BAB II LANDASAN TEORI
B. Teori
3. Teknik PAK (Pusatkan Pikiran, Atur, Karang, dan Hebat)
Teknik PAK (Pusatkan Pikiran, Atur, Karang, dan Hebat) adalah teknik
menulis karangan argumentasi yang bertujuan untuk melatih siswa agar dapat
membuat karangan argumentasi dengan baik. Teknik PAK (Pusatkan Pikiran,
Atur, Karang, dan Hebat) terdiri dari empat langkah, yaitu (1) penggunaan
strategi gugus untuk mengumpulkan dan menemukan ide terbaik; (2)
menstrukturkan apa yang ingin dituliskan dengan menggunakan strategi peta
pikiran dan kerangka karangan; (3) kegiatan mengarang; dan (4)
pengoptimalan tulisan, penambahan daya tarik tulisan, dan membaca kembali
dengan saksama detailnya, seperti ejaan, kata sambung, dan tata bahasa.
F. Sistematika Penyajian
Skripsi ini terdiri dari lima bab, yaitu bab I pendahuluan, bab II landasan teori,
bab III metodologi penelitian, bab IV hasil penelitian dan pembahasan, dan bab V
penutup. Bab I adalah pendahuluan yang berisi latar belakang masalah, rumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan istilah, dan sistematika
penyajian. Bab II memuat penelitian terdahulu yang relevan, teori mengenai
keterampilan menulis, karangan argumentasi, teknik PAK (Pusatkan Pikiran,
Atur, Karang, dan Hebat), teknik PAK (Pusatkan Pikiran, Atur, Karang, dan
Hebat) dalam pembelajaran menulis karangan argumentasi, kerangka berpikir, dan
prosedur yang akan dilakukan peneliti, yaitu jenis penelitian, subjek dan objek
penelitian, lokasi dan waktu penelitian, teknik pengumpulan data, instrumen
penelitian, teknik analisis data, prosedur penelitian, dan indikator keberhasilan.
Bab IV merupakan hasil penelitian dan pembahasan yang berisi deskripsi data
pelaksanaan penelitian, hasil penelitian, dan pembahasan. Bab V merupakan
10
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Penelitian Terdahulu yang Relevan
Teknik PAK (Pusatkan Pikiran, Atur, Karang, dan Hebat) dan kemampuan
menulis karangan argumentasi pernah digunakan dalam penelitian-penelitian yang
terdahulu. Namun, penelitian-penelitian tersebut lebih banyak berorientasi pada
pembelajaran menulis karangan argumentasi. Pembelajaran menulis karangan
argumentasi yang menjadi objek penelitian dikembangkan atau ditingkatkan
dengan berbagai macam teknik atau metode pembelajaran.
Penelitian yang dilakukan oleh Wellius Yasin (2007) dengan judul
“Kemampuan Menulis Paragraf dalam Karangan Argumentasi Mahasiswa PBSID Angkatan 2004 Universitas Sanata Dharma Yogyakarta” menemukan adanya ukuran tingkatan rata-rata kemampuan mahasiswa dalam menulis
karangan argumentasi, yaitu kategori cukup dengan rata-rata 71,43 dari 53
karangan mahasiswa. Pada karangan-karangan tersebut, ditemukan beberapa
kesalahan yang dilakukan oleh subjek penelitian (mahasiswa PBSID angkatan
2004 Universitas Sanata Dharma), yaitu kesalahan pada penggunaan tanda baca,
penggunaan huruf kapital, kesalahan penulisan kata, dan hubungan koherensi
yang kurang baik.
Penelitian lain yang berorientasi pada kemampuan menulis karangan
argumentasi dilakukan oleh Maria Henderina Hajon (2011) dengan judul
XI IPS SMA Pangudi Luhur Yogyakarta Tahun Pelajaran 2010/2011.”
Temuannya adalah tidak adanya perbedaan yang signifikan kemampuan menulis
tulisan argumentasi antara siswa kelas XI IPA dan siswa kelas XI IPS. Siswa di
kedua kelas tersebut mempunyai kemampuan menulis tulisan argumentasi hampir
sedang.
