viii
Halaman LEMBAR PENGESAHAN
ABSTRAK……… i
KATA PENGANTAR………... ii
UCAPAN TERIMA KASIH……… iv
DAFTAR ISI……….……… viii
A. Latar Belakang Masalah ………. B. Identifikasi Masalah ……….
A. Karakteristik dan Tugas Perkembangan Anak Sekolah Dasar. B. Konsep Perkembangan Karir di Sekolah Dasar………... 1. Konsep Perkembangan Karir... 2. Definisi Kesadaran Karir pada Anak ... 3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan karir... 4. Tujuan Kesadaran Karir di Sekolah Dasar... 5. Asumsi Keasadaran Karir di Sekolah Dasar ... 6. Esensi Kesadaran Karir di Sekolah Dasar ... 7. Bimbingan Kesadaran Karir di Sekolah Dasar ... C. Media Permainan untuk Mengembangkan Kesadaran Karir
Anak... 1. Perkembangan Kesadaran Karir dan Bermain pada Anak... 2. Pentingnya Media Permainan untuk Anak... 3. Jenis-jenis Permainan pada Anak... 4. Fungsi Bermain pada Anak... 5. Minat dan Kegiatan Bermain pada Anak...
20
BAB III METODE PENELITIAN ………
A. Pendekatan dan Metode Penelitian ……….. B. Langkah-langkah Penelitian ……… C. Lokasi dan Subjek Penelitian. ……….. D. Defenisi Operasional Variabel… ………..
ix BAB IV
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN……… A. Rumusan Kesadaran Karir Siswa Sekolah Dasar Kelas V... B. Profil Kesadaran Karir Sekolah Dasar Islam Terpadu
Kelas V... C. Gambaran Pelaksanaan Bimbingan di Sekolah Dasar Islam Terpadu Sumedang... D. Rancangan Program Penggunaan Media Permainan untuk
Mengembangkan Kesadaran Karir Anak Kelas V Sekolah Dasar Islam Terpadu Sumedang... 1. Pengembangan Program Bimbingan... 2. Penilaian Pakar Terhadap Rancangan Program
Penggunaan Media Permainan untuk Mengembangkan Kesadaran Karir Anak Kelas V Sekolah Dasar Islam Terpadu... 3. Hasil Uji Coba Program Penggunaan Media Permainan untuk Mengembangkan Kesadaran Karir Anak Kelas V Sekolah Dasar Islam Terpadu... 4. Gambaran Hasil Post-test Pelaksanaan Uji Coba Program Penggunaan Media Permainan untuk Mengembangkan Kesadaran Karir Anak Kelas V Sekolah Dasar Islam Terpadu... 5. Program Bimbingan Melalui Media Permainan yang Direkomendasikan untuk Mengembangkan Kesadaran Karir Anak Kelas V Sekolah Dasar Islam Terpadu...
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Masa anak (childhood) berlangsung dari usia enam tahun sampai tiba
saatnya individu menjadi matang secara seksual. Hurlock (1994:146) menyebut
masa anak sebagai periode krisis. Masa krisis ditandai dengan suatu periode
dimana anak membentuk kebiasaan untuk mencapai sukses. Pada usia tersebut
anak diharapkan memperoleh dasar-dasar pengetahuan yang dianggap penting
untuk keberhasilan menyesuaikan diri dengan orang dewasa dan dapat
mempelajari berbagai keterampilan tertentu.
Akhir masa anak ditandai dengan anak mulai memasuki jenjang
pendidikan sekolah dasar. Bagi sebagian besar anak, hal tersebut merupakan
perubahan besar dalam pola kehidupan. Usia sekolah dasar merupakan peristiwa
penting bagi kehidupan setiap anak sehingga dapat mengakibatkan perubahan
dalam sikap, nilai dan perilaku. Penguasaan tugas-tugas perkembangan tidak lagi
sepenuhnya menjadi tanggungjawab orang tua seperti pada tahun-tahun
prasekolah, namun penguasaan keterampilan dasar juga menjadi tanggung jawab
pihak sekolah.
Usia sekolah dasar termasuk dalam fase kesadaran karir. Menurut Super
(Winkel, 1997) usia dari saat lahir sampai umur 15 tahun merupakan usia dimana
anak mengembangkan berbagai potensi, pandangan khas, sikap, minat dan
kebutuhan-kebutuhan yang dipadukan dalam konsep diri (self-concept structure).
memiliki kesadaran pentingnya kerelaan untuk bekerjasama dan bertindak secara
bertanggungjawab. Upaya pengenalan dan penyadaran diusahakan bertahap dari
yang sederhana ke yang lebih kompleks.
Pendidikan dasar bertujuan memberikan bekal kemampuan dasar.
Kemampuan dasar kepada peserta didik untuk mengembangkan kehidupannya
sebagai pribadi, anggota masyarakat, warga Negara dan anggota umat manusia
serta mempersiapkan peserta didik untuk mengikuti pendidikan menengah
(UNSPN dan PP No.28 Tahun 1999).
Tujuan tersebut mengisyaratkan bahwa siswa sekolah dasar tidak hanya
dituntut dapat menguasai keterampilan dasar membaca, menulis dan menghitung
tetapi juga memiliki kompetensi intelektual, pribadi juga sosial. Istilah
kompetensi digunakan sebagai salah satu istilah yang tidak hanya sekedar
keterampilan melainkan juga mencakup sikap dan pengetahuan, karena itu istilah
kompetensi lebih tepat digunakan dalam menjelaskan kemampuan-kemampuan
yang perlu dikembangkan siswa dalam bidang kompetensi karir.
Salah satu bentuk bantuan di sekolah untuk memfasilitasi perkembangan
individu adalah layanan bimbingan dan konseling. Bimbingan dan konseling
merupakan suatu bagian integral pendidikan yang menyediakan bantuan bagi
individu untuk dapat berkembang secara optimal, memahami diri, lingkungan dan
dapat merencanakan masa depan. Bimbingan dan konseling juga merupakan
upaya yang dilakukan untuk membantu peserta didik memiliki kompetensi
psikologis, memahami pribadi yang aktif, kreatif, mandiri dan berbudi luhur.
Karir adalah perjalanan yang panjang dari seseorang dalam menjalani
peran kehidupan hingga dapat mengekspresikan potensi dan mewujudkan diri
yang bermakna bagi diri dan lingkungannya. Suatu posisi dianggap karir
bergantung pada pandangan individu tentang karir dan perspektif mana yang
digunakan serta yang terpenting adalah bagaimana kualitas individu berperilaku
dan berperan pada setiap posisi. Kualitas perilaku pada setiap posisi karir dapat
dijadikan sebagai suatu kepuasan dan dapat bermakna bagi diri serta lingkungan
sekitar. Bagian yang sangat penting dari tahap perkembangan karir adalah
perencanaan, membuat keputusan dan kepuasan terhadap karir yang ditekuninya.
Kesuksesan individu dalam mencapai tujuan, akan berpengaruh kepada setiap
aspek kehidupan. Kekuatan karir individu terletak pada cara membuat keputusan
dan berani menanggung setiap resiko dari keputusan yang telah dipilih.
Karir merupakan rentang kehidupan yang bermakna bagi individu
sehingga individu dapat mengaktualisasikan diri. Dengan demikian karir
merupakan bagian dari perkembangan individu yang akan mempengaruhi proses
kehidupannya. Proses perkembangan karir berlangsung secara berkelanjutan dan
bukan merupakan segmentasi dari tahap-tahap perkembangan. Oleh karena itu
pendidikan karir perlu diberikan sejak awal perkembangan individu. Meskipun
pada tahap-tahap awal perkembangannya individu belum diarahkan pada
pemilihan dan pembuatan keputusan karir, namun pendidikan karir sejak dini
berkontribusi pada penyediaan kesempatan karir di masa yang akan datang. Selain
sehingga dalam hal ini sekolah tidak dapat melepaskan tanggung jawabnya dalam
menyukseskan pendidikan karir siswa.
