Kikin Martiani, 2012
Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Struktural Think Pair Share Dan Numbered
Heads Together Terhadap Self Efficacy Peserta Didik: Studi Kuasi Eksperimen pada Mata
Pelajaran Ekonomi Kelas X di SMA Negeri 5 Cimahi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
vi
A. Latar Belakang Penelitian ………. B. Identifikasi dan Rumusan Masalah ………..…
C. Tujuan Penelitian ……….
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN
HIPOTESIS
A. Model Pembelajaran Kooperatif ………... B. Strategi Cooperatif Learning Tipe Struktural ………..
Kikin Martiani, 2012
Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Struktural Think Pair Share Dan Numbered
Heads Together Terhadap Self Efficacy Peserta Didik: Studi Kuasi Eksperimen pada Mata
Pelajaran Ekonomi Kelas X di SMA Negeri 5 Cimahi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
vii
D. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ……….……. E. Teknik Pengujian Hipotesis ……….……. F. Prosedur Penelitian ………..………...
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Kikin Martiani, 2012
Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Struktural Think Pair Share Dan Numbered
Heads Together Terhadap Self Efficacy Peserta Didik: Studi Kuasi Eksperimen pada Mata
Pelajaran Ekonomi Kelas X di SMA Negeri 5 Cimahi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
viii
DAFTAR TABEL
Nomor Tabel Halaman
1.1 Sintaks Pembelajaran Kooperatif ………... 11
2.1 Sintaks Pembelajaran Tipe TPS ………... 32
3.1 Desain Eksperimen ………... 63
3.2 3.3 Instrumen Efikasi Diri ………... Klasifikasi Koefisien Tingkat Kesukaran ………... 65 71 4.1 Deskripsi Efikasi Diri Peserta Didik Kelas X SMA Negeri 5 Cimahi ………... 80
4.2 Hasil Uji Statistik Data Pretes dan Postes ………... 84
4.3 Hasil Uji Statistik Data Gain ………... 86
4.4 Hasil Uji Rerata Kelas Eksperimen ………... 86
4.5 Hasil Uji Rerata Kelas Kontrol ………... 87
Kikin Martiani, 2012
Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Struktural Think Pair Share Dan Numbered
Heads Together Terhadap Self Efficacy Peserta Didik: Studi Kuasi Eksperimen pada Mata
Pelajaran Ekonomi Kelas X di SMA Negeri 5 Cimahi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
ix
DAFTAR GAMBAR
Nomor Gambar Halaman
1.1 Piramida Kebutuhan Maslow …………...…….... 5
2.1 Bagan Keterkaitan Antar Komponen Pembelajaran Kontekstual ………...……. 19
2.2 Triadic Reciprocal Determinism ………...………. 38
2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Efikasi Diri ………...……….. 47
2.4 Kerangka Berfikir ………... 56
3.1 Kontinum Interval Skala Sepuluh …………...… 67
3.2 Alur Penelitian ………...……… 77
4.1 Kategori Pencapaian Efikasi Diri …...…………. 80
4.2 Gambar Indikator Tingkat Kesulitan Tugas (Magnitude) … 81 4.3 Gambar Indikator Kekuatan Keyakinan (Strength) ... 82
4.4 Gambar Indikator Luas Bidang Prilaku (Generality) …... 83
4.5 Deskripsi Hasil Pretes dan Postes Efikasi Diri Peserta Didik ………... 84
Kikin Martiani, 2012
Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Struktural Think Pair Share Dan Numbered
Heads Together Terhadap Self Efficacy Peserta Didik: Studi Kuasi Eksperimen pada Mata
Pelajaran Ekonomi Kelas X di SMA Negeri 5 Cimahi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
x
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Lampiran Halaman
A. 1. Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran...106 A. 2. Bahan
Ajar...112
B. 1. Kategori Efikasi Diri Peserta Didik Kelas Eksperimen...116
B. 2. Kategori Efikasi Diri Peserta Didik Kelas Kontrol...117
B. 3. Hasil Pretes, Postes, dan Gain Kelas
Eksperimen...118
B. 4. Hasil Pretes, Postes, dan Gain Kelas
Kontrol...119
B. 5. Kategori Gain Indikator Kesulitan Tugas (Magnitude), Kekuatan Keyakinan
(Strength), dan Luas Bidang Perilaku (Generality) Kelas Eksperimen...120
Kikin Martiani, 2012
Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Struktural Think Pair Share Dan Numbered
Heads Together Terhadap Self Efficacy Peserta Didik: Studi Kuasi Eksperimen pada Mata
Pelajaran Ekonomi Kelas X di SMA Negeri 5 Cimahi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
xi
(Strength), dan Bidang Perilaku (Generality) Kelas Kontrol...121
C. 1. Pengolahan Data Pretes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol...122
C. 2. Pengolahan Data Postes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol...124
C. 3. Pengolahan Data Gain Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol...126
C. 4. Uji Rerata Berpasangan Kelas
Eksperimen...128
C. 5. Uji Rerata Berpasangan Kelas
Kontrol...129
C. 6. Uji Rerata Perbedaan Kedua
Kikin Martiani, 2012
Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Struktural Think Pair Share Dan Numbered
Heads Together Terhadap Self Efficacy Peserta Didik: Studi Kuasi Eksperimen pada Mata
Pelajaran Ekonomi Kelas X di SMA Negeri 5 Cimahi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Perkembangan pendidikan dewasa ini menuntut sumber manusia yang
berkualitas. Sumber daya manusia yang berkualitas tersebut adalah manusia yang
mampu memahami dan menerapkan pengetahuan yang dimilikinya dalam
kehidupan sehari-hari. Pengetahuan yang telah dipelajari harus menjadi bermakna
dan bermanfaat bagi dirinya maupun masyarakat. Salah satu cara untuk
mendapatkan pengetahuan adalah melalui pendidikan. Pendidikan pada
hakekatnya adalah perubahan pribadi manusia yang meliputi perubahan
pengetahuan, sikap dan perilaku. Pendidikan merupakan bagian dari proses
kebudayaan dalam arti bahwa melalui pendidikan manusia didewasakan, melalui
pendidikan seseorang mendapatkan pengetahuan, pendidikan nilai, dan sejumlah
kompetensi lain yang dapat memberi bekal pada peserta didik untuk menghadapi
tantangan hidupnya di masa mendatang (Wahab, 2008: 36).
Selain itu, Pendidikan juga merupakan pondasi penting bagi pengembangan
intelektual, emosional, kultural, dan sosial peserta didik. Pendidikan berupaya
dalam menumbuhkembangkan cara berfikir, bersikap dan berperilaku yang
bertanggungjawab baik secara individual, warga masyarakat, warga negara
Kikin Martiani, 2012
Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Struktural Think Pair Share Dan Numbered
Heads Together Terhadap Self Efficacy Peserta Didik: Studi Kuasi Eksperimen pada Mata
Pelajaran Ekonomi Kelas X di SMA Negeri 5 Cimahi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Pendidikan erat kaitannya dengan proses belajar dan mengajar.
Pembelajaran merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi dan berperan
penting dalam pembentukan pribadi dan perilaku seseorang. Dalam hal tersebut
belajar dipengaruhi oleh banyak faktor. Secara garis besar, faktor tersebut adalah
faktor intern dan ekstern. Faktor intern menyangkut faktor-faktor psikologis.
Faktor psikologis dalam belajar memberikan andil yang cukup penting dan
senantiasa memberikan landasan serta kemudahan dalam upaya mencapai tujuan
belajar secara optimal. Salah satu faktor tersebut adalah motivasi diri sebagai
sumber untuk maju dan berkembang (Bandura 1997: 121).
Motivasi diri merupakan hal penting bagi diri peserta didik. Akan tetapi
dalam proses belajar mengajar sering ditemui berbagai macam permasalahan,
diantaranya terjadinya komunikasi satu arah. Sehingga peserta didik cenderung
pasif (hanya mengikuti ceramah guru), serta menimbulkan rasa jenuh pada diri
peserta didik dalam mengikuti proses belajar mengajar. Hal ini tidak ubahnya
dengan kegiatan belajar mengajar yang meliputi datang, duduk mengikuti
ceramah guru, melihat guru menulis, mendengarkan, lalu mengingat atau
mengkopi apa adanya informasi yang disampaikan oleh guru.
