• Tidak ada hasil yang ditemukan

d. Perhitungan Responden

Besar sampel penelitian (responden) ini menggunakan perhitungan estimasi sebagai berikut (S.Lameshow, 1991):

Keterangan:

n = Besar sampel minimal yang dibutuhkan

= 1,96 pada tingkat kepercayaan 95% = Derajat presisi yang diinginkan 5%

= Besar populasi 415

= Perkiraan proporsi 50%

Dengan persamaan di atas, maka sampel penelitian (responden) minimal dalam penelitian ini dapat dihitung sebagai berikut ;

= 191

Berdasarkan perhitungan diatas diketahui bahwa sampel penelitian (responden) minimal yang harus diambil adalah 191. Dari 191 sampel penelitian (responden) minimal didapatkan 230 responden dalam penelitian ini. Hal tersebut dikarenakan dari 191 KK, terdapat 20 KK yang respondennya lebih dari satu.

2. Populasi dan Spesimen Laboratorium a. Populasi Spesimen Laboratorium

Populasi spesimen yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh kerang hijau yang di budidayakan di perairan Teluk Jakarta.

b. Spesimen Laboratorium

Spesimen laboratorium yang dipilih untuk adalah kerang hijau. Kandungan logam yang dianalisis adalah kadmium. Sepesimen kerang hijau yang digunakan adalah seluruh budidaya kerang hijau yang ada di Kaliadem Muara Angke Jakarta Utara yang berjumlah 11 budidaya.

Teknik pengambilan spesimen dilakukan dengan cara Total Sampling yaitu pengambilan spesimen dilakukan secara keseluruhan terhadap seluruh budidaya (pengepul) kerang hijau di Kaliadem Muara Angke Jakarta Utara. Penggunaan teknik ini dikarenakan jumlah budidaya kerang hijau di Kaliadem Muara Angke Jakarta Utara terbatas.

D. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara dan observasi terkait pola konsumsi dan karakteristik individu terhadap pola konsumsi kerang hijau pada masyarakat Kaliadem Muara Angke Jakarta. Sedangkan untuk mengetahui konsentrasi Cd dalam kerang hijau yang dikonsumsi masyarakat yang di budidayakan di perairan Teluk Jakarta dilakukan melalui pengujian laboratorium.

Jenis data yang digunakan dalam peneltian ini adalah data primer. Data primer dalam peneltian ini adalah hasil pengukuran kandungan Cd dalam kerang hijau yang didapat dari lokasi penelitian, data diperoleh melalui hasil pemeriksaan laboratorium menggunakan alat Atomic Absorbsed Spectrometer (AAS). Data primer lainnya merupakan data pola aktivitas, karakterisitik individu serta pola aktifitas. Data tersebut didapatkan dengan cara wawancara terhadap masyarakat di sekitar lokasi penelitian. Berat badan tiap indiviu diukur dengan timbangan digital dengan satuan kilogram.

Pengumpulan data untuk variabel frekuensi dan laju asupan kerang hijau dilihat dari frekuensi dan jumlah asupan induvidu mengkonsumsi kerang hijau dengan cara ditanyakan secara langsung berapa banyak kerang yang dimakan dengan menggnakan food model. Food model yang digunakan adalah takaran sendok, mangkok, dan piring yang sebelumnya telah dilakukan penimbangan pada setiap takarannya yang kemudian dikonversikan dalam bentuk gram.

E. Alur Kerja Penelitian

Dalam penelitian ini, dilakukan beberapa tahapan (alur) kerja untuk mengetahui tingkat efek kesehatan lingkungan kandungan Cd ketika masyarakat mengkonsumsi kerang hijau yang dibudidayakan di perairan Teluk Jakarta dengan menggunakan ARKL yaitu:

F. Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium digunakan untuk mengetahui kandungan Cd pada spesimen kerang hijau. Metode yang digunakan untuk preparasi spesimen kerang hijau dalam penelitian ini adalah destruksi basah. Teknik destruksi merupakan teknik yang digunakan untuk melarutkan logam-logam dalam jaringan hewan ataupun tumbuhan. Metode destruksi yang digunakan adalah metode destruksi basah sehingga waktu yang digunkan untuk preparasi spesimen lebih cepat (EPA, 2007).