Pada usia sekolah dasar, kesadaran karir lebih dititikberatkan pada
eksplorasi karir dan pengenalan jabatan yang ada dalam lingkungan masyarakat.
Meskipun anak belum sampai kepada tahap pemilihan karir, namun pemilihan
karir sangat dipengaruhi oleh lingkungan keluarga, masyarakat, media atau faktor
lain yang ikut membantu dalam membuat keputusan karir. Pihak sekolah
membantu anak dalam memperoleh informasi karir, mengenal karakteristik diri
serta hubungan antara pekerjaan dan belajar dalam kehidupan sehari-hari. Pada
waktu yang sama, kurikulum sekolah hendaknya menjaga dari bias gender
mengenai informasi pekerjaan. Proses bimbingan karir adalah komponen penting
dalam pengembangan program untuk sekolah dasar.
Berdasarkan penelitian pada tahun 1988 yang dilakukan oleh Alexander
dan Entwisle (Santrock, 1995: 350) menyimpulkan bahwa tahun pertama sekolah
diidentifikasi sebagai suatu periode yang sangat penting dalam pembentukan
prestasi. Kebanyakan sekolah dasar, berjalan atas dasar umpan balik yang negatif.
Harga diri anak menjadi lebih rendah dibandingkan pada saat berada dalam usia
prasekolah. Bagi kebanyakan anak, masuk sekolah dasar akan berdampak pada
perubahan peran dan kewajiban. Pemberian bimbingan karir pada anak sangat
diperlukan sejak dini dalam membentuk kesadaran bahwa sekolah akan memberi
anak sumber gagasan baru yang kaya untuk membentuk rasa percaya diri.
Penelitian mengenai harapan dan cita-cita karir anak sekolah dasar
menunjukkan bahwa anak-anak yang berada pada kelas atas mampu berpikir
mengenai pilihan karir secara lebih spesifik dan realistik dibandingkan dengan
anak yang berada pada kelas bawah. Usia sekolah dasar perlu ditanamkan
kepercayaan terhadap diri sendiri, pengetahuan mengenai informasi karir dan
cita-cita, menjadi fokus utama bimbingan karir di sekolah dasar. Dalam hal ini
hendaknya pihak sekolah membantu siswa dalam memperoleh pengetahuan
mengenai informasi karir yang sesuai dengan bakat dan minat anak. Rekomendasi
dari penelitian tersebut adalah bimbingan yang dikembangkan bernuansa media
permainan dengan harapan agar anak mampu mengungkapkan perasaannya
melalui media tersebut.
Penelitian mengenai isu kematangan perkembangan karir (Wendy, 2001;
Petter, 2001) dilakukan di Australia. Hasil riset menggambarkan bahwa terdapat
ketidakseimbangan antara program dasar pendidikan karir dengan praktek
bimbingan karir di lapangan. Program bimbingan karir hendaknya disusun
berdasarkan analisis kebutuhan sebagai suatu intervensi terhadap karir
perkembangan. Pihak sekolah hendaknya tidak membeda-bedakan layanan
bimbingan karir berdasarkan gender, akan tetapi dapat disiasati dengan jalan
pemberian informasi dan kepantasan perencanaan karir yang sesuai dengan tahap
perkembangan siswa.
Kenyataan di sekolah masih ditemukan siswa yang belum memiliki
kesadaran karir. Penelitian Wahono (2000) mengenai angka putus sekolah di
Indonesia pada tahun ajaran baru di sekolah dasar semakin memperkuat bahwa
menunjukkan ketika tahun ajaran baru berlangsung, tingkat pendaftaran siswa
pada jenjang sekolah dasar sangat membanggakan yakni mencapai 93% sampai
95,7% dari tahun 1994 hingga tahun 1999. Namun presentase yang mendaftar
sekolah tidak sesuai dengan presentase kelulusan yang hanya mencapai 26,3%
hingga 30,7%. Salah satu penyebab kegagalan pendidikan nasional adalah
rendahnya minat untuk dapat melanjutkan sekolah, padahal pada usia sekolah
dasar anak harus sampai pada kompetensi karir yaitu memiliki kesadaran akan
hubungan antara pendidikan dan pekerjaan serta mampu merencanakan masa
depan.
Hasil penelitian Gysbers di Alaska tahun 2005 menyatakan bahwa
pelaksanaan bimbingan konseling terpadu di sekolah dirasakan sangat penting.
Bimbingan karir yang dilakukan merujuk pada model bimbingan komprehensif.
Alasan model ini cocok dilaksanakan karena terbukti siswa lebih dapat memahami
diri dan mampu merencanakan karir pada masa yang akan datang. Diperkuat oleh
penelitian Sheldon dan Morgan (Journal Counseling&Development, 1992)
mengemukakan bahwa bimbingan karir di sekolah terbukti mampu meningkatkan
prestasi belajar anak dan konsep diri yang positif serta memiliki pandangan yang
jauh mengenai masa depan.
Berdasarkan pada penelitian yang dilakukan Bernes dan kawan-kawan
tahun 2005 pada 428 sekolah dasar di Nebraska, menyatakan bahwa kurikulum
bimbingan adalah kunci utama dalam mengembangkan program bimbingan yang
menyeluruh di sekolah. Program bimbingan harus menggambarkan tujuan
analisis kebutuhan menurut kompetensi, baik itu kompetensi pribadi-sosial,
akademik ataupun karir. Hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa 4,94%
menunjukkan bahwa program bimbingan telah melayani kebutuhan
perkembangan siswa dan 86,4% menyatakan bahwa siswa belum merasakan
fungsi layanan bimbingan di sekolah secara terpadu. Walaupun kebanyakan
konselor sekolah menyatakan telah memiliki program bimbingan yang dibuat
dalam melayani kebutuhan perkembangan semua siswa namun setelah diselusuri
hasilnya lebih dari 30% responden menyatakan belum memiliki kurikulum
bimbingan yang sistematis di sekolah. Hal tersebut ironis karena bimbingan yang
dilaksanakan di sekolah selayaknya harus terprogram dan terencana dengan baik.
Whiston dan Sexton mengulang kembali penelitian konseling sekolah
yang diadakan dari tahun 1988 sampai 1995. Hasil penelitian tersebut
menyimpulkan bahwa secara umum kegiatan yang dilaksanakan oleh konselor
sekolah memiliki pengaruh positif terhadap prestasi siswa, perencanaan karir, dan
keterampilan sosial, namun menggambarkan kesimpulan secara hati-hati
dikarenakan adanya keterbatasan pada beberapa studi dalam hal metode
penelitiannya. Penggunaan media permainan merupakan salah satu media dalam
melaksanakan bimbingan dan konseling agar lebih bermakna bagi anak dan
memberikan pengalaman pembelajaran dalam kehidupan sehari-hari. (Green &
Keys, 2001).
Bimbingan karir diperlukan sejak dini khususnya dalam aspek kesadaran
karir, dengan asumsi bahwa perkembangan dan wawasan karir pada masa tersebut
informasi karir yang bersifat bias dan kurang tepat memerlukan bimbingan karir
yang terpadu di sekolah. Melalui bimbingan karir siswa juga diharapkan memiliki
kompetensi pribadi baik dalam bidang akademik, pribadi-sosial, maupun karir
yang berguna bagi pengembangan diri menuju masa selanjutnya. Oleh karena itu,
pelaksanaan bimbingan karir hendaknya dilaksanakan secara berkelanjutan secara
formal mulai dari jenjang pendidikan sekolah dasar hingga sekolah menengah
atas, namun orientasi bimbingan karir di sekolah dasar bukan pemilihan karir akan
tetapi lebih berfokus pada diri dan kesadaran karir. Bimbingan karir di sekolah
dasar tidak dimaksudkan untuk memaksa anak dalam melakukan pilihan yang
premature, namun lebih berfokus pada pilihan-pilihan yang tersedia, cara
mengantisipasi dan merencanakan masa depan yang berhubungan dengan ciri-ciri
pribadi yang dimiliki.
