• Tidak ada hasil yang ditemukan

C. Teknik Pengumpulan Data

2. Teknik Dokumentasi

bentuk koran, naskah, catatan, kisah sejarah dokumen-dokumen dan sebagainya yang relevan dengan penelitian (Koentjoroningrat 1983:133).

Berguna sebagai sumber berbagai informasi baik berupa teori-teori, generalisasi maupun konsep yang dikemukakan oleh para ahli yang ada pada sumber kepustakaan, dengan jalan mempelajari buku atau literatur yang ada hubunganya dengan permasalahan yang akan peneliti bahas. Data-data berasal dari sumber-sumber informasi yang berupa buku-buku referensi (bahasa asing atau bahasa indonesia/terjemahan) surat kabar atau majalah, foto-foto maupun peta yang relevan. Kegiatan ini dilakukan di Perpustakaan Universitas Lampung, Perpustakaan daerah lampung dan Perpustakaan sejarah.

2. Teknik Dokumentasi

Teknik dokumentasi adalah teknik pengumpulan data dengan mempelajari catatan-catatan mengenai data pribadi responden, seperti yang dilakukan oleh seorang psikolog dalam meneliti perkembangan seseorang melalui catatan pribadinya (Abdurrahman Fhatoni 2006:112).

Digunakan untuk memperoleh data masa lampau dan data masa sekarang, sebab bahan-bahan dokumentasi mempunyai arti metodelogi yang sangat penting dalam penelitian masyarakat yang mengambil orientasi historis. Data-datanya berasal dari sumber-sumber informasi berupa buku-buku referensi, surat kabar atau majalah dan foto-foto yang relevan dan berkaitan dengan tema penulisan yakni hubungan kelembagaan Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) dengan Lembaga Kepresidenan.

24 D. Teknik Analisis Data

Setelah data penelitian diperoleh, maka langkah selanjutnya adalah mengelola data dan menganalisis data untuk diinterpretasikan dalam jawaban permasalahan penelitian yang telah diajukan. Karena penelitian ini adalah penelitian kualitatif maka data yang terdapat dalam penelitian ini adalah data kualitatif. Dengan demikian teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis data kualitatif.

Adapun definisi penelitian kualitalif menurut P. Joko Subagyo adalah Penelitian kualitatif adalah data yang berupa informasi, uraian dalam bentuk bahasa proses kemudian dikaitkan dengan data lainya untuk mendapatkan kejelasan terhadap suatu kebenaran atau sebaliknya, sehingga memperoleh gambaran baru ataupun menguatkan suatu gambatan yang sudah ada dan sebaliknya (Joko Subagyo 1997:67).

Dalam sebuah penelitian, analisis data merupakan hal yang sangat penting karena data yang sudah diperoleh akan lebih memiliki arti bila telah dianalisis. Kecermatan dalam memilih teknik analisi data deskriptif kualitatif karena data yang didapatkan tidak berupa angka-angka, akan tetapi data berupa fenomena-fenomena dan kasus – kasus dalam bentuk laporan dan karangan sehingga harus dideskripsikan untuk memperoleh suatu kesimpulan. Pada prinsipnya analisis data dilakukan bersamaan dengan proses pengumpulan data. Analisis data dilakukan melalui beberapa tahapan. Tahapan – tahapan dalam proses analisi data kualitatif meliputi:

a. Reduksi Data

Yaitu sebuah proses pemulihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data yang muncul dari catatan dilapangan. Reduksi data juga merupakan bentuk analisis yang tajam, menggolongkan,

25 mengarahkan, serta membuang yang tidak perlu serta mengorganisasikan data sampai akhirnya bisa menarik sebuah kesimpulan.

b. Penyajian Data

Yaitu data yang dibatasi sebagai kumpulan informasi tersusun, memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Dengan penyajian data tersebut akan dapat dipahami apa yang terjadi dan apa yang harus dilakukan sehingga menganalisis atau mengambil tindakan nantinya akan berdasarkan pemahaman yang didapatkan dari penyajian tersebut. Setelah data disimpulkan mengenai hubungan kelembagaan komite nasional Indonesia pusat (KNIP) dengan lembaga kepresidenan dalam sistem pemerintahan maka data yang didapat disajikan berupa tulisan yang dapat menjawab dari sebuah penelitian yang diteliti dan mudah dimengerti sipembaca.

c. Verifikasi Data

Yakni menarik sebuah kesimpulan secara utuh setelah semuah makna-makna yang muncul dari data yang sudah diuji kebenaranya, kekokohanya, kecocokanya sehingga akan diperoleh suatu kesimpulan yang jelas kegunaan dan kebenaranya. Verfikasi data ini merupakan tahap terakhir dalam analisis data setelah penyajian data. Setelah data sudah kuat kebenaranya mengenai hubungan kelembagaan KNIP dengan lembaga kepresidenan dalam sistem pemerintahan dan langkah selanjutnya menarik sebuah kesimpulan yang jelas kegunaanya dan kebenaranya.

26 REFERENSI

Nugroho Notosusanto. 1964. Hakekat Sejarah dan Asas-Asas Metode Sejarah.

ISBA : Bandung. Halaman 10-11 Nugroho Notosusanto. Ibid. Halaman 11

Suharsimi Arikunto.1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.

Rineka Cipta : Jakarta. Halaman 91. Suharsimi Arikunto. Ibid. Halaman 126.