1. Alat

Peralatan yang digunakan untuk mengukur konsentrasi Cd dalam kerang hijau adalah:

a. AAS h. Gelas ukur 100 ml

b. Neraca analitik i. Gelas piala 250 ml

c. Pipet tetes j. Pipet mohr 10 ml

d. Tissu k. Kaca arloji

e. Digesti l. Oven

f. Labu takar 50 ml m. Aluminium Foil

g. Pipet volumetrik n. Kertas saring

Antropometri

Analisis konsentrasi logam berat Cd dengan AAS

Tingkat efek kesehatan lingkungan individu terpajan

logam berat kadmium (Cd) Perhitungan Intake

kuesioner dan pola aktifitas

masyarakat Kaliadem Muara Angke

Pengambilan spesimen laboratorium (kerang hijau)

Perhitungan tingkat risiko individu

Bagan 4.2 Alur Kerja Penelitian

2. Bahan

Bahan yang digunakan untuk mengukur konsentrasi Cd dalam kerang hijau adalah:

a. Asam nitrat (HNO3) 65 % p.a e. Hidrogen peroksida (H2O2) 50 % p.a b. Asam Sulfat (H2SO4) 98 % p.a f. Asam Perklorat (HClO4) 70 % p.a

c. Air suling g. (Cd (NO3)2)

d. Aquadest h. Kerang hijau

G. Metode Analisa Kadmium (Cd) dalam Kerang Hijau

1. Cara Kerja Analisis Spesimen Kerang Hijau

Langkah-langkah analisis logam berat Cd dalam spesimen kerang hijau (Perna viridis) adalah sebagai berikut:

a. Spesimen kerang diambil bagian dagingnya. b. Dirajang halus.

c. Dikeringkan dalam oven dalam suhu 1050C selama 3 jam. d. Ditumbuk hingga halus.

e. Spesimen ditimbang 3-10 gram dalam beaker glass. f. Kemudian diasamkan (dilakukan di dalam lemari asam).

g. Ditambah 9 ml HNO3 ditutup kaca arloji, dipanaskan di atas hot plate (dievaporasi) dan diaduk hingga volume sampai 5 ml.

h. Ditambah 2 ml H2O2, dipanaskan di atas hot plate (dievaporasi) sampai asap putih hilang dan diaduk hingga volume sampai 5 ml.

i. Disaring dengan kertas saring.

j. Dimasukan ke dalam labu takar 50 ml, dinding beaker glass dibilas dengan aquadest dan ditambah aquadest hingga batas tera.

k. Spesimen yang sudah dilarutkan diukur dengan AAS. 2. Prosedur Kerja AAS

Alat AAS, auto sampler, FIMS, sumber arus EDL Power dan komputer telah terangkai dengan baik dan semua kabel power terpasang dengan benar.

a. Larutan standar, spesimen kerang dalam labu ukur 50 ml bersama dengan larutan HNO3 65%, dan larutan standar Cd telah disiapkan.

b. Blower dihidupkan. Kran gas N2 dibuka dan diatur tekanan sesuai dengan besar tekanan yang direkomendasikan.

c. Air, kompresor dan jet set dinyalakan. d. AAS dan PC dinyalakan

e. Api dinyalakan selama beberpa saat (±30 menit warming up). f. Semua peralatan AAS dioperasikan dengan benar.

Setelah itu, dihitung kadar Cd dengan persamaan garis regresi kurva kalibrasi menggunakan rumus :

Kadar Cd (mg/gram) = (C x F)/B

Dimana :

C = Konsentrasi Cd pada spesimen dari pembacaan AAS (mg/L)

F = Volume larutan uji (0,05L)

B = Bobot spesimen (gram)

3. Pembuatan Deret Standar

Sebanyak 5 ml larutan induk (Cd(NO3)2) 1000 ppm dipipet, dimasukkan ke dalam labu takar 50 ml, lalu ditambahkan air suling hingga tanda tera

(diperoleh deret standar dengan konsentrasi 100 ppm). Membuat deret standar dengan konsentrasi sebagai berikut:

a. 0,001 ppm

Sebanyak 10 ml larutan deret standar dengan konsentrasi 0,005 ppm dipipet lalu dimasukan ke dalam labu takar 50 ml. Ditambahkan air suling hingga tanda tera (diperoleh deret standar dengan konsentrasi 0,001 ppm) b. 0,05 ppm