Meskipun bimbingan karir tidak dapat dipisahkan dari bimbingan
pribadi-sosial dan akademik, namun semuanya memiliki proporsi yang sama penting
dalam mengembangkan kompetensi seorang individu. Kompetensi karir akan
mempengaruhi kehidupan anak masa mendatang. Bimbingan karir menanamkan
kepada anak mengenai pentingnya belajar karena dunia akan selalu berubah.
Melalui bimbingan karir pula, anak ditanamkan kesadaran bahwa manusia tidak
hanya hidup untuk belajar namun setiap manusia dituntut untuk bekerja. Bekerja
merupakan bagian yang tidak dapat terpisahkan dari hidup manusia. Dengan
bekerja, manusia membangun dunia agar lebih sesuai dengan hakikat
kemanusiaannya dan dengan bekerja pula manusia semakin berbudaya dan
Kenyataan di lapangan menunjukkan penggunaan media permainandalam
mengembangkan kesadaran karir masih terbatas pada jenjang pendidikan sekolah
menengah pertama serta sekolah menengah atas dan diutamakan bagi siswa kelas
akhir yang diperkirakan akan memasuki perguruan tinggi dan dunia pekerjaan.
Meskipun pendidikan karir mendapat dukungan dari berbagai pihak, tidak sedikit
juga anggapan negatif dari kelompok tertentu yang menolak penanaman
bimbingan karir sejak dini kepada anak. Misalnya, adanya anggapan bahwa
bimbingan karir kurang memberi kontribusi pada kurikulum sekolah, selain itu
adanya program pendidikan kejuruan (vocational education) dianggap membatasi
pendidikan formal pada aspek perkembangan karir dan pekerjaan tertentu.
Disamping itu, penyediaan program bimbingan karir di sekolah dasar
dikhawatirkan akan memaksa anak untuk melakukan pengambilan keputusan
karir. Padahal jika ditelaah lebih lanjut, inti dari pendidikan karir adalah
memfasilitasi perkembangan karir individu sesuai dengan tahapan perkembangan
karir, sehingga individu atau siswa yang belum matang tidak dipaksa untuk
membuat keputusan karir yang prematur.
Kurangnya dukungan dari pihak sekolah dan orang tua, menambah daftar
panjang fenomena masih kurangnya kesadaran karir pada anak yang akan
berdampak pula terhadap perkembangan dimensi pribadi, sosial serta akademik.
Persepsi dan konsepsi belajar dipahami orang tua dan pendidik secara sempit dan
terbatas. Praktek pendidikan di sekolah dasar menjadi sangat berorientasi
akademik. Proses pembelajaran di kelas terarah dalam upaya memenuhi tujuan
identik dengan duduk diam memperhatikan pelajaran guru atau mengerjakan tugas
sesuai dengan materi pelajaran.
Perhatian terhadap dimensi perkembangan diri anak sebagai pribadi unik
yang memiliki potensi, perbedaan individu dan minat terasa terabaikan.
Kebutuhan anak untuk bermain sesuai karakteristik perkembangan tidak
terpenuhi. Proses belajar mengajar tidak memfasilitasi pengembangan perilaku
dan keterampilan sebagai pribadi, pelajar dan anggota masyarakat.
Selain itu masih jarang sekolah dasar yang memiliki program bimbingan
dan konseling yang sistematis dan komprehensif, bahkan keberadaan guru
pembimbing atau konselor di sekolah dasar masih sangat terbatas jumlahnya.
Secara konten terdapat kurikulum yang bermuatan bimbingan, tetapi hal ini belum
disadari oleh para guru bahwa materi tersebut akan lebih bermakna bila
disampaikan dengan nuansa bimbingan. Para guru masih berfikir bahwa materi
yang diberikannya merupakan materi yang harus dikuasai anak untuk mencapai
standar kompetensi yang sebagai telah ditentukan, tanpa mengamati secara
intensif perkembangan psikologis yang telah dicapai anak.
Konselor sebagai guru pembimbing dalam memberikan layanan kepada
anak dapat menggunakan berbagai media untuk memfasilitasi hubungan antara
konselor dan anak sebagai konseli, membangun informasi, penilaian dan segala
kegiatan untuk tercapainya perubahan tingkah laku anak sesuai yang diharapkan.
Diantara sekian banyak media yang dapat digunakan oleh konselor dalam
memberikan layanan bimbingan dan konseling, media yang dapat dipergunakan
yang penting untuk konselor dalam memberikan layanan bagi konseli. Pendekatan
ini merupakan alternatif dalam berkomunikasi dengan anak. Selain itu adanya
kekhawatiran atau kecemasan secara akademik akan media yang selama ini
kurang menyentuh kesadaran karir anak serta pendekatan yang selama ini
digunakan tidak tepat sasaran. Program bimbingan untuk mengembangkan
kesadaran karir anak melalui media permainanmerupakan salah satu solusi dalam
menjawab tantangan yang ada. Program bimbingan untuk mengembangkan
kesadaran karir anak melalui media permainan merupakan program bimbingan dan
konseling yang disusun dan direncanakan terlebih dahulu secara matang pada adegan
sekolah, dengan merujuk pada kompetensi karir yang harus dimiliki oleh anak usia
sekolah dasar melalui media seni dan permainan. Dengan kata lain, program tersebut
dapat menjadi rujukan konselor dalam menyusun rencana kegiatan bimbingan karir di
sekolah dasar.
Berdasarkan kenyataan dan harapan tersebut, penelitian bermaksud
memperoleh program bimbingan dan konseling untuk mengembangkan kesadaran
karir anak melalui media permainan.
B. Identifikasi Masalah
Pada hakekatnya karir merupakan proses perkembangan sepanjang hayat.
Perkembangan karir adalah perjalanan kehidupan yang panjang yang dimulai
sejak lahir hingga individu meninggal. Oleh karena itu, bimbingan karir menjadi
hal yang sangat signifikan dewasa ini, mengingat bimbingan karir tidak hanya
terkait dengan perkembangan kemampuan kognitif, melainkan juga
konsep diri yang positif, bahkan pemahaman terhadap proses pengambilan
keputusan.
Dalam mengembangkan diri, individu tidak dapat lepas dari pengaruh
lingkungannya, baik lingkungan fisik maupun sosial. Lingkungan yang
mempengaruhi perkembangan individu akan terus berubah. Dalam menghadapi
perubahan itu, individu kerapkali menghadapi beberapa masalah yang terkadang
tidak dapat diselesaikan sendiri. Oleh karena itu dukungan dan bimbingan dari
orang yang lebih dewasa sangat diperlukan.
Siswa sekolah dasar berada pada fase berpikir konkret. Pada usia tersebut,
anak mengembangkan identitas dan rasa percaya diri serta rasa keberhargaan diri
(self-worth). Anak belajar untuk berhubungan dengan teman sebaya dan orang
dewasa serta bertanggung jawab terhadap diri sendiri dan apa yang dimilikinya.
Merupakan hal yang krusial bahwa kepemimpinan dan penyediaan pengalaman
bagi semua anak dengan kesempatan untuk mengembangkan pemahaman diri dan
rasa percaya diri akan berkontribusi dalam kompleksitas perubahan sosial. Anak
harus memiliki kemampuan dan keterampilan yang diperlukan dalam kehidupan
sehari-hari, melewati masa transisi menuju usia sekolah lanjutan dan untuk
memulai pengembangan perencanaan akademik demi kepastian perkembangan
akademik dan keberlanjutan perkembangan karir. Untuk memperoleh
kemampuan-kemampuan yang dituntut itulah, maka bimbingan dan konseling
tampil sebagai suatu bantuan agar anak dapat membuat keputusan dan memiliki
Kurikulum berbasis isi (KBI) yang telah mengakar pada pendidikan formal
dipandang tak memadai lagi dan perlu berpaling ke kurikulum berbasis
kompetensi (KBK). Kurikulum yang dibutuhkan saat ini yaitu kurikulum berbasis
kompetensi. Kompetensi dikembangkan untuk mencetak kualitas lulusan yang
kompeten dan cerdas dalam membangun bangsanya karena kurikulum berbasis
kompetensi dapat memberikan dasar pengetahuan, keterampilan dan pengalaman
belajar.
