• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

D. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Validitas internal (Uji Kecocokan penggunaan Item sebagai komponen Instrumen-Pengukur). Arikunto (1998: 24): Pengujian validitas internal dapat dilakukan dengan 2 cara:

a. Melakukan Analisis Faktor

Analisis Faktor dapat dilakukan dengan cara mengkorelasikan skor faktor- khusus/variabel masing-masing dengan dengan skor totalnya, kemudian mengkorelasikan diantara faktor-faktor yang membentuk instrumen penelitian.

b. Melakukan Analisis Butir

Untuk menguji validitas setiap butir/item maka skor-skor yang ada pada butir masing-masing dikorelasikan dengan skor totalnya

Arikunto (1998: 25) Untuk mengkaji validitas alat ukur secara konvensional orang melihatnya dari tiga arah: (a) dari arah isi yang diukur, (b) dari arah rekaan teoritis (construct) atribut yang diukur, dan (c) dari arah kriteria alat ukur.

Pada validitas soal (item/faktor) adalah derajat kesesuaian antara suatu soal dengan perangkat soal lainnya. Ukuran validitas soal adalah korelasi antara skor pada soal itu dengan skor pada perangkat-soal (item total correlation). Informasi yang dimilikinya hanyalah bahwa kumpulan atau perangkat soal itu bersama-sama mengukur sesuatu.

Kikin Martiani, 2012

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Struktural Think Pair Share Dan Numbered

Heads Together Terhadap Self Efficacy Peserta Didik: Studi Kuasi Eksperimen pada Mata

Pelajaran Ekonomi Kelas X di SMA Negeri 5 Cimahi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Realibilitas adalah kestabilan skor yang diperoleh ketika diuji ulang dengan tes yang sama pada situasi yang berbeda atau satu pengukuran ke pengukuran lain. Suatu tes dapat dikatakan memiliki taraf reliabilitas yang tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap yang dihitung dengan koefisien realibilitas.

Arikunto (1998: 56) Ungkapan yang menyatakan bahwa instrumen itu harus reliabel sebenarnya mengandung arti bahwa instrumen itu cukup baik untuk mengungkap data yang bisa dipercaya. Yang diusahakan dapat dipercaya adalah

datanya bukan semata-mata instrumennya. Karena instrumen akan digunakan

sebagai alat pengumpul data harus memiliki karakteristik:

a. Instrumen harus memiliki validitas yang baik

b. Tidak akan bersifat tendensius mengarahkan responden untuk memilih

jawaban-jawaban tertentu.

c. Apabila datanya memang benar sesuai dengan kenyataannya,

keterandalannya akan bersifat ajeg/menetap.

Arikunto (1998: 11) Pada penerapan pengukuran satu kali, harus menghasilkan informasi mengenai keajegan (konsistensi) internal instrumen. (alat pengumpul data), banyak sekali alternatif pilihan teknik estimasi reliabilitas yang bisa dipergunakan. Namun ada upaya-upaya untuk meletakan berbagai rumus estimasi reliabilitas itu ke dalam sebuah rumus umum, yaitu koefisien alpha crontbach yang rumusnya sebagai berikut:

n ∑ V i

n - 1 V t

α

= x 1 -

Kikin Martiani, 2012

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Struktural Think Pair Share Dan Numbered

Heads Together Terhadap Self Efficacy Peserta Didik: Studi Kuasi Eksperimen pada Mata

Pelajaran Ekonomi Kelas X di SMA Negeri 5 Cimahi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

α; Koefisien Reliabilitas;

n: Banyak Item; Vi: Varian Skor-Item; Vt: Varian Skor-Total

Hakikat perhitungan alpha-Crontbach identik dengan r-Pearson, sehingga boleh memaknainya melalui standar harga r-kritis. Keduanya mengukur derajat konsistensi diantara dua perangkat skor, perbedaannya basis hitungnya. Alpha- Crontbach melalui angka simpang-rerata (varian), sedangkan r-Pearson melalui angka rerata (mean).

3. Analisis daya pembeda soal

Daya pembeda soal adalah kemampuan sesuatu soal untuk membedakan antara peserta didik yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan peserta didik yang berkemampuan rendah. Angka yang menunjukan besarnya daya pembeda disebut indeks diskriminasi (D). Proses penentuan daya pembeda sebagai berikut:

a. Pertama-tama berdasar atas skor total seluruh perangkat subjek

dikelompokkan menjadi kelompok atas, kelompok tengah, kelompok bawah, dengan proporsi kelompok sebagai berikut; atas 27%, bawah 27% dan tengah 46%.

b. Kemudian dihitung perbedaan rerata pasangan kelompok atas terhadap

Kikin Martiani, 2012

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Struktural Think Pair Share Dan Numbered

Heads Together Terhadap Self Efficacy Peserta Didik: Studi Kuasi Eksperimen pada Mata

Pelajaran Ekonomi Kelas X di SMA Negeri 5 Cimahi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

S2A S 2 B NA NB

t

= +

(

)

MA - MB

MA = Rerata Kelompok Atas

MB = Rerata Kelompok Bawah

S2A = Varian Kelompok Atas

S2B = Varian Kelompok Bawah

NA = Jumlah Subjek Kelompok Atas

NB = Jumlah Subjek Kelompok Bawah

c. Kemudian validitas daya pembeda diuji pada tabel ttest satu ujung. Dan

dapat diberlakukan baik pada setiap unit-item atau unit-bentukan variabelnya.

Tujuan utama pengujian daya pembeda hakekatnya untuk menghilangkan keraguan apakah unit-ukuran yang diberlakukan pada setiap unit-item atau unit- variabel memiliki kemampuan membedakan antar subjek responden, terutama

pada kelompok skor teratas terhadap skor terbawahnya.

4. Uji Tingkat Kesukaran

Tingkat kesukaran adalah bilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya sesuatu soal (Suherman, 2003: 168). Untuk mengetahui tingkat kesukaran masing- masing butir soal dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Suherman, 2003: 170):

Kikin Martiani, 2012

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Struktural Think Pair Share Dan Numbered

Heads Together Terhadap Self Efficacy Peserta Didik: Studi Kuasi Eksperimen pada Mata

Pelajaran Ekonomi Kelas X di SMA Negeri 5 Cimahi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

��

=

JB at as +JBb aw ah

2JSa tas Dimana :

TK = Tingkat Kesukaran

JBatas = Jumlah benar untuk kelompok atas

JBbawah = Jumlah benar untuk kelompok bawah

JSatas = Jumlah siswa kelompok atas

Tabel 3.3

Klasifikasi Koefisien Tingkat Kesukaran

Kriteria Tingkat Kesukaran Kategori

TK < 0,3 Sukar

0,3 ≤ TK ≤ 0,7 Sedang

TK > 0,7 Mudah

(Suherman, 2003: 171)

Untuk mengetahui hasil pre-test dan post-test mengenai efikasi diri, maka peneliti menggunakan bantuan dari SPSS 17. Adapun langkah-langkah pengolahan dan analisis data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Analisis pertama, melakukan analisis data pre-test antara kelompok

eksperimen dengan kelompok kontrol, tujuannya adalah untuk mengetahui keadaan awal subjek yang akan diteliti. Pada tahap ini, kondisi subjek penelitian secara statistik diharapkan sama antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol. Statistik uji t yang digunakan adalah statistik uji t untuk sampel yang independen. Keadaan awal subjek yang mau dikenai

Kikin Martiani, 2012

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Struktural Think Pair Share Dan Numbered

Heads Together Terhadap Self Efficacy Peserta Didik: Studi Kuasi Eksperimen pada Mata

Pelajaran Ekonomi Kelas X di SMA Negeri 5 Cimahi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

perlakuan adalah sama, jika hasil statistik uji t memiliki kekeliruan (�) lebih

besar dari 0.05, hal ini berarti kondisi awal sebelum perlakuan diberikan kepada kelompok eksperimen dan kontrol adalah sama.

b. Analisis kedua, melakukan perbandingan hasil post-test kelompok

eksperiman dengan hasil post-test kelompok kontrol. Pada tahap ini, secara statistik diharapkan hasil kelompok eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok kontrol. Uji t yang digunakan adalah statistik uji t untuk sampel independen. Hasil eksperimen lebih baik dibanding dengan

kelompok kontrol jika harga statistik uji t memiliki peluang kekeliruan (�)

lebih kecil dari 0.05. dalam hal ini, berarti kondisi setelah perlakuan diberikan kepada kelompok eksperimen dan kontrol adalah berbeda.

c. Analisis ketiga, membandingkan skor post-test dengan pre-test kelompok

eksperimen. Tujuannya adalah untuk melihat perbedaan yang ditimbulkan oleh perlakuan yang diberikan pada subjek, apakah naik atau turun. Secara statistik diharapkan hasil post-test lebih tinggi dibanding dengan pre-test. Statistik uji t yang digunakan adalah statistik uji t untuk paired sample. Hasil post-test lebih baik dibanding dengan kelompok pre-test pada kelompok eksperimen jika harga statistik uji t memiliki peluang kekeliruan (�) lebih kecil dari 0.05. Dalam hal lain, berarti kondisi setelah perlakuan diberikan kepada kelompok adalah berbeda.

d. Analisis keempat, membandingkan skor post-test dan pre- test kelompok

Kikin Martiani, 2012

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Struktural Think Pair Share Dan Numbered

Heads Together Terhadap Self Efficacy Peserta Didik: Studi Kuasi Eksperimen pada Mata

Pelajaran Ekonomi Kelas X di SMA Negeri 5 Cimahi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

perlakuan yang diberikan pada subjek, apakah naik atau turun. Secara statistik diharapkan hasil post-test lebih tinggi dibanding dengan pre-test. Statistik uji t yang digunakan adalah statistik uji t untuk paired sample. Hasil post-test lebih baik dibanding dengan kelompok pre-test pada kelompok eksperimen jika harga statistik uji t memiliki peluang kekeliruan (�) lebih kecil dari 0.05. Dalam hal lain, berarti kondisi setelah perlakuan diberikan kepada kelompok adalah berbeda.

e. Analisis kelima, membandingkan rata-rata gained score antara kelompok

eksperimen dan kelompok kontrol. Secara statistik diharapkan rata-rata gained score pada kelompok eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok kontrol. Statistik uji t yang digunakan adalah statistik uji t untuk sampel independen. Hasil eksperimen lebih baik dengan kelompok kontrol

jika harga statistik uji t memiliki peluang kekeliruan (�) lebih kecil dari

0.05. Artinya metode yang diujicobakan lebih baik dari metode pembandingnya. Dalam hal ini, berarti kondisi setelah perlakuan diberikan kepada kelompok adalah berbeda.

Dokumen terkait