EVALUASI/ ANALISIS HASIL PENELITIAN
G. Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Dalam menganalisis data yang diperoleh dari hasil pretes dan postes digunakan microsoft excel dan software SPSS versi 16.0 for windows. Program tersebut digunakan untuk:
1
1.. Penskoran
Data yang diperoleh dari pretes dan postes siswa diperiksa dan diberikan penskoran pada setiap butir soal.
2
2.. Uji normalitas
Uji normalitas yang dilakukan terhadap hasil tes awal dan tes akhir dari kelas eksperimen dan kelas kontrol untuk menguji apakah data sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak, dengan menggunakan software SPSS versi 16.0 for windows.
Rumusan hipotesis pengujian normalitas data, yaitu: H0 : Data sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal. H1 : Data sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal.
Uji normalitas dilakukan menggunakan uji Lilliefors (Kolmogorov-Smirnov) dengan menggunakan tingkat keberartian α (taraf signifikasi) sebesar
49
0,05. Jika kedua data kelas normal, maka dilanjutkan dengan pengujian homogenitas.
Adapun langkah-langkah untuk melakukan uji normalitas adalah sebagai berikut:
a. Buka SPSS kemudian masuk ke variabel view, masukan pada kolom nama di baris kesatu dengan nama kelas kemudian enter.
b. Ganti decimals pada kolom keempat dengan angka nol.
c. Pada kolom values masukan pada value angka satu dan pada label tulis kelas kontrol kemudian add, masukan lagi pada value angka dua dan pada label tulis kelas eksperimen kemudian add.
d. Tulis pretes pada kolom nama baris kedua.
e. Klik data view, masukkan angka satu di kolom pertama sebanyak siswa kelas kontrol, kemudian lanjutkan dengan angka dua sebanyak kelas eksperimen.
f. Masukan hasil pretes kelas kontrol dan kelas eksperimen di kolom kedua. g. Klik analyze descriptive statistics explore kelompok yang diteliti
pindahkan ke factor list, pretes pindahkan ke dependent list. Lalu klik plots beri tanda check pada histogram dan normality test with plots continue ok.
h. Setelah melakukan langkah-langkah tersebut, kemudian lihat nilai sig. di Kolmogorov-Smirnov apabila > α, maka sampel tersebut berasal dari populasi yang berdistribusi normal, namun apabila α <, maka sampel tersebut berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal.
3
3.. Uji homogenitas
Ujihomogenitas dilakukan untuk menguji homogen atau tidaknya data sampel yang diambil dari populasi yang sama. Jika data tersebut homogen maka bisa dilakukan uji t (dilakukan untuk menghitung beda rata-rata). Sedangkan jika datanya tidak homogen, maka uji beda rata-rata menggunakan uji t‟.
Rumusan hipotesis pengujian homogenitas data, yaitu:
H0 : Data sampel berasal dari populasi yang mempunyai varians yang sama atau homogen.
H1 : Data sampel berasal dari popolasi yang mempunyai varians yang tidak sama atau tidak homogen.
Uji homogenitas dilakukan menggunakan uji Levene’s Test dengan menggunakan tingkat keberartian α (taraf signifikasi) sebesar 0,05 dengan kriteria pengambilan keputusan sebagai berikut:
Jika nilai signifikansi ≥ 0,05 maka H0 diterima. Jika nilai signifikansi ≤ 0,05 maka H0 ditolak.
Adapun langkah-langkah untuk melakukan uji homogenitas melalui software SPSS versi 16.0 for windows adalah sebagai berikut:
a. Buka SPSS kemudian masuk ke variabel view, masukan pada kolom nama di baris kesatu dengan nama kelas kemudian enter.
b. Ganti decimals pada kolom keempat dengan angka nol.
c. Pada kolom values masukan pada value angka satu dan pada label tulis kelas kontrol kemudian add, masukan lagi pada value angka dua dan pada label tulis kelas eksperiman kemudian add.
d. Tulis pretes pada kolom nama baris kedua.
e. Klik data view, masukkan angka satu di kolom pertama sebanyak siswa kelas kontrol, kemudian lanjutkan dengan angka dua sebanyak kelas eksperimen.
f. Masukan hasil pretes kelas kontrol dan kelas eksperimen di kolom kedua. g. Klik analyze compare means independent-samples T-test pretes
pindahkan ke test variable, kelompok yang diteliti pindahkan ke grouping variable define group, use specified values, grup satu diisi dengan angka satu dan grup dua diisi dengan angka dua continue ok.
h. Setelah melakukan langkah-langkah tersebut, kemudian lihat nilai sig. di Levenes’s Test for Equality of Variance apabila > α, maka variansi setiap sampel sama (homogen), namun apabila α <, maka variansi sampel tidak sama (tidak homogen).
51
4
4.. Uji perbedaan dua rata-rata
Uji perbedaan dua rata-rata dilakukan untuk menguji apakah ada perbedaan yang signifikan antara rata-rata kemampuan siswa kedua kelas. Jika telah terpenuhi normalitas dan homogenitas, maka langkah selanjutnya, yaitu uji beda rata-rata (uji t).
Rumusan hipotesis pengujian perbedaan rata-rata, yaitu:
H0 : Tidak terdapat perbedaan rata-rata kemampuan siswa kelas kontrol dan kelas eksperimen.
H1 : Terdapat perbedaan rata-rata kemampuan siswa kelas kontrol dan kelas eksperimen.
Taraf signifikansi pada uji independent sample t-test dengan menggunakan tingkat keberartian α (taraf signifikasi) sebesar 0,05 dengan kriteria pengambilan keputusan sebagai berikut:
Jika nilai signifikansi ≥ 0,05 maka H0 diterima. Jika nilai signifikansi ≤ 0,05 maka H0 ditolak.
Jika data dari kedua kelas normal tetapi tidak homogen, maka dilakukan uji independent sample t-test tetapi untuk membaca hasil pengujiannya, yaitu pada kolom Equal Varians Not Asumed (diasumsikan varians tidak sama). Jika salah satu atau kedua data kelas kontrol dan kelas eksperimen tidak berdistribusi normal, maka langkah selanjutnya menggunakan uji non parametik Mann-Whitney (uji U). Adapun langkah-langkah untuk melakukan uji U adalah sebagai berikut:
a. Buka SPSS kemudian masuk ke variabel view, masukan pada kolom nama di baris kesatu dengan nama kelas kemudian enter.
b. Ganti decimals pada kolom keempat dengan angka nol.
c. Pada kolom values masukan pada value angka satu dan pada label tulis kelas kontrol kemudian add, masukan lagi pada value angka dua dan pada label tulis kelas eksperimen kemudian add.
e. Klik data view, masukkan angka satu di kolom pertama sebanyak siswa kelas kontrol, kemudian lanjutkan dengan angka dua sebanyak kelas eksperimen.
f. Masukan hasil pretes kelas kontrol dan kelas eksperimen di kolom kedua. g. Klik analyze nonparametric test 2-independent-samples T-test
pretes pindahkan ke test variable, kelompok yang diteliti pindahkan ke grouping variabel define group, use specified values, grup satu diisi dengan angka satu dan grup dua diisi dengan angka dua lihat test type dan beri tanda √ pada tulisan Mann Whitney lalu ok.
h. Setelah melakukan langkah-langkah tersebut, kemudian lihat nilai sig (2-tailed) pada tabel test statistics apabila > α, maka kemampuan siswa sama (homogen), namun apabila α <, maka kemampuan siswa berbeda (tidak homogen).
5
5.. Menghitung N-Gain
Menghitung gain untuk melihat perbedaan kemampuan keterampilan proses sains siswa pada dua kelompok. Adapun perhitungan gain yang dinormalisasi (Ngain) digunakan rumus Meltzer (Fauzan, 2012: 25) sebagai berikut:
Ngain = S pos−S pre S maks−S pre Keterangan :
Ngain = gain normal S pos = skor postes S pre = skor pretes S maks = skor maksimal
Setelah diperoleh indeks gain kelas kontrol dan kelas eksperimen, dilakukan beberapa pengujian, yaitu:
a. Dilakukan uji normalitas untuk mengetahui apakah nilai indeks gain dari kedua kelas tersebut berdistribusi normal atau tidak.
53
c. Jika kedua kelas atau salah satu kelas tidak berdistribusi normal, digunakan uji Mann-Whitney.
d. Jika kedua kelas berdistribusi normal dan homogen maka dilanjutkan dengan uji perbedaan dua rata-rata menggunakan uji-t.
e. Jika kedua kelas berdistribusi normal tetapi tidak homogen, dilanjutkan dengan uji perbedaan dua rata-rata menggunakan uji-t.
Kemudian indeks gain tersebut diinterpretasikan dengan kriteria sebagai berikut:
Tabel 3.10. Kriteria Indeks Gain
Indeks Gain (g) Kriteria g > 0,7 Tinggi 0,3 < g ≤ 0,7 Sedang
g ≤ 0,3 Rendah
Hasil dari uji-t dua pihak ini digunakan sebagai informasi untuk membandingkan pembelajaran mana yang lebih baik dalam meningkatkan kemampuan keterampilan proses sains siswa.
90 A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Pembelajaran konvensional memberikan pengaruh secara signifikan terhadap peningkatan keterampilan proses sains siswa SD kelas V pada materi sifat-sifat cahaya. Dari hasil perhitungan perbedaan rata-rata data pretes dan postes kelas kontrol dengan menggunakan uji t diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,000, karena pengujian satu arah maka 0,000 dibagi dua yang hasilnya 0. Hal ini α < 0,025 maka H0 ditolak atau H1 diterima. Jadi, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran konvensional memberikan pengaruh secara signifikan terhadap peningkatan keterampilan proses sains siswa SD kelas V pada materi sifat-sifat cahaya. Hal ini juga terlihat dari rata-rata hasil postes siswa pada kelompok kontrol, yakni 65 dalam rentang 1-100 dengan rata-rata kemampuan awal siswa 50,67.
2. Model Contextual Teaching and Learning (CTL) memberikan pengaruh secara signifikan terhadap peningkatan keterampilan proses sains siswa SD kelas V pada materi sifat-sifat cahaya. Dari hasil perhitungan perbedaan rata-rata data pretes dan postes kelas eksperimen dengan menggunakan uji t diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,000, karena pengujian satu arah maka 0,000 dibagi dua yang hasilnya 0. Hal ini α < 0,025 maka H0 ditolak atau H2 diterima. Jadi, dapat disimpulkan bahwa model Contextual Teaching and Learning (CTL) memberikan pengaruh secara signifikan terhadap peningkatan keterampilan proses sains siswa SD kelas V pada materi sifat-sifat cahaya. Hal ini juga terlihat dari rata-rata hasil postes siswa pada kelompok eksperimen, yakni 74,5 dalam rentang 1-100 dengan rata-rata kemampuan awal siswa 50,33.
3. Keterampilan proses sains siswa dengan menggunakan model Contextual Teaching and Learning (CTL) lebih baik daripada siswa yang mengikuti
91
pembelajaran konvensional. Dari hasil perhitungan perbedaan rata-rata nilai N-gain dengan uji independent sample t-test diperoleh taraf signifikansi sebesar 0,000 sehingga α < 0,05 maka H0 ditolak atau H1 diterima, artinya terdapat perbedaan peningkatan kemampuan keterampilan proses sains siswa antara pembelajaran konvensional dengan model Contextual Teaching and Learning (CTL). Untuk menentukan peningkatan keterampilan proses sains yang lebih baik antara siswa yang mengikuti pembelajaran IPA dengan model Contextual Teaching and Learning (CTL) dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional dilakukan dengan cara membandingkan nilai rata-rata N-gain setiap kelas. Nilai rata-rata-rata-rata N-gain kelas kontrol adalah 0,29, sedangkan nilai rata-rata N-gain kelas eksperimen adalah 0,49. Hal ini berarti nilai rata-rata N-gain kelas kontrol < kelas eksperimen, maka H0 ditolak atau H3 diterima. Jadi, dapat disimpulkan bahwa keterampilan proses sains siswa dengan menggunakan model Contextual Teaching and Learning (CTL) lebih baik daripada siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang diperoleh, terdapat beberapa hal yang dapat disarankan sebagai implikasi dari hasil penelitian, yaitu sebagai berikut:
1. Bagi Guru
a. Dalam menyampaikan materi pembelajaran IPA khususnya tentang sifat-sifat cahaya sebaiknya guru menggunakan model Contextual Teaching and Learning (CTL) sebagai alternatif model pembelajaran yang inovatif dan menunjang dalam mengembangkan keterampilan proses sains siswa. b. Guru hendaknya menggunakan tes yang menilai keterampilan proses sains
sehingga guru dapat mengukur kemampuan keterampilan proses sains yang dimiliki siswa mengingat keterampilan proses sains sangat penting dan harus dimiliki siswa sebagai bekal untuk mengarungi kehidupan di masa mendatang.
c. Sebagai fasilitator guru hendaknya merancang suatu pembelajaran yang lebih hidup dan menyenangkan serta menitikberatkan pada keaktifan siswa untuk menemukan sendiri konsep-konsep yang dibahas sehingga pembelajaran akan lebih bermakna.
2. Bagi Sekolah
a. Diharapkan bagi pihak sekolah dapat menambah fasilitas sarana dan prasarana sekolah yang lebih menunjang untuk menciptakan pembelajaran yang lebih berkualitas, menyenangkan, dan bermakna.
b. Pembinaan dan pelatihan mengenai berbagai model, dan metode yang dapat diterapkan di kelas secara intensif terhadap para guru perlu diadakan oleh pihak sekolah, untuk meningkatan profesionalisme dalam mengajar sehingga memunculkan inovasi yang kreatif dalam pembelajaran di kelas.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan atau alat pembanding pengembangan penelitian lebih lanjut dalam pembelajaran sifat-sifat cahaya menggunakan model Contextual Teaching and Learning (CTL) khususnya dalam mengembangkan alat dan bahan lain sebagai variasi percobaan yang tentu saja dapat lebih menarik perhatian siswa.
93