Penerapan Kurikulum Berbasis Kompetensi yang kini lebih dikenal
sebagai Kurikulum Tingkat Satuan pendidikan (KTSP) dianggap dapat membantu
siswa dalam menguasai pengetahuan, keterampilan dan sikap belajar yang dikenal
sebagai kompetensi. KTSP diharapkan dapat membekali siswa dengan berbagai
kompetensi untuk menghadapi perubahan, persaingan dan kompleksitas
kehidupan. Penerapan KTSP selain berdampak pada kegiatan dan sistem
pembelajaran turut berpengaruh pada pelaksanaan layanan bimbingan dan
konseling. Sekolah dasar sebagai tonggak awal pendidikan formal siswa menjadi
modal bagi perkembangan belajar siswa selanjutnya. Secara tidak langsung,
penerapan KTSP dalam pembelajaran juga turut mempengaruhi keberadaan
layanan bimbingan dan konseling di sekolah dasar.
Kenyataan masih terbatasnya jumlah sekolah dasar yang menyediakan
layanan bimbingan dan konseling bukanlah satu hambatan yang berarti. Penelitian
mengenai penelitian tindakan kolaboratif dan konselor sekolah (Rowell, 2005)
mengemukakan bahwa penelitian tindakan kolaboratif merupakan alat efektif
dan penelitian. Dalam konteks ini, meningkatnya keterlibatan pelaksana konseling
sekolah dalam penelitian tindakan berpengaruh signifikan pada peningkatan
profesionalitas konseling sekolah.
Pelaksanaan bimbingan karir khususnya pada anak dalam fase kesadaran
karir merupakan tanggung jawab pihak sekolah, khususnya konselor yang lebih
mengetahui karakteristik anak. Hal tersebut akan menjadi kendala apabila di
sekolah dasar tidak tersedia konselor sebagai tenaga ahli yang akan melaksanakan
program bimbingan dan konseling, namun melalui program yang akan dijabarkan
sedemikian rupa secara operasional sehingga dapat mempermudah guru untuk
mengaplikasikannya di kelas secara klasikal.
Media yang digunakan dengan memanfaatkan media seni dan permainan.
Strategi yang dapat dilaksanakan dalam bimbingan dan konseling diantaranya
melalui kurikulum bimbingan yang terintegrasi dengan mata pelajaran di sekolah
(curriculum infusion career units), dinamika kelompok dan menggunakan
keterlibatan masyarakat dalam pelaksanaan bimbingan karir. Sedangkan teknik
yang dipilih diantaranya melalui pemodelan (modelling), bermain peran (role
playing), simulasi, dongeng, bercerita, diskusi kasus, wisata keilmuan, permainan
(games), demostrasi di kelas dan biografi para tokoh yang sudah berhasil dalam
karir.
Bimbingan karir sangat diperlukan sejak dini dalam proses kesadaran
karir. Kesadaran karir dalam konteks penelitian ini meliputi siswa mengenal dunia
kerja dan diri sendiri, serta menyadari pentingnya kerelaan untuk bekerjasama dan
perkembangan karir menuju tahap selanjutnya yaitu tahap eksplorasi dan
persiapan karir. Ketidakmatangan dalam satu tahap perkembangan karir dapat
mengganggu keseimbangan psikis dan kekurangsesuaian perilaku yang tampak
ditampilkan oleh individu. Kurangnya informasi mengenai karir akan
menyebabkan individu sulit dalam mengambil keputusan pada masa yang akan
datang. Kompetensi karir yang dimiliki individu dapat dikembangkan melalui
bimbingan dan konseling. Oleh karena itu bimbingan karir di sekolah dasar
merupakan salah satu solusi agar siswa mengenal dunia kerja dan mampu
merencanakan masa depannya.
Anak senantiasa berubah dan berkembang. Begitupun dengan lingkungan
anak terus berubah. Pemahaman mengenai perubahan tersebut perlu dikuasai
seorang konselor agar dapat memberikan layanan bimbingan dan konseling yang
tepat. Karena itu program bimbingan dan konseling yang tepat perlu
dikembangkan sebagai implikasi dari hal tersebut. Program bimbingan merupakan
suatu rencana kegiatan yang dijadikan pedoman atau acuan dalam melaksanakan
aktivitas bimbingan secara terarah, jelas dan operasional. Program bimbingan
disusun dan diimplementasikan sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan siswa serta
lembaga. Karena itu dalam menyusun sebuah program perlu diperhatikan
beberapa hal di antaranya perkembangan (kebutuhan) siswa, perkembangan atau
tuntutan lingkungan dan kebijakan lembaga.
Suatu program dapat membantu siswa mencapai perkembangan siswa jika
dikembangkan sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik siswa. Program harus
siswa, berorientasi pada interaksi pendidikan di kelas, dan aktivitas bimbingan di
kelas. Berdasarkan penelitian diketahui bahwa layanan dasar bimbingan dengan
program yang komprehensif memiliki pengaruh positif bagi perkembangan anak
(Rowley&Stroh, 2005). Hal ini berimplikasi terhadap konten layanan bimbingan
dan konseling perlu disusun secara komprehesif dan sistematis.
Analisis kebutuhan (need assessment) merupakan bagian integral dalam
pembuatan suatu program. Thompson, et al. (2003) mengungkapkan bahwa:
The assessment of student’s counseling needs as an integral component of development and implementation of an effective school counseling program is widely recognized. Unfortunately, however, this mandate has been hindered by lack of a psychometrically sound measure of student’s counseling needs.
Berdasarkan pernyataan Thompson tersebut tersirat bahwa suatu program
konseling yang efektif tidak dapat disusun karena kurangnya pengukuran secara
psikometri kebutuhan konseling siswa. Padahal Gysbers dan Henderson
(Thompson, 2003) menegaskan bahwa konseling dan semua kebutuhan siswa di
sekolah harus ditentukan lebih awal dalam proses pengembangan program
sehingga pengembangan program konseling di sekolah dapat disusun untuk
memenuhi kebutuhan siswa. Karena itu analisis kebutuhan merupakan hal yang
krusial dalam mengembangkan program yang efektif.
Konselor seringkali mengalami kesulitan dalam mengembangkan suatu
instrumen untuk mengungkap kebutuhan siswa. Hal ini dikarenakan kurangnya
penguasaan teori dan konsep mengenai perkembangan individu dan
pengembangan program. Akhirnya layanan bimbingan dan konseling yang
optimalisasi perkembangan siswa. Padahal siswa memerlukan bantuan dari
konselor.
Berdasarkan identifikasi masalah mengenai perlunya kesadaran karir siswa
serta program bimbingan dan konseling sebagai salah satu solusinya, tampak
adanya berbagai permasalahan yang muncul.
Sebagai salah satu solusi, penelitian ini berfokus pada pengembangan
program bimbingan untuk mengembangkan kesadaran karir siswa melalui media
permainan.
C. Rumusan Masalah
Mengingat pentingnya program bimbingan dan konseling di sekolah yang
sesuai dengan kebutuhan siswa, tuntutan lingkungan masyarakat dan kebijakan
lembaga untuk membantu siswa mencapai kesadaran karir maka rumusan masalah
penelitian adalah bagaimana penggunaan media permainan dalam
mengembangkan kesadaran karir anak?
Untuk memperoleh rumusan program bimbingan untuk mengembangkan
kesadaran karir siswa diperlukan kegiatan analisis kebutuhan. Analisis kebutuhan
dilaksanakan untuk memperoleh data mengenai rumusan kesadaran karir siswa,
profil awal kesadaran karir siswa sekolah dasar dan kondisi aktual layanan
bimbingan di sekolah dasar. Data tersebut diperlukan dalam pengembangan
program sehingga menjadi program yang efektif dan sesuai dengan kebutuhan
siswa sekolah dasar serta kondisi sekolah.
Pertanyaan tentang pengembangan program, dipaparkan kembali ke dalam
1. Bagaimana rumusan kompetensi untuk mengembangkan kesadaran karir anak
melalui media permainan?
