• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN

D. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Setelah mendapatkan data debitur yang default, selanjutnya adalah mengolah data tersebut dengan metode Creditrisk+ menggunakan program Microsoft Excel melalui tahapan-tahapan berikut:

1. Mengumpulkan exposures at default dalam kelas dan band.

Langkah pertama untuk mendapatkan distribusi kerugian dari portofolio adalah mengumpulkan exposures kedalam band. Hal ini memiliki dampak secara signifikan mengurangi jumlah data yang harus dimasukkan ke dalam perhitungan.3 Pada penelitian ini, data yang digunakan adalah data debitur yang sudah default atau dalam kategori diragukan dan macet (kolektibilitas 3 dan 4)

2

W. Gulo. Metodologi Penelitian. (Jakarta: Grasindo, 2000). h.123

3

Credit Suisse First Boston. Creditrisk+: A Credit Risk Management Framework, (London, 1997), h.35

Data tersebut dikelompokkan kedalam dua band, yaitu 1.000.000 dan 10.000.000serta 10 kelas dengan pembagian sebagai berikut:

a. Band 1.000.000 dengan range:

1) Rp.0 sampai dengan Rp. 999.999,- 2) Rp. 1.000.000,- sampai dengan Rp. 1.999.999,- 3) Rp. 2.000.000,- sampai dengan Rp. 2.999.999,- 4) Rp. 3.000.000,- sampai dengan Rp. 3.999.999,- 5) Rp. 4.000.000,- sampai dengan Rp. 4.999.999,- 6) Rp. 5.000.000,- sampai dengan Rp. 5.999.999,- 7) Rp. 6.000.000,- sampai dengan Rp. 6.999.999,- 8) Rp. 7.000.000,- sampai dengan Rp. 7.999.999,- 9) Rp. 8.000.000,- sampai dengan Rp. 8.999.999,- 10)Rp. 9.000.000,- sampai dengan Rp. 9.999.999,- b. Band 10.000.000 dengan range:

1) Rp. 10.000.000,- sampai dengan Rp. 19.999.999,- 2) Rp. 20.000.000,- sampai dengan Rp. 29.999.999,- 3) Rp. 30.000.000,- sampai dengan Rp. 39.999.999,- 4) Rp. 40.000.000,- sampai dengan Rp. 49.999.999,- 5) Rp. 50.000.000,- sampai dengan Rp. 59.999.999,- 6) Rp. 60.000.000,- sampai dengan Rp. 69.999.999,- 7) Rp. 70.000.000,- sampai dengan Rp. 79.999.999,- 8) Rp. 80.000.000,- sampai dengan Rp. 89.999.999,-

9) Rp. 90.000.000,- sampai dengan Rp. 99.999.999,- 10) ≥ Rp. 100.000.000,-

2. Penentuan recovery rates

Recovery Rates merupakan besarnya tingkat pengembalian pinjaman yang telah dikategorikan default atau hapus buku. Nilai recovery rate dapat dihitung dari likuidasi jaminan atau pembayaran kembali dari debitur. Pada penelitian ini nilai recovery rate diasumsikan sama dengan nol karena BMT lebih mengutamakan penanganan pembiayaan bermasalah dengan cara revitalisasi.

3. Pengukuran severity loss

Loss Given Default (LGD) atau severity loss atau real loss merupakan besaran tingkat kerugian dari peristiwa default setelah memperhitungkan nilai recovery . Nilai LGD ditentukan oleh rumus 1 dikurangi recovery rate.4 4. Perhitungan number of default

Number of default merupakan jumlah kejadian gagal bayar yang terjadi pada satu periode. Number of default atau lambda (λ) diperoleh dari

rumus:

Expected number of default diperoleh dari hasil perkalian nilai n = lambda (λ)

dengan nilai exposure pada masing-masing kelompok band. Probability of default dihitung dengan menggunakan distribusi Poisson yang mencerminkan

4

frekuensi kejadian default dan merupakan distribusi frekuensi yang banyak terjadi karena karakteristiknya yang sederhana dan sesuai dengan frekuensi terjadinya kerugian. Probability of default diperoleh dari rumus5 =

Probability (n defaults) =

. Sedangkan unexpected number of default

terjadi pada saat cumulative probability of defaultmencapai nilai ≥ 95%.