Untuk itu, selain senantiasa menyempurnakan sistem pembelajarannya, guru
pun harus mengupayakan terjadinya motivasi belajar yang dapat mengembangkan
efikasi diri peserta didik. Kenyataannya, timbul permasalahan tentang krisis
motivasi belajar. Gejala ini terlihat antara lain berkurangnya perhatian peserta
Kikin Martiani, 2012
Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Struktural Think Pair Share Dan Numbered
Heads Together Terhadap Self Efficacy Peserta Didik: Studi Kuasi Eksperimen pada Mata
Pelajaran Ekonomi Kelas X di SMA Negeri 5 Cimahi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
dan belajar hanya ketika ada ulangan. Keyakinan atas kemampuan diri sangatlah
rendah. Hal ini mungkin terjadi karena kurangnya interaksi yang terjalin antara
guru dan peserta didik. Keyakinan akan kemampuan diri belum tergali
sepenuhnya.
Inilah yang terjadi dengan peserta didik kelas X di SMA Negeri 5 Cimahi,
pada observasi awal peneliti melihat banyak peserta didik yang merasa jenuh,
mereka sering mengobrol dengan teman sebangkunya dan tidak memperhatikan
guru yang sedang menjelaskan materi pelajaran di depan kelas, terkadang mereka
membuat coretan-coretan di buku tulis atau setiap beberapa menit sekali, mereka
melihat jam dinding berharap pembelajaran segera berakhir.
Di SMA Negeri 5 Cimahi metode yang sering digunakan adalah metode
ceramah, tanya jawab, resitasi, dan diskusi. Ketika menggunakan metode tanya
jawab hanya beberapa peserta didik yang berani bertanya dan menjawab
pertanyaan, dan yang paling sering bertanya dan menjawab pertanyaan adalah
peserta didik yang berprestasi saja. Pada saat diskusi peserta didik hanya diam
membisu hanya mengandalkan ketua kelompok dan juru bicara di kelompoknya.
Saat hal ini peneliti tanyakan kepada beberapa peserta didik, mereka menjawab
capek, jenuh, ngantuk dan bosan karena guru hanya menjelaskan dan memberi
tugas, jarang memberikan sesuatu yang menantang yang dapat mengusir rasa
kantuk para peserta didik, terutama jika proses belajar mengajar dilaksanakan
pada siang hari. Melihat kondisi ini, guru tentu harus mencari metode yang dapat
Kikin Martiani, 2012
Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Struktural Think Pair Share Dan Numbered
Heads Together Terhadap Self Efficacy Peserta Didik: Studi Kuasi Eksperimen pada Mata
Pelajaran Ekonomi Kelas X di SMA Negeri 5 Cimahi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
pembelajaran yang dapat memberi rangsangan untuk peserta didik aktif dalam
proses pembelajaran sebagai upaya mencapai tujuan pembelajaran itu sendiri.
Permasalahan lain yang ada di SMA Negeri 5 Cimahi, khususnya kelas X
sulit membimbing peserta didik untuk memahami dan menghadapi
perbedaan-perbedaan individu sebagai respon terhadap lingkungan sosial dan fisik. Peserta
didik masih terikat dengan lingkungan mereka sendiri. Mereka lebih fokus pada
pandangan mengenai diri (view of self) para individu dari pada fokus pada
perkembangan intelektual mereka. Perkembangan mengenai diri harus diikuti
dengan perilaku aktualisasi diri, suatu pencapaian menuju lingkungan dengan
kepercayaan diri yang kuat bahwa interaksi dengan orang lain akan lebih
produktif. Orang yang menerapkan aktualisasi diri dengan lingkungan akan
menemukan kesempatan untuk tumbuh dan berkembang, dan memberikan
sumbangan berarti terhadap proses perkembangan orang lain. Aktualisasi diri,
sebagaimana dikatakan Maslow (1962: 451) adalah proses yang tidak hanya
memungkinkan orang untuk berspekulasi dan mengambil resiko, namun juga
memberikan ketidaknyamanan yang tidak terelakkan ketika berusaha memiliki
skill yang baru dikenal dan coba didalami. Hal inilah yang belum berkembang
pada peserta didik.
Teori Maslow sering digambarkan sebagai piramida, lebih besar tingkat
bawah mewakili kebutuhan yang lebih rendah, dan titik atas mewakili kebutuhan
aktualisasi diri. Untuk lebih jelasnya di bawah ini adalah piramida kebutuhan
Kikin Martiani, 2012
Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Struktural Think Pair Share Dan Numbered
Heads Together Terhadap Self Efficacy Peserta Didik: Studi Kuasi Eksperimen pada Mata
Pelajaran Ekonomi Kelas X di SMA Negeri 5 Cimahi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Sumber: Maslow, 1962: 451 (http://id.m.wikipedia.org/wiki/Motivasi).
Gambar 1.1
Piramida Kebutuhan Maslow
Peserta didik belum menyadari bahwa jika mereka memiliki perkembangan
dalam level rendah (less-developed person) akan merasa memiliki sedikit
kompetensi untuk menghadapi lingkungan dan berupaya menerimanya, apapun
lingkungan yang mereka dapatkan. Selain itu, peserta didik cenderung tidak suka
mengembangkan hubungan yang memancing pertumbuhan dan produktifitas yang
berasal dari inisiatif dan kemampuan peserta didik sendiri. Peserta didik lebih
memilih beraktivitas dalam lingkungan yang sudah terbentuk (dalam hal ini teman
semasa SMP) dibandingkan mengembangkan kesempatan dari dan dengan
Kikin Martiani, 2012
Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Struktural Think Pair Share Dan Numbered
Heads Together Terhadap Self Efficacy Peserta Didik: Studi Kuasi Eksperimen pada Mata
Pelajaran Ekonomi Kelas X di SMA Negeri 5 Cimahi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
yang mereka miliki untuk menghadapi masalah-masalah yang terjadi. Mereka
merasa nyaman dengan diri mereka sendiri meskipun kemampuan mereka belum
tergali sepenuhnya. Peserta didik belum mempunyai efikasi diri yang kuat,
sehingga peserta didik lebih terdorong untuk belajar sendiri meskipun hasilnya
tidak begitu memuaskan. Keyakinan dalam diri peserta didik belum muncul secara
optimal.
Dari hasil psikotes yang dilakukan,oleh guru-guru Bimbingan Konseling
tahun 2010-2011, rata-rata kemampuan peserta didik di SMA Negeri 5 Cimahi
menunjukkan sesungguhnya mereka memiliki IQ yang rata-rata baik, tetapi tidak
mempunyai efikasi yang kuat untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya.
Hampir 65% dari jumlah peserta didik memiliki efikasi diri rendah, 10% memiliki
efikasi diri tinggi dan 25% peserta didik memiliki efikasi diri sedang. Dari hasil
psikotes tersebut terdapat permasalahan yang selalu ada di setiap angkatan adalah
kurangnya kepercayaan diri pada peserta didik dan keyakinan yang tinggi bahwa
peserta didik mampu melakukan yang terbaik.
Hal ini berdasarkan data dari guru konseling, meskipun peserta didik
memiliki intelegensi yang tinggi, namun belum tentu peserta didik mempunyai
efikasi diri tinggi pula. Terlihat dari kurangnya keberanian dalam diri peserta
didik dalam mengungkapkan pendapat, kurang aktif dalam diskusi dan hanya
menerima penjelasan dari guru tanpa pernah berusaha mencari pengetahuan dari
Kikin Martiani, 2012
Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Struktural Think Pair Share Dan Numbered
Heads Together Terhadap Self Efficacy Peserta Didik: Studi Kuasi Eksperimen pada Mata
Pelajaran Ekonomi Kelas X di SMA Negeri 5 Cimahi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Dari paparan di atas, jelas bahwa permasalahan pokok yang terjadi adalah
rendahnya keyakinan diri peserta didik terhadap kemampuannya sendiri.
Keyakinan diri terhadap kemampuan yang dimiliki oleh individu merujuk pada
istilah efikasi diri (self efficacy). Menurut Bandura (1997: 3) menyatakan bahwa
efikasi diri merupakan keyakinan akan kemampuan individu untuk dapat
mengorganisasi dan melakukan serangkaian tindakan yang dianggap perlu dalam
mencapai suatu hasil yang diinginkan. Efikasi diri terlihat dari upaya peserta didik
dalam mengatasi tuntutan-tuntutan pendidikan di sekolah. Hal ini meliputi
keyakinan peserta didik bahwa usaha yang dilakukannya dapat mengatasi
kesulitan belajar, keyakinan dalam menyelesaikan setiap tugas yang diberikan dan
upaya mempertahankan aktivitas untuk mencapai prestasi belajar yang diinginkan.
Untuk itu, sekolah sebagai institusi pendidikan harus memberikan pelayanan
terbaik bagi peserta didiknya.
Efikasi diri merupakan kapasitas untuk mendapatkan hasil atau perbedaan
yang diinginkan. Efikasi diri mempengaruhi motivasi belajar dan memberi
keyakinan pada peserta didik akan kemampuan yang dimilikinya. Efikasi
menentukan kontribusi pada perilaku peserta didik dalam pembelajaran. Peserta
didik yang mempunyai efikasi diri akan berpengaruh terhadap tingkah lakunya.
Keyakinan kepada kemampuan sendiri mempengaruhi motivasi pribadi peserta
didik, makin rendah efikasi diri maka tingkat stress peserta didik akan
pembelajaran makin tinggi. Sebaliknya, makin tinggi keyakinan kepada
Kikin Martiani, 2012
Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Struktural Think Pair Share Dan Numbered
Heads Together Terhadap Self Efficacy Peserta Didik: Studi Kuasi Eksperimen pada Mata
Pelajaran Ekonomi Kelas X di SMA Negeri 5 Cimahi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Persoalan ini yang belum tumbuh dalam diri peserta didik. Sehingga menjadi
tugas lain bagi pendidik, dalam proses pengembangan efikasi diri peserta
didiknya.
Proses pembelajaran yang dilakukan di sekolah haruslah merupakan upaya
dalam mengembangkan efikasi diri yang dimiliki oleh setiap peserta didik. Karena
itulah, proses perkembangan peserta didik berkaitan erat dengan identifikasi
berbagai sumber belajar di sekolah, seperti sarana dan prasarana sekolah, interaksi
dengan guru, serta interaksi dengan temannya di sekolah dapat memperkuat
proses efikasi diri peserta didik.
Dalam usaha untuk mengembangkan efikasi diri peserta didik, haruslah
menggunakan model pembelajaran yang dapat merangsang peserta didik agar
terlibat dalam kegiatan proses belajar, salah satunya adalah pembelajaran dengan
menggunakan model kooperatif. Pembelajaran kooperatif merupakan
pembelajaran yang berpusat pada peserta didik (student centered). Dimana peserta
didik adalah subjek pembelajaran.
Dalam proses pembelajaran konvensional, biasanya peserta didik tidak
didorong untuk mengembangkan keterampilan berpikir. Proses pembelajaran
dalam kelas biasanya masih berpusat pada guru (teacher centered), yang
diarahkan kemampuan peserta didik untuk berpikir secara konvergen dan
menghapal informasi, tanpa dituntut untuk memahami informasi dan
Kikin Martiani, 2012
Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Struktural Think Pair Share Dan Numbered
Heads Together Terhadap Self Efficacy Peserta Didik: Studi Kuasi Eksperimen pada Mata
Pelajaran Ekonomi Kelas X di SMA Negeri 5 Cimahi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Carl R. Rogers (Rahayu, 2009: 37) mengajukan konsep pembelajaran yaitu
“Student Centered Learning”, yang intinya yaitu sebagai berikut:
1) Peserta didik, dan adanya perbedaan persepsi/pendapat
difasilitasi/diakomodir, kita tidak bisa mengajar orang lain tetapi kita hanya
bisa memfasilitasi belajarnya.
2) Seseorang akan belajar secara signifikan hanya pada hal-hal yang dapat
memperkuat/menumbuhkan “self”nya.
3) Peserta didik tidak dapat belajar bila dibawah tekanan.
4) Pendidikan akan membelajarkan peserta didik secara signifikan bila tidak
ada tekanan terhadap peserta.
Menurut UNESCO (2009) pembelajaran yang efektif pada abad ini harus
diorientasikan pada empat pilar yaitu: learning to know, learning to do, learning
to be, dan learning to live together. Keempatnya dapat diuraikan bahwa dalam
proses pendidikan melalui berbagai kegiatan pembelajaran peserta didik diarahkan
untuk memperoleh pengetahuan tentang sesuatu, menerapkan atau
mengaplikasikan apa yang diketahuinya tersebut guna menjadikan dirinya
seseorang yang lebih baik dalam kehidupan sosial bersama orang lain.
Lebih lanjut, dalam rangka merealisasikan “learning to know”, guru
memiliki berbagai fungsi yang diantaranya adalah fasilitator, yaitu sebagai teman
sejawat dalam berdialog dan berdiskusi dengan peserta didik guna
mengembangkan penguasaan pengetahuan maupun ilmu tertentu. Learning to do
Kikin Martiani, 2012
Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Struktural Think Pair Share Dan Numbered
Heads Together Terhadap Self Efficacy Peserta Didik: Studi Kuasi Eksperimen pada Mata
Pelajaran Ekonomi Kelas X di SMA Negeri 5 Cimahi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
peserta didik untuk mengaplikasikan keterampilan yang dimilikinya sehingga
dapat berkembang dan dapat mendukung keberhasilan peserta didik dalam
mengembangkan efikasi diri. Learning to be (belajar untuk menjadi seseorang)
erat hubungannya dengan bakat dan minat, perkembangan fisik dan kejiwaan,
tipologi pribadi peserta didik serta kondisi lingkungannya. Bagi peserta didik
yang agresif, proses pengembangan diri akan berjalan bila diberi kesempatan
cukup luas untuk berkreasi. Sebaliknya, bagi peserta didik yang pasif peran guru
mengarahkan dan fasilitator sangat dibutuhkan untuk menumbuhkan kepercayaan
dirinya dalam kegiatan belajar dan pengembangan diri. Selanjutnya, kebiasaan
hidup bersama, saling menghargai, terbuka, memberi dan menerima perlu
ditumbuhkembangkan termasuk dalam proses belajar mengajar di sekolah. Kondisi ini memungkinkan terjadinya proses “learning to live together” (belajar
untuk menjalani kehidupan bersama).
Dalam pelaksanaannya, tujuan belajar yang utama adalah bahwa apa yang
dipelajari itu akan berguna di kemudian hari, yakni membantu peserta didik dapat
belajar terus dengan cara yang lebih mudah, sehingga tercapainya pembelajaran
seumur hidup (long life education). Untuk mewujudkan hal ini, sangat dibutuhkan
kerjasama antara berbagai pihak, terutama antara peserta didik dengan pendidik
atau guru. Peran guru sebagai pendidik sangatlah penting, oleh karena itu guru
dituntut dapat menerapkan berbagai metode yang efektif dan menarik dalam
proses penyampaian materi pembelajaran. Salah satu model pembelajaran yang
Kikin Martiani, 2012
Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Struktural Think Pair Share Dan Numbered
Heads Together Terhadap Self Efficacy Peserta Didik: Studi Kuasi Eksperimen pada Mata
Pelajaran Ekonomi Kelas X di SMA Negeri 5 Cimahi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
karena melibatkan seluruh peserta didik dalam kelompok-kelompok. Dalam
kelompok-kelompok kecil inilah diharapkan peserta didik dapat belajar
berkomunikasi dengan teman, saling menghargai pendapat orang lain dan
mempunyai keyakinan bahwa dirinya mampu melaksanakan tugas yang diberikan
dengan sebaik mungkin. Salah satu yang diharapkan dalam proses kerja kelompok
ini adalah munculnya efikasi diri pada setiap peserta didik.
Model pembelajaran cooperative merupakan salah satu model pembelajaran
yang mendukung pembelajaran kontekstual. Sebagaimana yang diungkapkan oleh
Bern dan Erickson (Komalasari, 2011: 55) bahwa cooperative learning
merupakan salah satu strategi pembelajaran cocok dengan pendekatan
kontekstual. Sistem pengajaran cooperative learning didefinisikan sebagai sistem
kerja/belajar kelompok yang terstruktur. yang termasuk dalam struktur ini adalah
lima unsur pokok (Jhonson & Jhonson, 1993) yaitu saling ketergantungan positif,
tanggung jawab individual, interaksi personal, keahlian bekerja sama dan proses
kelompok. Falsafah yang mendasari pembelajaran Cooperative Learning
(pembelajaran gotong royong) dalam pendidikan adalah “homo homini socius”
yang menekankan bahwa manusia adalah makhluk sosial. Cooperative Learning
adalah cara belajar-mengajar berbasiskan peace education, (Lie, 2008: 28).
Pengorganisasian dan pemanfaatan sumber daya itu dilakukan dengan cara
membelajarkan peserta didik secara cooperative berdasarkan sintaks pembelajaran
kooperatif seperti tergambar dalam tabel berikut:
Kikin Martiani, 2012
Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Struktural Think Pair Share Dan Numbered
Heads Together Terhadap Self Efficacy Peserta Didik: Studi Kuasi Eksperimen pada Mata
Pelajaran Ekonomi Kelas X di SMA Negeri 5 Cimahi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Sintaks Pembelajaran Kooperatif
Fase-fase Perilaku Guru
Fas Fase 1 : Present goals and set
Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan peserta didik
Menjelaskan tujuan pembelajaran dan mempersiapkan peserta didik siap belajar
Memberikan penjelasan kepada peserta didik tentang tata cara pembentukan tim belajar dan membantu kelompok melakukan transisi yang efisien
Fase 4 : Asisst team work and study Membantu kerja tim dan belajar
Membantu tim-tim belajar selama peserta didik mengerjakan tugasnya
Fase 5 : Test on the materials Mengevaluasi
Menguji pengetahuan peserta didik mengenai berbagai materi pembelajaran atau kelompok-kelompok presentasi hasil kerjanya
Fase 6 : Provide recognition
Memberikan pengakuan dan penghargaan
Mempersiapkan cara untuk mengakui usaha dan prestasi individu maupun kelompok
Sumber : Arend, Ricard I (2008: 21).
Melalui model pembelajaran Think Pair Share dan Numbered Heads
Together diharapkan peserta didik dapat mengembangkan efikasi diri dan dapat
berkomunikasi satu dengan yang lain serta dapat bekerja dalam kelompok kecil.
Model pembelajaran kooperatif tipe struktural merupakan tipe pembelajaran
kooperatif yang menekankan pada struktur khusus yang dirancang untuk
mempengaruhi pola interaksi peserta didik dan memiliki tujuan untuk
Kikin Martiani, 2012
Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Struktural Think Pair Share Dan Numbered
Heads Together Terhadap Self Efficacy Peserta Didik: Studi Kuasi Eksperimen pada Mata
Pelajaran Ekonomi Kelas X di SMA Negeri 5 Cimahi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
dalam hal ini adalah pengembangan efikasi diri peserta didik. Guru sangat
berperan penting untuk membimbing peserta didik melakukan diskusi, sehingga
teciptanya suasana belajar yang lebih aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan.
Dengan demikian jelas bahwa melalui model pembelajaran tipe struktural
(Think Pair Share dan Numbered Heads Together), peserta didik dapat
memecahkan masalah, memahami suatu materi secara berkelompok dan saling
membantu antara satu sama lain, membuat kesimpulan serta mempresentasikan di
depan kelas sebagai salah satu langkah evaluasi terhadap kegiatan pembelajaran
yang telah dilakukan. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan model
pembelajaran koperatif tipe struktural (Think Pair Share dan Numbered Heads
Together) sebagai upaya dalam mengembangkan efikasi diri peserta didik.
Pembelajaran menggunakan pendekatan struktural tipe (Think Pair Share
dan Numbered Heads Together) merupakan model pembelajaran kooperatif yang
dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi peserta didik. TPS dan NHT
menghendaki peserta didik bekerja saling membantu dalam kelompok kecil (2-4
anggota). TPS mempunyai beberapa manfaat diantaranya; meningkatkan motivasi
belajar, berbagi pengetahuan, meningkatkan hasil belajar. Menurut Ibrahim, dkk
(2000: 6) keunggulan strategi pembelajaran TPS antara lain; memberi peserta
didik lebih banyak waktu untuk berfikir, menjawab, saling membantu satu sama
lain, meningkatkan partisipasi.
Keunggulan TPS yang lain menurut Lie (2008: 57) adalah optimalisasi
Kikin Martiani, 2012
Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Struktural Think Pair Share Dan Numbered
Heads Together Terhadap Self Efficacy Peserta Didik: Studi Kuasi Eksperimen pada Mata
Pelajaran Ekonomi Kelas X di SMA Negeri 5 Cimahi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
peserta didik yang maju dan membagikan hasilnya untuk seluruh kelas, tipe ini
memberi kesempatan sedikitnya delapan kali lebih banyak pada peserta didik
untuk dikenali dan menunjukkan partisipasi mereka kepada orang lain. Menurut
Spencer Kagan manfaat TPS adalah (1) peserta didik menggunakan waktu lebih
banyak untuk mengerjakan tugasnya, (2) guru juga mungkin mempunyai waktu
lebih banyak berfikir ketika menggunakan TPS. Sedangkan tipe NHT memiliki
tiga tujuan yaitu (1) hasil belajar akademik struktural, (2) pengakuan adanya
keragaman (bertujuan agar peserta didik dapat menerima teman-temannya yang
mempunyai latar belakang berbeda), dan (3) pengembangan keterampilan sosial.
B. Identifikasi dan Rumusan Masalah 1. Identifikasi Masalah
Permasalahan dalam penelitian dapat diidentifikasi berdasarkan
faktor-faktor yang memberikan pengaruh utama dalam hal pengembangan efikasi diri
peserta didik di SMA Negeri 5 Cimahi. Faktor-faktor tersebut diantaranya adalah
sebagai berikut.
a. Proses pembelajaran di kelas yang dilakukan guru didominasi oleh metode
pembelajaran konvensional dan pemberian tugas.
Kikin Martiani, 2012
Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Struktural Think Pair Share Dan Numbered
Heads Together Terhadap Self Efficacy Peserta Didik: Studi Kuasi Eksperimen pada Mata
Pelajaran Ekonomi Kelas X di SMA Negeri 5 Cimahi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
c. Pandangan mengenai diri (view of self) lebih terfokus daripada
pengembangan intelektual siswa.
d. Lingkungan belajar yang kurang mendukung pengembangan efikasi diri
peserta didik.
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka
rumusan masalah penelitian ini adalah “Bagaimanakah perbedaan model
pembelajaran kooperatif tipe struktural (Think Pair Share dan Numbered Heads
Together) dalam mengembangkan Efikasi Diri pada peserta didik kelas X di
SMA Negeri 5 Cimahi?
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka disusun beberapa pertanyaan
penelitian di antaranya:
a. Apakah terdapat perbedaan efikasi diri peserta didik pada pengukuran awal
(pretes) dengan pengukuran akhir (postes) pada kelas eksperimen yang
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe struktural Think Pair
Share (TPS)?
b. Apakah terdapat perbedaan efikasi diri peserta didik pada pengukuran awal
(pretes) dengan pengukuran akhir (postes) pada kelas kontrol yang
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe struktural Numbered
Kikin Martiani, 2012
Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Struktural Think Pair Share Dan Numbered
Heads Together Terhadap Self Efficacy Peserta Didik: Studi Kuasi Eksperimen pada Mata
Pelajaran Ekonomi Kelas X di SMA Negeri 5 Cimahi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
c. Apakah pengembangan efikasi diri peserta didik yang menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe struktural Think Pair Share (TPS) berbeda
daripada model pembelajaran kooperatif tipe struktural Numbered Heads
Together (NHT) dalam pengukuran akhir (postes)?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah “Untuk Mengetahui Perbedaan Model Pembelajaran
Cooperative tipe Struktural (Think Pair Share dan Numbered Heads Together)
Terhadap Self Efficacy Peserta Didik (Studi eksperimen mata pelajaran Ekonomi
kelas X di SMA Negeri 5 Cimahi)”.
a. Untuk mengetahui adanya perbedaan efikasi diri peserta didik pada
pengukuran awal (pretes) dengan pengukuran akhir (postes) pada kelas
eksperimen yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe struktural
Think Pair Share (TPS).
b. Mengetahui adanya perbedaan efikasi diri peserta didik pada pengukuran
awal (pretes) dengan pengukuran akhir (postes) pada kelas kontrol yang
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe struktural Numbered
Heads Together (NHT).
c. Mengetahui adanya perbedaan pengembangan efikasi diri yang
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe struktural think pair
Kikin Martiani, 2012
Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Struktural Think Pair Share Dan Numbered
Heads Together Terhadap Self Efficacy Peserta Didik: Studi Kuasi Eksperimen pada Mata
Pelajaran Ekonomi Kelas X di SMA Negeri 5 Cimahi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
tipe struktural numbered heads together (NHT) dalam pengukuran akhir
(postes).
D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis
a. Secara umum, penelitian ini memberikan sumbangan untuk pendidikan
dalam pengajaran ilmu pengetahuan sosial (ekonomi), sebagai upaya
peningkatan kemandirian peserta didik dalam pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe struktural.
b. Secara khusus hasil penelitian ini dapat bermanfaat sebagai pijakan untuk
mengembangkan penelitian-penelitian sejenis, serta dapat memberikan
kontribusi terhadap pembelajaran ekonomi.
2. Manfaat Praktis
Sedangkan secara praktis penelitian ini dapat memberikan manfaat sebagai
berikut:
a. Sebagai masukan atau alternatif untuk inovasi model pembelajaran ekonomi
yang berpusat pada peserta didik.
b. Sebagai bahan informasi bagi guru ekonomi tentang keefektifan model
pembelajaran kooperatif tipe struktural dalam pembelajaran guna
mengembangkan efikasi diri peserta didik.
c. Bagi peneliti, sebagai wahana uji kemampuan terhadap bekal teori yang
diperoleh dari bangku kuliah, sera menambah wawasan, pengalaman dalam
Kikin Martiani, 2012
Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Struktural Think Pair Share Dan Numbered
Heads Together Terhadap Self Efficacy Peserta Didik: Studi Kuasi Eksperimen pada Mata
Pelajaran Ekonomi Kelas X di SMA Negeri 5 Cimahi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
d. Sebagai bahan pertimbangan, pembanding, masukan atau referensi untuk
penelitian lebih lanjut.
Kikin Martiani, 2012
Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Struktural Think Pair Share Dan Numbered
Heads Together Terhadap Self Efficacy Peserta Didik: Studi Kuasi Eksperimen pada Mata
Pelajaran Ekonomi Kelas X di SMA Negeri 5 Cimahi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
BAB III
METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian
kuantitatif dengan sub metode eksperimen. Pengumpulan data yang dilakukan
dalam penelitian ini dimaksudkan untuk mengumpulkan data atau informasi
mengenai variabel-variabel dalam penelitian dan data pendukung lainnya.
A. Objek Penelitian
1. Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian ini adalah di sekolah SMA Negeri 5 Cimahi, dengan
alamat di Jalan Gatot Subroto No. 39 Kota Cimahi. Penelitian akan dilakukan
pada bulan januari 2012 sampai dengan Maret 2012.
2. Populasi
Menurut Sugiyono (2007: 61) populasi adalah wilayah generalisasi yang
terdiri dari objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik suatu kesimpulan. Dari
penelitian ini, peneliti menentukan populasi dalam penelitian adalah seluruh
peserta didik kelas X SMA Negeri 5 Cimahi yang berjumlah 376 siswa yang
tersebar dalam 10 kelas.
Kikin Martiani, 2012
Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Struktural Think Pair Share Dan Numbered
Heads Together Terhadap Self Efficacy Peserta Didik: Studi Kuasi Eksperimen pada Mata
Pelajaran Ekonomi Kelas X di SMA Negeri 5 Cimahi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Menurut Sugiyono (2007: 44) sampel adalah bagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Berdasarkan pengertian
tersebut, sampel penelitian yang diambil adalah kelas X.1 untuk kelas eksperimen
dengan jumlah 32 orang peserta didik, dan kelas X.4 untuk kelas kontrol dengan
jumlah peserta didik 32 orang. Sampel dipilih dengan kriteria bahwa kelas X.1
dan X.4 memiliki kemampuan yang homogen atau kemampuan rata-rata pada
kedua kelas adalah sama.
4. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
Definisi operasional digunakan untuk memberikan batasan arti suatu
variabel dengan merinci hal yang harus dikerjakan oleh peneliti untuk mengukur
varibel tersebut.
a. Variabel Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS)
Think Pair Share adalah suatu tipe pembelajaran yang tumbuh dari
penelitian pembelajaran kooperatif dan waktu tunggu. Pendekatan khusus yang
diuraikan mula-mula oleh Frank Lyman dan kawan-kawan dari Universitas
Maryland pada tahun 1985 ini merupakan cara yang efektif untuk mengubah pola
diskursus di dalam kelas. Menurut Arends (Nurhadi, 2006: 12) Tipe dari metode
pembelajaran kooperatif ini menentang asumsi bahwa seluruh resitasi dan diskusi
perlu dilakukan di dalam setiap setting seluruh kelompok serta memiliki prosedur
Kikin Martiani, 2012
Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Struktural Think Pair Share Dan Numbered
Heads Together Terhadap Self Efficacy Peserta Didik: Studi Kuasi Eksperimen pada Mata
Pelajaran Ekonomi Kelas X di SMA Negeri 5 Cimahi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
untuk berfikir, menjawab dan saling membantu orang lain. Strategi Think Pair
Share yang dikembangkan oleh Spencer Kagan terdiri dari tiga tahap yaitu:
Tahap 1: Thinking (Berfikir). Guru mengajukan pertanyaan atau isu yang
berhubungan dengan pelajaran, kemudian peserta didik diminta untuk
memikirkan pertanyaan atau isu tersebut secara mandiri.
Tahap 2: Pairing (Berpasangan). Guru meminta peserta didik berpasangan
dengan peserta didik lain untuk dapat berdiskusi. Interaksi pada tahap
ini diharapkan dapat berbagi jawaban jika telah diajukan pertanyaan
atau juga berbagi ide pada persoalan khusus.
Tahap 3: Sharing (Berbagi). Pada tahap akhir, guru meminta pasangan peserta
didik untuk membentuk kelompok yang lebih besar untuk berbagi
tentang apa yang telah dipelajari dan seterusnya sampai seluruh kelas.
Variabel ini diukur dengan skala sikap yang dikembangkan oleh peneliti sendiri.
b. Variabel Kooperatif Tipe NHT (Numbered Heads Together)
NHT adalah suatu model pembelajaran yang lebih mengedepankan kepada
aktivitas peserta didik dalam mencari, mengolah, dan melaporkan informasi dari
berbagai sumber yang akhirnya dipresentasikan di depan kelas (Rahayu, 2009).
Numbered Heads Together (NHT) pertama kali diperkenalkan oleh Spencer
Kagan dkk. Model NHT adalah bagian dari model pembelajaran kooperatif
struktural, yang menekankan pada struktur-struktur khusus yang dirancang untuk
Kikin Martiani, 2012
Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Struktural Think Pair Share Dan Numbered
Heads Together Terhadap Self Efficacy Peserta Didik: Studi Kuasi Eksperimen pada Mata
Pelajaran Ekonomi Kelas X di SMA Negeri 5 Cimahi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
peserta didik bekerja saling bergantung pada kelompok-kelompok kecil secara
kooperatif. Struktur tersebut dikembangkan sebagai bahan alternatif dari struktur
kelas yang tradisional.
Model pembelajaran dimana setiap peserta didik diberi nomor kemudian
dibuat suatu kelompok kemudian secara acak guru memanggil nomor dari peserta
didik. Menurut Komalasari (2011: 62-63) Langkah-langkah pembelajaran sebagai
berikut:
a) Siswa dibagi kelompok, setiap siswa dalam kelompok mendapat nomor.
b) Pemberian soal pada setiap kelompok untuk setiap anggotanya.
c) Soal yang telah diterima dapat dikomunikasikan dengan anggota kelompok
yang lain.
d) Guru memanggil salah satu nomor siswa dan nomor yang dipanggil
melaporkan hasil kerja sama mereka.
e) Respon dari peserta yang lain, kemudian memanggil nomor soal lain.
f) Kesimpulan.
c. Variabel Efikasi Diri
Efikasi diri adalah belief atau keyakinan seseorang bahwa ia dapat
menguasai situasi dan menghasilkan hasil (outcomes) yang positif Snatrock
(Heslin & Khele, 2006: 55). Sedangkan menurut Wilhite (Heslin & Khele, 2006)
dalam tesis yang berjudul Goal Orientation, self–efficacy dan Prestasi Belajar
Kikin Martiani, 2012
Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Struktural Think Pair Share Dan Numbered
Heads Together Terhadap Self Efficacy Peserta Didik: Studi Kuasi Eksperimen pada Mata
Pelajaran Ekonomi Kelas X di SMA Negeri 5 Cimahi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Retno Wulansari (Heslin & Khele, 2006), efikasi diri adalah suatu keadaan
dimana seseorang yakin dan percaya bahwa mereka dapat mengontrol hasil dari
usaha yang telah dilakukan.
Indikator efikasi diri yang akan diukur adalah seperti yang terdapat dalam
Bandura (1997: 56) ada tiga indikator efikasi diri: 1) Magnitude, indikator ini
berkaitan dengan kesulitan belajar. Apabila tugas-tugas yag dibebankan pada
individu disusun menurut tingkat kesulitannya, maka pengaruh efikasi diri secara
individu mungkin terbatas pada tugas-tugas yang sangat mudah, mudah, cukup
mudah, sukar dan sangat sukar. 2) Generality, indikator ini berhubungan dengan
luas bidang tugas atau tingkah laku. 3) Strength, indikator ini berkaitan dengan
kekuatan atau kemantapan seseorang terhadap keyakinannya.
B. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen semu
(Quasi Experiment). Eksperimen semu adalah jenis komparasi yang
membandingkan perbedaan pemberian suatu perlakuan (Treatment) pada suatu
objek (Kelompok eksperimen) serta melihat besar perbedaan perlakuannya,
namun dalam proses penelitiannya tidak dapat dilakukan pengacakan peserta didik
(Random) dalam rangka penempatan ke dalam kelompok eksperimen dan kontrol.
Borg dan Gall (2003: 402, 634) menegaskan bahwa penelitian semu
merupakan tipe eksperimen yang partisipan penelitiannya tidak dipilih secara acak
Kikin Martiani, 2012
Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Struktural Think Pair Share Dan Numbered
Heads Together Terhadap Self Efficacy Peserta Didik: Studi Kuasi Eksperimen pada Mata
Pelajaran Ekonomi Kelas X di SMA Negeri 5 Cimahi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
adalah Nonequivalent control group pre-test and post-test design (Sugiyono,
2007: 25) yaitu penelitian yang dilaksanakan pada dua kelas yaitu satu kelas
eksperimen yang mendapatkan pembelajaran dengan kooperatif tipe Think Pair
Share dan satu kelas kontrol yang mendapatkan pembelajaran Numbered Heads
Together. Adapun menurut Sugiyono (2007: 50), desain penelitian eksperimen
dapat digambarkan sebagai berikut:
Tabel 3.1 Desain Eksperimen
Kelompok Pre-test Perlakuan Post-test
Eksperimen (1) OІ XІ OЇ
Kontrol (2) OЈ XЇ OЉ
Keterangan:
OІ = Tes awal sebelum perlakuan diberikan pada kelompok eksperimen (1)
OЇ = Tes akhir setelah perlakuan diberikan pada kelompok eksperimen (1)
OЈ = Tes awal sebelum perlakuan diberikan pada kelompok kontrol (2)
OЉ = Tes akhir setelah perlakuan diberikan pada kelompok kontrol (2)
XІ = Perlakuan pembelajaran model kooperatif tipe think pair share
XЇ = Perlakuan pembelajaran dengan model kooperatif tipe Numbered
Heads Together
Mengacu pada desain diatas, penelitian eksperimen ini melibatkan dua
kelompok kelas, yakni kelompok eksperimen dan kontrol kedua kelompok kelas
tersebut sama-sama diberikan Pre-test dan Post-test, tetapi diberi perlakuan yang
berbeda. Kelas eksperimen diberi perlakuan model kooperatif tipe Think Pair
Share sedangkan kelas kontrol diberi perlakuan model kooperatif tipe Numbered
Kikin Martiani, 2012
Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Struktural Think Pair Share Dan Numbered
Heads Together Terhadap Self Efficacy Peserta Didik: Studi Kuasi Eksperimen pada Mata
Pelajaran Ekonomi Kelas X di SMA Negeri 5 Cimahi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
C. Instrumen Penelitian
Untuk memperoleh data dalam penelitian ini, digunakan beberapa
instrumen, yaitu sebagai berikut:
1. Tes
Dalam penyusunan tes, diawali dengan penyusunan kisi-kisi yang mencakup
kompetensi dasar, indikator, indikator yang diukur beserta skor penilaiannya dan
nomor butir soal beserta kunci jawabannya dan aturan pemberian skor untuk
masing-masing butir soal. Dalam penyusunan tes ini, dilakukan uji validitas, uji
reliabilitas, analisis daya pembeda soal dan uji tingkat kesukaran.
2. Pedoman Wawancara
Pedoman wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan
beberapa orang peserta didik kelas eksperimen dan beberapa orang guru ekonomi
di SMA Negeri 5 Cimahi. Pedoman wawancara dengan peserta didik digunakan
untuk memperoleh informasi yang lebih lengkap dan mendalam mengenai
perasaan dan sikap peserta didik kelompok eksperimen terhadap pembelajaran
ekonomi. Sedangkan pedoman wawancara dengan guru digunakan untuk
memperoleh pendapat dan saran mengenai pembelajaran ekonomi. Pedoman
wawancara dilakukan dengan mengisi format pedoman wawancara yang telah
disediakan.
Kikin Martiani, 2012
Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Struktural Think Pair Share Dan Numbered
Heads Together Terhadap Self Efficacy Peserta Didik: Studi Kuasi Eksperimen pada Mata
Pelajaran Ekonomi Kelas X di SMA Negeri 5 Cimahi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Lembar observasi digunakan untuk mengumpulkan semua data tentang
sikap peserta didik dan guru dalam pembelajaran, interaksi antar peserta didik dan
guru, serta interaksi antar peserta didik dengan peserta didik dalam pembelajaran
ekonomi. Pengembangan instrumen diperlukan untuk membuat kisi-kisi alat
pengumpul data yang dikembangkan dari variabel-variabel penelitian. Pembuatan
kisi-kisi alat pengumpul data dapat dilakukan dengan menelaah berbagai literatur
sehingga menjadi rancangan pokok instrumen.
4. Alat Pengumpul Data Efikasi Diri
Data yang diungkap dalam penelitian ini adalah data mengenai efikasi diri,
dengan menggunakan instrumen dalam bentuk angket. Instrumen untuk mengukur
self-efficacy berpedoman pada skala yang dikembangkan oleh Bandura (1997:
307-319), yaitu “Guide for Constructing Self-Efficacy Scales”. Angket
menggunakan format ratting scale (skala penilaian) model Thurstone dengan
alternatif respon subjek dalam skala 10 dengan interval 1-10. Jarak antara satu
interval sama dan pengurutan dilakukan dari yang terendah (1) sampai dengan
nilai tertinggi (10).
Instrumen efikasi diri yang digunakan dalam penelitian dapat dilihat dari
tabel 3.2 berikut:
Kikin Martiani, 2012
Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Struktural Think Pair Share Dan Numbered
Heads Together Terhadap Self Efficacy Peserta Didik: Studi Kuasi Eksperimen pada Mata
Pelajaran Ekonomi Kelas X di SMA Negeri 5 Cimahi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Variabel Dimensi/Sub
Variabel Indikator/Faktor No. Item Jumlah
Efikasi
Merencanakan penyelesaian tugas 4, 17, 30 3 Mengatasi kesulitan-kesulitan beragam dengan cara yang baik dan positif
12,25 2
Memiliki cara menangani stress dengan tepat
13, 26 2
Jumlah 37
Dari kisi-kisi instrumen di atas tidak disertakan item-item unfavorable, hal
Kikin Martiani, 2012
Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Struktural Think Pair Share Dan Numbered
Heads Together Terhadap Self Efficacy Peserta Didik: Studi Kuasi Eksperimen pada Mata
Pelajaran Ekonomi Kelas X di SMA Negeri 5 Cimahi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
mengembangkan skala efikasi diri. Terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan
dalam pembuatan skala efikasi diri, sebagai berikut:
a) Menurut Bandura (1997: 312), skala efikasi adalah unipolar, berkisar 0
hingga kekuatan maksimum. Nomor negatif tidak disertakan karena
penilaian bipolar dengan derajat di bawah nol (0) tidak memiliki tingkatan
di bawahnya. Skala bipolar dengan derajat negatif di bawah nol dimana
seseorang tidak mampu melakukan suatu aktivitas yang diharapkan.
Berdasarkan hal ini, maka skala efikasi diri yang dikembangkan tidak
memakai item-item unfavorable atau yang bernilai negatif.
b) Pembuatan item-item pernyataan disesuaikan dengan area-area spesifik dari
responden.
c) Skala efikasi lebih baik menggunakan 11 respon sikap dengan interval 0-10,
atau 0-100, dimulai dari 0 (ketidakyakinan); melalui tingkat keyakinan
rata-rata, 5/50 (netral); hingga keyakinan penuh, 8-10 (sangat mampu
melakukannya/keyakinan). Penggunaan respon tersebut agar skala yang
dibuat dapat lebih sensitif dan reliabel. Berikut adalah format respon dari
skala efikasi diri yang digunakan dalam penelitian ini.
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Netral
Ketidakyakinan Keyakinan
Gambar 3.1
Kikin Martiani, 2012
Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Struktural Think Pair Share Dan Numbered
Heads Together Terhadap Self Efficacy Peserta Didik: Studi Kuasi Eksperimen pada Mata
Pelajaran Ekonomi Kelas X di SMA Negeri 5 Cimahi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
D. Teknik Pengolahan dan Analisis Data 1. Analisis validitas
Validitas internal (Uji Kecocokan penggunaan Item sebagai komponen
Instrumen-Pengukur). Arikunto (1998: 24): Pengujian validitas internal dapat
dilakukan dengan 2 cara:
a. Melakukan Analisis Faktor
Analisis Faktor dapat dilakukan dengan cara mengkorelasikan skor
faktor-khusus/variabel masing-masing dengan dengan skor totalnya, kemudian
mengkorelasikan diantara faktor-faktor yang membentuk instrumen penelitian.
b. Melakukan Analisis Butir
Untuk menguji validitas setiap butir/item maka skor-skor yang ada pada
butir masing-masing dikorelasikan dengan skor totalnya
Arikunto (1998: 25) Untuk mengkaji validitas alat ukur secara konvensional
orang melihatnya dari tiga arah: (a) dari arah isi yang diukur, (b) dari arah rekaan
teoritis (construct) atribut yang diukur, dan (c) dari arah kriteria alat ukur.
Pada validitas soal (item/faktor) adalah derajat kesesuaian antara suatu soal
dengan perangkat soal lainnya. Ukuran validitas soal adalah korelasi antara skor
pada soal itu dengan skor pada perangkat-soal (item total correlation). Informasi
yang dimilikinya hanyalah bahwa kumpulan atau perangkat soal itu bersama-sama
mengukur sesuatu.
Kikin Martiani, 2012
Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Struktural Think Pair Share Dan Numbered
Heads Together Terhadap Self Efficacy Peserta Didik: Studi Kuasi Eksperimen pada Mata
Pelajaran Ekonomi Kelas X di SMA Negeri 5 Cimahi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Realibilitas adalah kestabilan skor yang diperoleh ketika diuji ulang dengan
tes yang sama pada situasi yang berbeda atau satu pengukuran ke pengukuran lain.
Suatu tes dapat dikatakan memiliki taraf reliabilitas yang tinggi jika tes tersebut
dapat memberikan hasil yang tetap yang dihitung dengan koefisien realibilitas.
Arikunto (1998: 56) Ungkapan yang menyatakan bahwa instrumen itu harus
reliabel sebenarnya mengandung arti bahwa instrumen itu cukup baik untuk
mengungkap data yang bisa dipercaya. Yang diusahakan dapat dipercaya adalah
datanya bukan semata-mata instrumennya. Karena instrumen akan digunakan
sebagai alat pengumpul data harus memiliki karakteristik:
a. Instrumen harus memiliki validitas yang baik
b. Tidak akan bersifat tendensius mengarahkan responden untuk memilih
jawaban-jawaban tertentu.
c. Apabila datanya memang benar sesuai dengan kenyataannya,
keterandalannya akan bersifat ajeg/menetap.
Arikunto (1998: 11) Pada penerapan pengukuran satu kali, harus
menghasilkan informasi mengenai keajegan (konsistensi) internal instrumen. (alat
pengumpul data), banyak sekali alternatif pilihan teknik estimasi reliabilitas yang
bisa dipergunakan. Namun ada upaya-upaya untuk meletakan berbagai rumus
estimasi reliabilitas itu ke dalam sebuah rumus umum, yaitu koefisien alpha
crontbach yang rumusnya sebagai berikut:
n ∑ V i
n - 1 V t
α
= x 1 -Kikin Martiani, 2012
Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Struktural Think Pair Share Dan Numbered
Heads Together Terhadap Self Efficacy Peserta Didik: Studi Kuasi Eksperimen pada Mata
Pelajaran Ekonomi Kelas X di SMA Negeri 5 Cimahi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
α; Koefisien Reliabilitas;
n: Banyak Item; Vi: Varian Skor-Item; Vt: Varian Skor-Total
Hakikat perhitungan alpha-Crontbach identik dengan r-Pearson, sehingga
boleh memaknainya melalui standar harga r-kritis. Keduanya mengukur derajat
konsistensi diantara dua perangkat skor, perbedaannya basis hitungnya.
Alpha-Crontbach melalui angka simpang-rerata (varian), sedangkan r-Pearson melalui
angka rerata (mean).
3. Analisis daya pembeda soal
Daya pembeda soal adalah kemampuan sesuatu soal untuk membedakan
antara peserta didik yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan peserta didik
yang berkemampuan rendah. Angka yang menunjukan besarnya daya pembeda
disebut indeks diskriminasi (D). Proses penentuan daya pembeda sebagai berikut:
a. Pertama-tama berdasar atas skor total seluruh perangkat subjek
dikelompokkan menjadi kelompok atas, kelompok tengah, kelompok
bawah, dengan proporsi kelompok sebagai berikut; atas 27%, bawah 27%
dan tengah 46%.
b. Kemudian dihitung perbedaan rerata pasangan kelompok atas terhadap
Kikin Martiani, 2012
Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Struktural Think Pair Share Dan Numbered
Heads Together Terhadap Self Efficacy Peserta Didik: Studi Kuasi Eksperimen pada Mata
Pelajaran Ekonomi Kelas X di SMA Negeri 5 Cimahi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
S2A S
dapat diberlakukan baik pada setiap unit-item atau unit-bentukan
variabelnya.
Tujuan utama pengujian daya pembeda hakekatnya untuk menghilangkan
keraguan apakah ukuran yang diberlakukan pada setiap item atau
unit-variabel memiliki kemampuan membedakan antar subjek responden, terutama
pada kelompok skor teratas terhadap skor terbawahnya.