2. Bagaimana profil kompetensi untuk mengembangkan kesadaran karir anak
melalui media permainan pada kelas V-A Sekolah Dasar Islam Terpadu
Sumedang?
3. Bagaimana kondisi aktual layanan bimbingan dan konseling untuk
mengembangkan kesadaran karir anak melalui media permainan pada Sekolah
Dasar Islam Terpadu Sumedang?
4. Bagaimana program bimbingan dan konseling yang direkomendasikan untuk
mengembangkan kesadaran karir anak melalui media permainan?
D. Tujuan Penelitian
Tujuan umum penelitian adalah memperoleh program bimbingan dan
konseling untuk mengembangkan kesadaran karir pada anak melalui media
permainan.
Tujuan tersebut dicapai melalui tujuan khusus penelitian sebagai berikut.
1. Memperoleh rumusan kesadaran karir anak sekolah dasar.
2. Memperoleh gambaran profil kesadaran karir pada kelas V-A Sekolah
Dasar Islam Terpadu Sumedang.
3. Mengidentifikasi kondisi aktual layanan bimbingan dan konseling untuk
mengembangkan kesadaran karir anak melalui media permainan pada
Sekolah Dasar Islam Terpadu Sumedang.
4. Memperoleh rumusan program kesadaran karir anak melalui media
E. Manfaat Penelitian
Penelitian diharapkan dapat berkontribusi positif bagi institusi pendidikan
khususnya pada sekolah dasar dan memberikan arti penting, baik secara teoritis
maupun secara praktis.
Secara teoritis, penelitian berguna sebagai gagasan baru yang dapat
dijadikan dasar dalam pengembangan program bimbingan karir selanjutnya.
Selain itu dapat menguatkan dan memperkaya konsep tentang bimbingan karir
serta menguatkan konsep pengembangan program bimbingan dan konseling di
sekolah.
Secara praktis, hasil penelitian dapat diterapkan dalam pelaksanaan
bimbingan karir di sekolah dasar. Instrumen yang dikembangkan dapat digunakan
BAB III
METODE PENELITIAN
Pada bagian ini diuraikan secara lengkap mengenai pendekatan dan
metode penelitian yang digunakan, langkah-langkah penelitian, lokasi dan subjek
penelitian, definisi operasional variabel, penyusunan alat pengumpul data dan
analisis data.
A. Pendekatan dan Metode Penelitian
Penelitian dilakukan dengan pendekatan kualitatif dan kuantitatif.
Pendekatan kualitatif digunakan untuk mengembangkan program, menganalisis
hasil assessment kesadaran karir anak, kondisi aktual layanan bimbingan dan
konseling karir di sekolah dasar dan menguraikan hasil uji coba kegiatan
bimbingan. Pendekatan kuantitatif digunakan dalam mengungkap profil kesadaran
karir siswa sekolah dasar dan penilaian rancangan program bimbingan oleh pakar.
Pendekatan penelitian yang digunakan yaitu penelitian dan pengembangan
(research and development) yang dikemukakan Borg dan Gall (Syaodih, 2005).
Penelitian dan pengembangan adalah suatu proses atau langkah-langkah untuk
mengembangkan suatu produk baru atau menyempurnakan produk yang telah ada,
yang dapat dipertanggungjawabkan. Program yang dikembangkan diharapkan
menjadi produk yang dapat digunakan dan dapat dipertanggungjawabkan
validitasnya. Metode yang digunakan melalui eksperiment dengan menggunakan
B. Langkah-Langkah Penelitian
Secara lengkap Borg dan Gall (Syaodih, 2005: 169) mengemukakan
sepuluh langkah pelaksanaan penelitian dan pengembangan.
1. Penelitian dan pengumpulan data (research and information collecting).
Pengukuran kebutuhan, studi literatur, penelitian dalam skala kecil, dan
pertimbangan-pertimbangan dari segi nilai.
2. Perencanaan (planning). Menyusun rencana penelitian, meliputi
kemampuan-kemampuan yang diperlukan dalam pelaksanaan penelitian, rumusan tujuan
yang hendak dicapai dengan penelitian tersebut, desain atau langkah-langkah
penelitian, kemungkinan pengujian dalam lingkup terbatas.
3. Pengembangan draf produk (develop preliminary form of product).
Pengembangan bahan pembelajaran, proses pembelajaran dan instrumen
evaluasi.
4. Uji coba lapangan awal (preliminary field testing). Uji coba di lapangan pada
1 sampai 3 sekolah dengan 6 sampai 12 subjek uji coba. Selama uji coba
diadakan pengamatan, wawancara dan pengedaran angket.
5. Merevisi hasil uji coba (main product revision). Memperbaiki atau
menyempurnakan hasil uji coba.
6. Uji coba lapangan (main field testing). Melakukan uji coba lebih luas. Data
kuantitatif penampilan sebelum dan sesudah menggunakan model yang
diujicobakan dikumpulkan.
7. Penyempurnaan produk hasil uji coba lapangan (operational product
8. Pelaksanaan uji lapangan (operational field testing).
9. Penyempurnaan produk akhir (final product revision)
10.Diseminasi dan implementasi (dissemination and implementation).
Melaporkan hasilnya dalam pertemuan profesional dan dalam jurnal.
Dalam penelitian ini langkah-langkah tersebut tidak dilaksanakan
seluruhnya tetapi dimodifikasi dan disesuaikan dengan fokus penelitian. Fokus
penelitian adalah mengembangkan program yang mudah dan mungkin dalam
pelaksanaannya serta sesuai dengan karakteristik perkembangan dan kebutuhan
siswa sekolah dasar serta kondisi sekolah.
Langkah-langkah penelitian diuraikan sebagai berikut.
1. Kajian Teoritik
Dalam mengembangkan program bimbingan dan konseling perlu dianalisis
karakteristik perkembangan dan kebutuhan siswa sekolah dasar. Oleh karena
dilakukan kajian teoritik melalui studi literatur dan jugdment secara rasional
oleh ahli dalam merumuskan kesadaran karir siswa sekolah dasar khususnya
kelas V-A. Rumusan awal kompetensi karir dirumuskan berdasarkan pada
sumber utama yaitu Standar Kompetensi Lulusan Satuan Pendidikan
(SKL-SP) berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No.23 Tahun 2006,
Connecticut Comprehensive School Counseling Program tahun 2000 dan
sumber referensi mengenai aspek kecakapan kesadaran karir. Rumusan awal
kemudian di-judge oleh ahli bimbingan dan konseling serta perkembangan
2. Kajian Empirik (need assesment)
Kajian empirik dilaksanakan untuk mengetahui profil kesadaran karir siswa
sekolah dasar melalui inventori kesadaran karir siswa sekolah dasar kelas V
dan kondisi aktual layanan bimbingan dan konseling karir di sekolah dasar
melalui wawancara kepada guru pembimbing.
3. Pengembangan Program Kesadaran Karir Siswa Sekolah Dasar
Berdasarkan temuan empirik dan kajian teoritik dikembangkan program
kesadaran karir di sekolah dasar yang layak dan mudah untuk dilaksanakan
oleh guru pembimbing maupun guru kelas.
4. Verifikasi Program oleh Pakar
Program yang telah dirancang selanjutnya diuji validasi konten oleh para
pakar dan praktisi melalui instrumen berupa skala penilaian.
5. Uji Coba Terbatas Program Kesadaran Karir
Pada tahap ini, dilaksanakan kegiatan bimbingan karir berdasarkan program
kesadaran karir yang telah dirancang. Kegiatan ini dilakukan untuk
mengetahui transfer ability dan efektivitas program yang telah disusun dengan
bekerja sama dengan guru kelas dan guru pembimbing.
6. Revisi Program
Revisi dan penyempurnaan program dilakukan berdasarkan analisis hasil
observasi dan evaluasi proses selama pelaksanaan uji coba program sehingga
diperoleh program yang efektif serta dapat dilaksanakan di sekolah dasar.
