• Tidak ada hasil yang ditemukan

- Bandingkan hasil gambar dari 4 penggambar berbeda tersebut dengan gambar aslinya.

- Bagaimana hasilnya dari ke-4 gambar tersebut?

- Mana yang paling banyak persamaannya?.

- Kira-kira mengapa hasilnya demikian?.

>" #$%).)#+3$30+

Selamat anda telah berhasil menyelesaikan pembelajaran mandiri Materi Pembelajaran Inti–1 Konsep Komunikasi Antar Pribadi dalam Percepatan Pencegahan Stunting. Selanjutnya Anda akan melakukan kegiatan pembelajaran mandiri untuk Materi Pembelajaran Inti–2 yaitu Bina Suasana dalam Komunikasi Antar Pribadi.

+" )!#$15' .$)/$-!0!1!%' 5%#58<:' /5%!' 4,!4!%!' +!-!)' 2*),%52!45'!%#!1'.15/!+5''

1. PENDAHULUAN a. Deskripsi Singkat

Salah satu prinsip KAP adalah komunikasi berlangsung menyenangkan dan menambah keakraban. Menyenangkan ditandai dengan senyum, tertawa, suasana rileks, tidak ada tekanan atau ketakutan. Membangun suasana sangat penting selama KAP karena suasana yang nyaman memudahkan interaksi, proses belajar bersama dan penerimaan pesan.

Materi pembelajaran ini membahas tentang bagaimana melakukan bina suasana melalui penggunaan nama, komunikasi non verbal, permainan yang menyenangkan, serta mendengar fasilitatif. Dengan adanya materi inti ini, tenaga kesehatan memiliki keterampilan dalam melakukan bina suasana saat KAP sehingga dapat membuat sasaran dan masyarakat merasa dihargai dan senang selama kegiatan berlangsung, menerima pesan yang disampaikan oleh tenaga kesehatan, serta termotivasi untuk bertemu kembali atau melakukan kunjungan selanjutnya. Tenaga kesehatan yang akan memfasilitasi orientasi KAP bagi kader dalam percepatan penurunan stunting memiliki kompetensi untuk membangun bina suasana dalam komunikasi antar pribadi.

b. Tujuan Pembelajaran 1) Hasil Belajar

Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu melakukan bina suasana dalam Komunikasi Antar Pribadi Percepatan Pencegahan Stunting.

2) Indikator Hasil Belajar

Setelah mengikuti Materi Inti 2 ini, peserta mampu:

1. Melakukan Bina Suasana dengan penggunaan nama dalam percakapan

2. Melakukan Bina Suasana dengan komunikasi non verbal dalam KAP

3. Melakukan Bina Suasana dengan permainan yang menyenangkan

4. Melakukan Bina Suasana dengan mendengar secara fasilitatif ," -'.$/0+#1212+&'%+3)4+-'.$/0+#1212+

Materi Pokok 1. Penggunaan Nama

• Sub Materi Pokok 1.1. Pentingnya Nama

• Sub Materi Pokok 1.2. Cara Menghafal Nama

Materi Pokok 2. Komunikasi Non Verbal

• Sub Materi Pokok 2.1. Kontak Mata

• Sub Materi Pokok 2.2. Anggota Tubuh Lainnya

• Sub Materi Pokok 2.3. Suara

Materi Pokok 3. Permainan yang Menyenangkan Materi Pokok 4. Mendengar Fasilitatif

• Sub Materi Pokok 4.1. Mendengarkan Aktif

• Sub Materi Pokok 4.2. Teknik Mendengarkan Fasilitatif 5" )/'0'%+-'.$/0+

MATERI POKOK 1. PENGGUNAAN NAMA Sub Materi Pokok 1.1. Pentingnya Nama

Membuat suasana yang menyenangkan dan lebih akrab (atau dengan kata lain, bina suasana/ hubungan) dapat dilakukan dengan berbagai cara atau teknik.

Misalnya penggunaan nama dalam percakapan, permainan-permainan yang menggembirakan, komunikasi nonverbal yang membuat nyaman, sikap menghargai dengan mendengarkan dan lain sebagainya. Sebagai awal, yang perlu dipraktikkan dalam membangun suasana dalam pembelajaran, adalah penggunaan nama dalam percakapan.

Penjelasannya sederhana. Jika diminta memilih satu kata yang paling menyentuh hati sasaran/masyarakat, maka kata yang dimaksud adalah nama.

Nama bukan sekedar identitas diri. Nama diberikan orang tua dengan tujuan mulia. Nama adalah do’a, harapan, mimpi, cita-cita, penyemangat, kenangan indah, idola dan lain-lainnya. Dengan membumbui kalimat-kalimat kita dengan nama orang yang diajak bicara, pesan yang kita sampaikan akan terdengar olehnya sebagai pesan yang ditujukan spesial untuknya. Di matanya, kita akan terkesan penuh perhatian, peduli dan karenanya, kita akan diingat. Penggunaan nama adalah cara sederhana untuk menurunkan “pagar” yang saat berkomunikasi digunakan lawan bicara untuk membentengi diri. Saat “pagar”

sudah turun, kita akan lebih mudah dalam membangun hubungan.

Sering menggunakan nama dalam percakapan.

“Ibu Andi, bagaimana pendapatnya?”;

“Bagaimana, Ibu Kiki? Ibu Hana, paham?”;

“Ok, jadi menurut Bu Marti, sarapan pagi itu penting untuk kesehatan.

Begitu, ya?”.

Saat namanya dipanggil dengan baik, sasaran/masyarakat merasa dihargai dan kehadirannya diakui. Dirinya dihadirkan, bukan hanya sebagai sosok ragawi, tapi lebih dalam.

Sub Materi Pokok 1.2. Cara Menghafal Nama

Cara paling mudah untuk menghafal nama adalah dengan menggunakannya

sesegera dan sesering mungkin (berulang kali). Bila menyebut segera dan sering, nama orang akan lebih cepat menempel di memori. Berikut ini contoh praktisnya.

Segera menyebut berulang-ulang

Petugas : Ibu ingin kenalan dulu. Ibu Promkes namanya Wini. Nah, sekarang, dimulai dari depan kanan ya…

Ami : Saya Ami, bu Wini.

Petugas : Oh, Ibu Ami ya. Ibu Ami tinggalnya di mana,?

Ami : Di dekat Toko Pak Riski yang besar itu, bu Wini.

Petugas : Oh, Ibu Ami berarti kenal bu Entin ya. Wah, Ibu Ami tahu ga, bu Entin itu kawan saya waktu kecil.

Berapa kali nama Ibu Ami guru dalam contoh di atas? Disebut 5 kali dalam waktu yang sangat singkat.

Ada kalanya, awalnya kita kesulitan menghafal nama semua masyarakat. Hal ini tidak masalah. Tunjukkan saja bahwa kita berusaha menghafal nama-nama mereka mungkin pada awal-awal pertemuan akan ada kekeliruan memanggil nama, namun mereka akan memaklumi, bahkan menghargai upaya kita.

Salah di awal tidak masalah.

Petugas : Siapa mau berpendapat? Iya, Pak Ren….?

Hafiy : Hafiy, Bu Wini

Hafiy : Aduh, maaf Hafiy ya, saya ini suka lupa. Tapi sekarang saya ingat. Pak Hafiy, Hafiy, Hafiy. Iya, bagaimana Pak Hafiy?

Sambil berusaha menghafal nama, mulai tandai ciri-cirinya yang khas. Yang dimaksud bisa ciri fisik, logat bicaranya, kata-kata khas yang diucapkan, gerak-gerik tubuh keaktivan, aksesoris yang kelihatannya digunakan terus menerus atau ciri-ciri khas lainnya. Sandingkan nama dengan ciri-ciri khas itu.

Misalnya:

Tom, yang pakai kacamata bulat

Khairun, yang selalu mainin pulpen di tangan, Desi, yang bicara sering hmm, hmm, hmm

Ciri-ciri tersebut tidak digunakan sebagai julukan saat memanggil, tapi cukup disimpan dalam pikiran untuk membantu hafalan.

Nama anak

Di beberapa daerah terdapat kebiasaan memanggil orang dewasa dengan nama anaknya. Contohnya, Ayah Dares, untuk memanggil seorang ayah yang anaknya bernama Dares. Atau Mama Ucit, untuk memanggil seorang ibu yang nama anaknya Ucit.

Sekilas cara pemanggilan itu terkesan biasa-biasa saja. Namun, secara psikologis pemanggilan nama anak memiliki pengaruh pada orang dewasa atau

orang tua. Seolah mereka diingatkan pada peran orang tua yang bertanggung jawab, penyayang, penyabar dan sifat-sifat baik lainnya. Saat sedang emosi, pemanggilan dengan nama anak berpeluang untuk menenangkan mereka. Saat berdiskusi tentang gizi anak, pemanggilan dengan nama anak dapat meningkatkan rasa tanggung jawab. Selain itu, memanggil dengan nama anak pun dapat menambah keakraban.