• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) dengan Lembaga Kepresidenan Pada Tahun 1945-1949

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) dengan Lembaga Kepresidenan Pada Tahun 1945-1949"

Copied!
46
0
0

Teks penuh

(1)

Abstrak

Hubungan Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) dengan Lembaga Kepresidenan Pada Tahun 1945-1949

Oleh: Dwi Indri Astuti

Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) dibentuk berdasarkan keputusan sidang Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) yang bertugas untuk membantu Presiden dalam menjalankan tugasnya yakni menjalankan pemerintahan. Untuk menjalankan tugasnya KNIP juga didasarkan dengan Undang Undang Aturan Peralihan Pasal IV, menurut Undang Undang ini segala kekuasaannya dijalankan oleh Presiden dengan bantuan Komite Nasional Indonesia Pusat. Pada awal kemerdekaan pemerintahan Indonesia yang baru berkembang dan hanya terdapat dua lembaga yang menjalankan pemerintahan yakni KNIP dengan lembaga Kepresidenan untuk menyelesaikan masalah – masalah yang berkaitan dengan kedaulatan Negara Republik Indonesia baik masalah yang terdapat didalam negara sendiri maupun yang berkaitan dengan negara lain. Kerjasama dalam menjalankan tugas yang dilakukan KNIP dengan Lembaga Kepresidenan pada tahun 1945-1949 antara lain menyelesaikan perjanjian dengan Belanda, membuat Undang Undang, menetapkan Garis Besar Haluan Negara (GBHN) dan memperbaharui lembaga negara, dari kerjasama yang dilakukan KNIP dengan Lembaga Kepresidenan maka terjalin sebuah hubungan antar kedua lembaga KNIP dengan Lembaga Kepresidenan tersebut.

(2)
(3)

HUBUNGAN KOMITE NASIONAL INDONESIA PUSAT (KNIP) DENGAN LEMBAGA KEPRESIDENAN

PADA TAHUN 1945-1949

Oleh

Dwi Indri Astuti

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Sejarah Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(4)
(5)
(6)
(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Dwi Indri Astuti, dilahirkan di Sepang Jaya, Bandar Lampung pada tanggal 25 Mei 1991 merupakan anak kedua dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Supomo dan Ibu Rondiah.

Pada tahun 2003 penulis menyelesaikan Sekolah Dasar di SD Negeri 1 Sepang Jaya Kecamatan Kedaton Bandar Lampung, selanjutnya melanjutkan ke Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama di SMP Al-Azhar Bandar Lampung dan selesai pada tahun 2006. Pendidikan selanjutnya dilanjutkan kejenjang Sekolah Menengah Atas di SMA Al-Azhar 3 Badar Lampung dan selesai pada tahun 2009.

(8)

MOTO

Dan Tuhan mu tidak akan membinasakan negeri-negeri

secara zalim, selama penduduknya orang-orang yang

berbuat kebaikan”.

(9)

PERSEMBAHAN

Alhamdulillahirobbil’alamin dengan mengucap syukur kepada Allah SWT, dengan segenap ketulusan hati spesial ku persembahkan karya sederhana ini untuk :

Orang tua ku yang sangat ku sayangi Bapak Supomo dan Ibu Rondiah yang

menjadi saksi sejarah hidupku, ikhlas dalam memberikan dukungan, ikhlas selalu

berdo’a untuk keberhasilanku, yang tak lelah menasehati dan membimbingku, yang

mengajarkanku banyak hal. Jasa-jasa kalian takkan pernah bisa terbayarkan olehku.

Robbighfirli waliwalidayya warhamhuma kamaa

robbayani soghiro” aamiin...

Kakak ku Desi Wita Sari, kakak ipar Anton Sujarwo dan adikku satu-satunya

Rifad Fadilla Alfa Reza yang selalu kubanggakan serta keponakan ku yang ku

sayang Aqila Raya Arizki. You are my spirit. Terima kasih atas dukungan dan

do’anya.

Para pendidikku, Guru-guru dan Dosen-dosenku yang telah mengajarkan ku banyak

hal tentang ilmu pengetahuan.

(10)

SANWACANA

Alhamdulillahirobbil ‘aalamiin....

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

”Hubungan Komite Nasional Indonesia Pusat dengan Lembaga Kepresidenan

Pada Tahun 1945-1949” pada Program Studi Pendidikan Sejarah Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

Penulis menyadari akan keterbatasan dan kemampuan yang dimiliki, sehingga mendapat banyak petunjuk dan bantuan serta bimbingan dari berbagai pihak, maka dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si, Dekan FKIP Unila.

2. Bapak Dr. M. Thoha B.S. Jaya, M.S., Pembantu Dekan I FKIP Unila. 3. Bapak Drs. Arwin Ahmad, M.Si, Pembantu Dekan II FKIP Unila.

(11)

mahasiswa, dan terimakasih pula atas arahan dan petunjuknya dalam penyelesaian skripsi ini.

5. Bapak Drs. Buchori Asyik, M.Si, Ketua Jurusan Pendidikan IPS FKIP Unila.

6. Bapak Drs. Hi. Maskun, M.H, Ketua Program Studi Pendidikan Sejarah Jurusan Pendidikan IPS FKIP Unila sekaligus sebagai Dosen Pembahas Utama, terimakasih atas kesediaannya, serta saran dan kritiknya dalam penyelesaian skripsi ini.

7. Bapak Drs. Syaiful M, M.Si, Dosen Program Studi Pendidikan Sejarah Jurusan Pendidikan IPS FKIP Unila sekaligus sebagai Dosen Pembimbing II, terimakasih atas saran, kritik, solusi serta bimbingan yang tak kenal lelah dalam proses penyelesaian skripsi ini.

8. Bapak dan Ibu dosen Pendidikan Sejarah FKIP, Bapak Drs. Ali Imron, M.Hum., Bapak Drs. Wakidi, M.Hum., Bapak Drs.Tontowi, M.Si., Bapak M. Basri, S.Pd, M.Pd., Bapak Suparman Arif, S.Pd, M.Pd., serta Ibu Y. Sri Ekwandari, S.Pd, M.Hum yang telah membimbing penulis selama menjadi mahasiswa di Program Studi Pendidikan Sejarah.