Penelitian serupa dilakukan pula oleh Erika Nurhandayani (2007) dengan
judul “Keefektifan Pendekatan Komunikatif dalam Pembelajaran Menulis
Rangkuman Karangan Argumentasi Siswa Kelas VIII SMP Negeri Se-Kecamatan
Nanggulan Kulon Progo.” Dalam penelitian ini, peneliti menerapkan sebuah pendekatan dalam pembelajaran. Temuan dari penelitian ini adalah pendekatan
komunikatif dapat meningkatkan keterampilan menulis siswa. Nilai-nilai
kemampuan menulis kelompok eksperimen yang menggunakan pendekatan
komunikatif menunjukkan peningkatan nilai yaitu dari 60 menjadi 70. Pendekatan
komunikatif dalam pengajaran keterampilan menulis siswa kelas VIII SMP Negeri
se-Kecamatan Nanggulan Kulon Progo lebih efektif dibanding pendekatan
tradisional. Hal ini dibuktikan dengan t-observasi > t-tabel pada taraf signifikan
5%, yaitu 13,36 > 1,99, dan nilai rata-rata pada kemampuan menulis kelompok
eksperimen lebih tinggi daripada kelompok kontrol, yaitu 70 > 62,85.
Penelitian milik Dena Silvia (2010) dengan judul “Teknik PAK! (Pusat, Atur,
Karang, Hebat!) dalam Pembelajaran Menulis Karangan Argumentasi Siswa
Kelas X SMA Negeri 2 Bandung” berisi bahwa berdasarkan hasil analisis data secara deskriptif, terdapat peningkatan kemampuan menulis karangan argumentasi
2009/2010 sebelum diberikan perlakuan berupa teknik PAK dengan hasil postes
siswa setelah diberikan perlakuan berupa teknik PAK. Rata-rata nilai pretes
adalah 63 dan postes adalah 77, ini membuktikan adanya peningkatan karena ada
perbedaan yang signifikan antara hasil pretes dan postes. Hal ini dibuktikan pula
dari hasil uji hipotesis, diperoleh t-hitung (10,68) yang lebih besar dari t-tabel
(2,66), dan ini berarti hipotesis dapat diterima. Berdasarkan pengolahan angket
untuk mengetahui respon siswa dalam pembelajaran, diketahui bahwa presentase
rata-rata sikap siswa terhadap penggunaan teknik PAK dalam pembelajaran
menulis karangan argumentasi sebanyak 81,25% siswa memberi jawaban ya dan
18,75 % menjawab tidak. Hal ini dapat dikatakan bahwa siswa merasa cocok dan
setuju dengan penggunaan teknik PAK dalam pembelajaran menulis karangan
argumentasi.
Penelitian tersebut memiliki perbedaan masing-masing dengan penelitian yang
telah dilakukan ini. Penelitian Wellius Yasin menggunakan satu kelas sebagai
subjek penelitian dan mengukur tingkat kemampuan menulis karangan
argumentasi yang dilakukan dalam satu tahapan penelitian. Penelitian Maria
Henderina Hajon menggunakan dua kelas sebagai subjek penelitian, berusaha
mengetahui perbedaan kemampuan menulis karangan argumentasi dari kedua
kelas tersebut, dan dilakukan dalam satu tahapan penelitian. Penelitian Erika
Nurhandayani menggunakan dua kelas sebagai subjek penelitian untuk melihat
keefektifan pendekatan komunikatif dalam pembelajaran menulis karangan
argumentasi, sedangkan penelitian Dena Silvia hanya menggunakan satu kelas
argumentasi dengan teknik PAK (Pusatkan Pikiran, Atur, Karang, dan Hebat) dan
penelitiannya dilakukan selama dua kali, yaitu tahap prates dan postes.
Perbedaan penelitian yang terdahulu dengan penelitian yang dilakukan ini
adalah penelitian ini menggunakan satu kelas, yaitu kelas XB sebagai subjek
penelitian untuk mengetahui penerapan dan keefektifan penggunaan teknik PAK
(Pusatkan Pikiran, Atur, Karang, dan Hebat) dalam meningkatkan kemampuan
menulis karangan argumentasi. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam
dua siklus untuk mengetahui bagaimana penerapan teknik PAK (Pusatkan Pikiran,
Atur, Karang, dan Hebat) dalam pembelajaran menulis karangan argumentasi dan
seberapa tinggi peningkatan kemampuan menulis karangan argumentasi siswa.
Penelitian yang diadakan dalam tiga tahapan, yaitu prasiklus, siklus 1, dan siklus 2
ini dilakukan dengan langkah yang berbeda pada tiap tahapannya. Perbedaan ini
dikarenakan adanya perbaikan langkah pembelajaran pada setiap tahap dalam
penelitian yang didasarkan pada hasil refleksi setiap tahap.
B. Teori
1. Keterampilan Menulis
Menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk
berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain.
Proses pengiriman dan penerimaan pesan atau komunikasi terjadi melalui sebuah
media, yaitu tulisan. Tulisan adalah rekaman peristiwa, pengalaman, pengetahuan,
ilmu, serta pemikiran manusia, yang artinya, tulisan dapat dibaca oleh orang yang
2004:4). Dengan adanya tulisan, masyarakat lain yang tinggal di tempat yang jauh
dapat menangkap dan memahami pengetahuan serta pemikiran tersebut.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:1497), menulis adalah
melahirkan pikiran atau perasaan (seperti mengarang, membuat surat) dengan
tulisan. Menulis ialah kegiatan menggambarkan lambang-lambang grafik hingga
tersusun menjadi sebuah bahasa tulis yang dapat dipahami oleh seseorang,
sehingga orang tersebut dapat menerima dan mengerti maksud atau pesan dari
bahasa tulis tersebut (Tarigan, 2008:15). Kegiatan menulis adalah
mengungkapkan gagasan atau ide melalui simbol-simbol yang berupa tulisan. Hal
ini berarti bahwa keterampilan menulis merupakan salah satu dari keterampilan
berbahasa yang bersifat produktif atau menghasilkan suatu produk.
Menulis merupakan salah satu kegiatan yang aktif, produktif, dan memerlukan
cara berpikir secara teratur yang diungkapkan dalam bahasa tulis. Keterampilan
seseorang untuk mengungkapkan ide, pikiran, gagasan, pengetahuan, ilmu, dan
pengalaman merupakan ciri suatu keterampilan berbahasa yang produktif.
Menulis dipengaruhi oleh keterampilan berbahasa produktif lainnya, yaitu
keterampilan berbicara dan keterampilan reseptif, yaitu keterampilan membaca,
menyimak, serta pemahaman kosa kata, diksi, keefektifan kalimat, penggunaan
ejaan dan tanda baca.
Sutarno (2008:10) mengatakan bahwa pada dasarnya menulis adalah salah
satu cara yang tepat untuk mewujudkan, menjabarkan, dan menuangkan ide,
konsep, gagasan, dan pikiran ke dalam sebuah tulisan. Keterampilan menulis
oleh guru akan dapat ternilai dengan baik apabila hasil tulisan itu berbobot dan
mempunyai substansi yang menarik.
Menulis dapat dikatakan sebagai sebuah proses yang menghasilkan tulisan
bermuatkan pesan yang ingin disampaikan penulis kepada pembaca. Keterampilan
menulis telah diajarkan ketika anak masih duduk di bangku sekolah dasar,
sehingga keterampilan ini dimiliki anak sejak dini. Keterampilan menulis
memerlukan latihan yang konsisten agar tulisan yang dihasilkan semakin
berkualitas. Kemampuan menulis yang baik kadang menjadi ukuran suatu
keberhasilan pembelajaran bahasa Indonesia.
Kegiatan menulis mengandung beberapa tujuan, tergantung pada jenis tulisan
yang dihasilkan oleh penulis. Beberapa tujuan dari kegiatan menulis tersebut
beraneka ragam dan sebagai seorang penulis yang masih pemula diharapkan untuk
selalu memperhatikan tujuan menulis, yaitu memberitahukan, meyakinkan,
menghibur, dan mengekpresikan perasaan atau emosi dalam diri penulis. Dalam
semua tujuan tersebut, penulis memegang peranan penting dalam tulisannya dan
mengandung nada yang sesuai dengan maksud dan tujuannya.
Menulis merupakan kegiatan berbahasa yang membutuhkan tahapan dalam
pelaksanaannya. Zainurrahman (2011:15-28) mengatakan bahwa dalam kegiatan
menulis, ada beberapa hal yang harus dijaga oleh penulis, yakni pertama, fokus,
yaitu seorang penulis harus fokus terhadap ide yang ingin disampaikan agar
tulisannya tidak melebar ke arah yang tidak direncanakan. Kedua, konsistensi,
yaitu penulis harus konsisten dengan kata-kata yang digunakan dalam tulisan.
ditulis harus bisa menarik perhatian dan memancing motivasi membaca para
pembaca. Tulisan yang baik harus bersifat „hidup‟ dan sarat dengan informasi
yang masih segar, pilihan kata yang menarik, penggunaan sinonim yang lazim
tetapi unik, ilustrasi yang menggembirakan, dan struktur yang rapi serta mudah
diikuti pembaca. Keempat, pembacaan model, yaitu jika seorang penulis menulis
laporan penelitian, penulis harus membaca laporan penelitian yang lain, jika
menulis novel, ia harus membaca novel yang lain. Itu semua merupakan sumber
inspirasi yang berharga dalam proses menulis. Kelima, pertahankan diri sebagai
penulis, yaitu bahwa setiap penulis mempunyai nada tersendiri yang merupakan
ciri khasnya. Jangan pernah mengubah identitas diri penulis pada penceramah
dalam tulisan anda. Keenam, kejelasan, yaitu sebuah tulisan tidak meninggalkan
tanda tanya bagi pembaca akibat keterbatasan informasi dan ketidaksesuaian
dalam tulisan. Ketujuh, nada, yaitu sesuatu yang penulis tampilkan sesuai dengan
situasi emosi yang ada. Kedelapan, pengembangan paragraf, yaitu paragraf
dikembangkan dengan mendeskripsikan secara dalam entitas yang ada dalam latar
ide pokok.
Berkaitan dengan beberapa teori mengenai menulis di atas, secara singkat
definisi menulis adalah suatu proses menuangkan ide atau gagasan yang terdapat
dalam pikiran dengan menggunakan bahasa tulis sehingga orang lain dapat
memahami gagasannya. Menulis dimaknai sebagai suatu keterampilan berbahasa
yang paling unggul karena keberadaannya yang membutuhkan penalaran, praktik,
dihasilkan dari kegiatan ini berbobot tinggi, berkualitas, dan dapat sesuai dengan
kaidah kebahasaan yang benar.
2. Karangan Argumentasi
a. Pengertian Karangan Argumentasi
Karangan adalah suatu produk yang dihasilkan dari sebuah kegiatan menulis.
Karangan merupakan bentuk tulisan yang mengungkapkan pikiran dan perasaan
pengarang dalam kesatuan tema yang utuh. Secara singkat, menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia (2008:624), karangan adalah hasil mengarang, cerita, buah
pena. Terdapat bermacam jenis karangan, yaitu narasi, deskripsi, persuasi,
eksposisi, dan argumentasi. Setiap karangan memiliki tujuan dan ciri tersendiri.
Keraf (2010:3) mengatakan bahwa argumentasi adalah suatu bentuk retorika
yang berusaha untuk mempengaruhi sikap atau pendapat orang lain, agar mereka
itu percaya dan akhirnya bertindak sesuai dengan apa yang diinginkan oleh
penulis atau pembicara. Tujuan penulisan karangan argumentasi adalah
menyampaikan suatu pendapat, konsepsi, atau opini tertulis kepada pembaca
disertai dengan bukti, contoh, dan berbagai alasan yang sulit dibantah, sehingga
dapat meyakinkan pembaca bahwa yang disampaikan itu benar (Wiyanto,
2004:67). Melalui argumentasi, penulis berupaya merangkaikan fakta-fakta
sedemikian rupa sehingga ia mampu menunjukkan apakah suatu pendapat atau
suatu hal tertentu itu benar atau tidak. Kebenaran pendapat atau suatu hal harus
akan mempunyai keyakinan yang tinggi akan kebenaran pendapat atau suatu hal
tersebut.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:85), argumentasi adalah alasan
untuk memperkuat atau menolak suatu pendapat, pendirian, atau gagasan.
Berdasarkan beberapa pendapat mengenai karangan dan argumentasi, dapat
diringkaskan bahwa karangan argumentasi adalah karangan yang berjenis
argumentasi. Jenis karangan yang mengemukakan alasan, contoh, bukti-bukti
yang kuat, dan meyakinkan sehingga orang akan membenarkan pendapat, sikap,
gagasan, dan keyakinan penulis.
Karangan argumentasi sering dikatakan sebagai jenis karangan yang sulit
untuk ditulis atau dibuat karena karangan ini melibatkan semua jenis karangan
atau tulisan lainnya. Karangan argumentasi kerap diintegrasikan dengan karangan
persuasi, karena keduanya menampilkan adanya fakta dan pendapat. Bila seorang
pengarang mempergunakan nada mendebat atau nada argumentatif, maka hasilnya
adalah tulisan yang bersifat meyakinkan atau tulisan persuasif (Tarigan,
2008:108).
Wiyanto (2004:68) berpendapat bahwa perbedaan mendasar antara karangan
persuasi dan karangan argumentasi adalah pada sasaran yang ingin dibidik oleh
karangan. Karangan argumentasi menitikberatkan sasaran pada logika pembaca,
sedangkan karangan persuasi lebih pada emosi atau perasaan pembaca walaupun
tidak melepaskan logika. Logika pembaca dioptimalkan ketika seseorang
membaca karangan argumentasi karena keilmiahan bahasa dan isi karangan.
pendapat atau gagasan dengan fakta yang mendukungnya, sehingga pembaca
mengetahui kebenaran suatu pendapat. Berbeda dengan karangan persuasi. Dalam
membaca karangan persuasi, seseorang lebih memaksimalkan emosi atau
perasaannya ketika memutuskan untuk mengikuti atau menolak ajakan penulis.
Hal ini tidak terlepas pula dari permainan logika. Seorang pembaca karangan
persuasi menggunakan sedikit logikanya untuk mengetahui kebenaran suatu hal,
sehingga pada akhirnya ia akan ikut tertarik dengan ajakan penulis. Dengan kata
lain, yang dikerjakan karangan argumentasi adalah benar salahnya gagasan atau
pendapat, sedangkan karangan persuasi lebih pada bagaimana mempengaruhi
pembaca agar tertarik mengikuti kehendak penulis. Keduanya saling berhubungan
karena pembaca tidak mudah dipengaruhi dan diajak apabila belum diyakinkan.
Karangan argumentasi mempunyai daya argumentasi karena dalam karangan
tersebut memuat adanya data, fakta, dan kesaksian. Bukti-bukti berupa data, fakta,
dan kesaksian ini akan membantu penulis untuk menjadikan pembaca percaya
pada hal yang dibicarakan dalam karangan. Begitu pula dengan karangan persuasi.
Karangan persuasi merupakan karangan berdaya persuasi, tetapi di dalamnya
terdapat pula daya argumentasi. Daya argumentasi dalam karangan persuasi
mempengaruhi daya persuasi yang ada, sehingga karangan persuasi mengandung
fakta-fakta yang berusaha meyakinkan pembaca hingga pembaca mengikuti
ajakan yang ditawarkan penulis.
b. Ciri karangan argumentasi
Karangan merupakan sebuah produk yang dihasilkan dari kegiatan menulis.
mengarang, yaitu kejelasan, keringkasan, ketepatan, kesatupaduan, pertautan, dan
pengharkatan. Berikut adalah penjelasan dari masing-masing asas tersebut.
1) Kejelasan
Suatu karangan akan dipahami oleh pembaca jika mempunyai maksud yang
jelas dan tidak mungkin disalahtafsirkan oleh pembaca karena setiap gagasan
dipaparkan secara jelas. Ciri karangan yang jelas adalah (a) mudah dimengerti
oleh pembaca; (b) menggunakan kalimat yang sederhana; (c) karangan tidak
berbelit-belit; (d) dapat melukiskan secara benar ide yang terdapat dalam pikiran
penulis.
2) Keringkasan
Pengarang tidak perlu mengulang-ulang ide, tidak bertele-tele dalam
menyampaikan gagasannya, dan tidak berlebih-lebihan dengan kata (redundan)
sehingga asas keringkasan dapat terpenuhi.
3) Ketepatan
Suatu karangan dapat menyampaikan maksud kepada pembaca sesuai dengan
maksud dari pengarang itu sendiri (tidak ambigu). Supaya karangan tepat,
pengarang harus menaati berbagai aturan dan ketentuan tata bahasa, ejaan, tanda
baca, dan kelaziman memakai bahasa tulis yang ada.
4) Kesatupaduan
Sebuah karangan yang baik adalah karangan yang dibuat dari sebuah topik
utama. Setiap paragraf harus saling berhubungan sehingga tidak menyimpang dari
memuat satu gagasan pokok yang didukung dengan beberapa penjelasan yang
terpadu.
5) Pertautan
Dalam suatu karangan, antara kalimat yang satu dengan kalimat yang lain
harus saling terkait, baik dalam satu paragraf maupun antarparagraf yang lain.
6) Pengharkatan
Setiap gagasan yang penting diungkapkan dengan penonjolan tertentu
sehingga pembaca dapat mengingat informasi tersebut dengan baik.
Berkaitan dengan keenam asas di atas, karangan argumentasi termasuk dalam
jenis karangan yang memiliki beberapa ciri khas. Ciri karangan argumentasi
terkandung dalam pengertian karangan argumentasi, yaitu (1) menjelaskan
pendapat agar pembaca merasa yakin terhadap tulisan tersebut; (2) memerlukan
fakta untuk pembuktian berupa gambar, grafik, atau data lainnya; (3) penutup
berupa simpulan yang diambil penulis dari hasil mengkaji data dan fakta yang
dicantumkan; (4) data dan fakta yang disajikan dapat dipertanggungjawabkan; dan
(5) penjelasan yang disampaikan bersifat logis dan sesuai dengan data dan fakta
yang dimiliki.
Hal serupa dikatakan Keraf (2007:4-5). Menurutnya, ciri karangan
argumentasi adalah (1) berusaha membuktikan kebenaran masalah; (2) mengajak
dan mempengaruhi pembaca untuk mengikuti jalan pikiran penulis; (3) gaya
penulisan yang meyakinkan; dan (4) adanya fakta-fakta yang digunakan untuk
membuktikan kebenaran. Ciri karangan argumentasi berkaitan dengan tujuannya
dipaparkan dengan fakta yang akurat baik secara induktif maupun deduktif.
Pamaparan secara induktif adalah pemaparan dari hal-hal yang khusus dan
akhirnya diambil simpulan yang bersifat umum. Sementara itu, pemaparan
deduktif diambil dari sebuah pernyataan yang bersifat umum dan digunakan untuk
mengamati hal-hal khusus sehingga dapat ditarik sebuah kesimpulan.
Seorang penulis karangan argumentasi harus dapat membatasi persoalan yang
dikemukakannya dan menetapkan di mana terletak titik atau sasaran
ketidaksesuaian pendapat antara pengarang dan pembaca. Dengan demikian ia
dapat mengubah keyakinan dan mempengaruhi tindakan pembaca. Keraf
(2007:103-104) menjelaskan bahwa untuk membatasi persoalan dan menetapkan
titik ketidaksesuaian, maka sasaran yang harus ditetapkan untuk diamankan oleh
setiap pengarang argumentasi adalah (1) argumentasi harus mengandung
kebenaran untuk mengubah sikap dan keyakinan orang mengenai topik yang akan
diargumentasikan; (2) pengarang harus berusaha untuk menghindari setiap istilah
yang dapat menimbulkan prasangka tertentu; (3) tujuan argumentasi adalah
menghilangkan ketidaksepakatan, maka penulis harus membatasi istilah yang
digunakan pada awal penulisan; dan (4) sejak awal penulisan, penulis harus
mengungkapkan dengan jelas di mana terletak perbedaan-perbedaan yang akan
diargumentasikan itu.
Karangan argumentasi merupakan karangan yang bersifat semi ilmiah, maka
dalam tulisannya disajikan fakta atau data yang dapat teruji dari segi kosistensi
(tidak ada satu evidensi yang bertentangan atau melemahkan evidensi lain) dan
berlaku). Seorang penulis karangan argumentasi harus menuliskan hal-hal yang
tidak boleh mengandung prasangka (autoritas tidak boleh memperoleh
keuntungan pribadi dari data-data eksperimentalnya). Baik tidaknya karangan
argumentasi dinilai dari bobot argumen atau pendapat yang disajikannya, ada
tidaknya fakta atau data, kebakuan bahasa yang digunakan, penggunaan ejaan
yang disempurnakan, keterikatan atau relevansi antarkalimat dan paragraf, dan
sistematika penyajian karangan.
c. Kerangka karangan argumentasi
Karangan argumentasi merupakan jenis tulisan yang mempunyai struktur atau
kerangka sama dengan karangan lain pada umumnya. Struktur karangan
argumentasi menurut Keraf (2007:104-107) ada tiga bagian, yaitu pendahuluan,
isi, dan penutup. Berikut uraian masing-masing bagian karangan argumentasi.
1) Pendahuluan
Bagian pendahuluan berfungsi untuk menarik perhatian pembaca terhadap
argumen yang akan disampaikan atau dikemukakan dalam tulisan tersebut. Bagian
pendahuluan juga dapat berfungsi untuk mengarahkan pembaca ke masalah yang
akan disampaikan dan memberi gambaran umum mengenai masalah yang akan
disampaikan penulis.
Bahan-bahan untuk menarik perhatian pembaca dan fakta-fakta pendahuluan
harus benar-benar diseleksi supaya pengarang tidak melakukan hal-hal yang justru
bersifat argumentatif. Hal-hal yang bersifat argumentatif ini akan dikemukakan
oleh penulis dalam tubuh argumentasi. Untuk menetapkan apa dan berapa banyak
mengapa persoalan itu dibicarakan pada saat ini dan seberapa pentingnya masalah
itu dibicarakan; (2) menjelaskan latar belakang historis yang mempunyai
hubungan langsung dengan persoalan yang akan diargumentasikan, sehingga
pembaca dapat memperoleh pengertian dasar mengenai hal tersebut; (3)
menjelaskan argumen-argumen yang hendak disampaikan dan terdapat kejelasan
pembedaan antara hal-hal yang berhubungan dengan selera dan hal-hal yang
bertalian dengan fakta, sehingga dengan mempergunakan dasar tersebut penulis
karangan dapat bergerak maju dengan mempergunakan fakta tersebut.
2) Tubuh karangan
Bagian ini berisi pembuktian kebenaran pendapat yang dikemukakan penulis
dan dihubungkan secara logis serta kritis dengan semua fakta yang ada. Dalam