• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dialog 1./Pola-1 Komunikasi Ayah dengan seorang Anak (namanya Budi)

5) Teknik Mirroring/ Memantulkan:

Teknik ini cukup sederhana, namun bila dilakukan sepenuh hati, maka petugas akan dapat mengembangkan dan mengelola percakapan secara mudah. Sampaikan kembali kata-kata kunci yang diucapkan lawan bicara, sebagaimana yang diucapkannya. Tidak perlu terlalu sering, namun gunakan beberapa kali dalam bagian-bagian penting saja dalam percakapan. Saat dipantulkan, klien atau warga akan termotivasi untuk bercerita lebih banyak.

Ibu Aminah : Bu Bidan, anak saya sekarang sedang makan tempe Ibu Bidan : Tempe….? (SAMBIL TERSENYUM DAN MELIHAT SI

ANAK)

Ibu Aminah : Iya, kemarin makan dua potong sekaligus. Lahap bener. Tumben ini, biasanya cuma suka nasi sama telur saja

Ibu : Saya kerepotan kalau harus ke posyandu sekarang Bu.

Kakaknya masih usia 1,5 tahun dan 3 tahun. Susah bawa sekali tiga anak.

Bidan : “Kerepotan ya Bu…”

Teknik DAK - Dengarkan, Apresiasi, Klarifikasi

Menyampaikan hal baik tidak selalu diterima dengan baik, khususnya bila cara menyampaikannya kurang baik. Tenaga Kesehatan harus dapat menyampaikan hal baik dengan cara yang baik, yaitu dengan menunjukkan penghargaan dan apresiasi pada warga. Harapannya, warga akan menurunkan “pagar” dan kemudian menerima dan menindaklanjuti pesan yang diterima.

Lembar belajar ini membahas teknik komunikasi sederhana bernama DAK atau Dengarkan, Apresiasi, Klarifikasi. Teknik ini mengajak warga berperilaku positif yang didasarkan pada beberapa prinsip, sebagai berikut:

1. Timbal balik. Komunikasi bersifat timbal balik. Jika kita mendengarkan warga, warga akan mendengarkan kita. Demikian pula sebaliknya.

2. Memotivasi dengan cara positif. Umumnya warga akan lebih termotivasi bila diangkat kelebihan ketimbang kekurangannya.

3. Seimbangkan urusan tugas dan hubungan antarmanusia. Meski mengerjakan tugas kantor, komunikasi bukan hanya perkara menyampaikan informasi tapi juga untuk membangun hubungan antara manusia yang lebih baik.

Berikut contoh dialog antara tenaga kesehatan dan seorang ibu untuk ASI Eksklusif.

Ibu : Bu Bidan, kata ibu mertua saya, bayi itu harus dikasih makan karena ASI saja tidak cukup.

Bidan : Salah itu... ibu ini lebih mendengar saya atau ibu mertua sih.

Informasi yang disampaikan NAKES itu memang akurat tapi belum tentu diterima.

Bahkan bisa jadi warga tidak mendengarkan karena merasa dipojokkan. Berikut adalah aplikasi DAK:

1. Dengarkan. Dengarkan secara aktif apa yang disampaikan warga. Jangan menyalahkan. Dengarkan dengan menggali hal yang umum agar lebih jelas atau rinci.

Ibu : Bu Bidan, kata ibu mertua saya, bayi itu harus dikasih makan karena ASI saja tidak cukup.

Bidan : Dikasih makanan apa, bu Ita? (MENGGALI)

Ibu : Dikasih pisang yang dilumatkan, bu bidan (DIPERAGAKAN) Nakes : Oh begitu. Berapa banyak makannya? (MENGGALI)

Ibu : Cuma 1 sendok saja buat pengenalan, bu Bidan. Tadinya mau dikasih buah tapi ga jadi. Anaknya nangis.

Karena didengarkan, warga merasa dihargai. ‘Pagar’ mulai turun. Ini penting agar warga mau mendengarkan Ibu Bidan.

2. Apresiasi. Angkat kelebihan atau aspek positif dari usaha warga. Jangan selalu lihat aspek negatif atau kekurangan. Dengan mengangkat hal positif, warga akan semakin merasa nyaman dan berikutnya, termotivasi untuk mendengarkan ibu bidan. Contohnya:

Memberi makanan bayi agar tidak lapar à Ibu yang perhatian

Tidak meneruskan memberi makan karena anak menangis à Sayang, peduli, perhatian pada anak

3. Klarifikasi. Setelah ‘pagar’ turun, sampaikan pesan yang akurat.

Nakes : Ibu Ita ini perhatian sekali dengan anaknya. Bagus itu!

Ibu : Iya, bu bidan

Nakes : Nah, berikutnya bayi dibawah 6 bulan tidak perlu diberi makanan lain, selain ASI.

Ibu : Oh, ga usah dikasih makanan lain ya. Kalau dia menangis lapar, tinggal disusui saja ya, bu Bidan?

Nakes : Betul sekali, bu Ita. Belum tentu anak menangis karena lapar.