5. Expected Loss, Unexpected Loss, dan Economic Capital

Dari hasil perhitungan tersebut maka akan diperoleh nilai expected loss dan unexpected loss. Expected loss adalah kerugian yang dapat diperkirakan terjadinya. Adapun perkiraan terjadinya didasarkan pada data histori munculnya peristiwa tersebut. Sedangkan unexpected loss tidak dapat diperkirakan terjadinya yang diukur dengan mengambil nilai kerugian maksimum pada tingkat keyakinan yang dipilih, misalnya 95%. Nilai

unexpected loss juga merupakan nilai Value at Risk (VaR). Dari perkiraan terjadinya risiko tersebut maka dapat ditentukan nilai economic capital. Economic capital adalah selisih dari nilai unexpected loss dengan expected loss yang berguna untuk mengetahui berapa jumlah modal yang dibutuhkan untuk mengcover potensi kerugian akibat peristiwa default.6

5

Credit Suisse First Boston, Creditrisk+ A Credit Risk Management Framework, h.35

6

BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Pembiayaan KJKS BMT Al-Fath IKMI

1. Komposisi Mitra Penyaluran Pembiayaan

Pembiayaan yang disalurkan oleh KJKS BMT Al-Fath IKMI paling banyak menggunakan akad murabahah dan yang kedua menggunakan akad ijarah. Kedua akad ini lebih sederhana prosedurnya dibandingkan dengan akad mudharabah dan musyarakah. Akad mudharabah dan musyarakah di KJKS BMT Al-Fath IKMI lebih digunakan pada kerjasama yang membutuhkan pembiayaan lebih besar. Komposisi penyaluran pembiayaan di KJKS BMT Al-Fath IKMI berdasarkan akadnya dapat dilihat dalam grafik berikut:

Sumber: KJKS BMT Al-Fath IKMI, diolah

Berdasarkan grafik diatas, dapat kita lihat bahwa akad murabahah mendominasi keseluruhan pembiayaan yang disalurkan oleh KJKS BMT Al-Fath IKMI. Pada tahun 2014, pembiayaan murabahah disalurkan kepada 1.825 mitra atau sebanyak 71,9% dari seluruh pembiayaan. Pembiayaan kedua terbanyak disalurkan dengan akad ijarah yaitu sebanyak 670 atau 26,34% dari seluruh pembiayaan.

2. Kualitas Pembiayaan KJKS BMT Al-Fath IKMI

Dilihat dari kolektibilitas pembiayaannya, KJKS BMT Al-Fath IKMI sudah cukup baik dalam mengelola pembiayaan bermasalahnya.

0 500 1,000 1,500 2,000 2012 2013 2014 Ju m lah M itr a Tahun

Mitra Pembiayaan KJKS BMT Al-Fath IKMI Tahun 2012-2014 Musyarakah Mudharabah Qardh Ijarah Murabahah

Jumlah mitra yang default mengalami penurunan dalam tiga tahun terakhir ini.

Tabel 4. 1 Kolektibilitas Pembiayaan KJKS BMT Al-Fath IKMI 2012-2014

Kolektibilitas Tahun 2012 2013 2014 Kolektibilitas 4 – Macet 172 180 121 Kolektibilitas 3 – Diragukan 89 38 34 Kolektibilitas 2 - Kurang Lancar 329 85 59 Kolektibilitas 1 – Lancar 977 1,687 2,324 Total 1,567 1,990 2,538

Sumber: KJKS BMT Al-Fath IKMI, diolah

Hal tersebut juga berdampak pada rasio non performing financing (NPF), yaitu nilai pembiayaan bermasalah dibagi total seluruh pembiayaan. Bank Indonesia menetapkan maksimal NPL/NPF suatu bank adalah sebesar 5%. Dilihat dari grafik 4.2, rasio NPF di KJKS BMT Al-Fath IKMI selalu berada dibawah 5% dan mengalami penurunan 3 tahun terakhir ini. Hal ini menunjukkan bahwa KJKS BMT Al-Fath IKMI mampu mengelola pembiayaan yang disalurkannya.

Sumber: KJKS BMT Al-Fath IKMI, diolah

3. Prosedur Pembiayaan Murabahah dan Ijarah KJKS BMT Al-Fath IKMI Adapun prosedur pengajuan pembiayaan dengan akad murabahah dan ijarah di KJKS BMT Al-Fath IKMI digambarkan pada skema berikut:

Sumber: Data diolah

a. Prosedur Pembiayaan Murabahah

Mitra

Account Officer & Unit Support

(Surveyor, ADMP/Legal) Komite Pembiayaan Akad Pembayaran / Pelunasan 2.33 1.26 0.63 0.00 2.00 4.00 2012 2013 2014

Non Performing Financing KJKS BMT Al- Fath IKMI

2012-2014

Gambar 4. 2 Non Performing Financing KJKS BMT Al-Fath IKMI

Gambar 4.3

1) Mitra / Anggota

a) Menyampaikan tujuan meminta bantuan KJKS BMT Al-Fath IKMI untuk membelikan barang/alat produksi/mesin yang dibutuhkan, kegunaan barang tersebut dalam usaha bisnisnya serta sumber dana dan cara untuk melunasi pembelian barang tersebut. b) Menyertakan data-data: legalitas, laporan keuangan mitra (minimal

3 bulan terakhir), data jaminan dan hubungan, hukum mitra usaha dengan jaminan, serta persyaratan lainnya yang diperlukan oleh KJKS BMT Al-Fath IKMI.

c) Melampirkan informasi barang/alat produksi/mesin yang dibutuhkan yaitu tipe, jumlah, warna, dan ukuran serta penjual/ supplier barang tersebut.