9. Sahabat-sahabat penulis Khatmi Fadillah, Riza Fitriani, Mida Handayani dan Emilia terima kasih atas kebersamaan kita selama ini dalam suka maupun duka, semoga persahabatan dan persaudaraan ini akan tetap terjalin sampai nanti.

(12)

Firmansyah, Rita Wulan Sari, Sagita Markawira, Diana Puspita, Guskanur, Charles Robenta, Marsel dan Mba Prihantanti terima kasih atas kebersamaan kita selama ini.

11.Teman-teman pendidikan Sejarah FKIP UNILA angkatan 2009 yang selalu saya rindukan.

12.Rekan - Rekan Pembimbing, Menejemen dan Karyawan BT/BS MEDICA Lampung terima kasih atas dukungan yang telah kalian berikan selama ini. 13.Kepala Sekolah dan Dewan Guru TK DARUL KHAIR Tanjug Karang Pusat; Ibu Hj. Khomsah Istiqomah,A.Md., bu Wiwi, bu Fitri, bu Desti, bu Suci, bu Restu dan bu Mimi Trima kasih atas dukungan dan pengertianya selama ini.

14.Teman ku bermain Cristin dan Dama Setiani Trimakasih atas suport dan kebersamaan yang kalian berikan selama ini.

15.Sepupu-sepupu ku yang ku sayang Adi Setiawan, Indah Murti sari, Tri Mulyono, Dwi Kurnia Putri, Mb Fitri, Rio, Nanu, Niki, Mas Sigun, Mas Tarto, Mb Tati, terima kasih atas dukunganya.

16.Rekan-rekan KKN dan PPL Kecamatan Sido Mulyo Tanjung Bintang Lamsel ; Dwi Saputro, Yulian Surya Pratama, M. Rahman Azizi, Andari Septriana, Anggi Yunita Triyani, Wirda Eka, Deyla Lufita, Wawan Septiawan,

Rika Septianingsih, Fitriyani April N, Esti Hayuningtyas, Ikhwan Nurhakim, dan

Aditama.Terimakasih atas pengalaman yang penuh perjuangan selama tiga

bulan yang telah menginspirasiku.

(13)

19.Semua pihak yang telah membantu proses penulisan skripsi ini, terima kasih atas segalanya, semoga kita semua mendapat jalan yang diridhoi Allah SWT

Semoga ALLAH SWT memberikan pahala kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini dan semoga bermanfaat bagi yang membaca.

Wassalamu`alaikum Wr. Wb

Bandar Lampung, Juli 2014 Penulis,

(14)

DAFTAR ISI

(15)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL ... 29

1. Gambaran Umum Perkembangan Sistem Pemerintah Indonesia pada tahun 1945-1949 ... 29

2. Gambaran Umum Lembaga Negara tahun 1945-1949 ... 33

a. Lembaga KNIP ... 35

b. Lembaga Lembaga Kepresidenan ... 42

3. Hubungan kerjasama KNIP dengan Lembaga Kepresidenan pada tahun 1945-1949 ... 48

a. Kerjasama mengenai penyelesaian perjanjian dengan Belanda ... 49

b. Kerjasama dalam merancang Undang Undang ... 51

c. Kerjasama dalam menentukan GBHN ... 53

d. Kerjasama dalam memperbaharui lembaga negara ... 55

B. PEMBAHASAN ... 59

1. Hubungan kerjasama KNIP dengan Lembaga Kepresidenan pada tahun 1945-1949 ... 59

V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan………. ... 66

B. Saran ………. ... 66 DAFTAR PUSTAKA

(16)

1 I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada sidang PPKI pertama tanggal 18 Agustus 1945 menetapkan:

Mengesahkan dan menetapkan UUD 1945, memilih dan mengangkat ketua dan wakil ketua PPKI masing-masing menjadi Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia yang pertama (Ir. Soekarno sebagai presiden dan Drs. M. Hatta sebagai wakil presiden RI), dan pekerjaan presiden untuk sementara waktu dibantu oleh sebuah Komite Nasional Pusat yakni Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) (Deliar Noer 2005:16).

Sejak ketetapan PPKI tersebut merupakan awal dari terbentuknya Lembaga Kepresidenan, karena dalam ketetapan ini menunjuk Presiden dan Wakil Presiden sebagai pelaksana pemerintahan di Indonesia. Pada awal kemerdekaan sistem pemerintahan Indonesia adalah Sistem Presidensial yakni kekuasaan tertinggi di tangan Presiden. Dalam melaksanakan pekerjaan pemerintah Presiden dibantu oleh sebuah badan yakni Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) yang tercantun pada Undang – Undang Dasar Aturan Peralihan pasal IV disebutkan:

(17)

2 dibentuk sebuah Komite Nasional yang tugasnya membantu pekerjaan presiden (Deliar Noer 2005:16)

Keanggotaan Komite Nasional Indonesia Pusat sendiri diambil dari beberapa anggota dari PPKI. KNIP dilantik pada tanggal 29 Agustus 1945 di Gedung Kesenian Pasar Baru Jakarta.

Pada tanggal 29 Agustus malam bertempatan di gedung Komidi Pasar Baru, Jakarta, pengurus dan anggota KNIP dilantik, dan sidang pertamanya dimulai sesudahnya. Sidang ini diketuai Kasman Singodimejdo, sebagai ketua Panitia Eksekutif. Kasman Singodimedjo, sebagai ketua Panitia Eksekutif, selesai pidato pembukaanya menghadap presiden dengan berdiri sebagai perwira bawahan dan menyatakan “siap sedia menjalankan perintah”. Maka presiden pun melantik segenap anggota. Ia menegaskan bahwa “kekuasaan adalah di tangan presiden…” berarti KNIP merupakan pembantu untuk menjalankan kekuasaan ini (Deliar Noer 2005:23).

Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) ini diakui merupakan cikal bakal dari badan legislatif di Indonesia dan KNIP diresmikan pada tanggal 29 Agustus 1945 sehingga tanggal 29 Agustus dijadikan sebagai hari jadi Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Republik Indonesia. Setelah kerja keras yang dilakukan PPKI, akhirnya Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) menyelesaikan tugasnya pada tanggal 21 Agustus 1945. Mereka berhasil merumuskan kriteria dan tata kerja KNIP dalam arti Pasal IV Aturan Pemerintah UUD 1945. Mengenai Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) ditetapkan antara lain:

1. Komite Nasional dibentuk diseluruh Indonesia dengan pusatnya di Jakarta.

2. Komite Nasional adalah penjelmaan kebulatan tujuan dan cita-cita Bangsa Indonesia untuk menyelenggarakan kemerdekaan Indonesia yang berdasarkan kedaulatan rakyat.

3. Usaha Komite Nasional ialah :

(18)

3 b.Mempersatukan rakyat dari segala lapisan dan jabatan, supaya terpadu pada segala tempat diseluruh Indonesia persatuan kebangsaan yang bulat dan erat

c.Membantu menetapkan rakyat dan turut menjaga keselamatan umun d.Membantu pemimpin dalam menyelenggarakan cita-cita bangsa

Indonesia dan di daerah membantu Pemerintah Daerah untuk kesejahteraan umum.

4. Komite Nasional Pusat memimpin dan memberi petunjuk keadaan Komite-Komite Nasional Daerah (Deliar Noer 2005:75-76).

Dengan memperhatikan kriteria dan tata kerja KNIP dalam arti pasal IV Aturan Pemerintah UUD 1945 yang tertera di atas dapat ditegaskan bahwa KNIP merupakan pembantu Presiden dalam menjalankan sistem Pemerintah karena, KNI juga merupakan:

1. Alat pemersatu bangsa Indonesia dalam mempertahankan kemerdekaan 2. Alat yang menerjemahkan kebijaksaan pemerintah kepada rakyat dan

menyampaikan keinginan rakyat pada pemerintah

3. Alat yang memajukan kesejahteraan umum dan menjaga ketentraman keselamatan umum (Deliar Noer 2005:20).

(19)

4 Maklumat tersebut berbunyi:

Bahwa Komite Nasional Indonesia Pusat, sebelum terbentuknya Majelis Permusyawaratan Rakyat dan Dewan Perwakilan Rakyat, diserahi kekuasaan legislatif dan ikut menetapkan Garis-Garis Besar Haluan Negara, serta menyetujui bahwa pekerjaan Komite Nasional Pusat sehari-hari, berhubungan dengan gentingnya keadaan, dijalankan oleh sebuah Badan Pekerja yang dipilih antara mereka dan bertanggung jawab kepada Komite Nasional Pusat (C.T.S Kansil 2000 : 282-283).

Setelah dikeluarkan Maklumat Wakil Presiden No.X mulailah lembaran baru dalam sejarah ketatanegaraan Indonesia, yakni Komite Nasional Indonesia pusat (KNIP) diserahi kekuasaan legislatif dan ikut menetapkan Garis – Garis Besar Haluan Negara (GBHN) sehingga kedudukan KNIP semakin penting dalam sistem pemerintah. Setelah dikeluarkan Maklumat Wakil Presiden No.X kekuasaan presiden berkurang karena kedudukan KNIP yang pada awal kemerdekaan sebagai pembantu presiden dalam menjalankan tugas pemerintahan tetapi setelah dikeluarkanya Maklumat Wakil Presiden KNIP diberikan wewenang sebagai lembaga legislatif, sehingga sistem pemerintahan Indonesia yang awal kemerdekaan sistem pemerintahan presidensil berubah menjadi sistem pemerintahan parlementer.

B. Analisi Masalah 1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka permasalahan yang dapat didefinisikan sebagai berikut:

(20)

5 2. Hubungan hirarki KNIP dengan Lembaga Kepresidenan pada tahun

1945-1949.

2. Batasan Masalah

Agar masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini tidak terlalu luas, maka penulis akan membatasi masalah mengenai “Hubungan kerjasama KNIP dengan Lembaga Kepresidenan pada tahun 1945-1949”.

3. Rumusan Masalah

Untuk memperjelas kembali inti permasalahan yang akan diteliti, maka diperlukan suatu rumusan masalah. Melalui rumusan masalah ini diharapkan akan lebih mudah dalam memahami dan menyusun penelitian kepada tahap-tahap selanjutnya. Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah dan batasan masalah maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah hubungan kerjasama KNIP dengan Lembaga Kepresidenan pada tahun 1945-1949?”

C. Tujuan

Agar penelitian memiliki arah yang jelas, maka setiap penelitian tentunya harus memiliki tujuan, yakni hasil akhir yang hendak dicapai dari suatu penelitian. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

(21)

6 D. Kegunaan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian, maka kegunaan dari penelitian ini adalah:

a. Dapat memberikan pengetahuan serta wawasan khususnya dalam bidang kesejarahan yakni mengenai hubungan Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) dengan Lembaga Kepresidenan dalam sistem pemerintah.

b. Sebagai suplemen materi pada mata kuliah Sejarah Nasional Indonesia dan mata kuliah lainnya mengenai Komite Nasional Indonesia Pusat.

c. Serta sebagai suplemen materi dalam mengajar sejarah di Sekolah Menengah Atas (SMA).

E. Ruang Lingkup Penelitian

a. Objek Penelitian : Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) dan Lembaga Kepresidenan.

b. Subjek Penelitian : Hubungan Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) Dengan Lembaga Kepresidenan. c. Tempat Penelitian : Perpustakaan Universitas Lampung dan

Perpustakaan Daerah Lampung. d. Waktu Penelitian : 2013

(22)

7 REFERENSI

Deliar Noer & Akbarsyah. 2005. Komite Nasional Indonesia (KNIP) Parlemen Indonesia 1945-1950. Yayasan Risalah : Jakarta. Halaman. 16.

Deliar Noer & Akbarsyah. Ibid . Halaman 16. Deliar Noer & Akbarsyah. Ibid . Halaman 23. Deliar Noer & Akbarsyah. Ibid . Halaman. 75-76. Deliar Noer & Akbarsyah. Ibid . Halaman. 20.

