• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STRUKTURAL THINK PAIR SHARE DAN NUMBERED HEADS TOGETHER TERHADAP SELF EFFICACY PESERTA DIDIK: Studi Kuasi Eksperimen pada Mata Pelajaran Ekonomi Kelas X di SMA Negeri 5 Cimahi.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STRUKTURAL THINK PAIR SHARE DAN NUMBERED HEADS TOGETHER TERHADAP SELF EFFICACY PESERTA DIDIK: Studi Kuasi Eksperimen pada Mata Pelajaran Ekonomi Kelas X di SMA Negeri 5 Cimahi."

Copied!
54
0
0

Teks penuh

(1)

Kikin Martiani, 2012

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Struktural Think Pair Share Dan Numbered

Heads Together Terhadap Self Efficacy Peserta Didik: Studi Kuasi Eksperimen pada Mata

Pelajaran Ekonomi Kelas X di SMA Negeri 5 Cimahi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

vi

A. Latar Belakang Penelitian ………. B. Identifikasi dan Rumusan Masalah ………..…

C. Tujuan Penelitian ……….

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN

HIPOTESIS

A. Model Pembelajaran Kooperatif ………... B. Strategi Cooperatif Learning Tipe Struktural ………..

(2)

Kikin Martiani, 2012

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Struktural Think Pair Share Dan Numbered

Heads Together Terhadap Self Efficacy Peserta Didik: Studi Kuasi Eksperimen pada Mata

Pelajaran Ekonomi Kelas X di SMA Negeri 5 Cimahi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

vii

D. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ……….……. E. Teknik Pengujian Hipotesis ……….……. F. Prosedur Penelitian ………..………...

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

(3)

Kikin Martiani, 2012

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Struktural Think Pair Share Dan Numbered

Heads Together Terhadap Self Efficacy Peserta Didik: Studi Kuasi Eksperimen pada Mata

Pelajaran Ekonomi Kelas X di SMA Negeri 5 Cimahi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

viii

DAFTAR TABEL

Nomor Tabel Halaman

1.1 Sintaks Pembelajaran Kooperatif ………... 11

2.1 Sintaks Pembelajaran Tipe TPS ………... 32

3.1 Desain Eksperimen ………... 63

3.2 3.3 Instrumen Efikasi Diri ………... Klasifikasi Koefisien Tingkat Kesukaran ………... 65 71 4.1 Deskripsi Efikasi Diri Peserta Didik Kelas X SMA Negeri 5 Cimahi ………... 80

4.2 Hasil Uji Statistik Data Pretes dan Postes ………... 84

4.3 Hasil Uji Statistik Data Gain ………... 86

4.4 Hasil Uji Rerata Kelas Eksperimen ………... 86

4.5 Hasil Uji Rerata Kelas Kontrol ………... 87

(4)

Kikin Martiani, 2012

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Struktural Think Pair Share Dan Numbered

Heads Together Terhadap Self Efficacy Peserta Didik: Studi Kuasi Eksperimen pada Mata

Pelajaran Ekonomi Kelas X di SMA Negeri 5 Cimahi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

ix

DAFTAR GAMBAR

Nomor Gambar Halaman

1.1 Piramida Kebutuhan Maslow …………...…….... 5

2.1 Bagan Keterkaitan Antar Komponen Pembelajaran Kontekstual ………...……. 19

2.2 Triadic Reciprocal Determinism ………...………. 38

2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Efikasi Diri ………...……….. 47

2.4 Kerangka Berfikir ………... 56

3.1 Kontinum Interval Skala Sepuluh …………...… 67

3.2 Alur Penelitian ………...……… 77

4.1 Kategori Pencapaian Efikasi Diri …...…………. 80

4.2 Gambar Indikator Tingkat Kesulitan Tugas (Magnitude) … 81 4.3 Gambar Indikator Kekuatan Keyakinan (Strength) ... 82

4.4 Gambar Indikator Luas Bidang Prilaku (Generality) …... 83

4.5 Deskripsi Hasil Pretes dan Postes Efikasi Diri Peserta Didik ………... 84

(5)

Kikin Martiani, 2012

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Struktural Think Pair Share Dan Numbered

Heads Together Terhadap Self Efficacy Peserta Didik: Studi Kuasi Eksperimen pada Mata

Pelajaran Ekonomi Kelas X di SMA Negeri 5 Cimahi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

x

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Lampiran Halaman

A. 1. Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran...106 A. 2. Bahan

Ajar...112

B. 1. Kategori Efikasi Diri Peserta Didik Kelas Eksperimen...116

B. 2. Kategori Efikasi Diri Peserta Didik Kelas Kontrol...117

B. 3. Hasil Pretes, Postes, dan Gain Kelas

Eksperimen...118

B. 4. Hasil Pretes, Postes, dan Gain Kelas

Kontrol...119

B. 5. Kategori Gain Indikator Kesulitan Tugas (Magnitude), Kekuatan Keyakinan

(Strength), dan Luas Bidang Perilaku (Generality) Kelas Eksperimen...120

(6)

Kikin Martiani, 2012

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Struktural Think Pair Share Dan Numbered

Heads Together Terhadap Self Efficacy Peserta Didik: Studi Kuasi Eksperimen pada Mata

Pelajaran Ekonomi Kelas X di SMA Negeri 5 Cimahi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

xi

(Strength), dan Bidang Perilaku (Generality) Kelas Kontrol...121

C. 1. Pengolahan Data Pretes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol...122

C. 2. Pengolahan Data Postes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol...124

C. 3. Pengolahan Data Gain Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol...126

C. 4. Uji Rerata Berpasangan Kelas

Eksperimen...128

C. 5. Uji Rerata Berpasangan Kelas

Kontrol...129

C. 6. Uji Rerata Perbedaan Kedua

(7)

Kikin Martiani, 2012

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Struktural Think Pair Share Dan Numbered

Heads Together Terhadap Self Efficacy Peserta Didik: Studi Kuasi Eksperimen pada Mata

Pelajaran Ekonomi Kelas X di SMA Negeri 5 Cimahi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Perkembangan pendidikan dewasa ini menuntut sumber manusia yang

berkualitas. Sumber daya manusia yang berkualitas tersebut adalah manusia yang

mampu memahami dan menerapkan pengetahuan yang dimilikinya dalam

kehidupan sehari-hari. Pengetahuan yang telah dipelajari harus menjadi bermakna

dan bermanfaat bagi dirinya maupun masyarakat. Salah satu cara untuk

mendapatkan pengetahuan adalah melalui pendidikan. Pendidikan pada

hakekatnya adalah perubahan pribadi manusia yang meliputi perubahan

pengetahuan, sikap dan perilaku. Pendidikan merupakan bagian dari proses

kebudayaan dalam arti bahwa melalui pendidikan manusia didewasakan, melalui

pendidikan seseorang mendapatkan pengetahuan, pendidikan nilai, dan sejumlah

kompetensi lain yang dapat memberi bekal pada peserta didik untuk menghadapi

tantangan hidupnya di masa mendatang (Wahab, 2008: 36).

Selain itu, Pendidikan juga merupakan pondasi penting bagi pengembangan

intelektual, emosional, kultural, dan sosial peserta didik. Pendidikan berupaya

dalam menumbuhkembangkan cara berfikir, bersikap dan berperilaku yang

bertanggungjawab baik secara individual, warga masyarakat, warga negara

(8)

Kikin Martiani, 2012

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Struktural Think Pair Share Dan Numbered

Heads Together Terhadap Self Efficacy Peserta Didik: Studi Kuasi Eksperimen pada Mata

Pelajaran Ekonomi Kelas X di SMA Negeri 5 Cimahi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Pendidikan erat kaitannya dengan proses belajar dan mengajar.

Pembelajaran merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi dan berperan

penting dalam pembentukan pribadi dan perilaku seseorang. Dalam hal tersebut

belajar dipengaruhi oleh banyak faktor. Secara garis besar, faktor tersebut adalah

faktor intern dan ekstern. Faktor intern menyangkut faktor-faktor psikologis.

Faktor psikologis dalam belajar memberikan andil yang cukup penting dan

senantiasa memberikan landasan serta kemudahan dalam upaya mencapai tujuan

belajar secara optimal. Salah satu faktor tersebut adalah motivasi diri sebagai

sumber untuk maju dan berkembang (Bandura 1997: 121).