 Informasi supplier

 Informasi tentang nama, alamat, dan telepon supplier  Konfirmasi tersedianya barang

2) Account Officer

a) Melakukan survey terhadap usaha mitra

b) Menganalisis kelayakan bisnis mitra usaha, historis usaha mitra baik segi kualitatif dan kuantitatif

c) Jika mitra usaha tidak mempunyai usulan/ calon supplier, account officer berhak untuk mencarikan supplier.

a) Surveyor melakukan survey terhadap anggota baik dari sisi usaha maupun kondisi atau letak jaminan. Survey ini dapat dilakukan oleh account officer apabila tidak ada petugas surveyor

b) Bagian legal/ ADMP menganalisa mitra usaha dari segi yuridis mengenai kelengkapan dokumentasi perusahaan dan kelayakan jaminan yang diajukan mitra.

c) Hasil analisa disampaikan ke account officer, untuk selanjutnya berdasarkan informasi tersebut dan analisa kuantitatif/kualitatif Account Officer akan mempresentasikan kepada komite.

4) Komite Pembiayaan

a) Bila permintaan mitra usaha dianggap tidak layak, maka seluruh permintaan ini dapat dianggap tidak layak untuk mendapat fasilitas murabahah. Seluruh dokumen harus dikembalikan pada mitra usaha dan account officer menyampaikan surat penolakan kepada mitra usaha.

b) Bila permintaan mitra usaha dianggap layak serta memenuhi kriteria, komite akan memberikan persetujuan khususnya menyangkut: harga beli barang dari supplier, harga jual pada mitra usaha, angka waktu pelunasan barang, besarnya uang muka yang harus diserahkan oleh mitra usaha, penunjukkan supplier/penjual barang, jaminan bila diperlukan, dan persyaratan lain yang harus dipenuhi mitra usaha.

5) Account Officer

a) Berdasarkan persetujuan komite, account officer menyampaikan surat persetujuan murabahah kepada mitra usaha.

b) Menghubungi supplier dan meminta surat pernyataan sanggup dari supplier untuk memastikan bahwa supplier sanggup untuk menyediakan barang sesuai dengan kriteria yang disampaikan account officer pada saat melakukan konfirmasi tersedianya barang.

6) Unit Support (Adm Pembiayaan/legal)

a) Bagian adminitrasi pembiayaan mempersiapkan akad wakalah murabahah yaitu kalau pembelian barang diwakilkan kepada mitra, kemudian setelah barang dibeli dan diserahkan kepada KJKS BMT Al-Fath IKMI untuk dibuatkan akad murabahah, yaitu akad jual beli antara KJKS BMT Al-Fath IKMI dengan mitra usaha.

b) Pada saat yang sama melakukan pengikatan jaminan (bila perlu) , dapat berupa barang yang diperjualbelikan ataupun jaminan lainnya.

c) Bagian administrasi pembiayaan dapat melakukan instruksi pembayaran harga beli barang (dropping pembiayaan) langsung pada supplier atau kepada mitra bila pembelian barangnya dilakukan dengan akad wakalah

d) Bagian administrasi pembiayaan mengadministrasikan transaksi pembiayaan murabahah tersebut ke dalam sistem akuntansi KJKS BMT Al-Fath IKMI.

e) Mitra setelah menerima barang sesuai spesifikasi yang diminta, selanjutnya pelunasan barang kepada KJKS BMT Al-Fath IKMI dilaksanakan oleh mitra sesuai dengan jangka waktu yang telah disepakati.

f) Pelunasan dapat dilakukan dengan cara sekaligus atau dengan diangsur.

b. Prosedur Pembiayaan Ijarah 1) Mitra usaha

a) Menyampaikan tujuan untuk pembiayaan ijarah dalam bentuk:  Menyewa barang/alat produksi/mesin/gedung/kendaraan yang

dibutuhkan

 Pemanfaatan jasa/sewa barang tak berwujud

b) Menyertakan data-data legalitas, laporan keuangan (minimal 3 bulan terakhir), data jaminan dan hubungan hukum mitra usaha dengan jaminan, persyaratan lainnya yang diperlukan KJKS BMT Al-Fath IKMI

c) Melampirkan informasi barang/alat produksi /mesin/gedung/kendaraan yang dibutuhkan yaitu tipe, jumlah, warna, dan ukuran serta penjual barang tersebut.