C.T.S Kansil. 2000. Hukum dan Tata Negara RI. Rineka : Jakarta. Halaman 282-283.

Ismail Suny. 1985. Pembagian Kekuasaan Negar. Aksara Baru : Jakarta.

(23)

8 II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PARADIGMA

A. Tinjauan Pustaka

Tinjauan pustaka dilakukan untuk menyeleksi masalah-masalah yang akan dijadikan topik penelitian. Dalam tinjauan pustaka akan dicari teori atau konsep-konsep atau generalisasi-generalisasi yang akan dijadikan landasan teoritis bagi penelitian yang akan dilakukan. Adapun tinjauan pustaka dalam penelitian ini antara lain :

1. Konsep Sistem Pemerintahan

(24)

Bagian-9 bagian itu saling berkaitan satu sama lain dan tidak dapat dipisahkan. Hubungan itu demikian erat sehingga menimbulkan ketergantungan satu sama lain. Sementara arti pemerintahan adalah perbuatan, cara atau hal urusan memerintah yang dilakukan oleh pemerintah (Purwadarminta 1989:955).

Konsep sistem pemerintah menurut C.S.T. Kansil dalam bukunya mengatakan bahwa yang dimaksud dengan Sistem Pemerintah yakni:

Sistem pemerintah terdiri dari dua suku kata yaitu “Sistem” dan “ Pemerintah”. Kata “Sistem” berarti menunjukan pada hubungan antar berbagai lembaga negara sedemikian rupa sehingga merupakan suatu kesatuan yang bulat dalam menjalankan mekanisme kenegaraan (C.T.S Kansil 2000: 81).

Inu Kencana Syafiie juga berpendapat dalam bukunya Pengantar Ilmu Pemerintah megatakan bahwa:

Sistem adalah kesatuan yang utuh dari sesuatu rangkaian, yang kait-mengkait satu sama lain. Bagian atau anak cabang dari suatu sistem, menjadi induk sistem dari rangkaian selanjutnya. Begitulah seterusnya sampai pada bagian yang terkecil, rusaknya salah satu bagian akan mengganggu kesetabilan sistem itu sendiri. Pemerintah Indonesia adalah suatu cintoh sistem pemerintah dan anak cabangnya adalan sistem pemerintah daerah, kemudian seterusnya sistem pemerintah desa/kelurahan (Inu Kencana 1992:101).

Dari beberapa teori yang disampaikan oleh para ahli bahwa sistem pemerintah adalah sesuatu yang saling kait-mengkait, erat hubunganya satu sama lain dalam sebuah lembaga pemerintah sehingga jika, salah satunya rusak maka mekanisme dalam pemerintah yang sedang berjalan akan rusak.

(25)

10 Jadi, Sistem pemerintah merupakan satu kesatuan yang saling berkaitan satu sama lain sehingga dalam sistem pemerintahan di awal kemerdekaan dilaksanakan oleh Presiden dan dibantu oleh KNIP karena, pada saat itu Indonesia masih dalam kondisi yang sangat genting, karena kondisi yang sangat genting itu maka Indonesia belum membentuk lembaga – lembaga negara seperti MPR, DPR dan MA, sehingga pada awal kemerdekaan Indonesia menganut Sistem Pemerintah Presidensil. Kondisi saat itu tidak berlangsung lama karena usulan KNIP untuk membentuk kabinet maka sistem pemerintahan Indonesia yang Presidensil berubah menjadi sistem pemerintah yang berparlementer.

2. Konsep Hubungan Lembaga

Menurut Soejono Soekanto hubungan yang dinamis yang mempertemukan orang dengan orang , kelompok dengan kelompok, maupun orang dengan kelompok disebut dengan interaksi. Bentuk yang dilakukan tidak hanya bersifat kerjasama, akan tetapi bisa juga berbentuk tindakan persaingan, pertikaian dan sejenisnya. Soerjono Soekanto juga mengklasifikasikan bentuk Interaksi secara mendasar yakni terdapat empat macam bentuk Interaksi. “Bentuk – bentuk Interaksi adalah kerjasama (cooperation), persaingan (competition), akomodasi (accomodation),

dan bahkan dapat juga berbentuk pertentangan atau pertikaian (conflict)”

(Soerjono Soekanto 1982:65).

(26)

11 peserta mempunyai peranan tugas dan kewajiban untuk dijalankan (Victor A.Thompson dalam Sutarto 1979:25).

Sartono juga berpendapat dalam buku “Dasar- Dasar Organisasi” mengatakan

bahwa organisasi adalah sistem saling pengaruh antar orang dalam kelompok yang bekerjasama mencapai tujuan tertentu (Sutarto 1979:36).

Hubungan antar alat-alat kelengkapan suatu negara atau yang lazim disebut sebagai lembaga negara merupakan hubungan kerjasama antar institusi-institusi yang dibentuk guna melaksanakan fungsi-fungsi negara.

Berdasarkan teori klasik mengenai negara setidaknya terdapat beberapa fungsi negara yang penting seperti fungsi membuat kebijakan peraturan perundang-undangan (fungsi legislatif), fungsi melaksanakan peraturan atau fungsi penyelenggaraan pemerintah (fungsi eksekutif) dan fungsi mengadili (fungsi yudikatif) (Ismail Suny 1985:4).

Di Indonesia lembaga pemegang kekuasaan dibagi dalam beberapa lembaga tertinggi negara yaitu lembaga eksekutif (presiden), lembaga legislatif (DPR RI), lembaga yudikatif (MA), lembaga inspektif (BPK), lembaga Konsultatif (MPR). Masing – masing lembaga tersebut dipisahkan secara tegas (separation of power) kekuasaannya yang menimbulkan checking power with power sebagaimana di negara-negara liberal yang menganut demokrasi bebas, tetapi hanya dengan melaksanakan pembagian kekuasaan (distribution of power), hal mana masing – masing pemegang kekuasaan tetap ada keterkaitan dan koordinasi, seperti kewenangan presiden dibidang legislatif (Inu Kencana Syafiie 2000:100).

(27)

12 3. Konsep Lembaga Kepresidenan

Pada sidang PPKI tanggal 18 Agustus 1945, PPKI memilih Ir.Soekarno dan Moh. Hatta sebagai Presiden dan Wakil Presiden mulai dari situlah Lembaga Kepresidenan terbentuk.

lembaga kepresidenan atau Presidential Institution merupakan istilah yang kerap dipergunakan dalam berbagai arti, di Indonesia perkataan Presiden dipergunakan dalam bahasa asing (seperti inggris) untuk jabatan digunakan istilah Presidency atau sebagai ajektif dipergunakan istilah Presidential

misalnya “Presidential Government”, sedangkan sebagai pejabat digunakan istilah President.”Dalam UUD 1945 penggunaan kata “Presiden” menunjukan pejabat. Hal ini tampak dari rumusan – rumusan yang menyebut Presiden. Tetapi karena Presiden adalah pemangku jabatan kepresidenan dengan sendirinya dalam UUD 1945 dan peraturan perundang-undangan lain yang mengatur mengenai presiden sekaligus mengandung pula makna pengaturan lingkungan jabatan Presiden (Bargin Manan 2006 : - ).

Bargin Manah juga berpendapat dalam bukunya berjudul Lembaga Kepresidenan

menggunakan istilah “Presiden sebagai pejabat dan lembaga kepresidenan sebagai

lingkungan jabatan”.

Dalam UUD 1945, lembaga kepresidenan yang bersifat personal, terdiri atas seorang presiden dan seorang wakil presiden. Lembaga ini dipilih oleh MPR dengan syarat tertentu dan memiliki masa jabatan selama 5 tahun. Sebelum menjalankan tugasnya lembaga ini bersumpah di hadapan MPR atau DPR.

(28)

13 Jadi, menurut penulis lembaga kepresidenan adalah lingkungan jabatan bagi seorang presiden dan wakil presiden yang dipilih oleh MPR, memiliki kekuasaan eksekutif didalam sistem pemerintahan.

4. Konsep Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP)

Sejak ditetapkan dan disyahkannya Undang-Undang Dasar 1945 oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) pada tanggal 18 Agustus 1945, maka pada saat itu berlakulah Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia. Mulai saat itu penyelenggaraan akan didasarkan kepada ketentuan-ketentuan menurut Undang-Undang Dasar ini. Dalam melaksanakan penyelenggaraan Negara sebagai mana telah ditentukan di dalam Undang-Undang Dasar, tentu saja tidak dapat sekaligus dilaksanakan sepenuhnya dalam waktu yang sangat singkat, untuk itu maka diperlukan Undang-Undang peralihan. Undang-Undang Dasar telah memuat pula ketentuan-ketentuan peralihan di dalam Undang-Undang Dasar 1945. Semuanya terdiri dari empat pasal aturan peralihan yakni pasal I-IV.

Dalam Undang – Undang Dasar 1945 Aturan Peralihan Pasal IV disebutkan: “Sebelum Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat dan

Dewan Pertimbanngan Agung dibentuk menurut Undang-Undang Dasar ini, segala kekuasaan dijalankan oleh Presiden dengan Bantuan Komite Nasional”.

(29)

14 Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) adalah sebuah lembaga yang berfungsi seperti MPR dengan tugas membantu Presiden. KNIP sebagai penjelma tujuan dan cita-cita bangsa Indonesia untuk menyelenggarakan kemerdekaan Indonesia. Anggota KNIP berjumlah 137 orang berdasarkan yang telah diusulkan oleh daerah para perintis kemerdekaan dan tokoh-tokoh yang aktif dalam gerakan menuju kemerdekaan. Pembentukan KNIP berdasarkan pasal IV Aturan Peralihan yang berbunyi, “Sebelum Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat dan Dewan Pertimbanngan Agung dibentuk menurut Undang-Undang Dasar ini, segala kekuasaan dijalankan oleh Presiden dengan Bantuan Komite Nasional.” (Juniarto 1996 : 47)

Kedudukan Komite Nasional Indonesia sebagai pembantu Presiden ditegaskan dalam keputusan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) pada tanggal 22 Agustus 1945. Badan ini dibentuk diseluruh Indonesia dengan pusatnya di Jakarta, berfungsi pula sebagai penjelma kebulatan tujuan dan cita-cita bangsa Indonesia untuk menyelnggarakan kemerdekaan Indonesia yang berdasarkan kedaulatan rakyat. Badan tersebut berusaha untuk:

1. Menyatakan kemauan rakyat Indonesia untuk hidup sebagai bangsa yang merdeka

2. Mempersatukan rakyat dari segi lapisan dan jabatan, supaya terpadu pada segala tempat di seluruh Indonesia, persatuan kebangsaan yang bulat dan erat

3. Membantu menentramkan rakyat dan turut menjaga keselamatan umum 4. Membantu pemimpin dalam menyelenggarakan cita-cita bangsa Indonesia

dan di daerah membantu pemerintah daerah untuk kesejahteraan umum (Deliar Noer 2005 : 19).

(30)

15 Bahwa Komite Nasional Indonesia Pusat, sebelum terbentuknya Majelis Permusyawaratan Rakyat dan Dewan Perwakilan Rakyat, diserahi kekuasaan legislatif dan ikut menetapkan Garis-Garis Besar Haluan Negara, serta menyetujui bahwa pekerjaan Komite Nasional Pusat sehari-hari, berhubungan dengan gentingnya keadaan, dijalankan oleh sebuah Badan Pekerja yang dipilih antara mereka dan bertanggung jawab kepada Komite Nasional Pusat (C.T.S. Kansil 2000 : 282-283).

Dengan berlakunya Maklumat Wakil Presiden No. X ini, maka kedudukan Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) bukan lagi sebagai badan pembantu presiden tetapi KNIP diserahi kekuasaan legislatif dan ikut menetapkan Garis Garis Besar Haluan Negara (GBHN).

5. Konsep Kerjasama

Dalam konteks organisasi maupun lembaga kerjasama antar organisasi itu untuk mencapai tujuan organisasi ataupun seluruh anggota organisasi. Seperti yang kemukakan Victor.A Thompson dalam buku Dasar-Dasar Organisasi kerjasama merupakan setiap peserta mempunyai tugas dan kewenangan untuk dijalankan agar tercapainya tujuan.

Selain itu juga Thompson berpendapat kerjasama memiliki derajat yang berbeda, mulai dari koordinasi dan kooperasi (cooperation) sampai pada derajat yang lebih tinggi yaitu collaboration. “Para ahli pada dasarnya menyetujui bahwa perbedaan terletak pada kedalaman interaksi, integrasi, komitmen dan kompleksitas dimana cooperation terletak pada tingkatan yang paling rendah. Sedangkan collaboration pada tingkatan yang paling

tinggi” (Victor A.Thompson dalam Sutarto 1997 : 25).

(31)

16 yudikatif. Sehinggga dalam sebuah lembaga Negara untuk menjalankan fungsi masing-masing lembaga memiliki kerjasama yang baik.

B. Kerangka Pikir

(32)

17 C. Paradigma

Garis Hubungan kerjasama Garis bentuk kerjasama

KNIP Lembaga Kepresidenan

Hubungan Kerjasama KNIP dengan Lembaga Kepresidenan

pada Tahun 1945-1949

Penyelesaian perjanjian dengan Belanda

Merancang Undang - Undang

Membuat GBHN

(33)

18 REFERENSI

Purwadarminta. 1989. Kamus Umum Indonesia. Balai Pustaka : Jakarta. Halaman 955.

C.T.S Kansil. 2000. Hukum dan Tata Negara RI . Rineka : Jakarta. Halaman 81. Inu Kencana.1992. Pengantar Ilmu Pemerintah. Eresco : Bandung. Halaman

101.

Joeniarto. 1996. Sejarah Ketatanegaraan RI. Bumi Aksara : Jakarta. Halaman 48 Soerjono Soekanto. 1982. Sosiologi Suatu Pengantat. PT Raja Grafindo Persada :

Jakarta. Halaman 65.

Victor A. Thompson dalam Sutarto. 1979. Dasar – Dasar Organisasi. Gajah Mada University Press : Yogyakarta. Halaman 25

Sutarto.1979. Dasar – Dasar Organisasi. Gajah Mada University Press : Yogyakarta. Halaman 36

Ismail Suny.1985. Pembagian Kekuasaan Negara. Asara Baru : Jakarta. Halaman 4

Inu Kencana Syafiie. 2000. Sistem Pemerintah Indonesia. Rineka Cipta : Jakarta. Halaman 100

Bargin Manan, Lembaga Kepresidenan, FH UII PRESS, Yogyakarta, 2006. Dikutip dalam Web.

http://fristianhumalanggionline.wordpress.com/2008/05/26/tinjauan- historis-yuridis-lembaga-kepresidenan-dalam-sistem-ketatanegaraan-indonesia/. Yang diakses pada 25/03/2013 pukul 10:00 WIB

Mariam Budiardjo. 2003. Dasar Dasar Politik. PT.Gramedia Pustaka Utama : Jakarta. Halaman 157

Juniarto. 1996. Sejarah Ketatanegaraan Republik Indonesia. Bumi Aksara : Jakarta. Halaman 47

Deliar Noer, dan Akbarsyah. 2005. Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) Parlemen Indonesia 1945-1950. Yayasan Risalah : Jakarta. Halaman 19. CTS. Kansil.2000. Hukum Dan Tata Negara RI. Rineka : Jakarta. Halaman

282-283.

(34)

19 III. METODE PENELITIAN

A. Metode yang digunakan

Metode adalah cara yang digunakan peneliti untuk menyelesaikan suatu permasalahan di dalam suatu penelitian. Metode penelitian merupakan suatu cara atau jalan untuk memperoleh pemecahan terhadap suatu permasalahan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode historis, karena penelitian ini mengambil obyek peristiwa-peristiwa pada masa lalu.

Yang dinamakan metode sejarah disini adalah suatu proses menguji menganalisis secara kritis rekaman dan peninggalan masa lampau. Metode sejarah sebagai suatu proses yang telah dilaksanakan oleh sejarawan dalam usaha mencari, mengumpulkan, menguji, memilih, memisah dan menyajikan fakta sejarah serta tafsiranya dalam susunanya yang teratur.

(35)

20 Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa metode historis adalah suatu cara di dalam proses pengujian dan analisis data yang sudah terkumpul untuk dijadikan bahan sejarah yang tertulis. Adapun langkah-langkah dalam penelitian historis, yaitu:

1. Heuristik adalah proses mencari untuk menemukan sumber-sumber sejarah

2. Kritik yaitu menyelidiki apakah jejak-jejak sejarah itu asli, baik isi maupun bentuknya

3. Interpretasi yaitu setelah memperoleh fakta yang diperlukan, maka kita harus merangkaikan fakta-fakta itu menjadi keseluruhan yang masuk akal 4. Historiografi yaitu merupakan kegiatan penulisan dalam bentuk laporan

hasil penelitian (Nugroho Notosusanto 1964 : 11).

Berdasarkan langkah-langkah tersebut, maka langkah-langkah yang akan peneliti lakukan adalah:

a. Heuristik

(36)

21 b. Kritik

Kritik adalah menyelidiki apakah jejak-jejak sejarah itu asli atau palsu dan apakah dapat digunakan atau sesuai dalam penelitian.

Setelah data-data terkumpulkan, kemudian penelitian melakukan kritik terhadap sumber-sumber yang telah didapatkan. Kritik ini dilakukan untuk menguji apakah data valid atau tidak serta dapat menunjang kegiatan penelitian yang dilakukan. Kritik pada dasarnya berupa kritik ekstern dan kritik intern. Kritik ekstrn adalah kritik dengan melihat apakah sumber data yang didapat itu asli atau palsu, sedangkan kritik intern bertujuan untuk meneliti kebenaran isi dari sumber yang didapat. Setelah data dikumpulkan yang berkaitan mengenai tema penelitian yakni Hubungan Kelembagaan Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) dengan Lembaga Kepresidenan dalam sistem pemerintahan pada tahun 1945-1949.

c. Interpretasi

Pada tahap ini setelah mendapatkan fakta-fakta yang dilakukan, maka penulis merangkaikan fakta-fakta itu menjadi keseluruhan yang masuk akal, dalam hal ini penulis berupaya untuk menganalisis data dan fakta yang telah diperoleh dan dipilih sesuai dengan kajian penulis.

d. Historiografi

(37)

22 yang berlaku di Universitas Lampung. Dalam tahap historiografi ini peneliti melakukan penulisan yang dituangkan dalam sebuah pembahasan dan hasil dalam skripsi.

B. Variabel Penelitian

Menurut Suharsimin Arikunto, variabel adalah objek suatu penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian (Suharsimi Arikunto 1998:91). Pendapat lain mengatakan yang dimaksud sengan variabel adalah suatu gejala yang akan menjadi objek pengamatan (Suharsimi Arikunto 1998:126).

Dari pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud variabel adalah sesuatu obyek yang menjadi sentrum kajian dalam sebuah penelitian. Variable dalam penelitian ini adalah hubungan Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) dengan Lembaga Kepresidenan pada tahun 1945-1949 dengan objek penelitiannnya adalah Komite Nasional Indonesia Pusat.

C. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian memerlukan data karena itu dilakukanlah kegiatan pengumpulan untuk mendapatkan informasi yang akurat mengenai penelitian yang akan diteliti. Adapun dalam penelitian ini, untuk mendapatkan data yang dibutuhkan peneliti menggunakan dua teknik yaitu:

1. Teknik Kepustakaan

(38)

23 bentuk koran, naskah, catatan, kisah sejarah dokumen-dokumen dan sebagainya yang relevan dengan penelitian (Koentjoroningrat 1983:133).

Berguna sebagai sumber berbagai informasi baik berupa teori-teori, generalisasi maupun konsep yang dikemukakan oleh para ahli yang ada pada sumber kepustakaan, dengan jalan mempelajari buku atau literatur yang ada hubunganya dengan permasalahan yang akan peneliti bahas. Data-data berasal dari sumber-sumber informasi yang berupa buku-buku referensi (bahasa asing atau bahasa indonesia/terjemahan) surat kabar atau majalah, foto-foto maupun peta yang relevan. Kegiatan ini dilakukan di Perpustakaan Universitas Lampung, Perpustakaan daerah lampung dan Perpustakaan sejarah.

2. Teknik Dokumentasi

Teknik dokumentasi adalah teknik pengumpulan data dengan mempelajari catatan-catatan mengenai data pribadi responden, seperti yang dilakukan oleh seorang psikolog dalam meneliti perkembangan seseorang melalui catatan pribadinya (Abdurrahman Fhatoni 2006:112).

(39)

24 D. Teknik Analisis Data

Setelah data penelitian diperoleh, maka langkah selanjutnya adalah mengelola data dan menganalisis data untuk diinterpretasikan dalam jawaban permasalahan penelitian yang telah diajukan. Karena penelitian ini adalah penelitian kualitatif maka data yang terdapat dalam penelitian ini adalah data kualitatif. Dengan demikian teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis data kualitatif.

Adapun definisi penelitian kualitalif menurut P. Joko Subagyo adalah Penelitian kualitatif adalah data yang berupa informasi, uraian dalam bentuk bahasa proses kemudian dikaitkan dengan data lainya untuk mendapatkan kejelasan terhadap suatu kebenaran atau sebaliknya, sehingga memperoleh gambaran baru ataupun menguatkan suatu gambatan yang sudah ada dan sebaliknya (Joko Subagyo 1997:67).

Dalam sebuah penelitian, analisis data merupakan hal yang sangat penting karena data yang sudah diperoleh akan lebih memiliki arti bila telah dianalisis. Kecermatan dalam memilih teknik analisi data deskriptif kualitatif karena data yang didapatkan tidak berupa angka-angka, akan tetapi data berupa fenomena-fenomena dan kasus – kasus dalam bentuk laporan dan karangan sehingga harus dideskripsikan untuk memperoleh suatu kesimpulan. Pada prinsipnya analisis data dilakukan bersamaan dengan proses pengumpulan data. Analisis data dilakukan melalui beberapa tahapan. Tahapan – tahapan dalam proses analisi data kualitatif meliputi:

a. Reduksi Data

(40)

25 mengarahkan, serta membuang yang tidak perlu serta mengorganisasikan data sampai akhirnya bisa menarik sebuah kesimpulan.

b. Penyajian Data

Yaitu data yang dibatasi sebagai kumpulan informasi tersusun, memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Dengan penyajian data tersebut akan dapat dipahami apa yang terjadi dan apa yang harus dilakukan sehingga menganalisis atau mengambil tindakan nantinya akan berdasarkan pemahaman yang didapatkan dari penyajian tersebut. Setelah data disimpulkan mengenai hubungan kelembagaan komite nasional Indonesia pusat (KNIP) dengan lembaga kepresidenan dalam sistem pemerintahan maka data yang didapat disajikan berupa tulisan yang dapat menjawab dari sebuah penelitian yang diteliti dan mudah dimengerti sipembaca.

c. Verifikasi Data

(41)

26 REFERENSI

Nugroho Notosusanto. 1964. Hakekat Sejarah dan Asas-Asas Metode Sejarah.

ISBA : Bandung. Halaman 10-11 Nugroho Notosusanto. Ibid. Halaman 11

Suharsimi Arikunto.1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.

Rineka Cipta : Jakarta. Halaman 91. Suharsimi Arikunto. Ibid. Halaman 126.

Koentjoroningrat. 1983. Metode-Metode Penelitian Sejarah. PT. Gramedia : Jakarta. Halaman 133

Abdurrahman Fhatoni. 2006. Metodologi Penelitian & Teknik Pengumpulan Skripsi. Rineka Cipta : Jakarta. Halaman 112.

