• Tidak ada hasil yang ditemukan

Adapun teknik pengabsahan data yang digunakan dalam penelitian ialah : 1. Uji Validitas

Validitas konstruk (construct validity) dan validitas isi (content validity) akan dilakukan oleh penenliti utnuk menguji apakah konstruk atau karakteristiki (variabel laten) dalam penelitian ini yaitu variabel budaya organisasi dan kinerja pegawai dapat diukur secara akurat oleh indikator-indikatornya. Peneliti akan melakukan uji validitas dengan menggunakan bantuan software SPSS version 20.

Disasarkan bahwa responden penelitian ini adalah berjumlah 89 orang responden yang diambil secara acak, maka pengujian validitas cukup dengan membandingkan nilai

r

hitung dengan nilai

r

tabel product Moment (terlampir).

Jika nilai

r

hitung ≥

r

tabel maka indikator atau pernyataan kuisioner dikatakan valid, begitu pula sebaliknya.

Adapun hasil uji validitas dari variabel budaya organisasi (X) dan variabel kinerja pegawai (Y) sebagai berikut :

Uji validitas digunakan melihat bagaimana ketepatan alat pengukur dapat mengungkapkan konsep gejala/kejadian yang diukur. Dalam analisis ini item dikatakan valid pasti reliabel. 24 item tersebut semua valid. Untuk mengetahui tingkat validitas dapat dilihat korelasi antara skor item dengan skor total item (nilai r hitung) dibandingkan dengan nilai r tabel. Jika nilai r hitung lebih besar dari nilai r tabel atau r hitung > nilai r tabel ( pada taraf signifikansi 5% ) maka item tersebut adalah valid (Riduwan dan Sunarto, 2015). Pengujian validitas dapat dilihat pada tabel 3.4 secara lengkap berikut ini :

a. Hasil uji validitas variabel budaya organisasi (X)

Tabel 3.4

Hasil Uji Validitas Variabel Budaya(X)

No Variabel r hitung r tabel Keterangan 1. B1 0,71 >0,17 Valid 2. B2 0,75 >0,17 Valid 3. B3 0,37 >0,17 Valid 4. B4 0,65 >0,17 Valid 5. B5 0,49 >0,17 Valid 6. B6 0,68 >0,17 Valid 7. B7 0,68 >0,17 Valid 8. B8 0,76 >0,17 Valid 9. B9 0,43 >0,17 Valid 10. B10 0,57 >0,17 Valid 11. B11 0,62 >0,17 Valid 12. B12 0,73 >0,17 Valid Sumber: data primer yang diolah 2019

Tabel diatas menunjukkan bahwa nilai rhitung > rtabel maka dapat disimpulkan bahwa instrumen dari kuesioner yang digunakan untuk menjelaskan variabel budaya organisasi yaitu dinyatakan valid.

b. Hasil uji validitas variabel kinerja pegawai (Y) Tabel 3.5

Hasil Uji Validitas Variabel Kinerja (Y)

No Variabel kinerja r hitung r tabel Keterangan

1. K1 0,53 >0,17 Valid 2. K2 0,65 >0,17 Valid 3. K3 0,60 >0,17 Valid 4. K4 0,53 >0,17 Valid 5. K5 0,68 >0,17 Valid 6. K6 0,67 >0,17 Valid 7. K7 0,43 >0,17 Valid 8. K8 0,49 >0,17 Valid 9. K9 0,59 >0,17 Valid 10. K10 0,68 >0,17 Valid 11. K11 0,56 >0,17 Valid 12. K12 0,32 >0,17 Valid Sumber: data primer diolah 2019

Tabel diatas menunjukkan bahwa nilai rhitung > rtabel maka dapat disimpulkan bahwa instrumen dari kuesioner yang digunakan untuk menjelaskan variabel kinerja pegawai yaitu dinyatakan valid.

2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas konsistensi internal (internal consistency) akan dilakukan oleh peneliti untuk menguji konsistensi butir-butir yang ada pada kuesioner penelitian dengan teknik Bela Dua (Split Half) dari Sperman Brown. Peneliti akan melakukan uji reliabilitass dengan menggunakan bantuan software SPSS version 20. Pengujian realibilitas cukup dengan membandingkan

r

alpha dengan nilai 0,70.

Jika

r

alpha > 0,70 maka indikator atau pernyataan kuisioner dikatakan reliabel, begitu pula sebaliknya.

Adapun hasil uji reliabilitas dari variabel budaya organisasi (X) dan variabel kinerja pegawai (Y) sebagai berikut:

1. Uji reliabilitas

a. Hasil uji reliabilitas variabel budaya organisasi (X) Tabel 3.6

Hasil Uji Realibilitas Variabel Budaya (X) Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

,864 12

Pengujian reliabilitas dapat dilihat dari nilai cronbach’s Alpha dari semua variabel > 0,70 maka ditarik kesimpulan bahwa instrumen dari kuesioner yang digunakan untuk menjelaskan variabel budaya dinyatakan handal atau dapat di percaya.

b. Hasil uji reliabilitas variabel kinerja (Y) Tabel 3.7

Hasil Uji Reliability variabel Kinerja

Pengujian reliabilitas dapat dilihat dari nilai cronbach’s Alpha dari semua variabel > 0,70 maka ditarik kesimpulan bahwa instrumen dari kuesioner yang digunakan untuk menjelaskan variabel kinerja dinyatakan handal atau dapat di percaya.

Reliability Statistics Cronbach's

Alpha N of Items

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Objek Penelitian

Rumah Sakit Umum Daerah Labuang Baji Provinsi Sulawesi Selatan terletak di jalan Dr. Ratulangi No. 81 Kota Makassar Provinsi Sulawesi Selatan dengan luas tanah ± 14.402 m2 (Hasil pengukuran BPN, tanggal 1 Desember 2004 sesuai sertifikat) dan luas bangunan 22.738,1 m2.

1. Sejarah Rumah Sakit Umum Daerah Labuang Baji Provinsi Sulawesi Selatan

Rumah sakit umum labuang baji didirikan oleh Zending Gereja Geroformat Surabaya, Malang dan Semarang sebagai Rumah Sakit Zending, yang diresmikan pasa tanggal 12 juni 1938 dengan kapasitas 25 buah tempat tidur. Tahun 1946-1948 Rumah Sakit Umum Labuang Baji mendapat bantuan dari Pemerintah Indonesia Timur (NIT), dengan merahibilitasi gedung-gedung yang hancur akibat perang, dan digunakan untuk penampungan korban akibat perang tersebut. Sejak tahun 1955 Rumah Sakit Labuang Baji dibiayai oleh Pemerintah Daerah Tingkat I Sulawesi Selatan dan dikelola oleh dinas kesehatan Provinsi Dati I Sulawesi Selatan dengan klasifikasi Rumah Sakit Kelas C. Terhitung mulai tanggal 16 Januari 1996 melalui peraturan Daerah Propinsi Dati I Sulawesi Selatan Nomor 2 Tahun 1996 kelas Rumah Sakit ditingkatkan menjadi Rumaha Sakit Kelas B NonPendidikan.Peraturan tersebut disahkan oleh Menteri Dalam Negeri pada tanggal 7 Agustus 1996.

2. Visi – Misi, Tujuan, Motto, Falsafah, dan Nilai pada Rumah Sakit Umum Labuang Baji

1. Visi Rumah Sakit Umum Daerah Labuang Baji “Rumah Sakit Unggulan se-Sulawesi Selatan”

2. Misi Rumah Sakit Umum Labuang Baji a. Mewujudkan Frofesionalisme SDM

b. Meningkatkan sarana dan prasarana Rumah Sakit c. Meberikan Pelayanan Prima

d. Efisiensi Biaya Rumah Sakit

e. Meningkatkan Kesejahteraan Karyawan 3. Tujuan Rumah Sakit Umum Labuang Baji

Memberikan Kepuasan kepada Semua pelanggan agar tercipta citra baik Rumah Sakit Umum Daerah Labuang Baji.

4. Motto Rumah Sakit Umum Labuang Baji

S I P A K A B A J I” : Siap Dengan Pelayanan Komunikatif, Bermutu, Aman, Jujur dan Ikhlas.

5. Falsafah Rumah Sakit Umum Labuang Baji

Bahwa kesehatan Jasmani maupun Rohani merupakan hak setiap orang; oleh karena itu rumah sakit berusaha untuk memberikan pelayanan kesehatan yang terbaik kepada masyarakat, baik bersifat penyembuhan, pemulihan, pencegahan maupun peningkatan serta ditunjang oleh kualitas

daya manusia yang memadai.”

a. Kejujuran b. Kerjasama c. Tanggung jawab d. Kesetiaan e. Disiplin

3. Struktur Organisasi Rumah Sakit Umum Labuang Baji a. Kedudukan

RSUD Labuang Baji adalah lembaga teknis daerah yang dipimpin oleh seorang Direktur, yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Gubernur melalui Sekretaris Daerah.

b. Tugas Pokok RSUD Labuang Baji mempunyai tugas:

a) Melaksanakan upaya kesehatan secara berdayaguna dan berhasilgunadengan mengutmakan upaya penyembuhan, pemulihan yang dilaksanakan secara terpadu dengan upaya peningkatan serta pencegahan dan melaksanakan upaya rujukan. b) Melaksankan pelayanan yang bermutu sesuai standar pelayanan

Rumah Sakit.

c. Susunan organisasi Badan RSUD Labuang Baji terdiriatas: i. Direktur

ii. Wakil direktur Medik dan Keperawatan

iii. Wakil Direktur Umum, Sumber Daya Manusia & Pendidikan iv. Wakil Direktur Keuangan

vi. Bidang pelayan Keperawatan

vii. Bidang Fasilitas Medik dan Keperawatan viii. BagianUmum

ix. Bagian Sumber Daya Manusia x. Bagian Pendidikan danPenlitian xi. Bagian Perencanaan DanAnggaran

xii. Bagian Perbendaharaan dan Mobilisasi Dana xiii. Bagian Akutansi

xiv. Sub Bagian xv. Seksi

4. Masalah serta Langkah dan Kebijakan yang dilakukan pada Rumah Sakit Umum Daerah Labuang Baji

1. Adapun masalah pokok yang perlu ditindaklajuti pada RSUD Labuang Baji mendatang diantaranya:

a. Sarana dan Prasarana rumah saki yang masih sangat terbatas b. Kualitas sumber daya manusia yang masih perlu ditingkatkan 2. Berdasarkan urutan prioritas masalah diatas, maka diambil langkah

dan kebijakan sebagai berikut:

i. Peningkatan saran dan prasarana rumah sakit berupa penambahan ruang perawatan dan perluasan ruang administrasi serta melengkapi peraltan medis dan non medis yang telahada. ii. Peningkatan kualitas sumber daya manusia dengan jalan

dan pelatihan dan seminar/simposium dengan harapan petugas dapat menjalankan tugas lebih profesional dengan memberikan pelayanan prima dan maksimal kepada masyarakat pengguna jasapelayanan.

5. Upaya Pelayanan Kesehatan pada RSUD Labuang Baji 1. Ketatausahaan

a . Pelayanan Administrasi yaitu pelayanan yang dilakukan dalam hal persuratan dan pendataan terhadap pasien yang akan menggunakan jasa layanan pada RSUD Labuang Baji serta hal-hal yang berkaitan dengan proses administrasi itusendiri.

b. Pengembangan Sumber Daya Manusia yang biasa di laksanakan dalam bentuk pemberian pelatihan bagi pegawai yang berada dalam rumah sakit baik tenaga medis maupun nonmedis

c. Pemantapan Administrasi dan Manajemen, dalam hal ini pemantapan jalur koordinasi antar pegawai dalam struktur organisasi di rumahsakit

d. Pelaksanaan Protap secarautuh 2. Pelayanan Dasar

a. Pelayanan pokok,antara lain:

i. Pelayanan pada poliklinik spesialistik yaitu pelayanan kepada pasien di RSUD Labuang Baji (Rawat Jalan). Fasilitas

pelayanan medik untuk intstalsi rawat jalan dalam hal ini poliklinik terdiri ata 18 bagianpoliklinik.

ii. Pelayanan Rawat Inap yaitu pelayanan yang diberikan kepada pasien yang dirawat/opname di RSUD Labuang Baji. Kapasitas Perawatan Rawat Inap di RSUD Labuang Baji terdiri dari 14 ruangan perawatan umum dan 6 ruangan perawatan khusus (Ruang Bedah Sentral, Bedah Kebidanan/Kandungan, Perawatan/ RPK, Rawat Intensif, Hemodialisa, Kamar Bersalin.

iii. Pelayanan Rawat Darurat. Instalasi Rawat Darurat (IRD) melayani penderita yang tergolong rawat darurat selama 24 jam, namun tidak menutup kemungkinan merawat penderita yang bukan gawat darurat. IRD dipimpin oleh seorang dokter Spesialisasi Bedah dan dibantu oleh dua orang dokter umumsebagai kepala unit bedah dan kepala unit non-bedah. Ruang Instalasi Rawat Darurat (IRD) terdiri dari 13 ruangan perawatan medis yang sesuai dengan fungsinya masing- masing.

iv. Pelayanan Intensif (ICU). Ruangan Instalasi Rawat Intensif saat ini tersedia kapasitas tempat tidur sebanyak 8 (delapan) buah tempat tidur, dengan komposisi tenaga yang menangani pelayanan perawatan intensif yaitu sebanyak: 1 (satu) orang dokter ahli anastesi, 7 (tujuh) orang perawat terlatih rawat intensif dan 1(satu) orangperawat.

i. Pelayanan Laboratorium merupakan bagian teknis rumah sakit yang melayani masalah hasil pemeriksaan dari pasien baik dari segi klinik maupun anatomi dari hasil proses bedah. Instalasi laboratorium terbagi atas 2 (dua) bagian yaitu bagian patologi klinik dan bagian patologianatomi.

ii. Pelayanan Radiologi atau Instalasi Radiologi memberikan pelayanan selama 24 jam. Jenis pelayanan yang dapat

diberikan berupa: Rontgen Photo dengan atau tanpa Kontras, UGD, Dental Photo dan CT-Scan.

iii. Pelayanan Farmasi atau Instalasi Farmasi mempunyai kegiatan peracikan, penyimpanan dan penyaluran obat- obatan, gas medis serta bahan kimia. Selain itu instalasi ini pun senantiasa melakukan penyimpanan, dan penyaluran alat kedoteran, alat perawatan dan alat-alat kesehatan yang dilkukan oleh tenaga/ pegawai dalam jabatan fungsional. Pelayanan Farmasi oleh Instalasi Farmasi diberikanselama jam kerja. Diluar jam kerja, kebutuhan obat bagi pasien dilayani oleh Apotik Rawat Jalan/IRD.

iv. Instalasi Gizi, melayani proses penediaan makanan mulai dari bahan mentah hingga siap dikonsumsi baik oleh pasien maupun karyawan rumah sakit. Kegiatan di Instalasi Gizi terdiri atas kegiatan pengadaan makanan, kegiatan

penyuluhan dan konsultasi gizi serta kegiatan pelayanan gizi di ruang perawatan.

v. Instalasi Pemeliharan Sarana Rumah Sakit (IPSRS), bertujuan dalam hal pemeliharaan dan perbaikan sarana dan prasarana rumah sakit.

vi. Intalasi Sanitasi lingkungan guna menunjang prasarana air baik dari PAM, sumur BOR, dan sumur artesis. Selain itu instalasi ini juga mengurusi tentang ketersediaan tenaga kelistrikan dari PLN maupun yang dikelola oleh rumah sakit itu sendiri (diesel/genset).

vii. Instalasi Limbah, yang ditujukan untuk pengolahan sisa dari pemakaian di rumah sakit termasuk sampah dan septitank.

Dokumen terkait