2) Account Officer/Admp/Legal

a) Menganalisis kelayakan bisnis mitra usaha, historis usaha mitra usaha baik dari segi kualitatif dan kuantitatif

b) Menganalisis mitra usaha dari segi yuridis, kelengkapan dokumentasi perusahaan dalam bidang hukum, dan kelayakan jaminan yang diajukan oleh mitra usaha.

c) Berdasarkan informasi tersebut tersebut dibuat analisa kualitatif/kuantitatif account officer akan mempresentasikannya ke komite pembiayaan.

3) Komite Pembiayaan

a) Bila permintaan mitra usaha dianggap tidak layak, maka seluruh permintaan ini dapat dianggap tidak layak untuk mendapat fasilitas murabahah. Seluruh dokumen harus dikembalikan pada mitra usaha dan account officer menyampaikan surat penolakan kepada mitra usaha.

b) Bila permintaan mitra usaha dianggap layak serta memenuhi kriteria, komite akan memberikan persetujuan khususnya menyangkut: plafond sewa, biaya sewa per bulan, jangka waktu sewa, jaminan dan persyaratan lain yang harus dipenuhi mitra usaha

 Berdasarkan persetujuan komite, account officer akan memberikan surat persetujuan ijarah kepada mitra usaha

 Setelah menerima surat persetujuan ijarah, mitra usaha menyatakan persetujuannya atas seluruh persyaratan yang diajukan termasuk melengkapi seluruh dokumen yang diminta KJKS BMT AL FATH IKMI

 Bagian Administrasi Pembiayaan mempersiapkan Akad Ijarah MB, yaitu pengikatan perjanjian antara KJKS BMT AL FATH IKMI dengan Mitra Usaha untuk menyewa barang/mesin/kendaraan dimaksud dalam jangka waktu tertentu dan diakhir periode penyewaan Mitra usaha akan membeli barang tersebut

 Selanjutnya antara KJKS BMT AL FATH IKMI dengan Mitra Supplier akan dilangsungkan Akad Ijarah untuk sewa/beli barang/ mesin/kendaraan yang akan disewakan kepada Mitra usaha.

4. Analisis Pembiayaan

Setiap anggota pembiayaan yang telah memenuhi persyaratan kelengkapan dokumen umum permohonan pembiayaan harus dilakukan analisis secara tertulis dengan mengedepankan:

 Analisis menggambarkan semua informasi yang berkaitan erat dengan usaha dan data pemohon, termasuk (jika diperlukan) hasil penelitian pada pembiayaan bermasalah.

 Analisis menyajikan penilaian yang objektif dan tidak dipengaruhi oleh pihak-pihak lain yang berkepentingan dengan pemohon pembiayaan.

 Analisis pembiayaan dilakukan secara konsisten dan professional dan tidak hanya untuk memenuhi prosedur pembiayaan.

Faktor-faktor yang digunakan sebagai dasar penilaian kelayakan untuk pemberian pembiayaan meliputi:

a. Kemauan/niat untuk membayar (willingness to pay)

Account officer harus melakukan analisis terhadap anggota terhadap aspek karakter/akhlak serta integritas mitra apakah memiliki komitmen terhadap kewajiban, peraturan, janji, dan ucapannya. Informasi tersebut digali melalui teknik wawancara dan cross check kepada pihak-pihak yang berhubungan dengan mitra pembiayaan.

b. Analisis kemampuan bayar (ability to pay)

Analisis ini dilakukan untuk mengetahui seberapa besar kemampuan usaha anggota dalam menghasilkan keuntungan yang menjadi sumber angsuran. Analisis ini meliputi tujuan

penggunaan pembiayaan, analisis keberadaan usaha, analisis syariah, analisis yuridis, analisis kondisi usaha,analisis kemampuan mengelola usaha, serta analisis keuangan dan modal.

c. Analisis Jaminan/Agunan

Jaminan (agunan) dalam pembiayaan adalah sebagai komplemen dalam perikatan muamalah setelah diyakini benar atas kelayakan usaha. Fungsi jaminan dapat dijadikan sebagai sumber terakhir pengganti pelunasan pembiayaan apabila anggota sudah tidak mempunyai kemampuan lagi untuk membayar walaupun sebelumnya pihak KJKS BMT Al-Fath IKMI telah berupaya memberikan masa tangguh dan upaya lain agar tidak terjadi pengambilan jaminan dan/atau apabila anggota melakukan tindakan ingkar janji dengan indikasi keculasan dan kesengajaan. Bentuk jaminan yang diperbolehkan yaitu:

1) Jaminan utama, yaitu berupa : a) Akte jual beli

b) Hak milik, hak guna bangunan, hak guna usaha, dan hak pakai

d) Benda tak berwujud ( simpanan berjangka dan tabungan)

2) Jaminan Tambahan

a) Borgtocht, yaitu garansi atau jaminan kepercayaan pihak ketiga terhadap anggota atas pembiayaan yang diajukan kepada KJKS BMT Al-Fath IKMI.

b) Avalist, adalah jaminan yang berupa uang giral seperti cek, giro, dan wesel.

B. Pengukuran Risiko Pembiayaan Dengan Menggunakan Creditrisk+

1. Penentuan Exposure at Default dan Pengelompokkan dalam Kelas dan Band.

Tahap ini menjabarkan data nasabah pembiayaan murabahah dan ijarah KJKS BMT Al-Fath IKMI yang termasuk kolektibilitas 3 dan 4 atau diragukan dan macet pada setiap akhir periode. Komposisi exposure yang dinyatakan default dirangkum dalam tabel berikut:

Tabel 4. 2 Exposure at Default Pembiayaan Murabahah

Sumber: KJKS BMT Al-Fath IKMI, diolah

Pada tahun 2012, pembiayaan murabahah dengan kolektibilitas 3 sebesar 68,19% dan kolektibilitas 4 sebesar 31, 81% dari total mitra yang bermasalah. Komposisi terbalik dialami pada tahun 2013 yaitu untuk kolektibilitas 3 sebesar 37,78% dan untuk kolektibilitas 4 sebesar 62,22%. Kolektibilitas 3 dan kolektibilitas 4 pada tahun 2014 masing-masing sebesar 62,82% dan 37,18%. Pada pembiayaan murabahah ini, total pembiayaan yang tergolong default mengalami penurunan setiap tahunnya. Hal ini membuktikan bahwa KJKS BMT Al-Fath dapat mengelola penyaluran pembiayaan murabahahnya dengan baik.

Murabahah 2012 2013 2014 Kolektibilitas 3 443,967,600 244,328,900 392,751,588 (91-180 hari) Kolektibilitas 4 207,153,800 402,313,556 232,409,600 ( > 180 hari) Total 651,121,400 646,642,456 625,161,188

Tabel 4. 3 Exposure at Default Pembiayaan Ijarah

Sumber: KJKS BMT Al-Fath IKMI, diolah

Sedangkan pada akad ijarah terjadi sebaliknya. Total mitra yang mengalami default terus mengalami kenaikan. Pada tahun 2013 terjadi kenaikan sebesar 52, 95% dari tahun sebelumnya dan pada tahun 2014 terjadi kenaikan sebesar 9,45% dari tahun sebelumnya. Hal ini perlu menjadi perhatian KJKS BMT Al- Fath IKMI dalam penyaluran pembiayaan dengan akad ijarah, meskipun jumlah mitranya tidak sebanyak pada akad murabahah.

Setelah menentukan exposure at default, exposure tersebut dikelompokkan dalam kelas dan band supaya memudahkan perhitungan risiko pembiayaan BMT yang memiliki jumlah mitra yang banyak namun nilai pembiayaannya sedikit. Pada penelitian ini, band terbagi dua yaitu band dengan nilai Rp. 1.000.000,- dan Rp. 10.000.000,-. Band tersebut diklasifikasikan kembali dalam kelas-kelas dimana masing-masing band terbagi dalam 10 kelas.

Ijarah 2012 2013 2014 Kolektibilitas 3 132,623,000 72,123,000 135,369,000 (91-180 hari) Kolektibilitas 4 33,961,500 182,660,800 143,498,800 ( > 180 hari) Total 166,584,500 254,783,800 278,867,800

Tabel 4. 4 Pembagian Exposure dalam Kelas dan Band pada Akad Murabahah

(dalam Rupiah)

Sumber: Data diolah

Tabel 4. 5 Pembagian Exposure dalam Kelas dan Band pada Akad Ijarah

(dalam Rupiah) Ijarah Kelas/Band 2012 2013 2014 1,000,000 10,000,000 1,000,000 10,000,000 1,000,000 10,000,000 1 903,000 32,150,000 0 17,350,000 852,000 10,360,000 2 1,140,000 5,855,800 46,900,000 5,855,800 20,640,000 3 2,136,500 7,825,000 0 4,900,000 0 4 3,540,000 46,500,000 10,502,000 89,420,000 7,440,000 42,920,000 5 9,160,000 9,350,000 0 9,549,000 104,240,000 6 15,490,000 11,000,000 0 10,368,000 0 7 6,350,000 6,466,000 0 6,466,000 0 8 22,015,000 14,815,000 0 29,645,000 0 9 8,700,000 25,400,000 0 25,632,000 0 10 18,500,000 9,900,000 0 0 0 Jumlah 87,934,500 78,650,000 101,113,800 153,670,000 100,707,800 178,160,000 166,584,500 254,783,800 278,867,800