Sebanyak 10 ml larutan deret standar dengan konsentrasi 0,1 ppm dipipet, lalu dimasukkan ke dalam labu takar 50 ml, ditambahkan air suling hingga tanda tera (diperoleh deret standar dengan konsentrasi 0,05 ppm)

c. 0,1 ppm

Sebanyak 10 ml larutan deret standar dengan konsentrasi 0,5 ppm dipipet, lalu dimasukkan ke dalam labu takar 50 ml, ditambahkan air suling hingga tanda tera (diperoleh deret standar dengan konsentrasi 0,1 ppm)

d. 0,5 ppm

Sebanyak 25 ml larutan deret standar dengan konsentrasi 1 ppm dipipet, lalu dimasukkan ke dalam labu takar 50 ml, ditambahkan air suling hingga tanda tera (diperoleh deret standar dengan konsentrasi 0,5 ppm)

e. 1 ppm

Sebanyak 25 ml larutan deret standar dengan konsentrasi 2 ppm dipipet, lalu dimasukkan ke dalam labu takar 50 ml, ditambahkan air suling hingga tanda tera (diperoleh deret standar dengan konsentrasi 1 ppm).

Sebanyak 20 ml larutan deret standar dengan konsentrasi 5 ppm dipipet, lalu dimasukkan ke dalam labu takar 50 ml, dan ditambahkan air suling hingga tanda tera (diperoleh deret standar dengan konsentrasi 2 ppm g. 5 ppm

Sebanyak 25 ml larutan deret standar dengan konsentrasi 10 ppm dipipet, lalu dimasukkan ke dalam labu takar 50 ml, dan ditambahkan air suling hingga tanda tera (diperoleh deret standar dengan konsentrasi 5 ppm) h. 10 ppm

Sebanyak 5 ml larutan deret standar dengan konsentrasi 100 ppm dipipet, lalu dimasukkan ke dalam labu takar 50 ml, dan ditambahkan air suling hingga tanda tera (diperoleh deret standar dengan konsentrasi 10 ppm)

G. Pengolahan dan Analisis Data

1. Analisis Univariat

Seluruh data dalam penelitian ini dilakukan analisis univariat. Data numerik dari penelitian ini adalah konsentrasi logam berat kadmium (Cd) dalam kerang hijau, pola aktivitas, pola konsumsi, karakteristik individu, dan tingkat risiko responden, sedangkan data kategoik dari penelitian ini adalah jenis kelamin, status pernikahan, pekerjaan, dan cara memasak. Data numerik tersebut kemudian dikategorikan berdasarkan cut of point nilai mean apabila data tersebut normal dan nilai median apabila data tersebut tidak normal. Pengkategorian data tersebut bertujuan untuk mengetahui proporsi dari tiap kelompok.

Data konsentrasi Cd dianalisis di Laboratorium Kesehatan Lingkungan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) dan di Laboratorium Terpadu UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Setelah didapatkan seluruh data kemudian dilakukan perhitungan nilai rata-ratanya, standar defiasi, dan diketahui nilai maksimum dan minimumnya.

Pengolahan data dengan menggunakan perhitungan analisis risiko digunakan untuk mengetahui tingkat risiko (RQ) pajanan Cd dengan menghitung intake yang kemudian membandingkan dengan nilai Refference Dose (RfD). Perhitungan asupan intake didapatkan dari data konsentrasi Cd sebagai risk agent dalam kerang hijau (mg/kg), laju asupan atau pola konsumsi masyarakat Kaliadem Muara Angke Jakarta Utara (kg/hari), berat badan (kg), frekuensi pajanan (hari/tahun), durasi pajanan (tahun), periode waktu rata-rata (30 tahun x 365 hari) untuk zat non karsinogenik. Perhitungan intake: Keterangan : I = intake (mg/kgxhari) C = konsentrasi (mg/kgxhari) R = laju ingesti (mg/kg)

fE = frekuensi pajanan (hari/tahun)