Motivasi diri merupakan hal penting bagi diri peserta didik. Akan tetapi

dalam proses belajar mengajar sering ditemui berbagai macam permasalahan,

diantaranya terjadinya komunikasi satu arah. Sehingga peserta didik cenderung

pasif (hanya mengikuti ceramah guru), serta menimbulkan rasa jenuh pada diri

peserta didik dalam mengikuti proses belajar mengajar. Hal ini tidak ubahnya

dengan kegiatan belajar mengajar yang meliputi datang, duduk mengikuti

ceramah guru, melihat guru menulis, mendengarkan, lalu mengingat atau

mengkopi apa adanya informasi yang disampaikan oleh guru.

Untuk itu, selain senantiasa menyempurnakan sistem pembelajarannya, guru

pun harus mengupayakan terjadinya motivasi belajar yang dapat mengembangkan

efikasi diri peserta didik. Kenyataannya, timbul permasalahan tentang krisis

motivasi belajar. Gejala ini terlihat antara lain berkurangnya perhatian peserta

(9)

Kikin Martiani, 2012

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Struktural Think Pair Share Dan Numbered

Heads Together Terhadap Self Efficacy Peserta Didik: Studi Kuasi Eksperimen pada Mata

Pelajaran Ekonomi Kelas X di SMA Negeri 5 Cimahi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

dan belajar hanya ketika ada ulangan. Keyakinan atas kemampuan diri sangatlah

rendah. Hal ini mungkin terjadi karena kurangnya interaksi yang terjalin antara

guru dan peserta didik. Keyakinan akan kemampuan diri belum tergali

sepenuhnya.

Inilah yang terjadi dengan peserta didik kelas X di SMA Negeri 5 Cimahi,

pada observasi awal peneliti melihat banyak peserta didik yang merasa jenuh,

mereka sering mengobrol dengan teman sebangkunya dan tidak memperhatikan

guru yang sedang menjelaskan materi pelajaran di depan kelas, terkadang mereka

membuat coretan-coretan di buku tulis atau setiap beberapa menit sekali, mereka

melihat jam dinding berharap pembelajaran segera berakhir.

Di SMA Negeri 5 Cimahi metode yang sering digunakan adalah metode

ceramah, tanya jawab, resitasi, dan diskusi. Ketika menggunakan metode tanya

jawab hanya beberapa peserta didik yang berani bertanya dan menjawab

pertanyaan, dan yang paling sering bertanya dan menjawab pertanyaan adalah

peserta didik yang berprestasi saja. Pada saat diskusi peserta didik hanya diam

membisu hanya mengandalkan ketua kelompok dan juru bicara di kelompoknya.

Saat hal ini peneliti tanyakan kepada beberapa peserta didik, mereka menjawab

capek, jenuh, ngantuk dan bosan karena guru hanya menjelaskan dan memberi

tugas, jarang memberikan sesuatu yang menantang yang dapat mengusir rasa

kantuk para peserta didik, terutama jika proses belajar mengajar dilaksanakan

pada siang hari. Melihat kondisi ini, guru tentu harus mencari metode yang dapat

(10)

Kikin Martiani, 2012

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Struktural Think Pair Share Dan Numbered

Heads Together Terhadap Self Efficacy Peserta Didik: Studi Kuasi Eksperimen pada Mata

Pelajaran Ekonomi Kelas X di SMA Negeri 5 Cimahi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

pembelajaran yang dapat memberi rangsangan untuk peserta didik aktif dalam

proses pembelajaran sebagai upaya mencapai tujuan pembelajaran itu sendiri.

Permasalahan lain yang ada di SMA Negeri 5 Cimahi, khususnya kelas X

sulit membimbing peserta didik untuk memahami dan menghadapi

perbedaan-perbedaan individu sebagai respon terhadap lingkungan sosial dan fisik. Peserta

didik masih terikat dengan lingkungan mereka sendiri. Mereka lebih fokus pada

pandangan mengenai diri (view of self) para individu dari pada fokus pada

perkembangan intelektual mereka. Perkembangan mengenai diri harus diikuti

dengan perilaku aktualisasi diri, suatu pencapaian menuju lingkungan dengan

kepercayaan diri yang kuat bahwa interaksi dengan orang lain akan lebih

produktif. Orang yang menerapkan aktualisasi diri dengan lingkungan akan

menemukan kesempatan untuk tumbuh dan berkembang, dan memberikan

sumbangan berarti terhadap proses perkembangan orang lain. Aktualisasi diri,

sebagaimana dikatakan Maslow (1962: 451) adalah proses yang tidak hanya

memungkinkan orang untuk berspekulasi dan mengambil resiko, namun juga

memberikan ketidaknyamanan yang tidak terelakkan ketika berusaha memiliki

skill yang baru dikenal dan coba didalami. Hal inilah yang belum berkembang

pada peserta didik.

Teori Maslow sering digambarkan sebagai piramida, lebih besar tingkat

bawah mewakili kebutuhan yang lebih rendah, dan titik atas mewakili kebutuhan

aktualisasi diri. Untuk lebih jelasnya di bawah ini adalah piramida kebutuhan

(11)

Kikin Martiani, 2012

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Struktural Think Pair Share Dan Numbered

Heads Together Terhadap Self Efficacy Peserta Didik: Studi Kuasi Eksperimen pada Mata

Pelajaran Ekonomi Kelas X di SMA Negeri 5 Cimahi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Sumber: Maslow, 1962: 451 (http://id.m.wikipedia.org/wiki/Motivasi).

Gambar 1.1

Piramida Kebutuhan Maslow

Peserta didik belum menyadari bahwa jika mereka memiliki perkembangan

dalam level rendah (less-developed person) akan merasa memiliki sedikit

kompetensi untuk menghadapi lingkungan dan berupaya menerimanya, apapun

lingkungan yang mereka dapatkan. Selain itu, peserta didik cenderung tidak suka

mengembangkan hubungan yang memancing pertumbuhan dan produktifitas yang

berasal dari inisiatif dan kemampuan peserta didik sendiri. Peserta didik lebih

memilih beraktivitas dalam lingkungan yang sudah terbentuk (dalam hal ini teman

semasa SMP) dibandingkan mengembangkan kesempatan dari dan dengan

(12)

Kikin Martiani, 2012

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Struktural Think Pair Share Dan Numbered

Heads Together Terhadap Self Efficacy Peserta Didik: Studi Kuasi Eksperimen pada Mata

Pelajaran Ekonomi Kelas X di SMA Negeri 5 Cimahi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

yang mereka miliki untuk menghadapi masalah-masalah yang terjadi. Mereka

merasa nyaman dengan diri mereka sendiri meskipun kemampuan mereka belum

tergali sepenuhnya. Peserta didik belum mempunyai efikasi diri yang kuat,

sehingga peserta didik lebih terdorong untuk belajar sendiri meskipun hasilnya

tidak begitu memuaskan. Keyakinan dalam diri peserta didik belum muncul secara

optimal.

Dari hasil psikotes yang dilakukan,oleh guru-guru Bimbingan Konseling

tahun 2010-2011, rata-rata kemampuan peserta didik di SMA Negeri 5 Cimahi

menunjukkan sesungguhnya mereka memiliki IQ yang rata-rata baik, tetapi tidak

mempunyai efikasi yang kuat untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya.

Hampir 65% dari jumlah peserta didik memiliki efikasi diri rendah, 10% memiliki

efikasi diri tinggi dan 25% peserta didik memiliki efikasi diri sedang. Dari hasil

psikotes tersebut terdapat permasalahan yang selalu ada di setiap angkatan adalah

kurangnya kepercayaan diri pada peserta didik dan keyakinan yang tinggi bahwa

peserta didik mampu melakukan yang terbaik.

Hal ini berdasarkan data dari guru konseling, meskipun peserta didik

memiliki intelegensi yang tinggi, namun belum tentu peserta didik mempunyai

efikasi diri tinggi pula. Terlihat dari kurangnya keberanian dalam diri peserta

didik dalam mengungkapkan pendapat, kurang aktif dalam diskusi dan hanya

menerima penjelasan dari guru tanpa pernah berusaha mencari pengetahuan dari

(13)

Kikin Martiani, 2012

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Struktural Think Pair Share Dan Numbered

Heads Together Terhadap Self Efficacy Peserta Didik: Studi Kuasi Eksperimen pada Mata

Pelajaran Ekonomi Kelas X di SMA Negeri 5 Cimahi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Dari paparan di atas, jelas bahwa permasalahan pokok yang terjadi adalah

rendahnya keyakinan diri peserta didik terhadap kemampuannya sendiri.