Sumber: Data diolah

Murabahah Kelas/ Band 2012 2013 2014 1,000,000 10,000,000 1,000,000 10,000,000 1,000,000 10,000,000 1 922,500 145,244,000 2,223,000 218,926,156 1,447,500 164,621,188 2 3,540,000 170,476,600 2,557,000 52,080,000 4,282,500 105,698,400 3 2,697,400 107,000,000 25,153,600 70,750,000 22,682,000 4 18,039,900 44,529,400 33,612,500 43,000,000 5 9,147,500 107,000,000 13,761,500 22,746,500 6 22,302,500 33,168,500 61,120,000 16,515,500 60,200,000 7 32,401,000 57,598,400 76,640,200 8 7,250,000 22,145,000 29,153,000 9 16,000,000 33,329,900 25,329,900 10 9,100,000 9,300,000 19,232,000 Total 121,400,800 529,720,600 243,766,300 402,876,156 251,641,600 373,519,588 651,121,400 646,642,456 625,161,188

Komposisi pembiayaan bermasalah dengan akad murabahah pada tahun 2012-2014 pada band 1.000.000 sebesar 32,08% dan 67,92% pada band 10.000.000. Sedangkan pada akad ijarah tahun 2012-2014 sebesar 41,38% pada band 1.000.000 dan 58,62% pada band 10.000.000. Dari tabel diatas terlihat bahwa baik pembiayaan dengan akad murabahah maupun ijarah pembiayaan yang bermasalah lebih terkonsentrasi pada band 10.000.000.

2. Menentukan Recovery Rate dan Real Loss

Recovery rate merupakan tingkat pengembalian pinjaman yang dilakukan oleh debitur yang sudah dikategorikan default. Nilai recovery rate dapat dihitung dari likuidasi jaminan atau pembayaran kembali dari debitur. KJKS BMT Al-Fath IKMI lebih mengutamakan prosedur yang telah ditetapkan seperti resecheduling dan reconditioning daripada mengeksekusi jaminan untuk pengurang risiko pembiayaannya. Maka dari itu, pada penelitian ini nilai recovery rate diasumsikan sama dengan nol.

Sedangkan loss given default yang biasa disebut sebagai severity loss atau real loss merupakan besarnya tingkat kerugian dari peristiwa default setelah memperhitungkan nilai recovery. Nilai loss given default diperoleh dari rumus: LGD = Exposure at Default x (1- Recovery Rate) . Besar nilai tersebut tercantum pada tabel berikut:

Tabel 4. 6 Loss Given Default Murabahah (dalam Rupiah) Murabahah Kelas/Band 2012 2013 2014 1,000,000 10,000,000 1,000,000 10,000,000 1,000,000 10,000,000 1 572,500 79,081,300 758,000 115,697,296 462,500 95,467,622 2 1,040,000 91,767,600 77,000 38,245,000 2,582,000 91,847,500 3 1,597,400 62,072,400 8,898,200 28,144,000 5,616,600 0 4 9,234,900 0 23,405,900 0 20,760,500 26,460,000 5 6,963,500 63,069,000 10,047,500 0 16,882,000 0 6 17,584,100 0 17,223,300 13,957,100 13,768,900 31,500,000 7 20,645,600 0 30,920,050 0 38,993,600 0 8 3,220,000 0 8,868,900 0 20,142,500 0 9 10,862,400 0 17,198,700 0 11,309,800 0 10 6,507,000 0 7,815,000 0 16,347,000 0 Total 78,227,400 295,990,300 117,397,550 196,043,396 146,865,400 245,275,122 374,217,700 321,255,946 392,140,522

Sumber: Data diolah

Tabel 4. 7 Loss Given Default Ijarah (dalam Rupiah)

Sumber: Data diolah

Ijarah Kelas/Band 2012 2013 2014 1,000,000 10,000,000 1,000,000 10,000,000 1,000,000 10,000,000 1 703,000 9,911,800 0 4,200,000 852,000 9,064,000 2 1,140,000 0 1,618,300 26,675,000 1,323,300 16,136,400 3 1,536,500 0 4,199,412 0 2,131,912 0 4 3,000,000 30,245,000 2,114,500 49,446,600 690,000 30,431,600 5 3,473,400 0 3,984,200 0 5,699,000 69,504,800 6 5,953,700 0 3,368,200 0 7,748,000 0 7 1,763,000 0 5,966,000 0 5,866,000 0 8 16,106,600 0 10,106,600 0 18,905,600 0 9 965,000 0 12,019,000 0 17,452,083 0 10 10,195,000 0 7,620,000 0 0 0 Total 44,836,200 40,156,800 50,996,212 80,321,600 60,667,895 125,136,800 84,993,000 131,317,812 185,804,695