Dt = durasi pajanan (lifetime exposure) (tahun)

tavg = periode waktu rata-rata (30 x 365 hari/tahun untuk non-karsinogen, 70 tahun x 365 hari/tahun untuk ksrsinogen)

Untuk mengetahui tingkat risiko (RQ), maka dilakukan perhitungan RQ dengan rumus:

Tingkat Risiko (

RQ = Risk Qoutient

I = intake (mg/kgxhari)

RfD = Refference dose (mg/kgxhari)

Besarnya nilai dosis referensi (RfD) sudah ditetapkan oleh EPA dalam Integrated Risk Information System (IRIS). Pada setiap logam memiliki nilai besaran yang berbeda. Nilai ini didapatkan dari beberapa penelitian yang dilakukan sebelumnya dengan membandingkan nilai NOAEL atau LOAEL dengan UF dan MR. Nilai RfD untuk logam kamdium (Cd) sebesar 0,001 mg/kg/hari (IRIS, 2015).

Tingkat risiko (RQ) dihitung berdasarkan realtime masyarakat setempat. Perhitungan realtime dilakuakan berdasarkan data durasi pajanan yang terkumpul dari kuesioner. Hasil perhitungan RQ dapat menunjukan tingkat risiko kesehatan masyarakat akibat mengkonsumsi kerang hijau yang mengandung logam berat kadmium (Cd). Apabila didapatkan nilai RQ >1, maka menunjukan probabilitas suatu individu untuk mengalami risiko gangguan kesehatan akibat pajanan Cd dalam kerang hijau lebih besar dibandingkan dengan individu yang memiliki nilai RQ ≤1.

Data yang terkumpul kemudian diolah dan dianalisis dengan menggunakan komputer (software). Tahapan pengolahan data adalah sebagai berikut :

1) Pemeriksaan data

Dilakukan untuk melihat apakah data primer yang dikumpulkan pada kuesioner sudah benar dan tidak terjadi kesalahan pengisian. Data yang diperiksa adalah konsentrasi kandungan kadmium dalam kerang hijau, laju konsumsi, frekuensi pajanan, berat badan, dan durasi pajanan masyarakat Kaliadem Muara Angke

2) Memasukkan data

Memasukkan data konsentrasi kandungan kadmium dalam kerang hijau, laju konsumsi, frekuensi pajanan, berat badan, dan durasi pajanan masyarakat Kaliadem Muara Angke ke dalam komputer. Selain data primer yang telah terkumpul, nilai defalut seprti RfD dan periode waktu rata-rata (taVg) juga dimasukan ke dalam komputer, untuk memudahkan dan menghindari kesalahan perhitungan dalam analisis data intake dan tingkat risiko.

3) Membersihkan data

Mengecek kembali data konsentrasi kandungan Cd dalam kerang hijau, laju konsumsi, frekuensi pajanan, berat badan, dan durasi pajanan masyarakat Kaliadem Muara Angke yang telah dimasukkan ke dalam program komputer untuk menghindari kemungkinan terjadinya kesalahan entri data, dengan cara memeriksa kembali seluruh data

yang telah dientri ke dalam program komputer termasuk aplikasi rumus yang digunakan. Aplikasi Rumus yang digunakan adalah rumus perhitungan intake dan tingkat risiko.

2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan sofware SPSS untuk mengetahui variabel yang berhubungan dengan nilai tingkat risiko. Uji bivariat dilakukan dengan menggunakan uji chi’ square

karena data yang digunakan adalah data kategori. Variabel yang dilakukan uji bivariat adalah konsentrasi Cd dalam kerang hijau, laju asupan, frekuensi pajanan, durasi pajanan, berat badan dan intake, sehingga diketahui variabel mana yang berhubungan dengan nilai tingkat risiko.

BAB V

HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Wilayah Penelitian

1. Kondisi Perairan Teluk Jakarta

Teluk Jakarta terletak pada 06000’40” LS dan 05054’40”LS serta 106040’45”BT dan 107001’19”BT. Teluk Jakarta adalah teluk yang berada di perairan Laut Jawa yang terletak di sebelah Utara Provinsi DKI Jakarta. Topografi Teluk Jakarta umunya didominasi oleh lumpur, pasir dan krikil. Lumpur banyak berdapat di bagian peninggir dan tengah teluk, sedangkan pasir semakin menonjol di bagian laut lepas (BLH DKI Jakarta, 2013).

Menurut data BPLHD dan KP2L Provinsi DKI Jakarta (BLH DKI Jakarta, 2013) kondisi fisik perairan Teluk Jakarta sebagai berikut :

a. Kedalaman Teluk Jakarta berkisar dari 4,00 – 29,0 meter. b. Kemiringan dasar lautnya ke arah utara, artinya makin ke

utara makin dalam.

c. Kedalamam di muara berkisar 0,50 – 3,00 meter.

d. Pada daerah pesisir dalam waktu 24 jam terjadi satu kali pasang tertinggi dan satu kali surut rendah.

e. Pada musim kemarau perbedaan pasang surut sekitar 1,2 meter dan besaran diurnal pada mulut Teluk Jakarta 3,8 meter

di Tanjung Pasir besaran diurnalnya 2,6 meter sedangkan di Kepulauan Seribu adalah 4,2 meter.

f. Kecepatan arus berkisar antara 0,20 – 1,20 m/detik dengan arah barat (3320) sampai dengan tenggara (1440).

g. Umumnya tinggi gelombang di Teluk Jakarta berkisar antara 0,1 – 1 meter, dengan periode 1 sampai 8 detik dan memiliki panjang gelombang 1 – 21 meter.

h. Suhu di perairan laut berkisar antara 27,90 – 28,870C. i. Salinitas perairan laut berkisar antara 31,50 – 32,59 0/00

Teluk Jakarta membentang dari Tanjung Kait di bagian Barat hingga Tanjung Kerawang di bagian Timur dan merupakan muara dari 13 sungai yang mengalir di wilayah DKI Jakarta dan digunakan sebagai media untuk membuang limbah berbagai industri yang berada di wilayah sekitarnya. 13 sungai tersebut yakni 3 sungai besar (Sungai Citarum, Sungai Bekasi dan Sungai Ciliwung) dan 10 sungai kecil (Sungai Kamal, Sungai Kanal Cengkareng, Sungai Angke, Sungai Karang, Sungai Ancol, Sungai Sunter, Sungai Cakung, Sungai Blencong, Sungai Grogol dan Sungai Pesanggrahan), dengan total rata-rata aliran limpahan dari ke 13 sungai tersebut adalah 112,7 m³det־' (BLH DKI Jakarta, 2013).

2. Kaliadem Muara Angke Jakarta Utara

Kaliadem Muara Angke terletak pada

ikan yang berada di wilayah Jakarta. Secara administratif Kaliadem Muara Angke terletak di Kelurahan Pluit Kecamatan Penjaringan

Jakarta Utara. Wilayah Kaliadem sering disebut sebagai

perkampungan nelayan karena selain letaknya di pesisir Teluk Jakarta sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai nelayan. Perkampungan ini diresmikan pada tahun 1983 oleh Presiden Soeharto. Sistem strata di wilayah perkampungan ini masih menggunakan sistem kelompok sehingga tiap kelompok dipimpin oleh ketua kelompok. Perkampungan ini dibagi menjadi 10 kelompok nelayan dengan total penduduk pada seluruh kelompok adalah 1278 jiwa. Akses dan fasilitas yang ada di wilayah Kaliadem Muara Angke cukup lengkap. Terdapat 1 unit puskesmas Muara Angke, pasar dan beberapa sarana pendidikan. Letak perkampungan Kaliadem cukup jauh dari pusat kota sehingga dibutuhkan waktu tempuh 15 menit dengan menggunakan becak motor untuk menuju pusat fasilitas.

Lokasi geografis pada wilayah Kaliadem Muara Angke ini dimanfaatkan sebagai lahan pekerjaan oleh penduduk setempat. Berdasarkan hasil survei peneliti sejak tahun 1987 sepanjang wilayah Kaliadem telah digunakan sebagai budidaya kerang hijau. Sampai saat ini terdapat 11 pengepul kerang hijau dengan memperkerjakan masyarakat setempat sehingga mayoritas mata pencahariaan penduduk disana adalah sebagai nelayan dan buruh pengupas kerang hijau. Produksi dari hasil budidaya kerang hijau tersebut bisa mencapai

15-20 ton perbagan tancap setiap minggunya (DPPK, 15-2006). Hasil budidaya kerang hijau tersebut didistribusikan di wilayah Jabodetabek. Rata-rata pola konsumsi kerang hijau masyarakat kaliadem cukup tinggi karena letak tempat tinggal yang berada di pusat budidaya kerang hijau. Sumber kerang hijau yang dikonsumsi oleh masyarakat Kaliadem seluruhnya berasal dari budidaya yang dilakukan di lokasi tersebut.

Gambar 5.1

Lokasi Penelitian Kaliadem Muara Angke Jakarta Utara

B. Karakteristik Responden

Karakteristik responden di Kaliadem Muara Angke menurut usia, jenis kelamin, status pernikahan, dan pekerjaan yang diperoleh melalui wawancara dan kuesioner disajikan pada Tabel 5.1.

Tabel 5.1 Distribusi Menurut Usia, Jenis Kelamin, Status Pernikahan, Cara Memasak Kerang dan Pekerjaan Responden di Kaliadem Muara Angke

Jakarta Utara Tahun 2015

Berdasarkan Tabel 5.1 diketahui bahwa distribusi usia responden paling banyak adalah ≤34 tahun yaitu 116 (50,4%) responden, sedangkan untuk distribusi jenis kelamin paling banyak adalah perempuan sebanyak 174 (75,7%) responden. Distribusi menurut status pernikahan paling banyak berstatus menikah yaitu 203 (88,3%) responden, sedangkan untuk distribusi responden berdasarkan kebiasaan cara memasak kerang paling banyak memasak kerang tanpa menggunakan cangkangnya yaitu 118 (51,3%)

Variabel Jumlah n (230) Persentase (%) Usia > 34 tahun 114 49,6 ≤ 34 tahun 116 50,4 Jumlah 230 100 Jenis Kelamin Laki-laki 56 24,3 Perempuan 174 75,7 Jumlah 230 100 Status Pernikahan Menikah 203 88,3 Belum Menikah 27 11,7 Jumlah 230 100

Cara Memasak Kerang

Dengan Cangkang 112 48,7 Tanpa Cangkang 118 51,3 Jumlah 230 100 Pekerjaan Buruh 68 29,6 Nelayan 23 10 Pedagang 27 11,7 Wiraswasta 10 4,3 Swasta 7 3

Ibu Rumah Tangga 82 35,7

Lainnya (Pegawai, Pelajar) 13 5,6

responden. Distribusi responden menurut pekerjaan yang paling banyak adalah berprofesi sebagai buruh pengupas kerang sebesar 68 (29,6%) responden dan paling sedikit berprofesi sebagai pegawai swasta yaitu 7 (3%) responden.

C. Konsentrasi Kadmium (Cd) pada Kerang Hijau yang Dikonsumsi Masyarakat Kaliadem Muara Angke

Spesimen kerang hijau yang yang diukur adalah kerang hijau yang didapatkan dari budidaya (pengepul) di wilayah Kaliadem Muara Angke Jakarta Utara yang juga dilakukan di Perairan Teluk Jakarta. Hasil pengukuran konsentrasi Cd dalam kerang hijau pada tiap spesimen kerang hijau disajikan pada Tabel 5.2.

Tabel 5.2 Hasil Pengukuran Konsentrasi Cd dalam Tiap Spesimen Kerang Hijau yang di Budidaya Tahun 2015

Spesimen Laboratorium (kerang hijau) Konsentrasi (mg/L) Budidaya I 0,079 Budidaya II 0,090 Budidaya III 0,081 Budidaya IV 0,052 Budidaya V 0,082 Budidaya VI 0,090 Budidaya VII 0,086 Budidaya VIII 0,085 Budidaya IX 0,090 Budidaya X 0,091 Budidaya XI 0,094

Berdasarkan Tabel 5.2 konsentrasi Cd dalam kerang hijau tertinggi terdapat pada budidaya XI yaitu 0,094 mg/L, sedangkan konsentrasi terendah pada budidaya IV dengan konsentrasi 0,054 mg/L.

Distribusi Konsentrasi Kadmium pada Kerang Hijau yang Dikonsumsi Masyarakat Kaliadem Muara Angke disajikan pada Tabel 5.3.

Tabel 5.3 Distribusi Konsentrasi Kadmium (Cd) pada Kerang Hijau Hasil Budidaya di Perairan Teluk Jakarta Tahun 2015

Mean SD Min Max

Konsentrasi Cd dalam kerang hijau (mg/L)

0,083 0,011 0,052 0,094

*p value >0,05

Berdasarkan Tabel 5.3 rata-rata konsentrasi Cd dalam spesimen kerang hijau adalah 0,083 mg/L, dengan nilai maksimum spesimen kerang hijau adalah 0,094 mg/L sedangkan nilai minimumnya adalah 0,052 mg/L. Analisis normalitas data dengan menggunakan Kolmogorof Shapiro di dapatkan nilai p value <0,05 maka data berdistribusi normal.

D. Analisis Risiko

1. Analisis Paparan (Exposure Assessment)-Intake Kadmium Masyarakat Kaliadem Muara Angke Jakarta Utara

Analisis paparan dilakukan untuk menentukan dosis risk agent kadmium (Cd) yang diterima individu sebagai asupan atau intake (I) yang dihitung dengan persamaan :

Kerang hijau yang dikonsumsi masyarakat Kaliadem semuanya berasal dari kerang yang di budidayakan pada perairan Teluk Jakarta.

Intake kadmium masyarakat Kaliadem Muara Angke Jakarta Utara ketika mengkonsumsi kerang hijau disajikan pada Tabel 5.4

Tabel 5.4 Distribusi Intake Kadmium Masyarakat Kaliadem Muara Angke Jakarta Utara Tahun 2015

Mean Median Min Max Kateg

ori Kelompok n (%) Total n(%) 2 6 7 9 Laju asupan (gram/hari) 16,33 4,71 0,03 96,18 > 4,71 49 (21,3) 20 (8,7) 29 (12,6) 17 (7,4) 115 (50) 4,71 28 (12,2) 34 (14,8) 30 (8,7) 33 (14,3) 115 (50) Jumlah 77 (33,5) 54 (23,5) 49 (21,3) 50 (21,7) 230 (100) Frekuensi Pajanan (hari/tahun) 104 52 2 365 >52 35 (15,2) 19 (8,3) 21 (9,1) 17 (7,4) 92 (40,0) ≤52 42 (18,3) 35 (15,2) 28 (12,2) 33 (14,3) 138 (60,0) Jumlah 77 (33,5) 54 (23,5) 49 (21,3) 50 (21,7) 230 (100) Durasi pajanan (tahun) 17 15 0,5 57 >15 43 (18,7) 24 (10,4) 23 (10,0) 32 (13,9) 122 (53,0) ≤15 34 (14,8) 30 (13,0) 26 (11,3) 18 (7,8) 108 (40,7) Jumlah 77 (33,5) 54 (23,5) 49 (21,3) 50 (21,7) 230 (100) Berat Badan (kg) 57,05 57,22 24,3 98,75 > 57,22 34 (14,8) 27 (11,7) 31 (13,5) 25 (10,9) 117 (50,9) 57,22 43 (18,7) 27 (11,7) 18 (7,8) 25 (10,9) 113 (49,1) Jumlah 77 (33,5) 54 (23,5) 49 (21,3) 50 (21,7) 230 (100) Intake (mg/kg/hari) 0,097 0,004 1,2x 10-7 1,53 > 0,004 40 (17,4) 19 (8,3) 19 (8,3) 21 (9,1) 99 (43,0) 0,004 37 (16,1) 35 (15,2) 30 (13,0) 29 (12,6) 131 (57,0) Jumlah 77 (33,5) 54 (23,5) 49 (21,3) 50 (21,7) 230 (100) *p value <0,05

Berdasarkan tabel 5.4 rata-rata laju asupan konsumsi kerang hijau masyarakat Kaliadem Muara Angke Jakarta Utara yaitu 16,33 gram/hari, dengan nilai minimum sebesar 0,03 gram/hari dan nilai maksimumnya 96,18 gram/hari. Distribusi data laju asupan tidak nomal (p value <0,05) sehingga yang digunakan adalah nilai median. Kelompok yang memiliki nilai R >4,71 paling banyak adalah kelompok 2 yaitu 49 (21,3%) responden sedangkan

kelompok yang nilai R ≤4,71 paling banyak adalah kelompok 7 yaitu 30 (8,7%) responden.

Rata-rata frekuensi paparan konsumsi kerang hijau masyarakat Kaliadem Muara Angke Jakarta Utara adalah 104 hari/tahun, dengan nilai minimum 2 hari/tahun dan nilai maksimumnya adalah 365 hari/tahun. Data frekuensi pajanan juga menunjukan distribusi data tidak normal (p value<0,05) sehingga yang digunakan adalah nilai median. Kelompok yang nilai frekuensi paparan >52 hari/tahun paling banyak adalah kelompok 2 dengan 35 (15,2%) responden.

Rata-rata lama durasi pajanan kandungan kadmium dalam kerang hijau yang dikonsumsi masyarakat Kaliadem Muara Angke Jakarta Utara yaitu 17 tahun, dengan nilai minimum durasi pajanan selama 0,5 tahun dan nilai maksimumnya 57 tahun. Distribusi data durasi pajanan tidak normal (p value<0,05) sehingga yang digunakan adalah nilai median. Persentase responden yang terpapar ≥15 tahun paling banyak terdapat pada kelompok 2 dengan persentase sebesar 18,7%.

Rata-rata berat badan masyarakat Kaliadem Muara Angke Jakarta Utara yang mengkonsumsi kerang hijau yaitu 57,05 kg, dengan nilai minimum yaitu 24,30 dan nilai maksimumnya 98,75 kg. Data berat badan responden tidak normal (p value<0,05) sehingga yang digunakan adalah nilai median. Berdasarkan persentase kelompom tinggal responden yang memiliki berat badan >57,22 kg, 63,3% berada di kelompok 7.

Rata-rata intake konsumsi kerang hijau masyarakat Kaliadem Muara Angke Jakarta Utara adalah 0,097 mg/kg/hari, dengan nilai minimum yaitu 1,2 x 10-7mg/kg/hari dan nilai maksimumnya adalah 1,53 mg/kg/hari. Data intake kadmium dari konsumsi kerang hijau masyarakat Kaliadem Muara Angke Jakarta Utara tidak normal (p value<0,05) sehingga yang digunakan adalah nilai median. Berdasarkan tempat tinggal responden yang memiliki nilai intake > 0,004 mg/kg/hari paling banyak adalah responden yang tinggal di kelompok 2 yaitu 51,9%,

2. Karakteristik Risiko (Risk Characterization) - Tingkat Risiko (RQ)

Karakterisasi risiko dilakukan untuk membandingkan hasil analisa pemaparan (intake) dengan nilai dosis acuan (RfD). RQ dihitung dengan persamaan:

Tingkat risiko kandungan logam kadimum dalam kerang hijau yang dikonsumi masyarakat Kaliadem Muara Angke Jakarta Utara disajikan pada Tabel 5.5.

Tabel 5.5 Tingkat Risiko Kandungan Logam Kadimum dalam Kerang Hijau yang Dikonsumi Masyarakat Kaliadem Muara Angke Jakarta Utara

Tahun 2015

Mean SD Min Max RQ Kelompok

n (%) Total n(%) 2 6 7 9 Tingkat Risiko (RQ) 103,89 273, 88 0,0000 6 1672, 42 >1 57 (24,8) 24 (10,4) 28 (12,2) 31 (13,5) 140 (60,9) ≤1 20 (8,7) 30 (13,0) 21 (9,1) 19 (8,3) 90 (39,1) Jumlah 77 (33,5) 54 (23,5) 49 (21,3) 50 (21,7) 230 (100) *p value >0,05

Berdasarkan Tabel 5.5 rata-rata nilai tingkat risiko kandungan logam kadmium dalam kerang hijau yang dikosumsi masyarakat Kaliadem Muara Angke Jakarta Utara adalah 103,89, dengan nilai minimum yaitu 0,00006 dan nilai maksimumnya yaitu 1672,42. Cut of point yang digunakan pada variabel karakterisitik risiko adalah >1 dan ≤1. Hal ini dikarenakan hasil ukur dari variabel ini adalah RQ>1 dinyatakan berisiko dan RQ≤1 masih aman atau

Dokumen terkait