• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN

G. Teknik Keabsahan Data

Keabsahan data merupakan standar validitas dari data yang diperoleh peneliti. Menurut Moleong mengemukakan bahwa untuk menentukan keabsahan data dalam penelitian kualitatif harus memenuhi beberapa persyaratan,42 yaitu dalam pemeriksaan data dan menggunakan kriteria:

1. Teknik memeriksa Kredibilitas Data (Derajat Kepercayaan):

Dalam penelitian ini, kriteria keabsahan data yang digunakan adalah kriteria derajat kepercayaan (credibility), penerapan derajat kepercayaan (credibility) pada dasarnya menggantikan konsep validitas internal dari nonkualitatif. Kriteria ini berfungsi untuk melaksanakan inkuiri sedemikian rupa sehingga tingkat kepercayaan penemuannya dapat dicapai dan mempertunjukkan derajat

42

kepercayaan (credibility) hasil-hasil penemuan dengan jalan pembuktian oleh peneliti pada kenyataan ganda yang sedang diteliti.

Adapun untuk memeriksa derajat kepercayaan (credibility) ini menggunakan triangulasi. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan suatu yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai bahan pembanding terhadap data itu. Triangulasi dianggap sebagi cara terbaik untuk menghilangkan perbedaan-perbedaan konstruksi kenyataan yang ada dalam konteks suatu studi sewaktu mengumpulkan data tentang berbagai kejadian dan hubungan dari berbagai pandangan.

Untuk memeriksa keabsahan data, dalam penelitian ini peneliti melakukan pengecekan dalam berbagai sumber, yaitu dengan mengecek data yang diperoleh melalui surat kabar, website, dan lain sebagainya kemudian dibandingkan dengan sumber lain yang lebih akurat. Atau dapat juga dengan melakukan wawancara kepada lebih dari satu informan yang berbeda dalam implementasi Program GenRe di Kota Bandar Lampung.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan triangulasi data, dimana peneliti menggunakan beragam sumber dalam penelitian ini. Melalui metode ini peneliti dapat menguji kredibilitas data dengan menggunakan pengecekan data yang diperoleh melalui berbagai sumber. Dalam penelitian ini peneliti mendeskripsikan proses implementasi kebijakan GenRe di Kota Bandar Lampung.

2. Teknik memeriksa Keteralihan Data

Teknik ini dilakukan dengan menggunakan “uraian rinci“, yaitu dengan melaporkan hasil penelitian seteliti dan secermat mungkin yang menggambarkan konteks tempat penelitian diselenggarakan. Derajat keteralihan dapat dicapai lewat uraian yang cermat, rinci, tebal, atau mendalam serta adanya kesamaan konteks antara pengirim dan penerima. Upaya untuk memenuhi hal tersebut, peneliti melakukannya melalui tabulasi data (terlampir) serta disajikan oleh peneliti dalam hasil dan pembahasan.

3. Teknik Memeriksa Kebergantungan

Dalam penelitian kualitatif, uji kebergantungan dilakukan dengan melakukan pemeriksaan terhadap keseluruhan proses penelitian. Sering terjadi peneliti tidak melakukan penelitian di lapangan, tetapi bisa memberikan data. Peneliti seperti ini perlu diuji dependability-nya, dan untuk mengecek apakah hasil penelitian ini benar atau tidak, maka peneliti mendiskusikannya dengan pembimbing. Hasil yang dikonsultasikan antara lain proses penelitian dan taraf kebenaran data serta penafsirannya. Untuk itu peneliti perlu menyediakan data mentah, hasil analisis data dan hasil sintesis data serta catatan mengenai proses yang digunakan.

4. Kepastian Data (comfirmability)

Kepastian Data (comfirmability) berarti menguji hasil penelitian, dikaitkan dengan proses yang ada dalam penelitian, jangan sampai proses tidak ada tetapi hasilnya ada. Derajat ini dapat dicapai melalui audit atau pemeriksaan yang cermat terhadap seluruh komponen dan proses penelitian serta hasil

penelitiannya. Pemeriksaan yang dilakukan oleh pembimbing menyangkut kepastian asal-usul data, logika penarikan kesimpulan dari data dan penilaian derajat ketelitian serta telaah terhadap kegiatan peneliti tentang keabsahan data.

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

A. Gambaran Umum Kota Bandar Lampung 1. Deskripsi Wilayah Kota Bandar Lampung

Profil Wilayah Kota Bandar Lampung pintu gerbang Pulau Sumatera. Sebutan ini layak untuk ibu kota Propinsi Lampung. Kota yang terletak di sebelah barat daya Pulau Sumatera ini memiliki posisi geografis yang sangat menguntungkan. Letaknya di ujung Pulau Sumatera berdekatan dengan DKI Jakarta yang menjadi pusat perekonomian negara. Kota ini menjadi pertemuan antara lintas tengah dan timur Sumatera. Kendaraan dari daerah lain di Pulau Sumatera harus melewati Bandar Lampung bila menuju ke Pulau Jawa. Pada umumnya kendaraan tersebut transit di terminal Rajabasa. Keluar dan masuknya kendaraan baik bus, angkutan kota maupun minibus ke terminal ini, ternyata mampu mendatangkan pemasukan bagi Pendapatan Asli Daerah Sendiri (PADS) Kota Bandar Lampung yang pada tahun anggaran 200 mencapai Rp 11,9 milyar. Angkutan jalan raya mampu menyumbang Rp 273 milyar dari total kegiatan ekonomi tahun 2012.

Sumbangan lapangan usaha ini paling besar dibanding angkutan lain misalnya air. Banyaknya kendaraan yang keluar masuk melewati Bandar Lampung ini menambah padatnya jalan-jalan kota. Sejalan dengan perkembangan kota, kendaraan pribadi maupun umum pun semakin menjamur, ditambah lagi dengan

kendaraan pengangkut hasil bumi dari pelosok daerah Propinsi Lampung yang akan dikirim ke Bandar Lampung sebagai pusat perdagangan provinsi.

Gambar 1. Peta Administratif Kota Bandar Lampung

Sumber: Kota Bandar Lampung dalam Angka

Secara umum jumlah lahan terbangun sampai saat ini telah berjumlah 9920 Ha atau sekitar 54,65% dari seluruh luas Kota Bandar Lampung, sedangkan lahan yang belum terbangun saat ini memiliki luas sekitar 8230,89 Ha atau sekitar 45,35%.

2. Jumlah Remaja di Kota Bandar Lampung

Remaja adalah orang muda (young people) yaitu penduduk usia 10-24 tahun. Jumlah remaja di Kota Bandar Lampung, menurut Badan Pusat Statistik Kota Bandar Lampung adalah sebagai berikut:

Tabel 5. Jumlah Remaja di Kota Bandar Lampung No Usia Laki-laki Perempuan Jumlah

1. 10-14 39.098 37.764 76.862

2. 15-19 43.929 48.187 92.116

3 20-24 50.778 50.051 100.829

4 Total 133.805 136.002 269.807

Sumber : BPS Kota Bandar Lampung 2012 3. Kondisi Perekonomian Daerah

Berdasarkan data Laporan Realisasi Keuangan APBD Kota Bandar Lampung, maka terlihat pendapatan asli daerah (PAD) mengalami peningkatan rata-rata berkisar 14% per tahun. Sedangkan DAU maupun DAK yang masuk dalam pendapatan transfer meningkat rata-rata 10% pertahun. Namun bila dilihat dari belanja modal untuk pembangunan masih dibawah 10% dari total belanja, porsi besar masih di kegiatan belanja operasional sekitar 86% per tahun dari total belanja. Dan dari posisi keuangan surplus atau defisit tahun berjalan mengalami penurunan rata-rata 4% per tahun. Sedangkan sisa langsung pembiayaan anggaran (SILPA) cenderung mengalami penurunan. Pada tahun 2012 sebanyak 472.454 jiwa, pada tahun 1998 sebanyak 490.374 jiwa, dan pada tahun 2012 sebanyak 495.038 jiwa. Tenaga kerja yang dimaksud adalah penduduk yang diatas 15 tahun.

Tabel 6. Distribusi Persentase Kegiatan Ekonomi Tahun 2012

No. Bidang Jumlah (%)

1 2 3 4 5 6 7 8 9

Perdagangan, Hotel, dan Restoran Bangunan

Listrik Gas, dan Air Bersih Pengangkutan dan Komunikasi Keuangan

Jasa-jasa Pertanian

Industri Pengolahan

Pertambangan dan Penggalian

22.78 7.88 1.11 13.23 6.64 14.00 4.10 29.82 0.44

Dari data tahun 2012, kontribusi yang cukup signifikan membangun perekonomian Kota Bandar Lampung yaitu sektor industri pengolahan dan penggalian (29,82%), kemudian diikuti oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran (22,78%), sektor jasa-jasa (14%), sektor pengangkutan dan komunikasi (13,23%). Sedangkan sektor lainnya (20,17%) meliputi sektor pertambangan, pertanian, bangunan listrik, dan gas rata-rata 3-4%.

Gambar 2. Distribusi Persentase Kegiatan Ekonomi 2012

Secara umum kondisi perekonomian kota Bandar Lampung cukup baik, terlihat dari PDRB tahun 2008 sebesar Rp. 5.079 trilyun meningkat menjadi Rp. 6.540 trilyun, rata-rata kenaikan per tahun sebesar 6.53%. dan hal ini berdampak pada peningkatan pendapatan per kapita rata-rata 4.62% per tahun, sehingga di tahun 2012 menjadi Rp. 7.417.230,- per kapita. Secara tahunan, laju inflasi Kota Bandar Lampung bulan Desember 2008 tercatat sebesar 12,81%. Angka tersebut lebih tinggi dibandingkan inflasi pada periode yang sama tahun 2010 (6,8%) dan

dibandingkan dengan inflasi nasional pada periode yang sama di tahun 2010 (11,06 %). Hal ini disinyalir sebagai akibat dari gejolak harga komoditi. Dan secara triwulanan, terjadi penurunan tekanan inflasi sebagai akibat dari tren penurunan harga pasca perayaan hari besar keagamaan.

B. Kantor Badan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan (BKBPP) Kota Bandar Lampung

1. Profil BKBPP Kota Bandar Lampung

Menurut Undang-Undang Nomor 52 Tahun 2009 pada Pasal 53 ayat (2) menyebutkan bahwa BKKBN merupakan lembaga pemerintah nonkementerian yang berkedudukan di bawah presiden dan bertanggung jawab kepada presiden yang memiliki tugas melaksanakan pengendalian penduduk dan menyelenggarakan keluarga berencana. Pada Pasal 54 ayat (1) menyebutkan dalam rangka pengendalian penduduk dan penyelenggaraan keluarga berencana di daerah, pemerintah daerah membentuk Badan Koordinasi Keluarga Berencana Daerah yang disingkat BKKBD ditingkat Provinsi dan Kabupaten/kota.

Di Kota Bandar Lampung BKKBN mengalami perubahan nama namun tugas dan fungsi yang dijalankan masih tetap sama. Sebelum menjadi Badan Koordinasi Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan (BKKBPP), instansi ini memiliki nama Badan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan. Dalam hal pengendalian pertumbuhan penduduk di Kota Bandar Lampung, Badan Koordinasi Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan memegang peranan yang sangat menentukan dalam bekerjasama dengan masyarakat dalam hal pengendalian pertumbuhan penduduk.

2. Visi dan Misi

VISI kantor Badan Koordinasi Keluaraga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan Kota Bandar Lampungyaitu “Mewujudkan Keluarga Yang Ideal Berkualitas Serta Kualitas Hidup Perempuan Kesetaraan Dan Keadilan Gender 2014” dan untuk mewujudkan visi tersebut, terdapat MISI yang dapat menunjangnya, dimana misi tersebut adalah:

1) Menumbuhkan serta meningkatkan kepedulian peran serta masyarakat dalam rangka pembudayaan keluarga melalui pendewasaan usia perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga dan peningkatan kesejahteraan keluarga.

2) Melakukan perencanaan keluarga secara cermat sehingga pertambahan dan pertumbuhan penduduk yang tidak terkendali dapat dihindari, dan setiap keluarga dapat merencanakan kehidupan keluarganya secara cermat dan bertanggung jawab.

3) Meningkatkan upaya pemberdayaan Perempuan dalam rangka mewujudkan kesetaraan dan kradilan gender.

4) Memfasilitasi penguatan kelembagaan dan pengembangan mekanisme Pengarus Utamaan Gender (PUG) pada lembaga-lembaga pemerintah maupun non pemerintah.

5) Pengelolaan kebijakan perlindungan tindak kekerasan perempuan, lanjut usia, penyandang cacat dan anak.

3. Program GenRe

Adalah suatu program untuk memfasilitasi terwujudnya Tegar Remaja yang berperilaku sehat, terhindar dari risiko Triad KRR (tiga risiko yang dihadapi oleh

remaja/mahasiswa, yaitu risiko-risiko yang berkaitan dengan Seksualitas, Napza, HIV dan AIDS), menunda usia pernikahan, mempunyai perencanaan kehidupan berkeluarga untuk mewujudkan Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera serta menjadi contoh, model, idola dan sumber informasi bagi teman sebayanya.

GenRe adalah remaja/mahasiswa yang memiliki pengetahuan, sikap dan berperilaku sebagai remaja/mahasiswa, untuk menyiapkan dan perencanaan yang matang dalam kehidupan berkeluarga. Remaja atau Mahasiswa GenRe yang mampu melangsungkan jenjang-jenjang pendidikan secara terencana, berkarir dalam pekerjaan secara terencana, dan menikah dengan penuh perencanaan sesuai siklus Kesehatan Reproduksi.

4. Tujuan Program Genre

Adapun tujuan program Genre adalah: a. Tujuan Umum

Memfasilitasi remaja belajar memahami dan mempraktikan perilaku hidup sehat dan berahlak (healthy and ethical life behaviors) untuk mencapai ketahanan remaja (adolescent resilience) sebagai dasar mewujudkAN Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera.

b. Tujuan Khusus

1) Remaja memahami dan mempraktikan pola hidup sehat dan berahlak. 2) Remaja memahami dan mempraktikan pola hidup yang berketahanan. 3) Remaja memahami dan mempersiapkan diri menjadi Generasi Berencana

5. Pelaksana Program Genre

Program Generasi Berencana dibuat berdasarkan UU yang telah ditetapkan oleh pemerintah Indonesia, yang kemudian harus dijalankan oleh Badan Koordinasi Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan (BKKBPP), dan oleh Kabid BKKBPP Kota Bandar Lampung program ini dibebankan kepada Petugas Lapangan, ditiap-tiap kecamatan di Bandar Lampung, yang kemudian didampingi oleh rekan-rekan mahasiswa/ pemuda-pemuda beserta siswa dan siswi yang sebelumnya dibina dengan diberi pelatihan guna ikut berperan dalam pelaksanaan program.

6. Struktur Organisasi dan Tata Kerja

Kantor Badan Koordinasi Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan (BKKBPP) dipimpin oleh seorang kepala kantor dan dibantu oleh sekretaris serta berbagai Sub. Bagian, Bidang dan Sub. Bidang. Berikut ini beberapa tugas dan fungsi dari masing-masing unit kerja :

a. Kepala Badan

Kepala Badan mempunyai tugas pokok membantu Bupati dalam membina, mengkoordinasikan dan melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah di bidang Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan. Dalam melaksanakan tugas pokoknya, Kepala Badan juga menjalankan fungsinya yaitu:

1) Perumusan kebijakan teknis di bidang Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan

2) Pemberian dukungan atas penyelenggaraan pemerintahan daerah di bidang Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan

3) Pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan serta kesekretariatan Badan

4) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan tugas dan fungsinya.

b. Bidang Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera

1) Bidang Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas badan dibidang Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera meliputi Operasional Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi serta Operasional Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga.

2) Bidang Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera dipimpin oleh seorang Kepala bidang yang dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab kepada kepala Badan.

3) Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini, Bidang Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera mempunyai fungsi: a) Penyusunan penetapan dan penyerasian kriteria kelayakan

pelaksanaan kebijakan Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera. b) Pengendalian pelaksanaan kebijakan Keluarga Berencana dan

Keluarga Sejahtera.

c) Pelaksanaan evaluasi Pelaksanaan Kebijakan Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera.

d) Dalam menyelenggarakan tugas dan fungsi sebagai mana dimaksud bidang Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera dibantu oleh: e) Sub Bidang Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi

f) Sub Bidang Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga.

4) Masing-masing Sub dipimpin Oleh seorang Kepala Sub Bidang yang dalam melaksanakan tugas bertanggung jawab kepada kepala Bidang.

c. Sub Bidang Keluarga Kesejahteraan dan Pemberdayaan Keluarga

Sub Bidang Keluarga Kesejahteraan dan Pemberdayaan Keluarga memiliki tugas yakni:

1) Melakukan pengendalian serta mengevaluasi pelaksanaan pengendalian program pemberdayaan kesejahteraan keluarga

2) Melakukan pengendalian serta mengevaluasi pelaksanaan pengendalian program pembinaan ketahanan keluarga yang meliputi Bina Keluarga Balita (BKB), Bina Keluarga Remaja (BKR), Bina Keluarga Lansia (BKL), peningkatan kualitas lingkungan keluarga (PKLK)

3) Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan.

d. Bidang Penggerakan Masyarakat

1) Bidang ini mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas badan dibidang Penggerakan Masyarakat meliputi pendampingan dan pemberdayaan masyarakat serta advokasi dan komunikasi, informasi dan edukasi (KIE). 2) Bidang penggerakan masyarakat dipimpin oleh seorang kepala bidang yang

dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab kepada kepala badan. 3) Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud, Bidang penggerakan

a. Penyusunan, penetapan dan penyerasian kreteria kelayakan pelaksanaan kebijakan program penggerakan masyarakat, advokasi dan komunikasi, informasi dan edukasi (KIE).

b. Pengendalian pelaksanaan kebijakan program penggerakan masyarakat, advokasi dan komunikasi, informasi dan edukasi (KIE).

c. Pelaksanaan evaluasi kebijakan program penggerakan masyarakat, advokasi dan komunikasi, informasi dan edukasi (KIE).

4) Dalam menyelenggarakan tugas dan fungsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (3). Pasal ini Bidang Penggerakan masyarakat dibantu oleh:

a. Sub Bidang Pendampingan dan Pemberdayaan Masyarakat

b. Sub Bidang Advokasi dan Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE). 5) Masing-masing sub bidang dipimpin oleh seorang kepala sub bidangyang

dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab kepada kepala bidang.

e. Sub Bidang Pendampingan dan Pemberdayaan Masyarakat

Sub bidang pendampingan dan pemberdayaan masyarakat mempunyai tugas meliputi:

1) Melakukan pengendalian serta mengevaluasi pelaksanaan pendampingan institusi masyarakat.

2) Melakukan pengendalian serta mengevaluasi pelaksanaan pengendalian program pembinaan institusi masyarakat dan peningkatan peran serta; 3) Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan.

f. Sub Bidang Perlindungan Anak Memiliki tugas:

1) Mengumpulkan dan menganalisa perlindungan anak. 2) Menyiapkan bahan kebijakan di bidang perlindungan anak. 3) Melaksanakan penyusunan program perlindungan anak.

4) Melaksanakan program rintisan dalam rangka perlindungan anak.

5) Peningkatan partisipasi masyarakat dalam pemberdayaan kelembagaan pengelolaan perlindungan anak.

6) Pemantauan pelaksanaan program perlindungan anak pengkajian berbagai dampak pembangunan.

Gambar 3. Struktur Organisasi Kantor Badan Keluarga Berencana Dan Pemberdayaan Perempuan Kota Bandar Lampung

UPTD KB & PP KC

Sumber: Kantor BKBPP Kota Bandar Lampung

KEPALA SEKRETARIS SUB. BIDANG PENDAMPINGAN & PEMBERDAYAAN MASYARAKAT SUB. BIDANG ADVOKASI DAN KIE

SUB. BIDANG PELAPORAN & PENGELOLAAN DATA SUB. BIDANG PEMBERDAYAAN EKONOMI KELUARGA SUB. BIDANG PENGURUSUTAMAAN GENDER

SUB. BIDANG DATA & EVALUASI SUB. BIDANG OPERASIONAL KS & KP BIDANG PEMBERDAYAAN PEREMPUAN BIDANG DATA DAN

INFORMASI SUB. BAGIAN UMUM DAN KEPEGAWAIAN SUB. BIDANG OPERASIONAL KB & KS SUB. BAGIAN PERENCANAAN BIDANG PENGGERAKAN MASYARAKAT SUB. BAGIAN KEUANGAN BIDANG KB DAN KS

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Implementasi Program Generasi Berencana di Kota Bandar Lampung merupakan suatu program Kantor Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana yang telah bekerja sama dengan sekolah negeri dan swasta dalam mendukung pelaksanaan Program GenRe. Sejauh ini kerja sama tersebut berjalan dengan baik karena baik negeri maupun swasta sangat mendukung pelaksanaan Program GenRe di Kota Bandar Lampung. Hal ini dibuktikan dengan kehadiran, keterlibatan maupun bantuan materi terhadap kegiatan dalam mendukung Program GenRe khususnya pengembangan Pusat Informasi Konseling Remaja (PIK Remaja), hal ini dapat terlihat dari:

1. Komunikasi

Komunikasi dalam pelaksanaan Program GenRe di Kota Bandar Lampung dilakukan dengan sosialisasi, namun pelaksanaan sosialisasi belum terlaksana maksimal. Dilihat dari sedikitnya alat sosialisasi seperti banner, spanduk, poster, juga peran duta genre yang kurang berandil. Hal ini menunjukkan inkonsistensi dalam implementasi sebuah kebijakan yang telah memiliki petunjuk pelaksana.

2. SumberDaya

Sumber daya manusia yang ada belum mampu bertanggung jawab dengan tugas pokok dan fungsi dalam pelaksanaan program Generasi Berencana di Kota Bandar Lampung. Hal ini dapat dinilai dari hasil program yang belum dirasakan sebagian besar sasaran program. Hal ini tentu akan menghambat penyaluran informasi sebagai aset sumber daya pokok yang semestinya tersampaikan pada remaja sebagai sasaran program.

3. Disposisi

Pelaksanaan program GenRe Kota Bandar Lampung ada suatu ketidakjujuran yang ditunjukkan oleh pengelola Pusat Informasi Koseling (PIK Remaja). Ketidakjujuran ini terlihat jelas ketika penulis menanyakan perihal informasi monitoring yang dilakukan BKKBPP yang tidak juga didistribusikan dengan baik. Selain itu evaluasi dan monitoring rutin juga tidak berjalan dengan sebagaimana prosedur petunjuk pelaksana kebijakan Generasi Berencana

4. Struktur Birokrasi

Proses sosialisasi dan pendataan masyarakat menjadi tanggungjawab pihak Pusat Informasi Koseling (PIK Remaja) bekerja sama dengan sekolah. Fragmentasi dari pihak Pusat Informasi Koseling (PIK Remaja) ini pada akhirnya menyebabkan terhambatnya koordinasi di antara pelaksana kebijakan sehingga Pusat Informasi Koseling (PIK Remaja) dan sekolah tidak dapat menjadi mitra dalam mengimplementasikan GenRe di Kota Bandar Lampung.

B. Saran

1. Agar kebijakan program Generasi Berencana dapat terimplementasikan dengan baik, maka Badan Kordinasi Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan Kota Bandar Lampung perlu melakukan sosialisasi yang lebih intensif dan dikemas dengan menarik seperti diadakannya acara-acara musik, olahraga ataupun funcamp yang tentunya tetap bertujuan memberi penyuluhan, pembinaan serta pembentukkan karakter terkait Program Generasi Berencana.

2. Supaya memperbesar kemungkinan kesuksesan tujuan Genre seharusnya peran duta GenRe bisa lebih dibergunakan, misalkan dengan memperluas penyebaran informasi GenRe dengan cara membuat forum diskusi antar universitas ataupun sekolah, penyebaran informasi melalui sosial media ataupun juga radio dirasa akan sangat berpengaruh.

3. Pemerintah daerah Kota Bandar Lampung perlu menetapkan sasaran yang tepat sehingga tidak menimbulkan kebingungan dan ketidaktahuan implementor mengenai dalam mendistribusikan program kepada para remaja.

4. Koordinasi dan komunikasi diantara pihak-pihak yang terlibat dalam implementasi Program GenRe di Kota Bandar Lampung lebih ditingkatkan lagi sehingga program ini dapat berjalan dengan baik dan data mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

5. Agar suatu program dapat berjalan dengan baik maka diperlukan komitmen dari para pelaksana kebijakan, tanpa komitmen yang kuat maka program tidak akan menjadi efektif. Komitmen dari implementor Program GenRe di Kota Bandar Lampung dalam hal ini pengelola Pusat Informasi Konseling Remaja (PIK

Remaja) lebih ditingkatkan lagi agar program ini benar-benar memberikan manfaat kepada generasi muda.

6. Kesadaran terhadap tugas dan tanggung jawab yang diberikan akan mendorong keberhasilan pelaksanaan suatu program. Oleh sebab itu pengelola Pusat Informasi Konseling Remaja (PIK Remaja) perlu meningkatkan kesadaran mereka akan tugas serta tanggung jawabnya terutama sebagai pemberi pelayanan kesehatan reproduksi kepada remaja.

7. Pemerintah Kota Bandar Lampung harus meningkatkan pengawasan terutama terhadap suatu program yang bermanfaat untuk masyarakat umum seperti Program GenRe di Kota Bandar Lampung sehingga program ini tidak sia-sia dan benar-benar sampai kepada masyarakat yang sangat membutuhkan akses kesehatan.

DAFTAR PUSTAKA

A. Referensi Buku

Agustino, L. 2008. Dasar-Dasar Kebijakan Publik. Alfabeta. Bandung.

Islamy, M.Irfan, 2001, Prinsip-prinsip Perumusan Kebijakan Negara, Bumi Aksara, Jakarta.

Kismartini,dkk,2005,Analisis Kebijakan Publik,Universitas Terbuka,Jakarta. Moleong, Lexy J. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Cetakan

ketujuhbelas. Remaja Rosdakarya, Bandung.

Nugroho, Riant, 2011, Public Policy; Dinamika Kebijakan, Analisis Kebijakan, Manajemen Kebijakan, Elekmedia Komputindo, Jakarta. Pawito. 2007. Penelitian Komunikasi Kualitatif. LKIS, Pelangi Aksara,

Yogyakarta.

Joko Widodo, 2001 Good Governance Telaah Dari Dimensi Akuntabilitas, Kontrol Birokrasi Pada Era Desentra

Subarsono, A.G. 2011. Analisis Kebijakan Publik. Pustaka Pelajar.Jakarta. Sugiyono, 2011. Metode penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Alfabeta.

Bandung.

Wahab, S. 2005. Analisis Kebijakasanaan: Dari formulasi ke Implementasi. Kebijaksanaan Negara. Bumi aksara.Jakarta.

Winarno, Budi, 2007, Kebijakan Publik Teori & Psoses, Buku Kita, Jakarta. Purwanto, Agus, Erwan. 2012, Implementasi Kebijakan Publik, Gava Media,

jakarta

B. Sumber Lain

Undang-undang No. 52 Tahun 2009 Tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga.

Peraturan Kepala Badan Kependudukan Keluarga Berencana Nasional No. 47/Hk.010 B5/2010 Tentang Rencana Strategi BKKBN 2010-2014.

Peraturan Daerah No. 5 Tahun 2008 Tentang Struktur Organisasi dan Tata Kerja

Undang undang No 4 Tahun 1979 mengenai kesejahteraan anak. Undang undang Perkawinan No. 1 Tahun 1979

Adendum Peraturan Kepala BKKBN No. 113/per/B1/2011 Tentang Rencana Strategi BKKBN 2010-2014.

Dokumen terkait