Berdasarkan tabel diatas nilai real loss pada akad murabahah tahun 2013 mengalami penurunan sebesar 14,15% dari tahun sebelumnya dan pada tahun 2014 mengalami kenaikan 25,11% dari tahun 2013. Sedangkan pada akad ijarah setiap tahunnya selalu mengalami kenaikan. Pada tahun 2013 mengalami kenaikan sebesar 50,45% dari tahun sebelumnya dan pada tahun 2014 naik sebesar 41,49% dari tahun sebelumnya. Jumlah mitra yang pembiayaannya bermasalah pada band 10.000.000 lebih sedikit dibandingkan dengan band 1.000.000, namun nilai real loss lebih terkonsentrasi pada band 10.000.000 sehingga kerugiannya akan berdampak lebih besar. Oleh karena itu KJKS BMT Al-Fath IKMI perlu lebih waspada untuk menghindari terjadinya kerugian yang lebih besar.

3. Number of Default

Nilai number of default dihitung berdasarkan rata-rata loss given default dibagi dengan nilai kelompok band. Contoh perhitungan number of default pada band 1.000.000 kelas 2 tahun 2014 pada akad sebagai berikut:

Tabel 4. 8 Number of Default Murabahah Murabahah Kelas/Band 2012 2013 2014 1,000,000 10,000,000 1,000,000 10,000,000 1,000,000 10,000,000 1 0.57 7.91 0.76 11.57 0.46 9.55 2 0.52 4.59 0.04 1.91 1.29 4.59 3 0.53 2.07 2.97 0.94 1.87 0.00 4 2.31 0.00 5.85 0.00 5.19 0.66 5 1.39 1.26 2.01 0.00 3.38 0.00 6 2.93 0.00 2.87 0.23 2.29 0.53 7 2.95 0.00 4.42 0.00 5.57 0.00 8 0.40 0.00 1.11 0.00 2.52 0.00 9 1.21 0.00 1.91 0.00 1.26 0.00 10 0.65 0.00 0.78 0.00 1.63 0.00 Total 13.47 15.83 22.71 14.65 25.47 15.33 29.29 37.37 40.79

Sumber: Data diolah

Tabel 4. 9 Number of Default Ijarah

Ijarah Kelas/Band 2012 2013 2014 1,000,000 10,000,000 1,000,000 10,000,000 1,000,000 10,000,000 1 0.70 0.99 0.00 0.42 0.85 0.91 2 0.57 0.00 0.81 1.33 0.66 0.81 3 0.51 0.00 1.40 0.00 0.71 0.00 4 0.75 0.76 0.53 1.24 0.17 0.76 5 0.69 0.00 0.80 0.00 1.14 1.39 6 0.99 0.00 0.56 0.00 1.29 0.00 7 0.25 0.00 0.85 0.00 0.84 0.00 8 2.01 0.00 1.26 0.00 2.36 0.00 9 0.11 0.00 1.34 0.00 1.94 0.00 10 1.02 0.00 0.76 0.00 0.00 0.00 Total 7.61 1.75 8.31 2.99 9.97 3.86 9.36 11.30 13.83

Berdasarkan data diatas, jumlah nasabah yang default selalu meningkat setiap tahunnya baik pada akad murabahah dan ijarah. Pada akad murabahah tahun 2013 terjadi peningkatan sebesar 21,21% dari tahun 2012 serta pada tahun 2014 meningkat 9,15% dari tahun sebelumnya. Sedangkan pada akad ijarah peningkatan sebesar 20,73% terjadi pada tahun 2013 dan 22,38% pada tahun 2014. Jumlah nasabah default tertinggi terjadi pada akad murabahah tahun 2013 yaitu pada band 10.000.000 kelas 1 yaitu sebanyak 12 orang.

Expected number of default terjadi pada saat peristiwa default memiliki probability of default tertinggi yaitu pada saat default (n) = lambda (λ). Sedangkan unexpected number of default terjadi pada saat cumulative probability of default mencapai ≥95%. Untuk menghitung jumlah nasabah default dengan cumulative probability of default menggunakan program Microsoft Excel dengan rumus1 =POISSON.DIST(x,mean,cumulative) , dimana:

X = 0, 1, 2, 3, dst

Mean = nilai expected number of default masing-masing kelas dan band

Cumulative = α = 5%

Contoh hasil perhitungan tersebut dapat dilihat pada tabel berikut:

1

Rumus distribusi Poisson dengan Microsoft Excel berdasarkan artikel yang terdapat pada

Tabel 4. 10 Jumlah Default pada Probabilitas ≥ 95%

Sumber: Data diolah

Pada tahun 2013 akad murabahah, jumlah pembiayaan default pada band 1.000.000 sebanyak 53 kejadian atau 71,62% dari seluruh pembiayaan murabahah tahun 2013, sedangkan pada band 10.000.000 sebanyak 21 kejadian atau 28,38% dari seluruh pembiaayaan murabahah tahun 2013. Probabilitas peristiwa default didominasi oleh band 1.000.000 baik pada akad murabahah maupun ijarah. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran.