Keyakinan diri terhadap kemampuan yang dimiliki oleh individu merujuk pada

istilah efikasi diri (self efficacy). Menurut Bandura (1997: 3) menyatakan bahwa

efikasi diri merupakan keyakinan akan kemampuan individu untuk dapat

mengorganisasi dan melakukan serangkaian tindakan yang dianggap perlu dalam

mencapai suatu hasil yang diinginkan. Efikasi diri terlihat dari upaya peserta didik

dalam mengatasi tuntutan-tuntutan pendidikan di sekolah. Hal ini meliputi

keyakinan peserta didik bahwa usaha yang dilakukannya dapat mengatasi

kesulitan belajar, keyakinan dalam menyelesaikan setiap tugas yang diberikan dan

upaya mempertahankan aktivitas untuk mencapai prestasi belajar yang diinginkan.

Untuk itu, sekolah sebagai institusi pendidikan harus memberikan pelayanan

terbaik bagi peserta didiknya.

Efikasi diri merupakan kapasitas untuk mendapatkan hasil atau perbedaan

yang diinginkan. Efikasi diri mempengaruhi motivasi belajar dan memberi

keyakinan pada peserta didik akan kemampuan yang dimilikinya. Efikasi

menentukan kontribusi pada perilaku peserta didik dalam pembelajaran. Peserta

didik yang mempunyai efikasi diri akan berpengaruh terhadap tingkah lakunya.

Keyakinan kepada kemampuan sendiri mempengaruhi motivasi pribadi peserta

didik, makin rendah efikasi diri maka tingkat stress peserta didik akan

pembelajaran makin tinggi. Sebaliknya, makin tinggi keyakinan kepada

(14)

Kikin Martiani, 2012

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Struktural Think Pair Share Dan Numbered

Heads Together Terhadap Self Efficacy Peserta Didik: Studi Kuasi Eksperimen pada Mata

Pelajaran Ekonomi Kelas X di SMA Negeri 5 Cimahi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Persoalan ini yang belum tumbuh dalam diri peserta didik. Sehingga menjadi

tugas lain bagi pendidik, dalam proses pengembangan efikasi diri peserta

didiknya.

Proses pembelajaran yang dilakukan di sekolah haruslah merupakan upaya

dalam mengembangkan efikasi diri yang dimiliki oleh setiap peserta didik. Karena

itulah, proses perkembangan peserta didik berkaitan erat dengan identifikasi

berbagai sumber belajar di sekolah, seperti sarana dan prasarana sekolah, interaksi

dengan guru, serta interaksi dengan temannya di sekolah dapat memperkuat

proses efikasi diri peserta didik.

Dalam usaha untuk mengembangkan efikasi diri peserta didik, haruslah

menggunakan model pembelajaran yang dapat merangsang peserta didik agar

terlibat dalam kegiatan proses belajar, salah satunya adalah pembelajaran dengan

menggunakan model kooperatif. Pembelajaran kooperatif merupakan

pembelajaran yang berpusat pada peserta didik (student centered). Dimana peserta

didik adalah subjek pembelajaran.

Dalam proses pembelajaran konvensional, biasanya peserta didik tidak

didorong untuk mengembangkan keterampilan berpikir. Proses pembelajaran

dalam kelas biasanya masih berpusat pada guru (teacher centered), yang

diarahkan kemampuan peserta didik untuk berpikir secara konvergen dan

menghapal informasi, tanpa dituntut untuk memahami informasi dan

(15)

Kikin Martiani, 2012

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Struktural Think Pair Share Dan Numbered

Heads Together Terhadap Self Efficacy Peserta Didik: Studi Kuasi Eksperimen pada Mata

Pelajaran Ekonomi Kelas X di SMA Negeri 5 Cimahi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Carl R. Rogers (Rahayu, 2009: 37) mengajukan konsep pembelajaran yaitu

Student Centered Learning”, yang intinya yaitu sebagai berikut:

1) Peserta didik, dan adanya perbedaan persepsi/pendapat

difasilitasi/diakomodir, kita tidak bisa mengajar orang lain tetapi kita hanya

bisa memfasilitasi belajarnya.

2) Seseorang akan belajar secara signifikan hanya pada hal-hal yang dapat

memperkuat/menumbuhkan “self”nya.

3) Peserta didik tidak dapat belajar bila dibawah tekanan.

4) Pendidikan akan membelajarkan peserta didik secara signifikan bila tidak

ada tekanan terhadap peserta.

Menurut UNESCO (2009) pembelajaran yang efektif pada abad ini harus

diorientasikan pada empat pilar yaitu: learning to know, learning to do, learning

to be, dan learning to live together. Keempatnya dapat diuraikan bahwa dalam

proses pendidikan melalui berbagai kegiatan pembelajaran peserta didik diarahkan

untuk memperoleh pengetahuan tentang sesuatu, menerapkan atau

mengaplikasikan apa yang diketahuinya tersebut guna menjadikan dirinya

seseorang yang lebih baik dalam kehidupan sosial bersama orang lain.

Lebih lanjut, dalam rangka merealisasikan “learning to know”, guru

memiliki berbagai fungsi yang diantaranya adalah fasilitator, yaitu sebagai teman

sejawat dalam berdialog dan berdiskusi dengan peserta didik guna

mengembangkan penguasaan pengetahuan maupun ilmu tertentu. Learning to do

(16)

Kikin Martiani, 2012

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Struktural Think Pair Share Dan Numbered

Heads Together Terhadap Self Efficacy Peserta Didik: Studi Kuasi Eksperimen pada Mata

Pelajaran Ekonomi Kelas X di SMA Negeri 5 Cimahi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

peserta didik untuk mengaplikasikan keterampilan yang dimilikinya sehingga

dapat berkembang dan dapat mendukung keberhasilan peserta didik dalam

mengembangkan efikasi diri. Learning to be (belajar untuk menjadi seseorang)

erat hubungannya dengan bakat dan minat, perkembangan fisik dan kejiwaan,

tipologi pribadi peserta didik serta kondisi lingkungannya. Bagi peserta didik

yang agresif, proses pengembangan diri akan berjalan bila diberi kesempatan

cukup luas untuk berkreasi. Sebaliknya, bagi peserta didik yang pasif peran guru

mengarahkan dan fasilitator sangat dibutuhkan untuk menumbuhkan kepercayaan

dirinya dalam kegiatan belajar dan pengembangan diri. Selanjutnya, kebiasaan

hidup bersama, saling menghargai, terbuka, memberi dan menerima perlu

ditumbuhkembangkan termasuk dalam proses belajar mengajar di sekolah. Kondisi ini memungkinkan terjadinya proses “learning to live together” (belajar

untuk menjalani kehidupan bersama).

Dalam pelaksanaannya, tujuan belajar yang utama adalah bahwa apa yang

dipelajari itu akan berguna di kemudian hari, yakni membantu peserta didik dapat

belajar terus dengan cara yang lebih mudah, sehingga tercapainya pembelajaran

seumur hidup (long life education). Untuk mewujudkan hal ini, sangat dibutuhkan

kerjasama antara berbagai pihak, terutama antara peserta didik dengan pendidik

atau guru. Peran guru sebagai pendidik sangatlah penting, oleh karena itu guru

dituntut dapat menerapkan berbagai metode yang efektif dan menarik dalam

proses penyampaian materi pembelajaran. Salah satu model pembelajaran yang

(17)

Kikin Martiani, 2012

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Struktural Think Pair Share Dan Numbered

Heads Together Terhadap Self Efficacy Peserta Didik: Studi Kuasi Eksperimen pada Mata

Pelajaran Ekonomi Kelas X di SMA Negeri 5 Cimahi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

karena melibatkan seluruh peserta didik dalam kelompok-kelompok. Dalam

kelompok-kelompok kecil inilah diharapkan peserta didik dapat belajar

berkomunikasi dengan teman, saling menghargai pendapat orang lain dan

mempunyai keyakinan bahwa dirinya mampu melaksanakan tugas yang diberikan

dengan sebaik mungkin. Salah satu yang diharapkan dalam proses kerja kelompok

ini adalah munculnya efikasi diri pada setiap peserta didik.

