• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

2) Teknik menilai keterampilan

Menilai keterampilan peserta didik dalam proses pembelajaran guru menggunakan penilaian unjuk kerja, penilaian praktek, penilaian proyek, dan portofolio. Sesuai dengan pernyataan guru Matematika (A.L) menjelaskan

98

bahwa keterampilan peserta didik dinilai melalui unjuk kerja, proyek dan portofolio. Penilaian unjuk kerja digunakan ketika menilai pada materi arimetika dan bangun ruang. Penilaian proyek dilakukan pada materi statistika, sedangkan portofolio digunakan untuk menilai keterampilan pada materi segi empat dan segitiga. Peserta didik diberi tugas membuat mind mapping dan kegiatan menempel. Data hasil penilaian unjuk kerja, proyek, dan portofolio terlampir (CW/A.L/T.Keterampilan/23/05/2015).

Data wawancara di atas didukung oleh hasil observasi pada hari Kamis, 28 Mei 2015 di kelas matematika. Guru (A.L) memberikan tugas kepada peserta didik untuk membuat mind mapping bangun ruang dan sifat-sifatnya secara individu. Beliau mencontohkan di papan tulis membuat mind mapping. Beliau berkata: “Silahkan buat sesuai imajinasi kalian, tidak harus sama dengan yang ibu contohkan”. Peserta didik diberi waktu 30 menit untuk membuat mind mapping, kemudian diberi waktu untuk dipresentasikan didepan kelas. Presentasi dilakukan secara kelompok dengan beranggotakan maksimal 2 (dua) anak. Selama peserta didik mengerjakan tugas sesekali bu Anik berkeliling untuk mengamati kerja dalam kelompok peserta didik. Hasil mind mapping tidak dikumpulkan di ke guru melainkan disimpan oleh peserta didik untuk belajar. (CL/A.L/T.Keterampilan/28/05/2015).

Data penilaian kompetensi keterampilan di atas juga didukung oleh data dokumentasi berikut.

99

Gambar 4.4 Kegiatan Membuat Mind Mapping Sumber: Dokumentasi Hasil Penelitian

Data juga didukung oleh pernyataan Guru SBK dan Prakarya (A.D.W) sebagai berikut:

“Kalau menilai keterampilan saya menggunakan penilaian praktek dan proyek. Penilaian proyek misalnya pada KD membuat minuman jus buah segar, anak mencari, mewawancarai penjual minuman es kelapa muda dan sebagainya. Kemudian hasil wawancara di masukan ke dalam lembar kerja proyek, untuk proyek ada yang berkelompok dan individu. Penilaian praktek misalnya mata pelajaran seni budaya materi praktek nabuh gamelan, kemudian kalau yang prakarya membuat lotis, membuat hiasan dari sedotan itu keterampilannya.” (CW/A.D.W/T.Keterampilan/23/05/2015).

Data wawancara di atas didukung oleh hasil observasi pada hari Sabtu, 23 Mei 2015 dikelas SBK dan Prakarya. Guru melakukan penilaian praktek menabuh gamelan. Sebelum kegiatan penilai dilakukan, guru (A.D.W) mempersiapkan alat musik gamelan yang akan digunakan. Setelah pesiapan selesai, guru (A.D.W) melaksanakan penilaian dengan membentuk kelompok yang beranggotakan maksimal 2 orang, dengan tugas satu orang menabuh gamelan, dan satu lagi menyanyikan. Tugas tersebut dilakukan secara bergantian dalam kelompok. Setiap kelompok yang mempraktekan

100

diberi waktu 10 menit. Guru (A.D.W) mengamati penampilan peserta didik dan menilai keterampilan peserta didik ketika menabuh gamelan. Hasil penilaian dimasukan langsung ke dalam buku kemajuan belajar dalam bentuk skor tunggal saja (CL/A.D.W/T.Keterampilan/23/05/2015).

Data observasi dikuatkan dengan hasil dokumentasi di kelas sebagai berikut.

Gambar 4.5 Kegiatan Penilaian Keterampilan Menabuh Gamelan Sumber: Dokumentasi Hasil Penelitian

Didukung juga dengan data observasi pada hari Selasa, 26 Mei 2015 di kelas SBK dan Prakarya, guru (A.D.W) akan menilai keterampilan peserta didik dalam membuat produk berupa hiasan dari sedotan berupa tirai. Sebelum mempraktekan membuat hiasan, guru (A.D.W) bertanya kelengkapan alat dan bahan yang dibutuhkan untuk membuat hiasan dari sedotan seperti sedotan, gunting, benang, tongkat, dan sebagainya. Setelah persiapan selesai, beliau memberikan contoh membuat hiasan bintang dari sedotan yang dibawa. Setelah memberikan contoh beliau berkeliling

101

mengamati peserta didik. Dari pengamatan yang dilakukan, ada sebagian peserta didik yang sudah mahir membuat hiasan bintang dari sedotan dan ada beberapa yang belum bisa membuat hiasan tersebut (CL/A.D.W/T.Keterampilan/26/05/2015).