6" 2$30-#)*'%?+

Sekarang Saya Tahu bahwa….:

1. Menyebut nama dalam percakapan merupakan cara sederhana untuk membangun hubungan.

2. Saling mengenal dan keakraban penting dalam belajar dan karenanya, para Nakes harus meluangkan waktu secara khusus untuk saling mengenal.

3. Komunikasi tanpa kata-kata atau yang disebut komunikasi nonverbal seringkali lebih dipercaya dan langsung masuk ke hati (menyentuh emosi atau perasaan).

4. Bentuk komunikasi Non Verbal dapat dilakukan dengan Kontak Mata, Suara dan Anggota Tubuh Lainnya seperti Wajah, Tangan dan Tubuh.

5. Petugas sebaiknya mengambil insiatif atau prakarsa berkomunikasi nonverbal yang positif terlebih dahulu dengan harapan agar sasaran atau masyarakat membalas secara positif dan merasa lebih dihargai.

6. Ragam permainan yang menyenangkan dapat membantu interaksi antara petugas dan warga atau sesama warga. Sehingga petugas perlu menguasai permainan dalam jumlah yang memadai agar dapat membangun suasana yang menyenangkan dan menambah keakraban.

7. Mendengarkan fasilitatif maksudnya mendengarkan secara aktif (tidak diam saja) yang membantu sasaran atau warga untuk berpendapat, bercerita, mengungkapkan perasaan, berpikir, sampai memahami atau menemukan solusinya sendiri.

8. Agar dapat mendengarkan dengan utuh, kita perlu pikiran yang terbuka dan tidak berprasangka sehingga dapat memahami secara lebih mendalam sesuai perspektif dari lawan bicara.

7" 8)09+#$-'('-'%+-'.$/0+0%.0@,+

Jawab pertanyaan berikut berdasarkan apa yang Bapak/Ibu sudah pelajari pada Materi Pembelajaran Inti 2, dengan memilih Ya atau Tidak

1) Menyebut nama dalam percakapan merupakan cara yang rumit untuk membangun hubungan

A. Ya B. Tidak ---- Tidak

2) Saling mengenal dan keakraban penting dalam belajar dan karenanya, para Tenaga Kesehatan harus meluangkan waktu secara khusus untuk saling mengenal.

A. Ya B. Tidak ---- Ya

3) Komunikasi tanpa kata-kata atau yang disebut komunikasi nonverbal seringkali lebih sulit dipercaya dan tidak langsung masuk ke hati (tidak menyentuh emosi).

A. Ya B. Tidak ---- Tidak

4) Petugas sebaiknya mengambil insiatif atau prakarsa berkomunikasi nonverbal yang positif terlebih dahulu dengan harapan agar sasaran atau masyarakat membalas secara negative dan akan merasa lebih pintar.

A. Ya B. Tidak ---- Tidak

5) Ragam permainan yang menyenangkan dapat membantu interaksi antara petugas dan warga atau sesama warga. Sehingga petugas perlu menguasai permainan dalam jumlah yang memadai agar dapat membangun suasana yang menyenangkan dan menambah keakraban.

A. (Ya/Tidak B. Tidak ---- Ya

6) Mendengarkan fasilitatif maksudnya mendengarkan secara aktif (tidak diam saja) yang membantu sasaran atau warga untuk berpendapat, bercerita, mengungkapkan perasaan, berpikir, sampai memahami atau menemukan solusinya sendiri.

A. Ya B. Tidak ---- Ya

7) Agar dapat mendengarkan dengan utuh, kita perlu pikiran tertutup dan tidak berprasangka sehingga dapat memahami secara lebih mendalam sesuai perspektif dari lawan bicara.

A. Ya B. Tidak ---- Tidak

<" .)='3+-'%&0/0+

a. Tugas-1: Refleksi tentang 2 cara memanggil

• Apa pendapat Anda dengan membandingkan dalam memanggil orang/ucapan sebagai berikut: “Yang belakang, apa pendapatnya?”

“Yang jilbab?” dengan “Nah, Bu Ninin, bagaimana ceritanya?”

“Sekarang giliran Ibu Woro yang maju, ya?”.

• Catat pendapat Anda tentang perbedaan dari 2 cara mamanggil tersebut.

b. Tugas-2: Lebih Saling Mengenal (Apabila diantara anggota sudah saling mengenal)

1) Langkah-Langkah

a) Lakukanlah di saat Bapak/Ibu memandu sebuah pertemuan kelompok Ibu/Ibu atau Bapak/Bapak.

b) Minta mereka (peserta pertemuan) membuat kelompok masing-masing beranggotakan 3-4 orang. Dalam pembagian kelompok dapat menggunakan permainan membagi kelompok.

c) Minta dalam setiap kelompok untuk saling bercerita: (1) jumlah dan nama anak, (2) apa yang mereka kangeni bila terpaksa meninggalkan anak beberapa saat (misalnya, harus ke kebun, pasar atau pergi jauh).

Pertanyaan bisa dirubah dari pertemuan ke pertemuan; apa yang dimasak pagi ini?, Sakit anak yang dialami sebulan terakhir dan apa yang dilakukan?, atau lainnya.

d) Minta setiap kelompok untuk berbagi cerita tentang hasilnya di forum pleno.