Model pembelajaran cooperative merupakan salah satu model pembelajaran

yang mendukung pembelajaran kontekstual. Sebagaimana yang diungkapkan oleh

Bern dan Erickson (Komalasari, 2011: 55) bahwa cooperative learning

merupakan salah satu strategi pembelajaran cocok dengan pendekatan

kontekstual. Sistem pengajaran cooperative learning didefinisikan sebagai sistem

kerja/belajar kelompok yang terstruktur. yang termasuk dalam struktur ini adalah

lima unsur pokok (Jhonson & Jhonson, 1993) yaitu saling ketergantungan positif,

tanggung jawab individual, interaksi personal, keahlian bekerja sama dan proses

kelompok. Falsafah yang mendasari pembelajaran Cooperative Learning

(pembelajaran gotong royong) dalam pendidikan adalah “homo homini socius”

yang menekankan bahwa manusia adalah makhluk sosial. Cooperative Learning

adalah cara belajar-mengajar berbasiskan peace education, (Lie, 2008: 28).

Pengorganisasian dan pemanfaatan sumber daya itu dilakukan dengan cara

membelajarkan peserta didik secara cooperative berdasarkan sintaks pembelajaran

kooperatif seperti tergambar dalam tabel berikut:

(18)

Kikin Martiani, 2012

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Struktural Think Pair Share Dan Numbered

Heads Together Terhadap Self Efficacy Peserta Didik: Studi Kuasi Eksperimen pada Mata

Pelajaran Ekonomi Kelas X di SMA Negeri 5 Cimahi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Sintaks Pembelajaran Kooperatif

Fase-fase Perilaku Guru

Fas Fase 1 : Present goals and set

Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan peserta didik

Menjelaskan tujuan pembelajaran dan mempersiapkan peserta didik siap belajar

Memberikan penjelasan kepada peserta didik tentang tata cara pembentukan tim belajar dan membantu kelompok melakukan transisi yang efisien

Fase 4 : Asisst team work and study Membantu kerja tim dan belajar

Membantu tim-tim belajar selama peserta didik mengerjakan tugasnya

Fase 5 : Test on the materials Mengevaluasi

Menguji pengetahuan peserta didik mengenai berbagai materi pembelajaran atau kelompok-kelompok presentasi hasil kerjanya

Fase 6 : Provide recognition

Memberikan pengakuan dan penghargaan

Mempersiapkan cara untuk mengakui usaha dan prestasi individu maupun kelompok

Sumber : Arend, Ricard I (2008: 21).

Melalui model pembelajaran Think Pair Share dan Numbered Heads

Together diharapkan peserta didik dapat mengembangkan efikasi diri dan dapat

berkomunikasi satu dengan yang lain serta dapat bekerja dalam kelompok kecil.

Model pembelajaran kooperatif tipe struktural merupakan tipe pembelajaran

kooperatif yang menekankan pada struktur khusus yang dirancang untuk

mempengaruhi pola interaksi peserta didik dan memiliki tujuan untuk

(19)

Kikin Martiani, 2012

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Struktural Think Pair Share Dan Numbered

Heads Together Terhadap Self Efficacy Peserta Didik: Studi Kuasi Eksperimen pada Mata

Pelajaran Ekonomi Kelas X di SMA Negeri 5 Cimahi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

dalam hal ini adalah pengembangan efikasi diri peserta didik. Guru sangat

berperan penting untuk membimbing peserta didik melakukan diskusi, sehingga

teciptanya suasana belajar yang lebih aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan.

Dengan demikian jelas bahwa melalui model pembelajaran tipe struktural

(Think Pair Share dan Numbered Heads Together), peserta didik dapat

memecahkan masalah, memahami suatu materi secara berkelompok dan saling

membantu antara satu sama lain, membuat kesimpulan serta mempresentasikan di

depan kelas sebagai salah satu langkah evaluasi terhadap kegiatan pembelajaran

yang telah dilakukan. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan model

pembelajaran koperatif tipe struktural (Think Pair Share dan Numbered Heads

Together) sebagai upaya dalam mengembangkan efikasi diri peserta didik.

Pembelajaran menggunakan pendekatan struktural tipe (Think Pair Share

dan Numbered Heads Together) merupakan model pembelajaran kooperatif yang

dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi peserta didik. TPS dan NHT

menghendaki peserta didik bekerja saling membantu dalam kelompok kecil (2-4

anggota). TPS mempunyai beberapa manfaat diantaranya; meningkatkan motivasi

belajar, berbagi pengetahuan, meningkatkan hasil belajar. Menurut Ibrahim, dkk

(2000: 6) keunggulan strategi pembelajaran TPS antara lain; memberi peserta

didik lebih banyak waktu untuk berfikir, menjawab, saling membantu satu sama

lain, meningkatkan partisipasi.

Keunggulan TPS yang lain menurut Lie (2008: 57) adalah optimalisasi

(20)

Kikin Martiani, 2012

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Struktural Think Pair Share Dan Numbered

Heads Together Terhadap Self Efficacy Peserta Didik: Studi Kuasi Eksperimen pada Mata

Pelajaran Ekonomi Kelas X di SMA Negeri 5 Cimahi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

peserta didik yang maju dan membagikan hasilnya untuk seluruh kelas, tipe ini

memberi kesempatan sedikitnya delapan kali lebih banyak pada peserta didik

untuk dikenali dan menunjukkan partisipasi mereka kepada orang lain. Menurut

Spencer Kagan manfaat TPS adalah (1) peserta didik menggunakan waktu lebih

banyak untuk mengerjakan tugasnya, (2) guru juga mungkin mempunyai waktu

lebih banyak berfikir ketika menggunakan TPS. Sedangkan tipe NHT memiliki

tiga tujuan yaitu (1) hasil belajar akademik struktural, (2) pengakuan adanya

keragaman (bertujuan agar peserta didik dapat menerima teman-temannya yang

mempunyai latar belakang berbeda), dan (3) pengembangan keterampilan sosial.

B. Identifikasi dan Rumusan Masalah 1. Identifikasi Masalah

Permasalahan dalam penelitian dapat diidentifikasi berdasarkan

faktor-faktor yang memberikan pengaruh utama dalam hal pengembangan efikasi diri

peserta didik di SMA Negeri 5 Cimahi. Faktor-faktor tersebut diantaranya adalah

sebagai berikut.

a. Proses pembelajaran di kelas yang dilakukan guru didominasi oleh metode

pembelajaran konvensional dan pemberian tugas.

(21)

Kikin Martiani, 2012

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Struktural Think Pair Share Dan Numbered

Heads Together Terhadap Self Efficacy Peserta Didik: Studi Kuasi Eksperimen pada Mata

Pelajaran Ekonomi Kelas X di SMA Negeri 5 Cimahi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

c. Pandangan mengenai diri (view of self) lebih terfokus daripada

pengembangan intelektual siswa.

d. Lingkungan belajar yang kurang mendukung pengembangan efikasi diri

peserta didik.

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka

rumusan masalah penelitian ini adalah “Bagaimanakah perbedaan model

pembelajaran kooperatif tipe struktural (Think Pair Share dan Numbered Heads

Together) dalam mengembangkan Efikasi Diri pada peserta didik kelas X di

SMA Negeri 5 Cimahi?

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka disusun beberapa pertanyaan

penelitian di antaranya:

a. Apakah terdapat perbedaan efikasi diri peserta didik pada pengukuran awal

(pretes) dengan pengukuran akhir (postes) pada kelas eksperimen yang

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe struktural Think Pair

Share (TPS)?

b. Apakah terdapat perbedaan efikasi diri peserta didik pada pengukuran awal

(pretes) dengan pengukuran akhir (postes) pada kelas kontrol yang

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe struktural Numbered

(22)

Kikin Martiani, 2012

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Struktural Think Pair Share Dan Numbered

Heads Together Terhadap Self Efficacy Peserta Didik: Studi Kuasi Eksperimen pada Mata

Pelajaran Ekonomi Kelas X di SMA Negeri 5 Cimahi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

c. Apakah pengembangan efikasi diri peserta didik yang menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe struktural Think Pair Share (TPS) berbeda

daripada model pembelajaran kooperatif tipe struktural Numbered Heads

Together (NHT) dalam pengukuran akhir (postes)?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah “Untuk Mengetahui Perbedaan Model Pembelajaran

Cooperative tipe Struktural (Think Pair Share dan Numbered Heads Together)

Terhadap Self Efficacy Peserta Didik (Studi eksperimen mata pelajaran Ekonomi

kelas X di SMA Negeri 5 Cimahi)”.

a. Untuk mengetahui adanya perbedaan efikasi diri peserta didik pada

pengukuran awal (pretes) dengan pengukuran akhir (postes) pada kelas

eksperimen yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe struktural

Think Pair Share (TPS).

b. Mengetahui adanya perbedaan efikasi diri peserta didik pada pengukuran

awal (pretes) dengan pengukuran akhir (postes) pada kelas kontrol yang

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe struktural Numbered

Heads Together (NHT).

c. Mengetahui adanya perbedaan pengembangan efikasi diri yang

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe struktural think pair

(23)

Kikin Martiani, 2012

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Struktural Think Pair Share Dan Numbered

Heads Together Terhadap Self Efficacy Peserta Didik: Studi Kuasi Eksperimen pada Mata

Pelajaran Ekonomi Kelas X di SMA Negeri 5 Cimahi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

tipe struktural numbered heads together (NHT) dalam pengukuran akhir

(postes).