4. Expected Loss dan Unexpected Loss

Expected loss merupakan kerugian yang terjadi pada setiap kelas dan band yang dapat dicover oleh cadangan perusahaan. Nilai

2013 1,000,000 10,000,000 n = α = 5% Probability n = α = 5% Probability 3 0.992438928 16 0.92039883 2 0.999990759 2 0.70041218 10 0.999734088 2 0.93071919 12 0.992725402 3 0.855405155 6 0.972600997 1 0.97679576 9 0.984748176 3 0.973617486 4 0.955022524 1 0.815426252 53 21 74

expected loss ini diperoleh dari perkalian n = lambda (λ) dengan exposure masing-masing band. Nilai expected loss pembiayaan dengan akad murabahah dan ijarah pada tahun 2012-2014 dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4. 11 Expected Loss Murabahah (dalam Rupiah)

Kelas Murabahah 2012 2013 2014 1,000,000 10,000,000 1,000,000 10,000,000 1,000,000 10,000,000 1 572,500 79,081,300 758,000 115,697,296 462,500 95,467,622 2 1,040,000 91,767,600 77,000 38,245,000 2,582,000 91,847,500 3 1,597,400 62,072,400 8,898,200 28,144,000 5,616,600 0 4 9,234,900 0 23,405,900 0 20,760,500 26,460,000 5 6,963,500 63,069,000 10,047,500 0 16,882,000 0 6 17,584,100 0 17,223,300 13,957,100 13,768,900 31,500,000 7 20,645,600 0 30,920,050 0 38,993,600 0 8 3,220,000 0 8,868,900 0 20,142,500 0 9 10,862,400 0 17,198,700 0 11,309,800 0 10 6,507,000 0 7,815,000 0 16,347,000 0 Jumlah 78,227,400 295,990,300 125,212,550 196,043,396 146,865,400 245,275,122 374,217,700 321,255,946 392,140,522

Sumber: Data diolah

Tabel 4. 12 Expected Loss Ijarah (dalam Rupiah)

Kelas Ijarah 2012 2013 2014 1,000,000 10,000,000 1,000,000 10,000,000 1,000,000 10,000,000 1 703,000 9,911,800 0 4,200,000 852,000 9,064,000 2 1,140,000 0 1,618,300 26,675,000 1,323,300 16,136,400 3 1,536,500 0 4,199,412 0 2,131,912 0 4 3,000,000 30,245,000 2,114,500 49,446,600 690,000 30,431,600 5 3,473,400 0 3,984,200 0 5,699,000 69,504,800 6 5,953,700 0 3,368,200 0 7,748,000 0 7 1,763,000 0 5,966,000 0 5,866,000 0

Sumber: Data diolah

Nilai expected loss memiliki kecenderungan meningkat setiap tahunnya baik pada akad murabahah maupun ijarah. Expected loss diatas memiliki nilai yang sama dengan nilai loss given default/ severity loss/ real loss karena nilai recovery diasumsikan sama dengan nol dan nilai real loss sama dengan satu. Nilai expected loss terbesar masih terkonsentrasi pada band 10.000.000. Expected loss tersebut dapat ditutupi oleh nilai Pembentukan Penyisihan Aktiva Produktif (PPAP). Nilai PPAP diperoleh dari ketentuan minimal yang ditetapkan Bank Indonesia berdasarkan kolektibilitasnya masing-masing. Perbandingan nilai PPAP dengan expected loss dapat dilihat pada tabel berikut:

8 16,106,600 0 10,106,600 0 18,905,600 0

9 965,000 0 12,019,000 0 17,452,083 0

10 10,195,000 0 7,620,000 0 0 0

Jumlah 44,836,200 40,156,800 50,996,212 80,321,600 60,667,895 125,136,800

Tabel 4. 13 Perbandingan Nilai PPAP dengan Expected Loss (dalam Rupiah)

Sumber: Data diolah

Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa nilai PPAP lebih besar dibandingkan nilai expected loss. Artinya pencadangan berupa PPAP tersebut dapat menutupi expected loss tersebut. Namun bila dana yang disisihkan terlalu besar sebaiknya dapat dialokasikan supaya digunakan secara maksimal.

Nilai kerugian yang tidak diharapkan dan harus dikendalikan

Dokumen terkait