Hasil perbaikan merupakan program yang direkomendasikan untuk
Lebih jelasnya langkah-langkah tersebut disajikan melalui bagan berikut.
Bagan 3.1 Langkah-Langkah Penelitian
C. Lokasi dan Subjek Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Sekolah Dasar Islam Terpadu. Sampel
penelitian ditentukan dengan metode nonrandom sampling yaitu dengan teknik
purposive sampling. Subjek penelitian adalah siswa Sekolah Dasar Islam Terpadu
kelas V-A.
D. Definisi Operasional Variabel
Perspektif mengenai karir pada dasarnya dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu karir yang seringkali diidentikan dengan pekerjaan dan karir dalam konteks
life span.
Pertama, karir yang identik dengan pekerjaan yang menggambarkan
bahwa sesuatu dapat dikatakan sebagai karir, jika memenuhi kriteria sebagai berikut: a) pandangan individu yang melihat pekerjaan sebagai sumber kepuasan pribadi yang bersifat non-ekonomis; b). keterlibatan individu dalam menjalankan
Kajian Teoritik
Kajian Empirik
Pengembangan Program
Verifikasi Program
Uji Coba Terbatas
Revisi Program Need assessment secara
teoritik dan empiris
suatu tugas dalam pekerjaannya; c). komitmen untuk menjalankan pekerjaan; d). persiapan pendidikan atau pelatihan dalam meraih jabatan suatu pekerjaan; e). dedikasi yang tinggi terhadap pekerjaan; f). mendapatkan keuntungan finansial, dan g). adanya kesejahteraan personal yang akan membawa seseorang pada perasaan kebermaknaan hidup.
Kedua, dalam konteks life span dikatakan karir, jika hal tersebut
merupakan perjalanan hidup individu yang bermakna. Kebermaknaan yang dimaksud, dapat diperoleh individu melalui intergrasi peran, adegan kehidupan
dan peristiwa yang melibatkan keputusan-keputusan, komitmen, gaya hidup, dedikasi dan persiapan-persiapan untuk menjalani kehidupannya.
Istilah karir yang dimaksud dalam penelitian ini adalah karir dalam pengertian life span yang mengandung pengertian lebih dari sekedar untuk menjalankan sesuatu atau hanya bekerja pada suatu tempat tertentu, namun pengertian karir yang lebih merupakan manifestasi dari hidup individu itu sendiri. Menurut Super (Winkel, 1997) usia dari saat lahir sampai umur 15 tahun termasuk pada fase pengembangan (growth) dimana anak mengembangkan berbagai potensi, pandangan khas, sikap, minat dan kebutuhan-kebutuhan yang dipadukan dalam konsep diri (self-concept structure). Siswa sekolah dasar dibantu untuk mengenal dunia kerja dan dirinya sendiri serta memiliki kesadaran pentingnya kerelaan untuk bekerjasama dan bertindak secara bertanggungjawab. Upaya pengenalan dan penyadaran diusahakan bertahap dari yang sederhana ke yang lebih kompleks. Super (1975) mengartikan bimbingan karir sebagai suatu proses membantu individu untuk mengembangkan penerimaan kesatuan dan gambaran diri serta peranannya dalam dunia kerja. Menurut definisi ini terdapat dua hal yang penting yaitu: a). proses membantu individu untuk memahami diri sendiri dan b). membantu individu untuk memahami dan menyesuaikan diri dalam dunia kerja.
Dari pendapat tersebut dapat dirumuskan aspek kesadaran karir merupakan
merencanakan masa depan secara bertanggung jawab. Kesadaran karir terdiri dari beberapa aspek yaitu aspek kesadaran diri, kesadaran pengetahuan karir, kesadaran mencari informasi karir, kesasadaran membuat pilihan sehat dan keputusan efektif serta kesadaran keterampilan karir.
Bimbingan dan konseling karir merupakan bagian dari program bimbingan dan konseling secara keseluruhan. Di dalam program bimbingan dan konseling terdapat beberapa jenis layanan bimbingan seperti bimbingan akademik, bimbingan pribadi-sosial, bimbingan karir dan sebagainya. Keseluruhan
bimbingan karir di sekolah dimaksudkan agar lebih memberikan arti bagi program bimbingan dan konseling secara keseluruhan. Selain itu dalam proses bimbingan karir disekolah merujuk pada kesadaran karir yang harus dicapai oleh siswa.
Menurut Schmidt (1999:39) program adalah serangkaian kegiatan yang direncanakan secara sistematis, terarah dan terpadu untuk mencapai tujuan yang diselaraskan dengan kebutuhan siswa yang telah teridentifikasi atas tujuan yang diemban sekolah. Sedangkan Winkel (1991:143) secara lebih detail menjelaskan bahwa program harus dibuat dan dikembangkan dengan mengikuti beberapa prinsip sebagai berikut.
a. Program harus direncanakan, disusun, diatur, dikembangkan dan disesuaikan dengan situasi kehidupan siswa di jenjang atau tingkat pendidikan tertentu. b. Program harus direncanakan dan dilaksanakan berdasarkan pendekatan
rasional-ilmiah, dengan mengikutsertakan tenaga-tenaga ahli, koordinasi, serta supervisi pelaksanaan yang memadai.
c. Program harus mencakup kegiatan bimbingan individual dan kelompok, dalam proporsi yang wajar, sehingga semua subjek terjangkau.
d. Harus disertai dengan data tentang subjek yang dibimbing, yang diperoleh dengan metode dan alat yang dapat diandalkan serta harus diolah dan diarsipkan secara efisien.
e. Program harus mencakup pemberian informasi yang relevan kepada subjek
f. Program harus dievaluasi secara berkala untuk mengetahui tingkat efektivitasnya dan untuk mengadakan penyesuaian seperlunya.
Mengacu pada pandangan Subino (Suherman dan Sudrajat, 1998:1) layak tidaknya suatu program dievaluasi melalui dua cara yaitu secara rasional (sebelum program dilaksanakan) dan secara empiris (setelah program dlaksanakan). Evaluasi program secara rasional dilakukan melalui rasional para ahli dalam bidang bimbingan dan konseling. Evaluasi program secara empiris dilaksanakan dengan menggunakan format penilaian program, format observasi dan lembar
kerja siswa.
Media permainan merupakan alat yang penting untuk konselor dalam memberikan layanan bagi konseli. Permainan (play) adalah suatu kegiatan yang menyenangkan yang dilaksanakan untuk kepentingan kegiatan itu sendiri (Santrock, 2002). Seiring dengan penuturan diatas, Piaget melihat permainan sebagai suatu metode yang meningkatkan perkembangan kognitif anak-anak. Permainan merupakan salah satu media bimbingan dan konseling dalam menghadapi konseli, khususnya terhadap anak karena terkadang anak tidak mampu mengatakan apa yang ada dalam hatinya tetapi dapat menunjukan dalam perilakunya.
Dari penuturan di atas, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan penggunaan media permainan untuk mengembangkan kesadaran karir anak adalah merupakan rancangan kegiatan yang disusun melalui media permainan berdasarkan kebutuhan perkembangan dalam aspek kesadaran karir, agar siswa dapat menunjukkan kemampuannya dengan mengembangkan berbagai potensi, pandangan khas, sikap, minat dan kebutuhan-kebutuhan yang dipadukan dalam konsep diri yang tampak secara nyata dalam mengenal dunia kerja; mengenal karakteristik diri; dan menyadari hubungan antara pendidikan dan pekerjaan sehingga siswa mampu merencanakan masa depan secara bertanggung jawab.
E. Penyusunan Alat Pengumpulan Data
Sebagai alat pengumpul data disusun instrumen yang reliabel dan valid.
dikembangkan instrumen yang dapat dijadikan alat untuk memperoleh data
mengenai profil kesadaran karir siswa sekolah dasar, kondisi aktual layanan
bimbingan dan konseling karir di sekolah dasar dan rumusan program bimbingan
untuk mengembangkan kesadaran karir pada anak dengan menggunakan media
permainan.
Adapun instrumen yang disusun dalam penelitian disajikan melalui tabel berikut.
Tabel 3.1
Pemetaan Instrumen Penelitian
Aspek yang Diungkap
Sumber data Instrumen Aspek yang Diungkap
Kondisi aktual
Siswa kelas V Inventori
kesadaran karir siswa SD kelas V Pedoman wawancara
Profil kesadaran karir siswa sekolah dasar
Berikut disajikan kisi-kisi setiap instrumen yang dikembangkan.
Tabel 3.2
Kisi-kisi Pedoman Wawancara untuk Mengetahui Kondisi Aktual Layanan Bimbingan Karir di Sekolah Dasar Islam Terpadu
No. Aspek Sub Aspek Pertanyaan
1. Penyusunan program bimbingan
Dasar penyusunan program a. Apa yang mendasari penyusunan program
Ruang Lingkup c. Layanan apa saja yang
dimasukan dalam program? 2. Pengorganisasian
Program
Personel yang dilibatkan dalam bimbingan
pelaksanaan program
c. Bagaimana peran orang tua dalam bimbingan?
Delivery system (sistim
peluncuran)
d. Melalui strategi apa program diluncurkan?
3. Pelaksanaan Program Strategi yang digunakan dalam bimbingan karir
a. Seperti apa layanan bimbingan karir diberikan kepada siswa? Materi bimbingan dalam
bidang pribadi-sosial
b. Apa yang dijadikan acuan dalam menentukan materi bimbingan karir?
c. Dari mana sumber materi bimbingan?
4. Evaluasi Program Bentuk evaluasi a. Bagaimana Ibu/Bapak
mengevaluasi program bimbingan?
Pendekatan yang digunakan evaluasi
b. Pendekatan apa yang digunakan dalam mengevaluasi program?
Tabel 3.3
Kisi-Kisi Inventori Kesadaran Karir Siswa Sekolah Dasar Kelas V
Aspek Rumusan Kompetensi Indikator No.
Item 1.Kesadaran diri 1.1 Memahami
2.3 Mampu mengetahui
Membuat
a. Menyatakan akibat yang akan dihadapi dari tindakan.
Tabel 3.4
Format Uji Rasional Program oleh Praktisi Bimbingan dan Konseling
No. Aspek Komentar Masukan
Format Penilaian Program oleh Pakar Bimbingan dan Konseling
2. Rumusan Tujuan
3. Sasaran
4. Lingkup Program
5. Rumusan Materi dan Kegiatan /Strategi secara umum Satuan Layanan a. Ketepatan
penggunaan strategi b. Ketepatan isi
materi c. Ketepatan
penggunaan media d. Kejelasan
langkah-langkah
e. Evaluasi
6. Jadwal Kegiatan
7. Evaluasi Program
F. Teknik dan Analisis Data
Proses analisis data dilakukan setelah seluruh pengumpulan data selesai,
pengumpulan data yang dipilih dengan menggunakan angket dalam bentuk
inventori, wawancara maupun observasi. Data yang terkumpul terdiri dari dua
jenis, yaitu data kuantitatif mengenai gambaran Kesadaran karir siswa sekolah
dasar yang berasal dari inventori kesadaran karir yang akan diisi oleh siswa.
Sedangkan data kualitatif adalah gambaran aspek kesadaran karir siswa sekolah
dasar yang berasal dari pedoman wawancara yang akan ditujukan kepada konselor
dan hasil observasi lapangan.
Data kuantitatif dianalisis dengan menggunakan analisis statistik, yaitu
dengan menghitung persentase aspek kesadaran karir yang telah dicapai oleh
gambaran pelaksanaan program bimbingan di Sekolah Dasar Islam
Terpadu-Sumedang, mendapatkan gambaran uji coba mengenai pelaksanaan program
bimbingan dan konseling untuk mengembangkan kesadaran karir siswa kelas V
Sekolah Dasar Islam Terpadu-Sumedang serta mendapatkan data penilaian
162 A. KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan hasil penelitian dapat disimpulkan beberapa hal berikut. 1. Rumusan kesadaran karir anak sekolah dasar diturunkan dari enam aspek
kesadaran karir yaitu kesadaran diri, kesadaran pengetahuan karir, kesadaran mencari informasi karir, kesadaran sikap terhadap karir, kesadaran membuat pilihan sehat dan keputusan efektif dan kesadaran keterampilan karir. Terdapat 26 rumusan kesadaran karir berdasarkan aspek kecakapan kesadaran karir tersebut yang disesuaikan dengan perkembangan siswa dan kebijakan lembaga. Rumusan kompetensi dilengkapi dengan indikator yang lebih operasional sehingga memudahkan dalam mengukur pencapaian kompetensi.
2. Pada umumnya pencapaian kesadaran karir siswa kelas V-A Sekolah Dasar Islam Terpadu Sumedang berada dalam kategori rendah dalam aspek kesadaran pengetahuan karir, kesadaran mencari informasi karir, kesadaran membuat pilihan sehat dan keputusan efektif dan kesadaran keterampilan karir. Namun dalam aspek kesadaran diri dan aspek sikap terhadap karir, siswa kelas V-A Sekolah Dasar Islam Terpadu mencapai persentase yang cukup tinggi.
163
pembimbing mengalami kesulitan dalam menentukan materi yang diberikan. Jadi, pemberian layanan di SD Islam Terpadu belum memfasilitasi pengembangan kompetensi kesadaran karir siswa sekolah dasar.
4. Pakar dan praktisi bimbingan dan konseling menilai program yang dirancang telah memenuhi kualifikasi baik dengan beberapa perbaikan dalam rumusan rasional program, rumusan tujuan program, tugas dan peran personel serta evaluasi program.
5. Media yang digunakan dalam pemberian layanan bimbingan untuk mengembangkan kesadaran karir siswa menggunakan media permainan. Macam-macam media permainan yang digunakan diantaranya membentuk pengalaman bersama dengan menggunakan bantuan cerita, pemodelan (modelling), bermain peran (role playing), simulasi, dongeng, bercerita, diskusi kasus, wisata keilmuan, permainan (games), demonstrasi di kelas dan biografi para tokoh yang sudah berhasil dalam karir.
164
kelas V-A Sekolah Dasar Islam Terpadu, maka rekomendasi dipaparkan sebagai berikut. 1. Pihak Sekolah
Kepada pihak sekolah, diajukan beberapa rekomendasi yang dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan serta rujukan dalam menentukan kebijakan sekolah sebagai berikut.
a. Mengembangkan kerjasama dengan guru bidang studi dan wali kelas dengan melakukan sosialisasi program bimbingan karir, khususnya program bimbingan untuk mengembangkan kesadaran karir pada anak melalui media permainan.
b. Layanan bimbingan yang tidak dapat diintegrasikan dalam kurikulum bidang studi dapat dilaksanakan pada jam khusus bimbingan karir. Karena itu, jam khusus layanan bimbingan hendaknya dijadikan program yang tidak terpisahkan dari program sekolah.
c. Mengembangkan sarana dan lingkungan sekolah yang membantu upaya pengembangan karir siswa agar memungkinkan program ini dapat terlaksana dengan baik.
165 pendukung.
f. Pelaksanaan kegiatan bimbingan karir yang terintegrasi dengan mata pelajaran tertentu (kurikulum infusi), dilaksanakan oleh guru bidang studi yang bersangkutan dan guru tersebut bertanggung jawab sebagai pelaksana kegiatan bimbingan. Persyaratan guru bidang studi yang akan melaksanakan kurikulum infusi adalah hendaknya memahami mengenai perkembangan anak, memahami aspek-aspek kompetensi karir dan memahami teknik-teknik penyampaian materi. Guru bidang studi dapat memilih dan menggunakan teknik bimbingan yang sesuai dengan materi yang akan diberikan kepada siswa. Media yang digunakan dapat berupa seni dan permainan. Media yang dapat digunakan berupa ceramah, dongeng, boneka, cerita kartun, diskusi kelompok kecil, biografi tokoh tertentu, simulasi, game dan quiz. g. Bagi sekolah dasar yang belum memiliki layanan bimbingan dan konseling secara
khusus, kegiatan layanan bimbingan seluruhnya dilaksanakan terintegrasi dalam pembelajaran. Guru kelas perlu memahami dan menguasai materi bimbingan yang terintegrasi dalam mata pelajaran. Karena itu sosialisasi dan pelatihan oleh ahli bimbingan dan konseling perlu diadakan oleh pihak sekolah.
2. Guru Bimbingan dan Konseling
166
melaksanakan layanan bimbingan khususnya dalam layanan dasar program bimbingan karir untuk siswa kelas V.
b. Dalam pelaksanaan program, guru pembimbing tidak hanya menggunakan teknik bimbingan klasikal dalam bentuk dinamika kelompok, akan tetapi materi layanan bimbingan dapat dilakukan melalui strategi yang terintegrasi dengan mata pelajaran tertentu (curriculum infusion career units).
c. Pada umumnya program yang telah disusun dapat dilaksanakan, namun dalam pelaksanaan satuan layanan bimbingan masih perlu dilakukan modifikasi. Modifikasi yang dilakukan lebih kepada teknik pelaksanaan bimbingan yang hendak diberikan kepada siswa.
d. Sembilan satuan layanan yang sudah di uji cobakan dapat langsung dilaksanakan oleh konselor dalam melakukan kegiatan bimbingan karir secara klasikal. Untuk satuan layanan yang belum diuji cobakan, konselor atau guru dapat melaksanakannya sesuai dengan satuan layanan yang telah dirancang sebelumnya. Akan tetapi jika selama proses bimbingan berlangsung satuan layanan itu kurang efektif, maka konselor atau guru boleh melakukan modifikasi sehingga pada akhir bimbingan diperoleh suatu perbaikan untuk pembelajaran dalam melaksanakan satuan layanan berikutnya. e. Dalam melakukan bimbingan, maka hal yang perlu lebih diperhatikan sebagai
berikut.
167
b) Jika menggunakan teknik quiz dan puzzle maka sebelumnya perlu dikondisikan terlebih dahulu dalam bentuk aktivitas kelompok. Jumlah anggota kelompok hendaknya dalam jumlah kecil dengan pertimbangan agar mudah mengatur selama jalannya kegiatan.
c) Jika menggunakan teknik autobiografi tokoh tertentu yang sukses dalam karir, maka siswa diberikan kesempatan untuk menganalisis tokoh tersebut secara bersama-sama dalam jumlah kelompok kecil dan dalam satu kelompok disarankan harus sesama gender.
d) Agar merangsang keterampilan berpikir dan berimajinasi, maka pembimbing meminta siswa untuk menceritakan tujuan yang ingin dicapai pada masa mendatang dalam bentuk karangan, puisi, sajak, lagu atau gambar, agar siswa bebas untuk mengekspresikan diri serta dapat mendorong kreativitas.
3. Peneliti Selanjutnya
Kepada peneliti selanjutnya, diajukan rekomendasi diantaranya sebagai berikut. a. Program bimbingan untuk mengembangkan kompetensi karir siswa sekolah dasar
168
informasi dan temuan yang akurat untuk selanjutnya disusun program yang tepat sasaran.
169
Ahman. (1998). Bimbingan Perkembangan: Model Bimbingan dan Konseling di Sekolah Dasar. Disertasi PPS IKIP Bandung.
Ahman. (2005). “Kerangka Konseptual tentang Bimbingan dan Konseling Perkembangan di Sekolah Dasar”, dalam Furqon. (2005), Konsep dan Aplikasi Bimbingan Konseling di Sekolah Dasar. Bandung: Pustaka Bani Quraisy.
Amti, Erman. (1992). Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Anastasi, A. & Urbina, S. (1988). Tes Psikologi:Psychological Testing 7e (Jilid 1). (Alih Bahasa
Robertus, H&Imam). Jakarta: Prehalindo.
Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
Auger, Richard. W. Anne E. Blackhurst dan Kay Herting, Wahl. The Development Of Elementary-Aged Children's Career Aspirations And Expectations. [online], 24 halaman. Tersedia:
http://www.findarticles.com/p/articles/mi_m0KOC/is_4_8/ai_n13698352/pg_16. [19 Juni 2006].
Beaty, J. Janice. (1990). Observing Development of the Young Child. New York: An Imprint of Macmillan Publishing Company.
Chaplin, J. P. (2002). Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Crites, J. O. (1981). Career Counselng: Models, Method and Materials. New York: McGraw-Hill Book ompany.
CSCA. Connecticut Comprehensive School Counseling Program. Tersedia: http://www. State.ct.us./sde/reps/special/counseling.pd/.
170
Gysbers, N. C. (1983). “A Summary of Trends in Career Guidance“. Report of the Fifth Asian Regional Association for vocational and Educational Guidance and Conference. Jakarta: Indonesia.
Herr, E. L. dan Cramer, S. H. (1984). Career Guidance and Counseling Through the Life Span:
Systematic Approaches. Boston: Little, Brown & Company.
Hurlock B, Elizabeth. (1994). Psikologi Perkembangan“Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang
Kehidupan“. Jakarta: Erlangga.
Irene P, McIntosh. Life career development: Implications for School Counselors. [online], 15
halaman. Tersedia:
http://www.findarticles.com/p/articles/mi_m0KOC/is_4_8/ai_n13698352/pg_16. [15 September 2006].
Jones. Alanna. (1998). 104 Activities That Build. Rec Room Publishing.
Kevin J.O`Connor. (1994). Hand Book of Play Therapy. Canada:A.Wiley Interscience Publication
Makmun, Abin. S. (2000). Psikologi Kependidikan: Perangkat Sistem Pengajaran Modul. Bandung: Rosdakarya.
Manrihu, M. T. (1992). Pengantar Bimbingan dan Konseling Karir. Jakarta: Bina Aksara.
Munandir. (1996). Program Bimbingan Karir di Sekolah. Jakarta: Departemen Pendidikan & Kebudayaan.
Muro, J.J. & Kottman, T. (1995). Guidance and Counseling in Elementary and Midle Schools. Ioawa: Brown and Benchmark Publisher.
171 Nazir. M. (1999). Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia.
N.C. State Occupational Information Coordinating Comitee. (1999). Elementary Career
Awareness Guide (A Resource for Elementary School Counselors and Teachers). United
States.
Nurihsan, Juntika. (2003). Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Bandung: Mutiara.
Nurihsan, Juntika dan Akur Sudianto. (2005). Manajemen Bimbingan Konseling di Sekolah
Dasar (Kurikulum 2004). Jakarta: Grasindo.
Santrock John, W. (1995). Life Span Development“Perkembangan Masa Hidup“. Jakarta: Erlangga.
Schmidt John, J. (1999). Counseling in School “Essential Services and Comprehensive
Programs”. Amerika: Printed in the United States of America.
Sharf Richard, S. (1992). Applying Career Development Theory to counseling. California: Cole Publishing Company.
Surya, Muhamad. (2003). Psikologi Konseling. Bandung : Pustaka Bani Quraisy.
Surya, Muhamad. (2003). Teori-teori Konseling. Bandung : Pustaka Bani Quraisy.
Suherman, Uman. (2005). “Karakteristik Siswa dan Bimbingan di Sekolah Dasar”, dalam Furqon. (2005), Konsep dan Aplikasi Bimbingan Konseling di Sekolah Dasar. Bandung: Pustaka Bani Quraisy.
Suherman, Uman. (1998). “Evaluasi dan Pengembangan Program Bimbingan dan Koseling di
172
Universitas Pendidikan Indonesia. (2003). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (laporan buku,
makalah, skripsi, tesis dan disertasi). Bandung: UPI.
Pamela O, Parsley. (2008). What A School Administrasion Need To Know: About Expressive Art
And Play Media In School Counseling.
Peters Herman, J. (1974). Guidance Program Development and Management. Columbus: Merrill Publishing.
Winkel. (1997). Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Jakata: Gramedia.
Wiriaatmadja, Rochiati. (2006). Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Remaja Rosdakarya.