4. Uji Tingkat Kesukaran
Tingkat kesukaran adalah bilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya
sesuatu soal (Suherman, 2003: 168). Untuk mengetahui tingkat kesukaran
masing-masing butir soal dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Suherman, 2003:
Kikin Martiani, 2012
Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Struktural Think Pair Share Dan Numbered
Heads Together Terhadap Self Efficacy Peserta Didik: Studi Kuasi Eksperimen pada Mata
Pelajaran Ekonomi Kelas X di SMA Negeri 5 Cimahi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
��
=
JB at as +JBb aw ah2JSa tas
Dimana :
TK = Tingkat Kesukaran
JBatas = Jumlah benar untuk kelompok atas
JBbawah = Jumlah benar untuk kelompok bawah
JSatas = Jumlah siswa kelompok atas
Tabel 3.3
Klasifikasi Koefisien Tingkat Kesukaran
Kriteria Tingkat Kesukaran Kategori
TK < 0,3 Sukar
0,3 ≤ TK ≤ 0,7 Sedang
TK > 0,7 Mudah
(Suherman, 2003: 171)
Untuk mengetahui hasil pre-test dan post-test mengenai efikasi diri, maka
peneliti menggunakan bantuan dari SPSS 17. Adapun langkah-langkah
pengolahan dan analisis data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Analisis pertama, melakukan analisis data pre-test antara kelompok
eksperimen dengan kelompok kontrol, tujuannya adalah untuk mengetahui
keadaan awal subjek yang akan diteliti. Pada tahap ini, kondisi subjek
penelitian secara statistik diharapkan sama antara kelompok eksperimen
dengan kelompok kontrol. Statistik uji t yang digunakan adalah statistik uji t
Kikin Martiani, 2012
Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Struktural Think Pair Share Dan Numbered
Heads Together Terhadap Self Efficacy Peserta Didik: Studi Kuasi Eksperimen pada Mata
Pelajaran Ekonomi Kelas X di SMA Negeri 5 Cimahi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
perlakuan adalah sama, jika hasil statistik uji t memiliki kekeliruan (�) lebih
besar dari 0.05, hal ini berarti kondisi awal sebelum perlakuan diberikan
kepada kelompok eksperimen dan kontrol adalah sama.
b. Analisis kedua, melakukan perbandingan hasil post-test kelompok
eksperiman dengan hasil post-test kelompok kontrol. Pada tahap ini, secara
statistik diharapkan hasil kelompok eksperimen lebih tinggi dibandingkan
dengan kelompok kontrol. Uji t yang digunakan adalah statistik uji t untuk
sampel independen. Hasil eksperimen lebih baik dibanding dengan
kelompok kontrol jika harga statistik uji t memiliki peluang kekeliruan (�)
lebih kecil dari 0.05. dalam hal ini, berarti kondisi setelah perlakuan
diberikan kepada kelompok eksperimen dan kontrol adalah berbeda.
c. Analisis ketiga, membandingkan skor post-test dengan pre-test kelompok
eksperimen. Tujuannya adalah untuk melihat perbedaan yang ditimbulkan
oleh perlakuan yang diberikan pada subjek, apakah naik atau turun. Secara
statistik diharapkan hasil post-test lebih tinggi dibanding dengan pre-test.
Statistik uji t yang digunakan adalah statistik uji t untuk paired sample.
Hasil post-test lebih baik dibanding dengan kelompok pre-test pada
kelompok eksperimen jika harga statistik uji t memiliki peluang kekeliruan
(�) lebih kecil dari 0.05. Dalam hal lain, berarti kondisi setelah perlakuan
diberikan kepada kelompok adalah berbeda.
d. Analisis keempat, membandingkan skor post-test dan pre- test kelompok
Kikin Martiani, 2012
Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Struktural Think Pair Share Dan Numbered
Heads Together Terhadap Self Efficacy Peserta Didik: Studi Kuasi Eksperimen pada Mata
Pelajaran Ekonomi Kelas X di SMA Negeri 5 Cimahi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
perlakuan yang diberikan pada subjek, apakah naik atau turun. Secara
statistik diharapkan hasil post-test lebih tinggi dibanding dengan pre-test.
Statistik uji t yang digunakan adalah statistik uji t untuk paired sample.
Hasil post-test lebih baik dibanding dengan kelompok pre-test pada
kelompok eksperimen jika harga statistik uji t memiliki peluang kekeliruan
(�) lebih kecil dari 0.05. Dalam hal lain, berarti kondisi setelah perlakuan
diberikan kepada kelompok adalah berbeda.
e. Analisis kelima, membandingkan rata-rata gained score antara kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol. Secara statistik diharapkan rata-rata
gained score pada kelompok eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan
kelompok kontrol. Statistik uji t yang digunakan adalah statistik uji t untuk
sampel independen. Hasil eksperimen lebih baik dengan kelompok kontrol
jika harga statistik uji t memiliki peluang kekeliruan (�) lebih kecil dari
0.05. Artinya metode yang diujicobakan lebih baik dari metode
pembandingnya. Dalam hal ini, berarti kondisi setelah perlakuan diberikan
kepada kelompok adalah berbeda.
E. Teknik Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis dilaksanakan dengan menggunakan tingkat kepercayaan
95% atau 99% sedangkan kriterianya yaitu: jika t-daftar < t-hitung maka kedua
perlakuan tidak berbeda berarti Hipotesis Nol (Ho diterima dan Hipotesis
Kikin Martiani, 2012
Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Struktural Think Pair Share Dan Numbered
Heads Together Terhadap Self Efficacy Peserta Didik: Studi Kuasi Eksperimen pada Mata
Pelajaran Ekonomi Kelas X di SMA Negeri 5 Cimahi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
t0,975 tetapi masih dalam interval t0,995 maka kedua perlakuan berbeda signifikan
dan jika t ada diluar atau sama dengan batas interval t0,995 maka kedua perlakuan
berbeda signifikan, hal ini berarti Hipotesis Nol (Ho ditolak dan Hipotesis
Alternatif (Ha) diterima.
a. Jika data Homogen dan normal
b. Jika data tidak Homogen dan Non Normal
Uji Wilcoxon digunakan apabila uji normalitas menghasilkan distribusi
tidak normal. Langkah-langkah Wilcoxon sebagai berikut:
a. Membuat daftar rank
b. Menentukan nilai Wilcoxon (T)
Penentuan nilai Wilcoxon menggunakan rumus sebagai berikut:
�= � − �
(�+�汵�)
�
� �+ �( �+ )
Keterangan :
n = banyak data yang berubah setelah diberi perlakuan berbeda
T = jumlah ranking dari selisih yang negatif (apabila banyaknya selisih yang positif lebih banyak dari banyaknya selisih negatif)
Z = jumlah ranking dari nilai selisih yang positif (apabila banyaknya selisih negative > banyaknya selisih yang positif)
c. Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis ini dilaksanakan dengan menggunakan tingkat
kepercayaan 95% atau 99% sedangkan kriterianya yaitu: Jika Z-hitung lebih besar
Kikin Martiani, 2012
Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Struktural Think Pair Share Dan Numbered
Heads Together Terhadap Self Efficacy Peserta Didik: Studi Kuasi Eksperimen pada Mata
Pelajaran Ekonomi Kelas X di SMA Negeri 5 Cimahi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
diterima dan sebaliknya jika Z-hitung lebih kecil dari Z-tabel maka Hipotesis Nol
(Ho) diterima dan Hipotesis Alternatif ditolak (Ha).
F. Prosedur Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dalam tiga tahap, yaitu tahap persiapan, tahap
pelaksanaan dan tahap akhir. Berikut dijelaskan perincian langkah pada setiap
tahap:
1. Tahap Persiapan, terdiri dari:
a. Observasi
b. Memberi angket awal pada peserta didik
c. Menyusun proposal
d. Melaksanakan seminar proposal
e. Penyusunan instrument
f. Melakukan uji coba instrument
g. Revisi instrumen
2. Tahap Pelaksanaan, terdiri dari:
a. Proses KBM
b. Melakukan angket pada peserta didik
c. Mengumpulkan dan menganalisa data
3. Tahap akhir
Kikin Martiani, 2012
Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Struktural Think Pair Share Dan Numbered
Heads Together Terhadap Self Efficacy Peserta Didik: Studi Kuasi Eksperimen pada Mata
Pelajaran Ekonomi Kelas X di SMA Negeri 5 Cimahi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Kikin Martiani, 2012
Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Struktural Think Pair Share Dan Numbered
Heads Together Terhadap Self Efficacy Peserta Didik: Studi Kuasi Eksperimen pada Mata
Pelajaran Ekonomi Kelas X di SMA Negeri 5 Cimahi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu