• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SEKOLAH DASAR KELAS V PADA MATERI SIFAT-SIFAT CAHAYA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SEKOLAH DASAR KELAS V PADA MATERI SIFAT-SIFAT CAHAYA."

Copied!
42
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh

ROSA ROHMATUSSOLIHAT 0903165

PROGRAM S-1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

PENGARUH MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS

SISWA SEKOLAH DASAR KELAS V PADA MATERI SIFAT-SIFAT CAHAYA

Oleh

Rosa Rohmatussolihat

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

© Rosa Rohmatussolihat 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Juni 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)

i

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR JUDUL ... i

PERSEMBAHAN ... ii

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ... iii

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI ... iv

LEMBAR PERNYATAAN ... v

ABSTRAK ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

UCAPAN TERIMA KASIH ... viii

DAFTAR ISI ... xi

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan dan Batasan Masalah ... 4

1. Rumusan masalah ... 4

C. Pembelajaran Konvensional ... 12

D. Model Contextual Teaching and Learning (CTL) ... 13

1. Pengertian Contextual Teaching and Learning (CTL) ... 13

2. Tahap-tahap pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) ... 14

3. Unsur-unsur pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) ... 15

(4)

ii

5. Perbedaan pembelajaran Contextual Teaching and

Learning (CTL) dengan pembelajaran tradisional ... 19

6. Peran guru dan siswa dalam pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) ... 20

7. Keunggulan dan kelemahan model Contextual Teaching and Learning (CTL) ... 21

8. Teori belajar yang mendukung Contextual Teaching and Learning (CTL) ... 22

E. Keterampilan Proses Sains ... 25

1. Pengertian keterampilan proses sains ... 25

2. Pengelompokan keterampilan proses sains ... 26

3. Peranan guru dalam mengembangkan keterampilan proses sains ... 27

4. Penilaian keterampilan proses sains ... 29

F. Sifat-Sifat Cahaya ... 31

G. Hasil Penelitian yang Relevan... 34

H. Hipotesis Penelitian ... 35

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 36

A. Metode dan Desain Penelitian ... 36

B. Subjek Penelitian ... 37

1. Populasi ... 37

2. Sampel ... 38

C. Variabel Penelitian ... 38

D. Prosedur Penelitian ... 39

1. Tahap persiapan penelitian ... 39

2. Tahap pelaksanaan penelitian ... 40

3. Tahap evaluasi/ analisis hasil penelitian ... 40

E. Instrumen Penelitian ... 42

F. Teknik Analisis Instrumen Penelitian ... 42

1. Validitas ... 42

2. Reliabilitas ... 44

3. Daya pembeda ... 45

4. Tingkat kesukaran ... 46

G. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ... 48

1. Pensekoran ... 48

2. Uji normalitas ... 48

3. Uji homogenitas... 49

4. Uji perbedaan rata-rata ... 51

5. Menghitung N-Gain... 52

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 54

A. Hasil Penelitian ... 54

1. Hasil pretes ... 54

(5)

3. N-Gain ... 68

B. Pengujian Hipotesis ... 75

1. Uji hipotesis rumusan masalah 1 ... 75

2. Uji hipotesis rumusan masalah 2 ... 76

3. Uji hipotesis rumusan masalah 3 ... 78

C. Pembahasan ... 81

1. Pengaruh pembelajaran konvensional terhadap kemampuan keterampilan proses sains siswa... 81

2. Pengaruh model Contextual Teaching and Learning (CTL) terhadap kemampuan keterampilan proses sains siswa ... 84

3. Peningkatan keterampilan proses sains yang lebih baik antara siswa yang mengikuti pembelajaran IPA dengan model Contextual Teaching and Learning (CTL) dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional ... 88

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 90

A. Kesimpulan ... 90

B. Saran ... 91

DAFTAR PUSTAKA ... 93

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 96

(6)

iv

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel

2.1. Perbedaan Pembelajaran Kontekstual dengan Pembelajaran

Tradisional ... 19

2.2. Keterampilan Proses-SD dan Indikatornya ... 27

3.1. Data Keadaan Rombongan Belajar dan Jumlah Murid SD Kelas V pada Gugus 2 UPTD SD Kecamatan Situraja ... 36

3.2. Klasifikasi Koefisien Korelasi Validitas ... 43

3.3. Validitas Tiap Butir Soal ... 44

3.4. Klasifikasi Koefisien Korelasi Reliabilitas ... 45

3.5. Klasifikasi Daya Pembeda... 46

3.6. Daya Pembeda Butir Soal ... 46

3.7 Klasifikasi Indeks Kesukaran ... 47

3.8. Analisis Tingkat Kesukaran ... 47

3.9. Rekapitulasi Analisis Butir Soal ... 48

3.10. Kriteria Indeks Gain ... 53

4.1. Hasil Pretes Kelas Kontrol ... 55

4.2. Hasil Pretes Kelas Eksperimen ... 55

4.3. Uji Kolmogorov-Smirnov Pretes ... 59

4.4. Uji Homogenitas Levene’s Test Pretes ... 60

4.5. Independent Samples T-Tes Pretes ... 61

4.6. Hasil Postes Kelas Kontrol ... 62

4.7. Hasil Postes Kelas Eksperimen ... 62

(7)

4.9. Uji Homogenitas Levene’s Test Postes ... 67

4.10. Independent Samples T-Tes Postes ... 68

4.11. Nilai N-Gain Kelas Kontrol ... 69

4.12. Nilai N-Gain Kelas Eksperimen ... 69

4.13. Uji Kolmogorov-Smirnov N-Gain ... 73

4.14. Uji Homogenitas Levene’s Test N-Gain ... 74

4.15. Independent Samples T-Tes N-Gain ... 75

4.16. Hasil Uji T Nilai Pretes dan Postes Kelas Kontrol ... 76

(8)

vi

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar

2.1. Pemantulan Teratur ... 32

2.2. Pemantulan Baur (Difus) ... 33

2.3. Jalannya sinar dari medium rapat ke kurang rapat... 33

2.4. Jalannya sinar dari medium kurang rapat ke rapat... 33

3.1. Desain Penelitian (rancangan pra-tes pos-tes pada kelompok kontrol (pre-test post-test control group design) ... 37

3.2. Prosedur Penelitian ... 41

4.1. Uji Normalitas Q-Q Plot Pretes Kelas Kontrol... 57

4.2. Uji Normalitas Q-Q Plot Pretes Kelas Eksperimen ... 58

4.3. Uji Normalitas Q-Q Plot Postes Kelas Kontrol ... 64

4.4. Uji Normalitas Q-Q Plot Postes Kelas Eksperimen ... 65

4.5. Uji Normalitas Q-Q Plot N-Gain Kelas Kontrol ... 71

4.6. Uji Normalitas Q-Q Plot N-Gain Kelas Eksperimen ... 72

(9)

DAFTAR DIAGRAM

Halaman Diagram

4.1. Pretes Kemampuan Keterampilan Proses Sains Kelas Kontrol ... 56

4.2. Pretes Kemampuan Keterampilan Proses Sains Kelas Eksperimen ... 56

4.3. Postes Kemampuan Keterampilan Proses Sains Kelas Kontrol ... 63

4.4. Postes Kemampuan Keterampilan Proses Sains Kelas Eksperimen ... 63

4.5. Nilai N-Gain Kelas Kontrol ... 69

4.6. Nilai N-Gain Kelas Eksperimen ... 69

4.7. Interpretasi N-Gain Kelas Kontrol ... 79

(10)

viii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran A : PERSIAPAN MENGAJAR

1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas

Kontrol ... 96

2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Eksperimen ... 102

3. Lembar Kerja Siswa ... 111

Lampiran B : TES 1. Kisi-Kisi Tes Kemampuan Keterampilan Proses Sains ... 125

2. Tes Kemampuan Keterampilan Proses Sains ... 126

Lampiran C : HASIL UJI COBA INSTRUMEN 1. Validitas Instrumen ... 133

2. Validitas Butir Soal ... 134

3. Reliabilitas ... 136

4. Tingkat Kesukaran ... 138

5. Daftar Nilai Dalam Urutan Runtut ... 140

6. Daya Pembeda ... 141

7. Rekapitulasi Analisis Butir Soal ... 143

Lampiran D : DATA HASIL PENELITIAN 1. Data Hasil Pretes Kelas Kontrol ... 144

2. Data Hasil Pretes Kelas Esperimen ... 146

3. Data Hasil Postes Kelas Kontrol ... 148

4. Data Hasil Postes Kelas Eksperimen ... 150

5. Nilai N-Gain Kelas Kontrol ... 152

6. Nilai N-Gain Kelas Eksperimen ... 153

7. Hasil Uji Normalitas, Homogenitas, dan Perbedaan Dua Rata-rata Pretes ... 154

8. Hasil Uji Normalitas, Homogenitas, dan Perbedaan Dua Rata-rata Postes ... 156

9. Hasil Uji Normalitas, Homogenitas, dan Perbedaan Dua Rata-rata N-Gain ... 158

10.Hipotesis 1 ... 160

11.Hipotesis 2 ... 161

12.Hipotesis 3 ... 162

(11)

2. Surat Izin Penelitian ke SDN Babakan Bandung ... 164

3. Surat Izin Penelitian ke SDN Sukatali ... 165

4. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian di SDN Babakan Bandung ... 166

5. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian di SDN Sukatali ... 167

Lampiran F : DAFTAR MENTORING BIMBINGAN 1. Pembimbing I ... 168

2. Pembimbing II ... 169

Lampiran G : BUKTI FISIK 1. Hasil Pretes Kelas Kontrol ... 170

2. Hasil Pretes Kelas Eksperimen ... 175

3. Hasil Postes Kelas Kontrol ... 180

4. Hasil Postes Kelas Eksperimen ... 185

5. Hasil Pengerjaan LKS ... 190

(12)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Berdasarkan UU No. 20 Tahun 2006 tentang standar isi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), salah satu mata pelajaran yang harus

diajarkan di Sekolah Dasar (SD) adalah Ilmu Pengetahuan Alam. IPA merupakan terjemahan dari kata sains yang berasal dari kata Natural Science. Natural artinya alamiah dan berhubungan dengan alam, sedangkan science artinya ilmu pengetahuan. Jadi, sains secara harfiah dapat disebut sebagai ilmu pengetahuan tentang alam atau yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam. Sains atau ilmu pengetahuan alam membahas tentang alam semesta yang dikumpulkan manusia melalui observasi dan eksperimen yang sistematis dan berlaku secara universal untuk kemudian diolah demi memenuhi kebutuhan. Hal ini sejalan dengan pendapat Powler (Samatowa, 2006: 2) bahwa „IPA merupakan ilmu yang berhubungan dengan gejala-gejala alam dan kebendaan yang sistematis yang tersusun secara teratur, berlaku umum yang berupa kumpulan dari hasil observasi dan eksperimen‟.

Sebagaimana yang diungkapkan oleh Samatowa (2006: 3) bahwa “IPA melatih anak berpikir kritis dan objektif”, maka pembelajaran IPA harus dirancang dan dilaksanakan sedemikian rupa sehingga siswa dapat menerima pengetahuan dengan proses sains yang termasuk didalamnya cara kerja sains atau keterampilan proses sains serta tidak mengabaikan penanaman sikap kepada siswa agar mempunyai sikap ilmiah dan menggunakan pengetahuan IPA yang didapat dengan bijaksana. Hal ini menunjukkan bahwa idealnya pembelajaran IPA di SD harus mengadakan kegiatan yang dapat memicu siswa untuk berperan aktif,

(13)

yaitu: “Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan” (BSNP, 2006: 37).

Keterampilan proses sains adalah keterampilan intelektual yang dimiliki dan digunakan untuk memperoleh ilmu dan pengembangannya dengan mengkaji fenomena alam. Hal ini sejalan dengan pendapat Bundu (2006: 12) yang menyatakan bahwa “Keterampilan proses sains adalah sejumlah keterampilan untuk mengkaji fenomena alam dengan cara-cara tertentu untuk memperoleh ilmu dan pengembangan ilmu itu selanjutnya”. Adapun keterampilan proses sains yang dikembangkan untuk siswa pada tingkat sekolah dasar menurut Samatowa (2006: 138) terdiri dari delapan aspek, yaitu: “Keterampilan mengamati, menafsirkan, meramalkan, menggunakan alat dan bahan, mengelompokkan, menerapkan konsep, mengkomunikasikan, dan mengajukan pertanyaan”. Pengembangan kedelapan aspek ini dapat dilakukan dengan merancang kegiatan percobaan sederhana yang dapat memberi kesempatan siswa untuk melatih dan menunjukkan keterampilan proses sains yang dimilikinya.

Banyak guru telah mengetahui keterampilan proses sains namun masih banyak yang mengalami kekeliruan pada praktiknya terutama pada tes hasil belajar. Tes hasil belajar yang dilakukan masih sangat jarang yang menggunakan tes yang menilai keterampilan proses sains sehingga guru belum dapat menilai kemampuan keterampilan proses sains yang dimiliki siswa. Hal senada dikemukakan Bundu (2006: 3) bahwa “Dari segi proses pendidikan, penilaian keterampilan proses (proses sains) dan sikap ilmiah (sikap sains) masih sangat kurang dilaksanakan bahkan mungkin belum sama sekali”. Berdasarkan studi pendahuluan di salah satu SD negeri di kota Cimahi yang dilakukan oleh Nuvi Nurmala dalam penelitian yang berjudul analisis kemampuan keterampilan proses sains siswa kelas V sekolah dasar melalui model pembelajaran inkuiri terbimbing

(14)

3

siswa untuk mengarungi kehidupan di masa yang akan datang sesuai dengan pendapat Bundu (2006: 4) bahwa:

Proses sains sangat penting karena mempelajari kegiatan yang harus dimiliki dalam memecahkan masalah yang dihadapi sehari-hari serta membekali siswa dengan keterampilan dalam berbagai aspek kehidupan dimasa yang akan datang.

Oleh karena itu, pengembangan keterampilan proses sains perlu ditingkatkan. Untuk mengembangkan keterampilan proses sains siswa dalam proses pembelajaran diperlukan suatu model pembelajaran inovatif yang dapat menunjangnya. Salah satunya adalah model Contextual Teaching and Learning (CTL). Sanjaya (Maulana. et al, 2010: 21) menjelaskan bahwa:

Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah suatu strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka.

Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah pembelajaran yang lebih menekankan pada pentingnya lingkungan alamiah yang diciptakan dalam setiap kegiatan pembelajaran, agar kelas lebih hidup dan bermakna. Pengetahuan itu sendiri akan bermakna apabila ditemukan dan dibangun sendiri oleh siswa. Hal ini sejalan dengan pendapat Rusman (2011: 190) bahwa:

Pembelajaran kontekstual adalah suatu model pembelajaran yang memberikan fasilitas kegiatan belajar siswa untuk mencari, mengolah, dan menemukan pengalaman belajar yang bersifat konkret melalui keterlibatan aktivitas siswa dalam mencoba, melakukan, dan mengalami sendiri.

Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) dapat diterapkan salah satunya dalam pembelajaran sifat-sifat cahaya. Pembelajaran dengan model ini akan menghubungkan pengetahuan awal siswa tentang cahaya dengan materi pelajaran sifat-sifat cahaya, seperti benda dapat terlihat apabila ada cahaya yang mengenainya. Cahaya yang mengenai benda akan dipantulkan ke mata sehingga

(15)

Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan suatu penelitian dengan judul “Pengaruh Model Contextual Teaching and Learning (CTL) terhadap Keterampilan Proses Sains Siswa Sekolah Dasar Kelas V Pada Materi Sifat-Sifat Cahaya”.

B. Rumusan dan Batasan Masalah 1. Rumusan masalah

Untuk memperjelas arah dan sasaran penelitian ini, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:

Bagaimana pengaruh model Contextual Teaching and Learning (CTL) terhadap keterampilan proses sains siswa sekolah dasar kelas V pada materi sifat-sifat cahaya?”

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, dikembangkan pertanyaan-pertanyaan penelitian berikut:

a. Apakah pembelajaran konvensional dapat meningkatkan keterampilan proses sains siswa SD kelas V secara signifikan pada materi sifat-sifat cahaya?

b. Apakah model Contextual Teaching and Learning (CTL) dapat meningkatkan keterampilan proses sains siswa SD kelas V secara signifikan pada materi sifat-sifat cahaya?

c. Apakah keterampilan proses sains siswa dengan menggunakan model Contextual Teaching and Learning (CTL) lebih baik daripada siswa yang

mengikuti pembelajaran konvensional?

2. Batasan masalah

Untuk menghindari terjadinya kekeliruan karena luasnya masalah yang diteliti, perlu diadakan pembatasan masalah sehingga terhindar dari penyimpangan tujuan sebagai berikut:

a. Penelitian ini difokuskan pada penerapan model Contextual Teaching and Learning (CTL) terhadap keterampilan proses sains siswa.

(16)

5

sampel penelitian adalah siswa kelas V SDN Sukatali dan SDN Babakan Bandung.

c. Materi yang diangkat dalam penelitian adalah sifat-sifat cahaya. Yakni penjelasan tentang masing-masing sifat cahaya (cahaya dapat merambat lurus, cahaya dapat menembus benda bening, cahaya dapat dipantulkan, cahaya dapat dibiaskan dan cahaya dapat diuraikan) dan peristiwa sehari-hari yang

berkaitan dengan sifat-sifat cahaya.

d. Keterampilan proses sains yang dikembangkan pada penelitian ini adalah lima keterampilan proses dasar, meliputi: keterampilan observasi (mengamati), aplikasi (menerapkan), prediksi (meramalkan), interpretasi (menafsirkan), dan komunikasi.

C. Tujuan Penelitian

Bertolak dari latar belakang dan rumusan masalah di atas, secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model Contextual Teaching and Learning (CTL) terhadap keterampilan proses sains siswa sekolah dasar kelas

V pada materi sifat-sifat cahaya. Secara khusus penelitian ini bertujuan:

1. Untuk mengetahui adanya pengaruh pembelajaran konvensional dalam upaya meningkatkan keterampilan proses sains siswa SD kelas V secara signifikan pada materi sifat-sifat cahaya.

2. Untuk mengetahui adanya pengaruh model Contextual Teaching and Learning (CTL) dalam upaya meningkatkan keterampilan proses sains siswa SD kelas V secara signifikan pada materi sifat-sifat cahaya.

3. Untuk mengetahui adanya peningkatan keterampilan proses sains yang lebih baik antara siswa yang mengikuti pembelajaran IPA dengan model Contextual Teaching and Learning (CTL) dengan siswa yang mengikuti pembelajaran

konvensional.

D. Manfaat Penelitian

(17)

1. Siswa

a. Mengaktifkan siswa dalam proses belajar mengajar.

b. Meningkatkan minat dan motivasi siswa dalam belajar ilmu pengetahuan alam.

c. Memperoleh hasil pembelajaran yang lebih bermakna bagi hidupnya. 2. Guru

a. Bahan referensi bagi guru yang akan melaksanakan pembelajaran sifat-sifat cahaya.

b. Memberikan wawasan baru dalam upaya meningkatkan kreativitas dan kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran yang mampu melibatkan siswa sehingga dapat lebih bermakna.

3. Sekolah

a. Meningkatkan kualitas dan fungsi sekolah dasar dari mutu pembelajaran. b. Membantu tercapainya tujuan pembelajaran IPA khususnya materi

sifat-sifat cahaya.

4. Peneliti

a. Memberikan wawasan baru dalam kegiatan penelitian sehingga diharapkan adanya pengembangan kemampuan peneliti.

b. Meningkatkan pengalaman dan pemahaman peneliti, ketika di sekolah dasar sehingga diharapkan dapat memperbaiki dan meningkatkan kualitas praktek dalam pembelajaran.

E. Batasan Istilah

Untuk menghindari multi penafsiran terhadap pokok permasalahan yang

diteliti, berikut ini akan dijelaskan beberapa istilah yang perlu diketahui: 1. Model Contextual Teaching and learning (CTL)

Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah suatu strategi

(18)

7

siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka. (Sanjaya dalam Maulana. et al, 2010: 21).

Adapun tahap-tahap pembelajaran CTL menurut Saud dan Suherman (Maulana. et al., 2010: 25) meliputi empat tahapan, yaitu: invitasi, eksplorasi, penjelasan dan solusi, serta pengambilan tindakan.

2. Keterampilan proses sains

Keterampilan proses sains adalah sejumlah kajian untuk mengkaji fenomena alam dengan cara-cara tertentu untuk memperoleh ilmu dan pengembangan ilmu itu selanjutnya. (Bundu, 2006: 12).

3. Sifat-sifat cahaya

Cahaya memiliki sifat-sifat tertentu, yaitu: a. Cahaya dapat merambat lurus

b. Cahaya dapat menembus benda bening c. Cahaya dapat dipantulkan

(19)

36 A. Metode dan Desain Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah true eksperimental atau metode penelitian murni sebab dalam penelitian ini dilakukan pengujian

variabel bebas dan variabel terikat terhadap sampel kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Penelitian ini bertujuan untuk melihat adanya suatu pengaruh terhadap keterampilan proses sains siswa dengan cara membandingkan hasil kelompok eksperimen yang diberikan perlakuan dengan kelompok kontrol yang tidak diberi perlakuan. Adapun desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain pra-tes pos-tes pada kelompok kontrol (pre-test post-test control group design) oleh Cresswell (2009: 243).

Desain penelitian yang gunakan pada penelitian ini digambarkan seperti berikut:

Kelompok A R O X O

Kelompok B R O O

Gambar 3.1.

Desain Penelitian (rancangan pra-tes pos-tes pada kelompok kontrol (pre-test post-test control group design)

Keterangan:

Kelompok A : Kelompok eksperimen Kelompok B : Kelompok kontrol

R : Penempatan acak (random assignment)

O : Proses observasi atau pengukuran dengan instrumen penelitian (pretes atau postes berupa tes kemampuan keterampilan proses sains siswa)

(20)

37

Pada bentuk desain penelitian di atas terlihat adanya penempatan secara acak (R) baik untuk kelompok eksperimen maupun untuk kelompok kontrol. Kemudian adanya pretes (O) untuk kedua kelompok. Selanjutnya kelompok eksperimen diberikan perlakuan (X), yakni pembelajaran IPA pada materi sifat-sifat cahaya dengan menggunakan model Contextual Teaching and Learning (CTL), sedangkan pada kelompok kontrol tidak diberikan perlakuan atau

pembelajaran yang dilakukan adalah pembelajaran konvensional. Terakhir, pada kedua kelompok diberikan postes (O) untuk melihat pengaruh perlakuan pembelajaran yang berbeda terhadap kemampuan proses sains siswa SD kelas V pada materi sifat-sifat cahaya.

B. Subjek Penelitian 1. Populasi

Pengertian populasi menurut Sugiyono (Hatimah, Susilana, dan Aedi, 2010: 173) adalah „Wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/ subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya‟. Berdasarkan pengertian tersebut, populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V di gugus 2 Kecamatan Situraja. Adapun rincian data populasi yang diperoleh peneliti dari kecamatan Situraja adalah sebagai berikut:

Tabel 3.1.

Data Keadaan Rombongan Belajar dan Jumlah Murid SD Kelas V pada Gugus 2 UPTD SD Kecamatan Situraja

(21)

2. Sampel

Pengertian sampel menurut Sugiyono (Hatimah, Susilana, dan Aedi, 2010: 173) adalah „Bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut‟. Sampel selanjutnya akan diolah sehingga menghasilkan sebuah kesimpulan tertentu.

Untuk efisiensi waktu dan biaya serta mengingat populasi yang diambil

berukuran tidak terlalu besar dan relatif homogen, maka pada penelitian ini digunakan teknik sampling, yaitu simple random sampling (sampel sederhana). Hal ini sejalan dengan pendapat Sukmadinata (2010: 251), „Meskipun hanya meneliti sampel, tetapi kesimpulannya dapat berlaku bagi populasi karena baik dari jumlah maupun karakteristiknya sampel tersebut dapat mewakili populasi‟. Dalam penelitian ini, sampel yang diambil sebanyak 2 kelas V di 2 SD dari 8 SD populasi. Sampel akan dipilih secara acak dengan cara undian. Satu kelas dijadikan kelas kontrol dimana akan dilaksanakan pembelajaran konvensional, dan satu kelas lagi dijadikan kelas eksperimen yang dalam pelaksanaan pembelajarannya akan menggunakan model Contextual Teaching and Learning (CTL) dalam meningkatkan keterampilan proses sains siswa. Setelah dilakukan pemilihan secara acak dari 8 SD yang berada di gugus 2 Kecamatan Situraja, terpilihlah dua SD, yakni SDN Babakan Bandung dan SDN Sukatali sebagai tempat penelitian.

Mengenai jumlah subjek di setiap kelompoknya, Gay (Maulana, 2009: 28) menyatakan bahwa „Ukuran sampel untuk penelitian eksperimen yakni minimum 30 subjek per kelompok‟. Jadi sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SDN Sukatali sebagai kelas eksperimen (30 orang) dan siswa kelas V SDN Babakan Bandung sebagai kelas kontrol (30 orang), sampel tersebut mewakili kelompok SD yang relatif sedang berdasarkan hasil ujian nasional tahun 2012.

C. Variabel Penelitian

(22)

39

Segala sesuatu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari, baik berupa atribut, sifat atau nilai dari subjek/ objek/ kegiatan yang mempunyai variasi tertentu, sehingga darinya diperoleh informasi untuk mengambil kesimpulan penelitian.

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model Contextual Teaching and Learning (CTL), sementara variabel terikatnya adalah keterampilan proses

sains siswa.

D. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian merupakan langkah-langkah yang dilakukan oleh peneliti dalam penelitian. Secara umum penelitian ini terbagi dalam tiga kegiatan yang harus dilakukan, yaitu persiapan penelitian, pelaksanaan penelitian dan evaluasi/ analisis hasil penelitian. Penjelasan dari ketiga kegiatan tersebut adalah sebagai berikut:

1. Tahap persiapan penelitian

Pada tahap persiapan, kegiatan yang dilakukan peneliti adalah sebagai berikut:

a. Studi pendahuluan yang dilakukan untuk merumuskan masalah dan alternatif pemecahannya. Untuk menentukan masalah yang akan dikaji penulis melakukan studi pendahuluan melalui kegiatan observasi, yaitu mengamati

kegiatan pembelajaran IPA di dalam kelas. Setelah itu peneliti melakukan pemilihan sampel penelitian.

b. Studi literatur yang dilakukan untuk memperoleh teori yang akurat mengenai permasalahan yang akan dikaji, yaitu yang berkaitan dengan model Contextual Teaching and Learning (CTL), keterampilan proses sains, dan materi sifat-sifat

cahaya.

c. Studi kurikulum yang dilakukan untuk menentukan pokok bahasan yang akan dijadikan bahan penelitian guna memperoleh data mengenai indikator, tujuan pembelajaran, dan alokasi waktu yang diperlukan.

d. Menyusun perangkat pembelajaran berupa RPP, LKS, dan menyiapkan alat dan bahan pembelajaran.

(23)

f. Menguji instrumen penelitian untuk mengetahui validitas, reliabilitas, daya pembeda, dan tingkat kesukaran instrumen.

g. Menganalisis hasil uji coba instrumen penelitian dan apabila terdapat kekurangan akan dilakukan perbaikan.

2. Tahap pelaksanaan penelitian

Pada tahap pelaksanaan, kegiatan yang dilakukan peneliti adalah sebagai berikut:

a. Memberikan tes awal (pretest) untuk mengukur kemampuan keterampilan proses sains siswa sebelum diberi perlakuan (treatment).

b. Melaksanakan pembelajaran IPA dengan materi sifat-sifat cahaya menggunakan model Contextual Teaching and Learning (CTL) untuk kelas eksperimen dan pembelajaran konvensional pada kelas kontrol.

c. Memberikan tes akhir (posttest) untuk mengukur peningkatan kemampuan keterampilan proses sains siswa setelah diberi perlakuan.

3. Tahap evaluasi/ analisis hasil penelitian

Pada tahap evaluasi, kegiatan yang dilakukan peneliti adalah sebagai berikut:

a. Mengolah dan menganalisis data hasil pretes dan postes dengan menggunakan bantuan microsoft excel dan software SPSS versi 16.0 for windows.

b. Melakukan pembahasan dan penarikan kesimpulan berdasarkan data yang diperoleh dari hasil pengolahan data.

c. Menginterpretasikan hasil dalam bentuk laporan penelitian.

(24)

41

Studi literatur: model Contextual Teaching

and Learning (CTL) keterampilan poses

sains, dan materi sifat-sifat cahaya

Penyusunan perangkat pembelajaran berupa RPP, LKS dan menyiapkan alat dalam bentuk laporan penelitian

(25)

E. Instrumen Penelitian

Mengenai pengertian instrumen penelitian Arikunto (2006: 160) mengemukakan bahwa “Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah diolah”. Dalam penelitian ini, instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah tes yang terdiri dari pretes dan postes. Tes awal (pretest) dilaksanakan sebelum proses belajar mengajar dilaksanakan. Tujuan

diadakannya tes awal adalah untuk mengetahui kemampuan keterampilan proses sains awal siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol dalam materi sifat-sifat cahaya. Sedangkan tes akhir (posttest) diberikan kepada masing-masing kelas setelah pembelajaran dilaksanakan. Adapun tipe soal yang digunakan berbentuk pilihan ganda beralasan dengan empat pilihan jawaban. Sebelum tes diberikan, terlebih dahulu telah dilakukan uji coba instrumen kepada siswa yang telah diberi materi sifat-sifat cahaya. Pengujicobaan instrumen yang telah dibuat, tentunya setelah melalui pertimbangan dari dosen ahli. Uji coba ini dilakukan untuk melihat validitas, reliabilitas, daya pembeda, dan tingkat kesukaran pada setiap butir soal untuk mengetahui soal tersebut sudah termasuk kriteria soal yang baik atau belum.

F. Teknik Analisis Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang baik adalah instrumen yang memperhatikan kualitas dari instrumen tersebut. Oleh karena itu, untuk mendapatkan kualitas soal yang baik, harus diperhatikan beberapa kriteria yang harus dipenuhi, diantaranya: validitas butir soal, reliabilitas tes, daya pembeda, dan tingkat kesukaran butir soal. Berikut penjelasan dari kriteria-kriteria tersebut:

1. Validitas

(26)

43

menguji validitas digunakan rumus korelasi product-moment raw score dari Pearson (Suherman dan Sukjaya, 1990: 154) dengan rumus sebagai berikut:

rxy = N XY−( X)( Y)

{N X2 −( X)2{N Y2 −( Y)2}

Keterangan:

rxy = koefisien korelasi antara X dan Y N = banyaknya peserta tes

X = nilai hasil uji coba Y = nilai rata-rata harian

Rumus di atas digunakan untuk menghitung validitas soal secara keseluruhan. Sementara itu, untuk mengetahui validitas masing-masing butir soal

masih menggunakan product moment raw score, tetapi variabel x untuk jumlah skor soal yang dimaksud dan variabel y untuk skor total soal tes hasil belajar.

Selanjutnya hasil koefisien korelasi yang diperoleh diinterpretasikan dengan menggunakan klasifikasi koefisien korelasi (koefisien validitas) menurut Guilford (Suherman dan Sukjaya, 1990: 147) sebagai berikut:

Tabel 3.2.

Klasifikasi Koefisien Korelasi Validitas

Berdasarkan hasil perhitungan uji coba, diperoleh koefisien korelasi keseluruhan soal adalah rxy = 0,64 yang berarti validitas instrumen tes kemampuan

keterampilan proses pada penelitian ini tinggi. Sementara itu, validitas instrumen tes masing-masing soal dapat dilihat dalam tabel 3.3. berikut:

Koefisien Korelasi Interpretasi 0,80 < ≤ 1,00 Validitas sangat tinggi 0,60 < ≤ 0,80 Validitas tinggi

0,40 < ≤ 0,60 Validitas sedang 0,20 < ≤ 0,40 Validitas rendah

(27)

Tabel 3.3. “Reliabilitas tes menunjukkan tingkat keajegan suatu tes, yaitu sejauh mana tes tersebut dapat dipercaya untuk menghasilkan skor yang ajeg/ konsisten”. Tes yang reliabel adalah tes yang menghasilkan skor secara ajeg, relatif tidak berubah walaupun diteskan pada situasi dan waktu yang berbeda-beda.

Untuk mengukur reliabilitas dapat dihitung dengan menggunakan rumus Cronbach Alpha (Suherman dan Sukjaya, 1990: 194) sebagai berikut:

11 =

11= koefisien korelasi reliabilitas � = banyaknya butir soal

2 = varians skor setiap butir soal 2 = varians skor total

(28)

45

Tabel 3.4.

Klasifikasi Koefisien Korelasi Reliabilitas

Koefisien Korelasi Interpretasi 0,80 < 11≤ 1,00 Reliabilitas sangat tinggi 0,60 < 11≤ 0,80 Reliabilitas tinggi

0,40 < 11≤ 0,60 Reliabilitas sedang 0,20 < 11≤ 0,40 Reliabilitas rendah

11≤ 0,20 Reliabilitas sangat rendah

Berdasarkan hasil perhitungan uji coba, diperoleh koefisien korelasi

sebesar 0,68 yang berarti reliabilitas instrumen tes keterampilan proses pada penelitian ini tinggi (perhitungan reliabilitas hasil uji coba terlampir).

3. Daya pembeda

Pengertian daya pembeda sebuah butir soal menurut Suherman (Khususwanto, 2008: 22), adalah “Kemampuan butir soal itu untuk membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah”. Untuk menghitung daya pembeda setiap butir soal digunakan rumus sebagai berikut:

DP = −

SMI

Keterangan:

DP = daya pembeda

� = rata-rata skor kelompok atas

� = rata-rata skor kelompok bawah

SMI = skor maksimun ideal

(29)

Tabel 3.5.

Klasifikasi Daya Pembeda

Daya Pembeda Interpretasi DP ≤ 0,00 Sangat Jelek

keterampilan proses sains yang dilakukan:

Tabel 3.6.

Daya Pembeda Butir Soal

No. Soal Daya Pembeda Interpretasi

1 0,33 Cukup

Pengertian tingkat kesukaran soal menurut Zainal (2009: 266), adalah “Pengukuran seberapa besar derajat kesukaran suatu soal. Jika suatu soal memiliki tingkat kesukaran seimbang (proporsional), maka dapat dikatakan bahwa soal tersebut baik”. Untuk menghitung tingkat atau indeks kesukaran setiap butir soal (IK) digunakan rumus sebagai berikut:

IK = SMI

Keterangan :

(30)

47

Indeks kesukaran yang diperoleh dari hasil penghitungan dengan menggunakan rumus di atas, selanjutnya diinterpretasikan dengan menggunakan kriteria klasifikasi (Suherman dan Sukjaya, 1990: 213) sebagai berikut:

Tabel 3.7.

Berikut ini merupakan data tingkat kesukaran hasil uji coba instrumen tes keterampilan proses sains yang dilakukan:

(31)

Tabel 3.9.

Rekapitulasi Analisis Butir Soal

No. Soal

Validitas Daya Pembeda Tingkat

Kesukaran

Keterangan Koefisien Interpretasi Nilai

DP Interpretasi

G. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Dalam menganalisis data yang diperoleh dari hasil pretes dan postes penskoran pada setiap butir soal.

2

2.. Uji normalitas

Uji normalitas yang dilakukan terhadap hasil tes awal dan tes akhir dari kelas eksperimen dan kelas kontrol untuk menguji apakah data sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak, dengan menggunakan software SPSS versi 16.0 for windows.

Rumusan hipotesis pengujian normalitas data, yaitu: H0 : Data sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

H1 : Data sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal.

(32)

49

0,05. Jika kedua data kelas normal, maka dilanjutkan dengan pengujian homogenitas.

Adapun langkah-langkah untuk melakukan uji normalitas adalah sebagai berikut:

a. Buka SPSS kemudian masuk ke variabel view, masukan pada kolom nama di baris kesatu dengan nama kelas kemudian enter.

b. Ganti decimals pada kolom keempat dengan angka nol.

c. Pada kolom values masukan pada value angka satu dan pada label tulis kelas kontrol kemudian add, masukan lagi pada value angka dua dan pada label tulis kelas eksperimen kemudian add.

d. Tulis pretes pada kolom nama baris kedua.

e. Klik data view, masukkan angka satu di kolom pertama sebanyak siswa kelas kontrol, kemudian lanjutkan dengan angka dua sebanyak kelas eksperimen.

f. Masukan hasil pretes kelas kontrol dan kelas eksperimen di kolom kedua. g. Klik analyze descriptive statistics explore kelompok yang diteliti

pindahkan ke factor list, pretes pindahkan ke dependent list. Lalu klik plots beri tanda check pada histogram dan normality test with plots continue ok.

h. Setelah melakukan langkah-langkah tersebut, kemudian lihat nilai sig. di Kolmogorov-Smirnov apabila > α, maka sampel tersebut berasal dari populasi yang berdistribusi normal, namun apabila α <, maka sampel tersebut berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal.

3

3.. Uji homogenitas

Ujihomogenitas dilakukan untuk menguji homogen atau tidaknya data sampel yang diambil dari populasi yang sama. Jika data tersebut homogen

(33)

Rumusan hipotesis pengujian homogenitas data, yaitu:

H0 : Data sampel berasal dari populasi yang mempunyai varians yang sama

atau homogen.

H1 : Data sampel berasal dari popolasi yang mempunyai varians yang tidak

sama atau tidak homogen.

Uji homogenitas dilakukan menggunakan uji Levene’s Test dengan menggunakan tingkat keberartian α (taraf signifikasi) sebesar 0,05 dengan kriteria pengambilan keputusan sebagai berikut:

Jika nilai signifikansi ≥ 0,05 maka H0 diterima.

Jika nilai signifikansi ≤ 0,05 maka H0 ditolak.

Adapun langkah-langkah untuk melakukan uji homogenitas melalui software SPSS versi 16.0 for windows adalah sebagai berikut:

a. Buka SPSS kemudian masuk ke variabel view, masukan pada kolom nama di baris kesatu dengan nama kelas kemudian enter.

b. Ganti decimals pada kolom keempat dengan angka nol.

c. Pada kolom values masukan pada value angka satu dan pada label tulis kelas kontrol kemudian add, masukan lagi pada value angka dua dan pada label tulis kelas eksperiman kemudian add.

d. Tulis pretes pada kolom nama baris kedua.

e. Klik data view, masukkan angka satu di kolom pertama sebanyak siswa kelas kontrol, kemudian lanjutkan dengan angka dua sebanyak kelas eksperimen.

f. Masukan hasil pretes kelas kontrol dan kelas eksperimen di kolom kedua. g. Klik analyze compare means independent-samples T-test pretes

pindahkan ke test variable, kelompok yang diteliti pindahkan ke grouping variable define group, use specified values, grup satu diisi dengan angka

satu dan grup dua diisi dengan angka dua continue ok.

(34)

51

4

4.. Uji perbedaan dua rata-rata

Uji perbedaan dua rata-rata dilakukan untuk menguji apakah ada perbedaan yang signifikan antara rata-rata kemampuan siswa kedua kelas. Jika telah terpenuhi normalitas dan homogenitas, maka langkah selanjutnya, yaitu uji beda rata-rata (uji t).

Rumusan hipotesis pengujian perbedaan rata-rata, yaitu:

H0 : Tidak terdapat perbedaan rata-rata kemampuan siswa kelas kontrol dan

kelas eksperimen.

H1 : Terdapat perbedaan rata-rata kemampuan siswa kelas kontrol dan kelas

eksperimen.

Taraf signifikansi pada uji independent sample t-test dengan menggunakan tingkat keberartian α (taraf signifikasi) sebesar 0,05 dengan kriteria pengambilan keputusan sebagai berikut:

Jika nilai signifikansi ≥ 0,05 maka H0 diterima.

Jika nilai signifikansi ≤ 0,05 maka H0 ditolak.

Jika data dari kedua kelas normal tetapi tidak homogen, maka dilakukan uji independent sample t-test tetapi untuk membaca hasil pengujiannya, yaitu pada kolom Equal Varians Not Asumed (diasumsikan varians tidak sama). Jika salah satu atau kedua data kelas kontrol dan kelas eksperimen tidak berdistribusi normal, maka langkah selanjutnya menggunakan uji non parametik Mann-Whitney (uji U). Adapun langkah-langkah untuk melakukan uji U adalah sebagai berikut:

a. Buka SPSS kemudian masuk ke variabel view, masukan pada kolom nama di baris kesatu dengan nama kelas kemudian enter.

b. Ganti decimals pada kolom keempat dengan angka nol.

c. Pada kolom values masukan pada value angka satu dan pada label tulis

kelas kontrol kemudian add, masukan lagi pada value angka dua dan pada label tulis kelas eksperimen kemudian add.

(35)

e. Klik data view, masukkan angka satu di kolom pertama sebanyak siswa kelas kontrol, kemudian lanjutkan dengan angka dua sebanyak kelas eksperimen.

f. Masukan hasil pretes kelas kontrol dan kelas eksperimen di kolom kedua. g. Klik analyze nonparametric test 2-independent-samples T-test

pretes pindahkan ke test variable, kelompok yang diteliti pindahkan ke

grouping variabel define group, use specified values, grup satu diisi

dengan angka satu dan grup dua diisi dengan angka dua lihat test type dan beri tanda √ pada tulisan Mann Whitney lalu ok.

h. Setelah melakukan langkah-langkah tersebut, kemudian lihat nilai sig (2-tailed) pada tabel test statistics apabila > α, maka kemampuan siswa sama (homogen), namun apabila α <, maka kemampuan siswa berbeda (tidak homogen).

5

5.. Menghitung N-Gain

Menghitung gain untuk melihat perbedaan kemampuan keterampilan proses sains siswa pada dua kelompok. Adapun perhitungan gain yang dinormalisasi (Ngain) digunakan rumus Meltzer (Fauzan, 2012: 25) sebagai

berikut:

Ngain = S pos−S pre S maks−S pre

Keterangan :

Ngain = gain normal S pos = skor postes S pre = skor pretes S maks = skor maksimal

Setelah diperoleh indeks gain kelas kontrol dan kelas eksperimen, dilakukan beberapa pengujian, yaitu:

a. Dilakukan uji normalitas untuk mengetahui apakah nilai indeks gain dari kedua kelas tersebut berdistribusi normal atau tidak.

(36)

53

c. Jika kedua kelas atau salah satu kelas tidak berdistribusi normal, digunakan uji Mann-Whitney.

d. Jika kedua kelas berdistribusi normal dan homogen maka dilanjutkan dengan uji perbedaan dua rata-rata menggunakan uji-t.

e. Jika kedua kelas berdistribusi normal tetapi tidak homogen, dilanjutkan dengan uji perbedaan dua rata-rata menggunakan uji-t.

Kemudian indeks gain tersebut diinterpretasikan dengan kriteria sebagai berikut:

Tabel 3.10. Kriteria Indeks Gain

Indeks Gain (g) Kriteria g > 0,7 Tinggi 0,3 < g ≤ 0,7 Sedang

g ≤ 0,3 Rendah

(37)

90 A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Pembelajaran konvensional memberikan pengaruh secara signifikan terhadap peningkatan keterampilan proses sains siswa SD kelas V pada materi sifat-sifat cahaya. Dari hasil perhitungan perbedaan rata-rata data pretes dan postes kelas kontrol dengan menggunakan uji t diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,000, karena pengujian satu arah maka 0,000 dibagi dua yang hasilnya 0. Hal ini α < 0,025 maka H0 ditolak atau H1 diterima. Jadi, dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran konvensional memberikan pengaruh secara signifikan terhadap peningkatan keterampilan proses sains siswa SD kelas V pada materi sifat-sifat cahaya. Hal ini juga terlihat dari rata-rata hasil postes siswa pada kelompok kontrol, yakni 65 dalam rentang 1-100 dengan rata-rata kemampuan awal siswa 50,67.

2. Model Contextual Teaching and Learning (CTL) memberikan pengaruh secara signifikan terhadap peningkatan keterampilan proses sains siswa SD kelas V pada materi sifat-sifat cahaya. Dari hasil perhitungan perbedaan rata-rata data pretes dan postes kelas eksperimen dengan menggunakan uji t diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,000, karena pengujian satu arah maka 0,000 dibagi dua yang hasilnya 0. Hal ini α < 0,025 maka H0 ditolak atau H2

diterima. Jadi, dapat disimpulkan bahwa model Contextual Teaching and Learning (CTL) memberikan pengaruh secara signifikan terhadap peningkatan

keterampilan proses sains siswa SD kelas V pada materi sifat-sifat cahaya. Hal

ini juga terlihat dari rata-rata hasil postes siswa pada kelompok eksperimen, yakni 74,5 dalam rentang 1-100 dengan rata-rata kemampuan awal siswa 50,33.

(38)

91

pembelajaran konvensional. Dari hasil perhitungan perbedaan rata-rata nilai N-gain dengan uji independent sample t-test diperoleh taraf signifikansi sebesar 0,000 sehingga α < 0,05 maka H0 ditolak atau H1 diterima, artinya

terdapat perbedaan peningkatan kemampuan keterampilan proses sains siswa antara pembelajaran konvensional dengan model Contextual Teaching and Learning (CTL). Untuk menentukan peningkatan keterampilan proses sains

yang lebih baik antara siswa yang mengikuti pembelajaran IPA dengan model Contextual Teaching and Learning (CTL) dengan siswa yang mengikuti

pembelajaran konvensional dilakukan dengan cara membandingkan nilai rata-rata N-gain setiap kelas. Nilai rata-rata-rata-rata N-gain kelas kontrol adalah 0,29, sedangkan nilai rata-rata N-gain kelas eksperimen adalah 0,49. Hal ini berarti nilai rata-rata N-gain kelas kontrol < kelas eksperimen, maka H0 ditolak atau

H3 diterima. Jadi, dapat disimpulkan bahwa keterampilan proses sains siswa

dengan menggunakan model Contextual Teaching and Learning (CTL) lebih baik daripada siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang diperoleh, terdapat beberapa hal yang dapat disarankan sebagai implikasi dari hasil penelitian, yaitu sebagai berikut:

1. Bagi Guru

a. Dalam menyampaikan materi pembelajaran IPA khususnya tentang sifat-sifat cahaya sebaiknya guru menggunakan model Contextual Teaching and Learning (CTL) sebagai alternatif model pembelajaran yang inovatif dan

menunjang dalam mengembangkan keterampilan proses sains siswa.

(39)

c. Sebagai fasilitator guru hendaknya merancang suatu pembelajaran yang lebih hidup dan menyenangkan serta menitikberatkan pada keaktifan siswa untuk menemukan sendiri konsep-konsep yang dibahas sehingga pembelajaran akan lebih bermakna.

2. Bagi Sekolah

a. Diharapkan bagi pihak sekolah dapat menambah fasilitas sarana dan

prasarana sekolah yang lebih menunjang untuk menciptakan pembelajaran yang lebih berkualitas, menyenangkan, dan bermakna.

b. Pembinaan dan pelatihan mengenai berbagai model, dan metode yang dapat diterapkan di kelas secara intensif terhadap para guru perlu diadakan oleh pihak sekolah, untuk meningkatan profesionalisme dalam mengajar sehingga memunculkan inovasi yang kreatif dalam pembelajaran di kelas.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

(40)

93

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Zainal. (2009). Evaluasi Pembelajaran: Prinsip, Teknik, Prosedur. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Bundu, Patta. (2006). Penilaian Keterampilan Proses Dan Sikap Ilmiah Dalam Pembelajaran Sains Sekolah Dasar. Jakarta: Depdiknas.

BSNP. (2006). Panduan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) SD/ MI . Jakarta: BP Dharma Bhakti.

Creswell, John W. (2010). Research Design: Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed. Yogyakarta: PUSTAKA PELAJAR.

Devi, Poppy K. (2010). Keterampilan Proses dalam Pembelajaran Siswa untuk Guru SD. Bandung: PPPPTK IPA.

Fauzan. (2012). Pengaruh Kombinasi Media Pembelajaran Berbasis Komputer dan Permainan Berbasis Alam dalam Meningkatkan Pemahaman Siswa

Sekolah Dasar Terhadap Materi Kesebangunan. Skripsi Program

Pendidikan Guru Sekolah Dasar UPI Sumedang: Tidak Diterbitkan.

Hatimah, I., Susilana, R. Dan Aedi, N. (2010). Penelitian Pendidikan. Bandung: UPI PRESS.

Kartika, Yulia. (2012). Penerapan Model Pembelajaran Konstekstual (CTL) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran IPA Topik Cahaya (Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa Kelas V Semester II SDN Situgunting I Tahun Pelajaran 2011- 2012). [Online]. Tersedia: http://repository.upi.edu/skripsiview.php?no_skripsi=12560 [13 Mei 2013].

Khususwanto. (2008). Pembelajaran Matematika Dengan Menggunakan Pendekatan Metakognitif untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa. Skripsi Jurusan Pendidikan Matematika UPI Bandung: Tidak Diterbitkan.

Komalasari, Kokom. (2010). PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL: Konsep dan Aplikasi. Bandung: Refika Aditama.

(41)

Maulana. (2009). Memahami Hakikat, Variabel, dan Instrumen Penelitian Pendidikan dengan benar: Panduan Sederhana bagi Mahasiswa dan Guru Calon Peneliti. Bandung: Learn2Live ‘n Live2Learn.

Maulana. et al. (2010). Ragam Model Pembelajaran Di Sekolah Dasar. Sumedang: UPI Kampus Sumedang.

Nurmala, Nuvi. (2010). Analisis Kemampuan Keterampilan Proses Sains Siswa Kelas V Sekolah Dasar Melalui Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing

Pada Materi Sifat-sifat Cahaya. [Online]. Tersedia:

http://repository.upi.edu/skripsiview.php?no_skripsi=11305[13 Mei 2013].

Rositawaty, S dan Muharam, A. (2008). Senang belajar ilmu pengetahuan alam 5: untuk Kelas V Sekolah Dasar/ Madrasah Ibtidaiyah. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.

Rusman. (2011). Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: Rajawali Pers.

Rustaman, N. et al. (2010). Materi dan Pembelajaran IPA SD. Jakarta: Universitas Terbuka.

Samatowa, Usman. (2006). Bagaimana Membelajarkan IPA di Sekolah Dasar. Jakarta: Depdiknas.

Suherman, E., dan Sukjaya, Y. (1990). Petunjuk Praktis untuk Melaksanakan Evaluasi Pendidikan Matematika. Bandung: Wijayakusumah.

Sukmadinata, Nana Syaodih. (2010). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Sulistyanto, H, dan Wiyono, E. (2008) Ilmu Pengetahuan Alam: Untuk SD/ MI Kelas 5. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.

Sundayani, Sani. (2011). Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa

Melalui Pendekatan Keterampilan Proses

dalam Pembelajaran IPA Topik Cahaya (Penelitian Tindakan Kelas

terhadap Siswa Kelas V SD Negeri Keresek VI

Kec. Cibatu Kab. Garut Tahun Pelajaran 2010-2011). [Online]. Tersedia: http://repository.upi.edu/skripsiview.php?no_skripsi=4988 [13 Mei 2013].

(42)

95

Trianto. (2009). MENDESAIN MODEL PEMBELAJARAN INOVATIF-PROGRESIF: Konsep, Landasan dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana.

Universitas Pendidikan Indonesia. (2012). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: UPI PRESS.

Gambar

Tabel 2.1.
Gambar
Gambar 3.1. Desain Penelitian (rancangan pra-tes pos-tes pada kelompok kontrol
Tabel 3.1. Data Keadaan Rombongan Belajar dan Jumlah Murid SD Kelas V
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sebagai alternatif, digunakan fuzzy use case points yang merupakan modifikasi dari use case points yaitu dengan menambahkan atau memodifikasi nilai pengali dari

Untuk membuka ( decrypt ) data tersebut digunakan juga sebuah kunci yang dapat sama dengan kunci untuk mengenkripsi (untuk kasus private key.. cryptography ) atau dengan kunci

Untuk meraih gelar sarjana S1, Dianing menulis skripsi dengan judul Gaya Hidup Posmodern Tokoh- Tokoh Dalam Novel Mata Matahari Karya Ana Maryam Sebuah Tinjauan

atau muatan listrik yang terjadi di antara kutub positif dan kutub negatif sumber listrik “, misalnya : Accumulator atau AKI. “ Arus listrik adalah besarnya muatan listrik

[r]

yang berjudul “ Pengembangan Modul Fisika Berbasis Problem Based Learning (PBL) dan Analogi untuk Meningkatkan Kemampuan Literasi Sains Pada Materi Hukum Gravitasi

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Upaya meningkatkan Kemampuan Operasi Hitung Penjumlahan Melalui Metode Drill di Kelas II SDN Sukabumi Selatan

Struktur modal adalah perbandingan hutang dan modal sendiri dalam struktur finansial perusahaan. Salah satu fundamental yang mempengaruhi aktivitas suatu perusahaan