Koentjoroningrat. 1983. Metode-Metode Penelitian Sejarah. PT. Gramedia : Jakarta. Halaman 133

Abdurrahman Fhatoni. 2006. Metodologi Penelitian & Teknik Pengumpulan Skripsi. Rineka Cipta : Jakarta. Halaman 112.

64 V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan dari penelitian yang telah dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa hubungan kerjasama antar Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) dengan Lembaga Kepresidenan dalam menjalankan tugas dan fungsinya adalah adanya hubungan Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) dengan Lembaga Kepresidenan yang dimulai dari kerjasama dalam menyelesaikan perjanjian dengan Belanda, dalam kerjasama yang dilakukan KNIP dengan Lembaga Kepresidenan yakni menyelesaikan perjanjian Linggarjati yang harus diratifikasi oleh KNIP dan atas kesepakatan Presiden dan Wakil Presiden juga. Pembahasan perjanjian ini pada sidang Pleno KNIP pada tanggal 5 Februari-5Maret 1946. Perjanjian ini mendapat pro dan kontra sehingga dalam sidang pembahasan sangat susah untuk mendapatkan kesepakatan tetapi 2/3 anggota KNIP sudah menyetujuai sehingga perjanjian linggar jati sudah dapat disetujui dan diinformasikan ke seluruh rakyat Indonesia. Pada sidang pleno KNIP tidak hanya membahas mengenai perjanjian yang harus diratifikasi tetapi dalam sidang pleno itu persiden mengeluarkan Peraturan Pemerintah No.6 Tahun 1946 tentang

65 pembaharuan keanggotaan KNIP sehingga tugas selanjutnya ataupun kerjasama yang dilakukan KNIP bersama Presiden adalah memperbahurui lembaga negara yakni KNIP karena KNIP merupakan lembaga yang mendapatkan perhatian dari segala pihak maka KNIP memperbaiki diri dengan cara menambah jumlah anggotanya, sehingga presiden mengeluarkan Peraturan Presiden No.6 Tahun 1946 tetapi peraturan Presiden ini mendapatkan respon yang tidak baik oleh anggota KNIP dengan alasan bahwa Presiden mengeluarkan PP No.6 Tahun 1946 tentang pembaharuan anggota KNIP untuk melancarkan disetujuinya perjanjian linggar jati oleh anggota KNIP tetapi tuduhan ini mendapatkan penolakan dari wakil Presiden sehingga PP No.6 Tahun 1946 ini disetujui oleh anggota KNIP.

Kerjasama selanjutnya dalam merancang Undang Undang, dalam merancang Undang Undang merupakan tugas kedua lembaga yakni menjalankan tugas legislatif. Undang Undang yang telah disetujui bersama menyetujui 133 Rancangan Undang Undang menjadi Undang Undang diantaranya yang terpenting Undang Undang No.11 Tahun 1949 tentang pengesahan Konstitusi Republik Indonesia Serikat, serta mengeluarkan 6 Mosi dan 2 Interplerasi. Seluruh usulan dan rancangan dapat diterima dan disetujui dengan baik. Dan dalam menjalankan kerjasama yang sesuai Unadang Undang Dasar selanjutnya yakni kerjasama dalam menentukan Garis Garis Besar Haluan Negara (GBHN), dalam merancang GBHN pada awal kemerdekaan GBHN belum terbentuk tetapi GBHN diganti menjadi Rancangan Pembangunan dalam bidang ekonomi dengan membuat Plan Produksi Tiga Tahun RI, dalam kerjasama yang dilakukan KNIP menyetujui semuah rancangan pembangunan yang diusulkan pemerintah.

66 Dalam sejarah KNIP mencatat bahwa satu kali dalam sejarah kerjasama KNIP dengan Lembaga Kepresidenan terjadi konflik antar mereka mengenai Undang Undang pembaharuan KNIP dan dikeluarkanya Peraturan Presiden No.6 Tahun 1949. Dari kerjasama yang dilakukan KNIP dengan Lembaga Kepresidenan tidak jauh dari kekuasaan yang dimiliki Presiden yang memegang segala sesuatunya masih berada ditangan Dwitunggal Soekarno-Hatta. Hubungan kerjasama antar lembaga tersebut berjalan baik walaupun terdapat konflik di dalamnya, sehingga hubungan tersebut masih baik dengan terbukti bahwa tidak adanya program kabinet yang tidak disetujui oleh Badan Pekerja KNIP.

B. Saran

1. Gambaran umum mengenai kondisi perkembangan sistem pemerintah pada awal kemerdekaan sampai tahun 1949 seharusna menjadi pelajaran bagi kita untuk mengetahui dan mempelajari proses kemajuan perkembangan pemerintahan.

2. Kerjasama KNIP dengan Lembaga Kperesidenan yang ditunjukan mencerminkan sebuah kerjasama yang sesuai dengan apa terkandung didalam UUD 1945 yang sebagai Dasar negara Republik Indonesia. 3. Upaya dalam setiap mengambil keputusan yang dilakukan oleh KNIP

dengan Lembaga Kepresidenan yang secara musyawarah dan pada saat itu juga merupakan pertama kalinya kita melaksanakan sistem demokrasi dalam mengambil keputusan sehingga cara mengambil keputusan itulah yang kita tauladani sebagai penerus bangsa tanpa harus bertikai dan terjadi konflik untuk mengambil keputusan.

Dokumen terkait