kevin J.O`Connor. (1994). Hand Book of Play Therapy. Canada:A.Wiley Interscience Publication

Makmun, Abin. S. (2000). Psikologi Kependidikan: Perangkat Sistem Pengajaran Modul. Bandung: Rosdakarya.

Manrihu, M. T. (1992). Pengantar Bimbingan dan Konseling Karir. Jakarta: Bina Aksara.

Munandir. (1996). Program Bimbingan Karir di Sekolah. Jakarta: Departemen Pendidikan & Kebudayaan.

Muro, J.J. & Kottman, T. (1995). Guidance and Counseling in Elementary and Midle Schools. Ioawa: Brown and Benchmark Publisher.

(47)

171 Nazir. M. (1999). Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia.

N.C. State Occupational Information Coordinating Comitee. (1999). Elementary Career

Awareness Guide (A Resource for Elementary School Counselors and Teachers). United

States.

Nurihsan, Juntika. (2003). Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Bandung: Mutiara.

Nurihsan, Juntika dan Akur Sudianto. (2005). Manajemen Bimbingan Konseling di Sekolah

Dasar (Kurikulum 2004). Jakarta: Grasindo.

Santrock John, W. (1995). Life Span Development“Perkembangan Masa Hidup“. Jakarta: Erlangga.

Schmidt John, J. (1999). Counseling in School “Essential Services and Comprehensive

Programs”. Amerika: Printed in the United States of America.

Sharf Richard, S. (1992). Applying Career Development Theory to counseling. California: Cole Publishing Company.

Surya, Muhamad. (2003). Psikologi Konseling. Bandung : Pustaka Bani Quraisy.

Surya, Muhamad. (2003). Teori-teori Konseling. Bandung : Pustaka Bani Quraisy.

Suherman, Uman. (2005). “Karakteristik Siswa dan Bimbingan di Sekolah Dasar”, dalam Furqon. (2005), Konsep dan Aplikasi Bimbingan Konseling di Sekolah Dasar. Bandung: Pustaka Bani Quraisy.

Suherman, Uman. (1998). “Evaluasi dan Pengembangan Program Bimbingan dan Koseling di

(48)

172

Universitas Pendidikan Indonesia. (2003). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (laporan buku,

makalah, skripsi, tesis dan disertasi). Bandung: UPI.

Pamela O, Parsley. (2008). What A School Administrasion Need To Know: About Expressive Art

And Play Media In School Counseling.

Peters Herman, J. (1974). Guidance Program Development and Management. Columbus: Merrill Publishing.

Winkel. (1997). Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Jakata: Gramedia.

Wiriaatmadja, Rochiati. (2006). Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Gambar

Tabel  3.1 Pemetaan Instrumen Penelitian
Tabel 3.3 Kisi-Kisi Inventori Kesadaran Karir Siswa Sekolah Dasar Kelas V
Tabel 3.5 Format Penilaian Program oleh Pakar Bimbingan dan Konseling

Referensi

Dokumen terkait

Mode of thought yang digunakan oleh budaya positivisme didalam mencapai hakikat pendidikan yang sebagaimana diharapkan oleh masyarakat kapitalis diatas adalah

SYARIP HIDAYAT Laki-laki BOGOR 30-10-1973 Tenaga Guru SMA-D.III KANTOR KEMENAG KAB.. SYARIEFUDDIN Laki-laki BOGOR 04-06-1963 Tenaga Teknis/Administrasi D.IV-S.III KANTOR

Pembelajaran berbantuan software mathematica untuk meningkatkan kemampuan penalaran induktif dan motivasi belajar siswa.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

2. Pada saat orang tersebut melakukan tindak pidana harus dibuktikan bahwa ia benar-benar merupakan orang yang dapat dipertanggung jawabkan secara pidana.. Namun demikian,

Berdasarkan hasil penelitian tahap pertama dapat disimpulkan bahwa teknik pengairan sebagian daerah akar meningkatkan kandungan ABA daun dan tidak dapat meningkatkan kualitas

terkait dengan kepatuhan perawatan yang lebih rendah, buruk hasil dan status fungsional, dan secara keseluruhan menurun kualitas hidup di antara pasien MS.9 Meskipun

Hasil pada penelitian ini hampir sama dengan penelitian yang telah dilakukan di Uganda pada anak pneumonia usia di bawah 5 tahun, dilaporkan bahwa 35% subjek

Menurut Tjiptono (2001:165) bahwa kualitas layanan merupakan tingkatan kondisi baik buruknya sajian yang diberikan oleh perusahaan jasa dalam rangka memuaskan konsumen