Pernyataan dari guru Fiqih (L.K) bahwa untuk menilai kerampilan menggunakan praktek. Pelaksanaan praktek biasa dikelompokan terlebih dahulu, akan tetapi untuk penilaian tetap secara perorangan. Beliau menjelaskan untuk praktek shalat dilaksanakan bersama sekitar 10 orang, tetapi untuk penilaian tetep perorangan. Pengelompokan praktek dilakukan agar waktu yang digunakan lebih efisien. Pernyataan sebagai berikut:

“Kalau keterampilan dinilai melalui praktek. Praktek biasanya saya kelompokan beberapa anak, tetapi untuk penilaian tetap penilaian secara perorangan. Misalnya praktek shalat, untuk prakteknya dilaksanakan bersama sekitar 10 orang, tetapi untuk penilaian tetep perorangan. Pengelompokan praktek agar waktu yang digunakan lebih efisien.” (CW/L.K/T.Keterampilan/12/06/2015).

Guru IPS (S.K) menjelaskan bahwa untuk menilai keterampilan dilihat dari tugas laporan proyek, seperti waktu pelajaran IPS ekonomi peserta didik membuat daftar belanja/anggaran belanja yang dimasukan dalam bentuk laporan proyek. Laporan proyek berisi perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan akhir. (CW/S.K/T.Keterampilan/16/06/2015). Pendapat lain oleh guru Aqqidah Akhlak (N.Q) menjelaskan kompetensi keterampilan dilihat dari hasil karya peserta didik dengan pengamatan (CW/N.Q/T.Keterampilan/13/06/2015).

Guru PKn (R.S) menjelaskan bahwa untuk menilai keterampilan pada mata pelajaran PKn dinilai hanya melalui diskusi kelompok, karena masih

102

bingung cara menilai keterampilan menggunakan teknik lainnya. Pernyataan sebagai berikut:

“Menilai keterampilan untuk mata pelajaran PKn menurut saya sedikit sulit, mungkin kalau untuk mata pelajaran seperti IPA atau yang ada praktikum dapat lebih jelas dilihat, tetapi kalau mata pelajaran saya, bagaimana melihatnya, apa yang mau di lihat dan dinilai. Jadi kalau yang semester kemarin, saya melihat dan menilai ketika diskusi kelompok, misalnya saya mengadakan diskusi dan sebagainya, itu yang menjadi bahan pertimbangan saya untuk penilaian.” (CW/R.S/T.Keterampilan/26/05/2015).

Guru (R.S) menambahkan dalam suatu wawancara bahwa belum menggunakan penilaian portofolio karena masih kesulitan ketikan menerapkan tekniknya. Belum mendapatkan sosialisasi yang matang mengenai penerapan teknik portofolio, sehingga hanya menggunakan diskusi kelompok ketika menilai keterampilan dan membuat catatan di kertas sebagai bahan pertimbangan untuk menilai. Pernyataan sebagai berikut:

“Kalau penilaian portofolio saya belum menggunakan, karena kemarin masih kesulitan. Saya mengajar di kelas 7 dengan kurikulum 2013 baru 1 semester, tetapi untuk sosialisasinya belum begitu matang untuk yang fortofolio. Membuat catatan lapangan dari diskusi sudah saya buat, ada catatan tersendiri untuk nilai rapor. Tetapi hanya digunakan untuk referensi diri saya sebagai pertimbangan nilai di akhir nantinya.” Data format penilaian diskusi kelompok terlampir (CW/R.S/T.Keterampilan/26/05/2015).

Data didukung oleh pernyataan dari guru Bahasa Indonesia (Sr) sebagai berikut:

“Untuk menilai keterampilan, saya masih kesulitan terutama untuk mapel bahasa indonesia ini anak-anak biasanya saya suruh berdiskusi. Pelaksanaan diskusi tidak hanya sekali, tapi anak-anak masih kurang berani untuk tampil di depan mempresentasikan hasil diskusi. Cara

berbicaranya masih belum keras.”

103

Sependapat juga dengan pernyataan dari guru SKI (M.S.H) dalam suatu wawancara menjelaskan sebagai berikut:

“Untuk keterampilan saya masih sedikit bingung khususnya untuk mata pelajaran SKI ini. Saya tidak begitu memahami keterampilan ini dibedakan bagaimana. Kalau saya menilai keterampilan hanya dilihat ketika anak sedang diskusi kelompok.” (CW/M.S.H/T.Keterampilan/27/05/2015).

Berdasarkan hasil wawancara di atas, ada beberapa guru hanya menggunakan teknik observasi dalam kelompok untuk menilai keterampilan peserta didik, teknik penilaian keterampilan belum semua di terapkan secara optimal, ketika menggunakan teknik penilaian di kelas guru hanya memasukan hasil penilaian dalam bentuk skor tunggal ke dalam buku kemajuan pembelajaran. Hal ini dikarenakan guru belum memahami pelaksanaan teknik penilaian keterampilan lainnya, guru belum memahami betul tentang pelaksanaan teknik penilaian lainya misalnya penilaian portofolio, guru belum memahami cara menilai aspek keterampilan yang akan dinilai, dan sosialisasi tentang teknik portofolio yang diperoleh belum mendetail tentang penerapan dikelas.

3. Kendala yang Di Hadapi Guru dalam Melaksanakan Penilaian Hasil