(42)

64 V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

(43)

65 pembaharuan keanggotaan KNIP sehingga tugas selanjutnya ataupun kerjasama yang dilakukan KNIP bersama Presiden adalah memperbahurui lembaga negara yakni KNIP karena KNIP merupakan lembaga yang mendapatkan perhatian dari segala pihak maka KNIP memperbaiki diri dengan cara menambah jumlah anggotanya, sehingga presiden mengeluarkan Peraturan Presiden No.6 Tahun 1946 tetapi peraturan Presiden ini mendapatkan respon yang tidak baik oleh anggota KNIP dengan alasan bahwa Presiden mengeluarkan PP No.6 Tahun 1946 tentang pembaharuan anggota KNIP untuk melancarkan disetujuinya perjanjian linggar jati oleh anggota KNIP tetapi tuduhan ini mendapatkan penolakan dari wakil Presiden sehingga PP No.6 Tahun 1946 ini disetujui oleh anggota KNIP.

(44)

66 Dalam sejarah KNIP mencatat bahwa satu kali dalam sejarah kerjasama KNIP dengan Lembaga Kepresidenan terjadi konflik antar mereka mengenai Undang Undang pembaharuan KNIP dan dikeluarkanya Peraturan Presiden No.6 Tahun 1949. Dari kerjasama yang dilakukan KNIP dengan Lembaga Kepresidenan tidak jauh dari kekuasaan yang dimiliki Presiden yang memegang segala sesuatunya masih berada ditangan Dwitunggal Soekarno-Hatta. Hubungan kerjasama antar lembaga tersebut berjalan baik walaupun terdapat konflik di dalamnya, sehingga hubungan tersebut masih baik dengan terbukti bahwa tidak adanya program kabinet yang tidak disetujui oleh Badan Pekerja KNIP.

B. Saran

1. Gambaran umum mengenai kondisi perkembangan sistem pemerintah pada awal kemerdekaan sampai tahun 1949 seharusna menjadi pelajaran bagi kita untuk mengetahui dan mempelajari proses kemajuan perkembangan pemerintahan.

2. Kerjasama KNIP dengan Lembaga Kperesidenan yang ditunjukan mencerminkan sebuah kerjasama yang sesuai dengan apa terkandung didalam UUD 1945 yang sebagai Dasar negara Republik Indonesia. 3. Upaya dalam setiap mengambil keputusan yang dilakukan oleh KNIP

(45)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto , Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta.

Budiardjo , Mariam. 2003. Dasar Dasar Politik. Jakarta : PT.Gramedia Pustaka Utama. Fhatoni , Abdurrahman. 2006. Metodologi Penelitian & Teknik Pengumpulan Skripsi. Jakarta

: Rineka Cipta.

Joeniarto.1996. Sejarah Ketatanegaraan RI. Jakarta : Bumi Aksara. Kansil, C.T.S. 2000. Hukum dan Tata Negara RI. Jakarta : Rineka. Kencana, Inu .1992. Pengantar Ilmu Pemerintah. Bandung : Eresco.

Kencana, Inu Syafiie. 2000. Sistem Pemerintah Indonesia. Jakarta : Rineka Cipta. Koentjoroningrat. 1983. Metode-Metode Penelitian Sejarah. Jakarta : PT. Gramedia. Kusnardi, Moh.1989. Susunan Pembagian Kekuasaan menurut system UUD 1945. Jakarta :

PT. Gramedia.

Manan, Bargin . 2006. Lembaga Kepresidenan. Yogyakarta : FH UII PRESS.

Mariam, Budiadjo. 2003. Dasar Dasar Politik. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama. MD, Mahfud . 2001. Dasar dan Struktur Ketatanegaraan Republik Indonesia. Jakarta : PT.

Rineka Cipta.

Noer, Deliar & Akbarsyah.2005. Komite Nasional Indonesia (KNIP) Parlemen Indonesia 1945-1950. Jakarta : Yayasan Risalah.

(46)

Purwadarminta.1989. Kamus Umum Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.

Soekanto, Soerjono . 1982. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada. Sutarto.1979. Dasar – Dasar Organisas. Yogyakarta : Gajah Mada University Press. Suny, Ismail. 1985 Pembagian Kekuasaan Negar. Jakarta : Aksara Baru.

Suny, Ismail . 1986. Pergeseran Kekuasaan Eksekutif. Jakarta : Aksara Baru. Subagyo. Joko . 1997. Metode Penelitian. Jakarta : Bina Aksara.

Widjaja, A.W.1987. Dekrit Presiden 5 Juli 1956 dan UUD Negara Indonesia dalam Lintas Sejarah Dua Dasawarsa 1945-1965. Jakarta : Fajar Agung.

Sumber lain

http://fristianhumalanggionline.wordpress.com/2008/05/26/tinjauan-historis-yuridis-lembaga-kepresidenan-dalam-sistem-ketatanegaraan-indonesia/. Yang diakses pada 25/03/2013 pukul 10:00 WIB

Suara Rakyat 27 Februari 1947 dikutip dalam buku Deliar Noer. Komite Nasional Indonesia (KNIP) Parlemen Indonesia 1945-1950, Yayasan Risalah, Jakarta, 2005.

Referensi

Dokumen terkait

Dari analisis ini dapat ditarik kesimpulan bahwa KNID Surakarta mempunyai berbagai peran dalam pergerakan politik di Surakarta tahun 1945- 1946, yaitu merebut

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti dan dari data yang telah didapatkan dapat ditarik kesimpulan bahwa ada hubungan positif dan signifikan (r=0.698, P=

Berdasarkan penelitian ini telah dilakukan pada atlet dayung Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) provinsi Riau dengan responden berjumlah 57 orang atlet dayung

(lihatlah Notulen Badan Pekerdja, diterangkan dengan djelas, bahwa Komite Nasional Daerah (Badan Perwakilan Rakjat) itu mendjadi “badan legislatief”, sedang bagian dari

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan sebelumnya, maka dikemukakan rumusan masalah secara umum yaitu: bagaimana manajemen Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI)

Berdasarkan pada data lapangan dari penelitian dan hasil analisis yang telah dibahas pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat pengaruh

Telah dilakukan kegiatan Amikom Mitra Masyarakat di Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Kecamatan Binangun, Cilacap yang juga telah dipublikasikan di media cetak maupun

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh, maka dapat ditarik kesimpulan, bahwa terdapat hubungan negatif antara dukungan sosial teman sebaya dengan