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

a. Secara umum, penelitian ini memberikan sumbangan untuk pendidikan

dalam pengajaran ilmu pengetahuan sosial (ekonomi), sebagai upaya

peningkatan kemandirian peserta didik dalam pembelajaran dengan

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe struktural.

b. Secara khusus hasil penelitian ini dapat bermanfaat sebagai pijakan untuk

mengembangkan penelitian-penelitian sejenis, serta dapat memberikan

kontribusi terhadap pembelajaran ekonomi.

2. Manfaat Praktis

Sedangkan secara praktis penelitian ini dapat memberikan manfaat sebagai

berikut:

a. Sebagai masukan atau alternatif untuk inovasi model pembelajaran ekonomi

yang berpusat pada peserta didik.

b. Sebagai bahan informasi bagi guru ekonomi tentang keefektifan model

pembelajaran kooperatif tipe struktural dalam pembelajaran guna

mengembangkan efikasi diri peserta didik.

c. Bagi peneliti, sebagai wahana uji kemampuan terhadap bekal teori yang

diperoleh dari bangku kuliah, sera menambah wawasan, pengalaman dalam

(24)

Kikin Martiani, 2012

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Struktural Think Pair Share Dan Numbered

Heads Together Terhadap Self Efficacy Peserta Didik: Studi Kuasi Eksperimen pada Mata

Pelajaran Ekonomi Kelas X di SMA Negeri 5 Cimahi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

d. Sebagai bahan pertimbangan, pembanding, masukan atau referensi untuk

penelitian lebih lanjut.

(25)

Kikin Martiani, 2012

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Struktural Think Pair Share Dan Numbered

Heads Together Terhadap Self Efficacy Peserta Didik: Studi Kuasi Eksperimen pada Mata

Pelajaran Ekonomi Kelas X di SMA Negeri 5 Cimahi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian

kuantitatif dengan sub metode eksperimen. Pengumpulan data yang dilakukan

dalam penelitian ini dimaksudkan untuk mengumpulkan data atau informasi

mengenai variabel-variabel dalam penelitian dan data pendukung lainnya.

A. Objek Penelitian

1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian ini adalah di sekolah SMA Negeri 5 Cimahi, dengan

alamat di Jalan Gatot Subroto No. 39 Kota Cimahi. Penelitian akan dilakukan

pada bulan januari 2012 sampai dengan Maret 2012.

2. Populasi

Menurut Sugiyono (2007: 61) populasi adalah wilayah generalisasi yang

terdiri dari objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik suatu kesimpulan. Dari

penelitian ini, peneliti menentukan populasi dalam penelitian adalah seluruh

peserta didik kelas X SMA Negeri 5 Cimahi yang berjumlah 376 siswa yang

tersebar dalam 10 kelas.

(26)

Kikin Martiani, 2012

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Struktural Think Pair Share Dan Numbered

Heads Together Terhadap Self Efficacy Peserta Didik: Studi Kuasi Eksperimen pada Mata

Pelajaran Ekonomi Kelas X di SMA Negeri 5 Cimahi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Menurut Sugiyono (2007: 44) sampel adalah bagian dari jumlah dan

karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Berdasarkan pengertian

tersebut, sampel penelitian yang diambil adalah kelas X.1 untuk kelas eksperimen

dengan jumlah 32 orang peserta didik, dan kelas X.4 untuk kelas kontrol dengan

jumlah peserta didik 32 orang. Sampel dipilih dengan kriteria bahwa kelas X.1

dan X.4 memiliki kemampuan yang homogen atau kemampuan rata-rata pada

kedua kelas adalah sama.

4. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

Definisi operasional digunakan untuk memberikan batasan arti suatu

variabel dengan merinci hal yang harus dikerjakan oleh peneliti untuk mengukur

varibel tersebut.

a. Variabel Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS)

Think Pair Share adalah suatu tipe pembelajaran yang tumbuh dari

penelitian pembelajaran kooperatif dan waktu tunggu. Pendekatan khusus yang

diuraikan mula-mula oleh Frank Lyman dan kawan-kawan dari Universitas

Maryland pada tahun 1985 ini merupakan cara yang efektif untuk mengubah pola

diskursus di dalam kelas. Menurut Arends (Nurhadi, 2006: 12) Tipe dari metode

pembelajaran kooperatif ini menentang asumsi bahwa seluruh resitasi dan diskusi

perlu dilakukan di dalam setiap setting seluruh kelompok serta memiliki prosedur

(27)

Kikin Martiani, 2012

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Struktural Think Pair Share Dan Numbered

Heads Together Terhadap Self Efficacy Peserta Didik: Studi Kuasi Eksperimen pada Mata

Pelajaran Ekonomi Kelas X di SMA Negeri 5 Cimahi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

untuk berfikir, menjawab dan saling membantu orang lain. Strategi Think Pair

Share yang dikembangkan oleh Spencer Kagan terdiri dari tiga tahap yaitu:

Tahap 1: Thinking (Berfikir). Guru mengajukan pertanyaan atau isu yang

berhubungan dengan pelajaran, kemudian peserta didik diminta untuk

memikirkan pertanyaan atau isu tersebut secara mandiri.

Tahap 2: Pairing (Berpasangan). Guru meminta peserta didik berpasangan

dengan peserta didik lain untuk dapat berdiskusi. Interaksi pada tahap

ini diharapkan dapat berbagi jawaban jika telah diajukan pertanyaan

atau juga berbagi ide pada persoalan khusus.

Tahap 3: Sharing (Berbagi). Pada tahap akhir, guru meminta pasangan peserta

didik untuk membentuk kelompok yang lebih besar untuk berbagi

tentang apa yang telah dipelajari dan seterusnya sampai seluruh kelas.

Variabel ini diukur dengan skala sikap yang dikembangkan oleh peneliti sendiri.

b. Variabel Kooperatif Tipe NHT (Numbered Heads Together)

NHT adalah suatu model pembelajaran yang lebih mengedepankan kepada

aktivitas peserta didik dalam mencari, mengolah, dan melaporkan informasi dari

berbagai sumber yang akhirnya dipresentasikan di depan kelas (Rahayu, 2009).

Numbered Heads Together (NHT) pertama kali diperkenalkan oleh Spencer

Kagan dkk. Model NHT adalah bagian dari model pembelajaran kooperatif

struktural, yang menekankan pada struktur-struktur khusus yang dirancang untuk

(28)

Kikin Martiani, 2012

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Struktural Think Pair Share Dan Numbered

Heads Together Terhadap Self Efficacy Peserta Didik: Studi Kuasi Eksperimen pada Mata

Pelajaran Ekonomi Kelas X di SMA Negeri 5 Cimahi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

peserta didik bekerja saling bergantung pada kelompok-kelompok kecil secara

kooperatif. Struktur tersebut dikembangkan sebagai bahan alternatif dari struktur

kelas yang tradisional.

Model pembelajaran dimana setiap peserta didik diberi nomor kemudian

dibuat suatu kelompok kemudian secara acak guru memanggil nomor dari peserta

didik. Menurut Komalasari (2011: 62-63) Langkah-langkah pembelajaran sebagai

berikut:

a) Siswa dibagi kelompok, setiap siswa dalam kelompok mendapat nomor.

b) Pemberian soal pada setiap kelompok untuk setiap anggotanya.

c) Soal yang telah diterima dapat dikomunikasikan dengan anggota kelompok

yang lain.

d) Guru memanggil salah satu nomor siswa dan nomor yang dipanggil

melaporkan hasil kerja sama mereka.

e) Respon dari peserta yang lain, kemudian memanggil nomor soal lain.

f) Kesimpulan.

c. Variabel Efikasi Diri

Efikasi diri adalah belief atau keyakinan seseorang bahwa ia dapat

menguasai situasi dan menghasilkan hasil (outcomes) yang positif Snatrock

(Heslin & Khele, 2006: 55). Sedangkan menurut Wilhite (Heslin & Khele, 2006)

dalam tesis yang berjudul Goal Orientation, self–efficacy dan Prestasi Belajar

(29)

Kikin Martiani, 2012

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Struktural Think Pair Share Dan Numbered

Heads Together Terhadap Self Efficacy Peserta Didik: Studi Kuasi Eksperimen pada Mata

Pelajaran Ekonomi Kelas X di SMA Negeri 5 Cimahi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Retno Wulansari (Heslin & Khele, 2006), efikasi diri adalah suatu keadaan

dimana seseorang yakin dan percaya bahwa mereka dapat mengontrol hasil dari

usaha yang telah dilakukan.

Indikator efikasi diri yang akan diukur adalah seperti yang terdapat dalam

Bandura (1997: 56) ada tiga indikator efikasi diri: 1) Magnitude, indikator ini

berkaitan dengan kesulitan belajar. Apabila tugas-tugas yag dibebankan pada

individu disusun menurut tingkat kesulitannya, maka pengaruh efikasi diri secara

individu mungkin terbatas pada tugas-tugas yang sangat mudah, mudah, cukup

mudah, sukar dan sangat sukar. 2) Generality, indikator ini berhubungan dengan

luas bidang tugas atau tingkah laku. 3) Strength, indikator ini berkaitan dengan

kekuatan atau kemantapan seseorang terhadap keyakinannya.

B. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen semu

(Quasi Experiment). Eksperimen semu adalah jenis komparasi yang

membandingkan perbedaan pemberian suatu perlakuan (Treatment) pada suatu

objek (Kelompok eksperimen) serta melihat besar perbedaan perlakuannya,

namun dalam proses penelitiannya tidak dapat dilakukan pengacakan peserta didik

(Random) dalam rangka penempatan ke dalam kelompok eksperimen dan kontrol.

Borg dan Gall (2003: 402, 634) menegaskan bahwa penelitian semu

merupakan tipe eksperimen yang partisipan penelitiannya tidak dipilih secara acak

(30)

Kikin Martiani, 2012

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Struktural Think Pair Share Dan Numbered

Heads Together Terhadap Self Efficacy Peserta Didik: Studi Kuasi Eksperimen pada Mata

Pelajaran Ekonomi Kelas X di SMA Negeri 5 Cimahi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

adalah Nonequivalent control group pre-test and post-test design (Sugiyono,

2007: 25) yaitu penelitian yang dilaksanakan pada dua kelas yaitu satu kelas

eksperimen yang mendapatkan pembelajaran dengan kooperatif tipe Think Pair

Share dan satu kelas kontrol yang mendapatkan pembelajaran Numbered Heads

Together. Adapun menurut Sugiyono (2007: 50), desain penelitian eksperimen

dapat digambarkan sebagai berikut:

Tabel 3.1 Desain Eksperimen

Kelompok Pre-test Perlakuan Post-test

Eksperimen (1) OІ XІ OЇ

Kontrol (2) OЈ XЇ OЉ

Keterangan:

OІ = Tes awal sebelum perlakuan diberikan pada kelompok eksperimen (1)

OЇ = Tes akhir setelah perlakuan diberikan pada kelompok eksperimen (1)

OЈ = Tes awal sebelum perlakuan diberikan pada kelompok kontrol (2)

OЉ = Tes akhir setelah perlakuan diberikan pada kelompok kontrol (2)

= Perlakuan pembelajaran model kooperatif tipe think pair share

= Perlakuan pembelajaran dengan model kooperatif tipe Numbered

Heads Together

Mengacu pada desain diatas, penelitian eksperimen ini melibatkan dua

kelompok kelas, yakni kelompok eksperimen dan kontrol kedua kelompok kelas

tersebut sama-sama diberikan Pre-test dan Post-test, tetapi diberi perlakuan yang

berbeda. Kelas eksperimen diberi perlakuan model kooperatif tipe Think Pair

Share sedangkan kelas kontrol diberi perlakuan model kooperatif tipe Numbered

(31)

Kikin Martiani, 2012

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Struktural Think Pair Share Dan Numbered

Heads Together Terhadap Self Efficacy Peserta Didik: Studi Kuasi Eksperimen pada Mata

Pelajaran Ekonomi Kelas X di SMA Negeri 5 Cimahi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

C. Instrumen Penelitian

Untuk memperoleh data dalam penelitian ini, digunakan beberapa

instrumen, yaitu sebagai berikut:

1. Tes

Dalam penyusunan tes, diawali dengan penyusunan kisi-kisi yang mencakup

kompetensi dasar, indikator, indikator yang diukur beserta skor penilaiannya dan

nomor butir soal beserta kunci jawabannya dan aturan pemberian skor untuk

masing-masing butir soal. Dalam penyusunan tes ini, dilakukan uji validitas, uji

reliabilitas, analisis daya pembeda soal dan uji tingkat kesukaran.

2. Pedoman Wawancara

Pedoman wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan

beberapa orang peserta didik kelas eksperimen dan beberapa orang guru ekonomi

di SMA Negeri 5 Cimahi. Pedoman wawancara dengan peserta didik digunakan

untuk memperoleh informasi yang lebih lengkap dan mendalam mengenai

perasaan dan sikap peserta didik kelompok eksperimen terhadap pembelajaran

ekonomi. Sedangkan pedoman wawancara dengan guru digunakan untuk

memperoleh pendapat dan saran mengenai pembelajaran ekonomi. Pedoman

wawancara dilakukan dengan mengisi format pedoman wawancara yang telah

disediakan.

(32)

Kikin Martiani, 2012

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Struktural Think Pair Share Dan Numbered

Heads Together Terhadap Self Efficacy Peserta Didik: Studi Kuasi Eksperimen pada Mata

Pelajaran Ekonomi Kelas X di SMA Negeri 5 Cimahi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Lembar observasi digunakan untuk mengumpulkan semua data tentang

sikap peserta didik dan guru dalam pembelajaran, interaksi antar peserta didik dan

guru, serta interaksi antar peserta didik dengan peserta didik dalam pembelajaran

ekonomi. Pengembangan instrumen diperlukan untuk membuat kisi-kisi alat

pengumpul data yang dikembangkan dari variabel-variabel penelitian. Pembuatan

kisi-kisi alat pengumpul data dapat dilakukan dengan menelaah berbagai literatur

sehingga menjadi rancangan pokok instrumen.

4. Alat Pengumpul Data Efikasi Diri

Data yang diungkap dalam penelitian ini adalah data mengenai efikasi diri,

dengan menggunakan instrumen dalam bentuk angket. Instrumen untuk mengukur

self-efficacy berpedoman pada skala yang dikembangkan oleh Bandura (1997:

307-319), yaitu “Guide for Constructing Self-Efficacy Scales”. Angket

menggunakan format ratting scale (skala penilaian) model Thurstone dengan

alternatif respon subjek dalam skala 10 dengan interval 1-10. Jarak antara satu

interval sama dan pengurutan dilakukan dari yang terendah (1) sampai dengan

nilai tertinggi (10).

Instrumen efikasi diri yang digunakan dalam penelitian dapat dilihat dari

tabel 3.2 berikut:

(33)

Kikin Martiani, 2012

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Struktural Think Pair Share Dan Numbered

Heads Together Terhadap Self Efficacy Peserta Didik: Studi Kuasi Eksperimen pada Mata

Pelajaran Ekonomi Kelas X di SMA Negeri 5 Cimahi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Variabel Dimensi/Sub

Variabel Indikator/Faktor No. Item Jumlah

Efikasi

Merencanakan penyelesaian tugas 4, 17, 30 3 Mengatasi kesulitan-kesulitan beragam dengan cara yang baik dan positif

12,25 2

Memiliki cara menangani stress dengan tepat

13, 26 2

Jumlah 37

Dari kisi-kisi instrumen di atas tidak disertakan item-item unfavorable, hal

(34)

Kikin Martiani, 2012

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Struktural Think Pair Share Dan Numbered

Heads Together Terhadap Self Efficacy Peserta Didik: Studi Kuasi Eksperimen pada Mata

Pelajaran Ekonomi Kelas X di SMA Negeri 5 Cimahi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

mengembangkan skala efikasi diri. Terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan

dalam pembuatan skala efikasi diri, sebagai berikut:

a) Menurut Bandura (1997: 312), skala efikasi adalah unipolar, berkisar 0

hingga kekuatan maksimum. Nomor negatif tidak disertakan karena

penilaian bipolar dengan derajat di bawah nol (0) tidak memiliki tingkatan

di bawahnya. Skala bipolar dengan derajat negatif di bawah nol dimana

seseorang tidak mampu melakukan suatu aktivitas yang diharapkan.

Berdasarkan hal ini, maka skala efikasi diri yang dikembangkan tidak

memakai item-item unfavorable atau yang bernilai negatif.

b) Pembuatan item-item pernyataan disesuaikan dengan area-area spesifik dari

responden.

c) Skala efikasi lebih baik menggunakan 11 respon sikap dengan interval 0-10,

atau 0-100, dimulai dari 0 (ketidakyakinan); melalui tingkat keyakinan

rata-rata, 5/50 (netral); hingga keyakinan penuh, 8-10 (sangat mampu

melakukannya/keyakinan). Penggunaan respon tersebut agar skala yang

dibuat dapat lebih sensitif dan reliabel. Berikut adalah format respon dari

skala efikasi diri yang digunakan dalam penelitian ini.

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Netral

Ketidakyakinan Keyakinan

Gambar 3.1

(35)

Kikin Martiani, 2012

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Struktural Think Pair Share Dan Numbered

Heads Together Terhadap Self Efficacy Peserta Didik: Studi Kuasi Eksperimen pada Mata

Pelajaran Ekonomi Kelas X di SMA Negeri 5 Cimahi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

D. Teknik Pengolahan dan Analisis Data 1. Analisis validitas

Validitas internal (Uji Kecocokan penggunaan Item sebagai komponen

Instrumen-Pengukur). Arikunto (1998: 24): Pengujian validitas internal dapat

dilakukan dengan 2 cara:

a. Melakukan Analisis Faktor

Analisis Faktor dapat dilakukan dengan cara mengkorelasikan skor

faktor-khusus/variabel masing-masing dengan dengan skor totalnya, kemudian

mengkorelasikan diantara faktor-faktor yang membentuk instrumen penelitian.

b. Melakukan Analisis Butir

Untuk menguji validitas setiap butir/item maka skor-skor yang ada pada

butir masing-masing dikorelasikan dengan skor totalnya

Arikunto (1998: 25) Untuk mengkaji validitas alat ukur secara konvensional

orang melihatnya dari tiga arah: (a) dari arah isi yang diukur, (b) dari arah rekaan

teoritis (construct) atribut yang diukur, dan (c) dari arah kriteria alat ukur.

Pada validitas soal (item/faktor) adalah derajat kesesuaian antara suatu soal

dengan perangkat soal lainnya. Ukuran validitas soal adalah korelasi antara skor

pada soal itu dengan skor pada perangkat-soal (item total correlation). Informasi

yang dimilikinya hanyalah bahwa kumpulan atau perangkat soal itu bersama-sama

mengukur sesuatu.

(36)

Kikin Martiani, 2012

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Struktural Think Pair Share Dan Numbered

Heads Together Terhadap Self Efficacy Peserta Didik: Studi Kuasi Eksperimen pada Mata

Pelajaran Ekonomi Kelas X di SMA Negeri 5 Cimahi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Realibilitas adalah kestabilan skor yang diperoleh ketika diuji ulang dengan

tes yang sama pada situasi yang berbeda atau satu pengukuran ke pengukuran lain.

Suatu tes dapat dikatakan memiliki taraf reliabilitas yang tinggi jika tes tersebut

dapat memberikan hasil yang tetap yang dihitung dengan koefisien realibilitas.

Arikunto (1998: 56) Ungkapan yang menyatakan bahwa instrumen itu harus

reliabel sebenarnya mengandung arti bahwa instrumen itu cukup baik untuk

mengungkap data yang bisa dipercaya. Yang diusahakan dapat dipercaya adalah

datanya bukan semata-mata instrumennya. Karena instrumen akan digunakan

sebagai alat pengumpul data harus memiliki karakteristik:

a. Instrumen harus memiliki validitas yang baik

b. Tidak akan bersifat tendensius mengarahkan responden untuk memilih

jawaban-jawaban tertentu.

c. Apabila datanya memang benar sesuai dengan kenyataannya,

keterandalannya akan bersifat ajeg/menetap.

Arikunto (1998: 11) Pada penerapan pengukuran satu kali, harus

menghasilkan informasi mengenai keajegan (konsistensi) internal instrumen. (alat

pengumpul data), banyak sekali alternatif pilihan teknik estimasi reliabilitas yang

bisa dipergunakan. Namun ada upaya-upaya untuk meletakan berbagai rumus

estimasi reliabilitas itu ke dalam sebuah rumus umum, yaitu koefisien alpha

crontbach yang rumusnya sebagai berikut:

n ∑ V i

n - 1 V t

α

= x 1 -

(37)

Kikin Martiani, 2012

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Struktural Think Pair Share Dan Numbered

Heads Together Terhadap Self Efficacy Peserta Didik: Studi Kuasi Eksperimen pada Mata

Pelajaran Ekonomi Kelas X di SMA Negeri 5 Cimahi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

α; Koefisien Reliabilitas;

n: Banyak Item; Vi: Varian Skor-Item; Vt: Varian Skor-Total

Hakikat perhitungan alpha-Crontbach identik dengan r-Pearson, sehingga

boleh memaknainya melalui standar harga r-kritis. Keduanya mengukur derajat

konsistensi diantara dua perangkat skor, perbedaannya basis hitungnya.

Alpha-Crontbach melalui angka simpang-rerata (varian), sedangkan r-Pearson melalui

angka rerata (mean).

3. Analisis daya pembeda soal

Daya pembeda soal adalah kemampuan sesuatu soal untuk membedakan

antara peserta didik yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan peserta didik

yang berkemampuan rendah. Angka yang menunjukan besarnya daya pembeda

disebut indeks diskriminasi (D). Proses penentuan daya pembeda sebagai berikut:

a. Pertama-tama berdasar atas skor total seluruh perangkat subjek

dikelompokkan menjadi kelompok atas, kelompok tengah, kelompok

bawah, dengan proporsi kelompok sebagai berikut; atas 27%, bawah 27%

dan tengah 46%.

b. Kemudian dihitung perbedaan rerata pasangan kelompok atas terhadap

(38)

Kikin Martiani, 2012

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Struktural Think Pair Share Dan Numbered

Heads Together Terhadap Self Efficacy Peserta Didik: Studi Kuasi Eksperimen pada Mata

Pelajaran Ekonomi Kelas X di SMA Negeri 5 Cimahi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

S2A S

dapat diberlakukan baik pada setiap unit-item atau unit-bentukan

variabelnya.

Tujuan utama pengujian daya pembeda hakekatnya untuk menghilangkan

keraguan apakah ukuran yang diberlakukan pada setiap item atau

unit-variabel memiliki kemampuan membedakan antar subjek responden, terutama

pada kelompok skor teratas terhadap skor terbawahnya.

4. Uji Tingkat Kesukaran

Tingkat kesukaran adalah bilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya

sesuatu soal (Suherman, 2003: 168). Untuk mengetahui tingkat kesukaran

masing-masing butir soal dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Suherman, 2003:

(39)

Kikin Martiani, 2012

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Struktural Think Pair Share Dan Numbered

Heads Together Terhadap Self Efficacy Peserta Didik: Studi Kuasi Eksperimen pada Mata

Pelajaran Ekonomi Kelas X di SMA Negeri 5 Cimahi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

��

=

JB at as +JBb aw ah

2JSa tas

Dimana :

TK = Tingkat Kesukaran

JBatas = Jumlah benar untuk kelompok atas

JBbawah = Jumlah benar untuk kelompok bawah

JSatas = Jumlah siswa kelompok atas

Tabel 3.3

Klasifikasi Koefisien Tingkat Kesukaran

Kriteria Tingkat Kesukaran Kategori

TK < 0,3 Sukar

0,3 ≤ TK ≤ 0,7 Sedang

TK > 0,7 Mudah

(Suherman, 2003: 171)

Untuk mengetahui hasil pre-test dan post-test mengenai efikasi diri, maka

peneliti menggunakan bantuan dari SPSS 17. Adapun langkah-langkah

pengolahan dan analisis data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Analisis pertama, melakukan analisis data pre-test antara kelompok

eksperimen dengan kelompok kontrol, tujuannya adalah untuk mengetahui

keadaan awal subjek yang akan diteliti. Pada tahap ini, kondisi subjek

penelitian secara statistik diharapkan sama antara kelompok eksperimen

dengan kelompok kontrol. Statistik uji t yang digunakan adalah statistik uji t

(40)

Kikin Martiani, 2012

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Struktural Think Pair Share Dan Numbered

Heads Together Terhadap Self Efficacy Peserta Didik: Studi Kuasi Eksperimen pada Mata

Pelajaran Ekonomi Kelas X di SMA Negeri 5 Cimahi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

perlakuan adalah sama, jika hasil statistik uji t memiliki kekeliruan (�) lebih

besar dari 0.05, hal ini berarti kondisi awal sebelum perlakuan diberikan

kepada kelompok eksperimen dan kontrol adalah sama.

b. Analisis kedua, melakukan perbandingan hasil post-test kelompok

eksperiman dengan hasil post-test kelompok kontrol. Pada tahap ini, secara

statistik diharapkan hasil kelompok eksperimen lebih tinggi dibandingkan

dengan kelompok kontrol. Uji t yang digunakan adalah statistik uji t untuk

sampel independen. Hasil eksperimen lebih baik dibanding dengan

kelompok kontrol jika harga statistik uji t memiliki peluang kekeliruan (�)

lebih kecil dari 0.05. dalam hal ini, berarti kondisi setelah perlakuan

diberikan kepada kelompok eksperimen dan kontrol adalah berbeda.

c. Analisis ketiga, membandingkan skor post-test dengan pre-test kelompok

eksperimen. Tujuannya adalah untuk melihat perbedaan yang ditimbulkan

oleh perlakuan yang diberikan pada subjek, apakah naik atau turun. Secara

statistik diharapkan hasil post-test lebih tinggi dibanding dengan pre-test.

Statistik uji t yang digunakan adalah statistik uji t untuk paired sample.

Hasil post-test lebih baik dibanding dengan kelompok pre-test pada

kelompok eksperimen jika harga statistik uji t memiliki peluang kekeliruan

(�) lebih kecil dari 0.05. Dalam hal lain, berarti kondisi setelah perlakuan

diberikan kepada kelompok adalah berbeda.

d. Analisis keempat, membandingkan skor post-test dan pre- test kelompok

(41)

Kikin Martiani, 2012

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Struktural Think Pair Share Dan Numbered

Heads Together Terhadap Self Efficacy Peserta Didik: Studi Kuasi Eksperimen pada Mata

Pelajaran Ekonomi Kelas X di SMA Negeri 5 Cimahi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

perlakuan yang diberikan pada subjek, apakah naik atau turun. Secara

statistik diharapkan hasil post-test lebih tinggi dibanding dengan pre-test.

Statistik uji t yang digunakan adalah statistik uji t untuk paired sample.

Hasil post-test lebih baik dibanding dengan kelompok pre-test pada

kelompok eksperimen jika harga statistik uji t memiliki peluang kekeliruan

(�) lebih kecil dari 0.05. Dalam hal lain, berarti kondisi setelah perlakuan

diberikan kepada kelompok adalah berbeda.

e. Analisis kelima, membandingkan rata-rata gained score antara kelompok

eksperimen dan kelompok kontrol. Secara statistik diharapkan rata-rata

gained score pada kelompok eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan

kelompok kontrol. Statistik uji t yang digunakan adalah statistik uji t untuk

sampel independen. Hasil eksperimen lebih baik dengan kelompok kontrol

jika harga statistik uji t memiliki peluang kekeliruan (�) lebih kecil dari

0.05. Artinya metode yang diujicobakan lebih baik dari metode

pembandingnya. Dalam hal ini, berarti kondisi setelah perlakuan diberikan

kepada kelompok adalah berbeda.

E. Teknik Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis dilaksanakan dengan menggunakan tingkat kepercayaan

95% atau 99% sedangkan kriterianya yaitu: jika t-daftar < t-hitung maka kedua

perlakuan tidak berbeda berarti Hipotesis Nol (Ho diterima dan Hipotesis

(42)

Kikin Martiani, 2012

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Struktural Think Pair Share Dan Numbered

Heads Together Terhadap Self Efficacy Peserta Didik: Studi Kuasi Eksperimen pada Mata

Pelajaran Ekonomi Kelas X di SMA Negeri 5 Cimahi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

t0,975 tetapi masih dalam interval t0,995 maka kedua perlakuan berbeda signifikan

dan jika t ada diluar atau sama dengan batas interval t0,995 maka kedua perlakuan

berbeda signifikan, hal ini berarti Hipotesis Nol (Ho ditolak dan Hipotesis

Alternatif (Ha) diterima.

a. Jika data Homogen dan normal

b. Jika data tidak Homogen dan Non Normal

Uji Wilcoxon digunakan apabila uji normalitas menghasilkan distribusi

tidak normal. Langkah-langkah Wilcoxon sebagai berikut:

a. Membuat daftar rank

b. Menentukan nilai Wilcoxon (T)

Penentuan nilai Wilcoxon menggunakan rumus sebagai berikut:

�= � − �

(�+�汵�)

� �+ ( �+ )

Keterangan :

n = banyak data yang berubah setelah diberi perlakuan berbeda

T = jumlah ranking dari selisih yang negatif (apabila banyaknya selisih yang positif lebih banyak dari banyaknya selisih negatif)

Z = jumlah ranking dari nilai selisih yang positif (apabila banyaknya selisih negative > banyaknya selisih yang positif)

c. Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis ini dilaksanakan dengan menggunakan tingkat

kepercayaan 95% atau 99% sedangkan kriterianya yaitu: Jika Z-hitung lebih besar

(43)

Kikin Martiani, 2012

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Struktural Think Pair Share Dan Numbered

Heads Together Terhadap Self Efficacy Peserta Didik: Studi Kuasi Eksperimen pada Mata

Pelajaran Ekonomi Kelas X di SMA Negeri 5 Cimahi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

diterima dan sebaliknya jika Z-hitung lebih kecil dari Z-tabel maka Hipotesis Nol

(Ho) diterima dan Hipotesis Alternatif ditolak (Ha).

F. Prosedur Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dalam tiga tahap, yaitu tahap persiapan, tahap

pelaksanaan dan tahap akhir. Berikut dijelaskan perincian langkah pada setiap

tahap:

1. Tahap Persiapan, terdiri dari:

a. Observasi

b. Memberi angket awal pada peserta didik

c. Menyusun proposal

d. Melaksanakan seminar proposal

e. Penyusunan instrument

f. Melakukan uji coba instrument

g. Revisi instrumen

2. Tahap Pelaksanaan, terdiri dari:

a. Proses KBM

b. Melakukan angket pada peserta didik

c. Mengumpulkan dan menganalisa data

3. Tahap akhir

(44)

Kikin Martiani, 2012

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Struktural Think Pair Share Dan Numbered

Heads Together Terhadap Self Efficacy Peserta Didik: Studi Kuasi Eksperimen pada Mata

Pelajaran Ekonomi Kelas X di SMA Negeri 5 Cimahi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

(45)

Kikin Martiani, 2012

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Struktural Think Pair Share Dan Numbered

Heads Together Terhadap Self Efficacy Peserta Didik: Studi Kuasi Eksperimen pada Mata

Pelajaran Ekonomi Kelas X di SMA Negeri 5 Cimahi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Gambar

Gambar Indikator Tingkat Kesulitan Tugas ( Gambar Indikator Kekuatan Keyakinan (
Tabel 1.1
Tabel 3.1 Desain Eksperimen
tabel 3.2 berikut:
+4

Referensi

Dokumen terkait

(Meski sesungguhnya hal terakhir ini tidak menjadi masalah yang terlalu signifikan sepanjang pemrogram-pemrogram yang akan mengembangkan aplikasi di atas MongoDB memahami

[r]

Hasil survei yang didapat menunjukan bahwa potensi lokal yang terdapat di wilayah Kulon Progo berupa daerah pegunungan, dataran rendah, kawasan hutan mangrove dan

MENURUT ORGANI SASI / BAGI AN ANGGARAN, UNI T ORGANI SASI , PUSAT,DAERAH DAN KEWENANGAN. KODE PROVINSI KANTOR PUSAT KANTOR DAERAH DEKONSEN

• Database management systems (DBMS) menyediakan metode untuk representasi data secara digital, prosedur untuk desain sistem dan menangani data besar, terutama pengaksesan

[r]

Sehubungan dengan akan dilaksanakannya klarifikasi dan negosiasi dan dengan berakhirnya masa sanggah, untuk itu kami mengundang Direktur Utama / Pimpinan Perusahaan

(1) Dalam hal persetujuan menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pendayagunaan aparatur negara dan reformasi birokrasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat