• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengukuran Potensi Risiko Pembiayaan Dengan Menggunakan CreditRisk+ (Studi pada KJKS BMT Al-Fath IKMI)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengukuran Potensi Risiko Pembiayaan Dengan Menggunakan CreditRisk+ (Studi pada KJKS BMT Al-Fath IKMI)"

Copied!
99
0
0

Teks penuh

(1)

(Studi pada KJKS BMT Al-Fath IKMI)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Syariah ( S. E. Sy)

Oleh

DESSY RACHMA DAMAYANTI

NIM. 1111046100041

KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH

PROGRAM STUDI MUAMALAT

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)

ABSTRAK

DESSY RACHMA DAMAYANTI. NIM 1111046100041. Pengukuran Potensi Risiko Pembiayaan Dengan Menggunakan Creditrisk+ (Studi pada KJKS BMT Al-Fath IKMI). Program Studi Muamalat, Konsentrasi Perbankan Syariah, Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 1436 H / 2015 M. xi + 75 halaman + 12 halaman lampiran.

Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui potensi risiko pembiayaan yang terjadi di KJKS BMT Al-Fath IKMI pada akad murabahah dan ijarah dan mengetahui jumlah cadangan yang diperlukan untuk menutupi kerugian akibat risiko pembiayaan. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif menggunakan metode Creditrisk+. Data input yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah exposure at default, recovery rates, default rates dan default rates volitatiliy. Kesimpulan penelitian ini diperoleh hasil Nilai kerugian yang dapat diperkirakan (expected loss) pada pembiayaan mitra KJKS BMT Al-Fath IKMI dengan akad murabahah pada tahun 2012, 2013, dan 2014 berturut-turut sebesar Rp. 374.217.700,- , Rp 321.255.946,- , dan Rp 392.140.522,- sedangkan pada akad ijarah berturut-turut sebesar Rp. 84.993.000,- , Rp. 131.317.812,- Rp. 185.804.695,-. Nilai kerugian yang tidak terduga (unexpected loss) pada pembiayaan mitra KJKS BMT Al-Fath IKMI dengan akad murabahah pada tahun 2012, 2013, dan 2014 berturut-turut sebesar Rp. 573.000.000,- , Rp. 589.000.000,- dan Rp. 577.000.000,- sedangkan pada akad ijarah sebesar Rp. 158.000.000,- , Rp. 241.000.000,- dan Rp. 281.000.000,-. Dengan menggunakan Creditrisk+ , nilai pencadangan atau economic capital untuk mengcover unexpected loss tahun 2012, 2013, dan 2014 yaitu beturut-turut sebesar Rp. 198.782.300,- , Rp. 267.744.054,- dan Rp. 184.859.478,- untuk akad murabahah serta Rp. 73.007.000,- , Rp. 109.682.188,- dan Rp. 95.195.305,- untuk akad ijarah. Kata Kunci: Risiko pembiayaan, creditrisk+, murabahah, ijarah, economic capital

Pembimbing : Dr. H. Burhanuddin Yusuf, M.M., M.A.

(6)

ABSTRACT

DESSY RACHMA DAMAYANTI. NIM 1111046100041. Financing Risk Potential Measurements Using CreditRisk+ (Studies on KJKS BMT Al-Fath IKMI). Department of Muamalat, Islamic Banking Concentration, Faculty of Sharia and Law, State Islamic University Syarif Hidayatullah Jakarta, in 1436 H / 2015 AD. xi + 75 page + 12 page appendix.

This thesis aims to determine the potential of financing risk that occur in KJKS BMT Al-Fath IKMI on murabaha and ijara contract and determine the amount of reserves needed to cover losses due to financing risk. This research is quantitative research with CreditRisk+ methods. In this methods, data input used are the exposure at default, recovery rates, default rates and default rates volitatiliy. The conclusion of this research, expected losses on financing in KJKS BMT Al-Fath IKMI with murabaha contract in 2012, 2013 and 2014 respectively are Rp. 374.217.700, -, Rp. 321.255.946, -, and Rp. 392.140 .22, - whereas the ijara contract are Rp. 84.993.000, -, Rp. 131.317.812, and - Rp. 185.804.695, -. Value of unexpected losses on financing in KJKS BMT Al-Fath IKMI with murabaha contract in 2012, 2013 and 2014 respectively Rp. 573.000.000, -, Rp. 589.000.000, - and Rp. 577.000.000, - , while at the ijara contract is Rp. 158.000.000, -, Rp. 241.000.000, - and Rp. 281.000.000, -. By using CreditRisk+, the value of economic capital to cover unexpected losses in 2012, 2013 and 2014 are Rp. 198.782.300, -, Rp. 267.744.054, - and Rp. 184.859.478, - for murabahah and Rp. 73.007.000, -, Rp. 109.682.188, - and Rp. 95.195.305, - for the ijara contract.

Keywords: Financing risk, CreditRisk+, murabaha, ijara, economic capital

Thesis Adviser : Dr. H. Burhanuddin Yusuf, M.M., M.A.

(7)

KATA PENGANTAR

ِمـــــــــْسِب ِﷲ

ميِحّرلا ِنَمْحّرلا

Puji serta syukur penulis panjatkan kehadirat Allah swt, karena atas limpahan rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“PENGUKURAN POTENSI RISIKO PEMBIAYAAN DENGAN

MENGGUNAKAN CREDITRISK+ (Studi pada KJKS BMT Al-Fath IKMI)” sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana (S1) di Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Tak lupa shalawat serta salam tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, nabi akhir zaman yang menjadi suri tauladan bagi seluruh umat di muka bumi ini.

Penulis menyadari tentunya bahwa masih banyak kekurangan dalam penyelesaian tugas akhir ini. Namun penulis berharap agar karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi orang lain. Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan, kritik, saran dan motivasi yang ikhlas berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Asep Saepudin Jahar, M.A., Dekan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang penulis hormati sebagai pemimpin sekaligus menjadi pengayom bagi mahasiswa/i nya.

2. Bapak AM Hasan Ali, M.A., ketua Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam) dan Bapak Abdurrauf, Lc. M.A., sekretaris Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam) serta Bapak Ah. Azharuddin Lathif, M.Ag., M.H., ketua Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam) periode sebelumnya atas kesabaran dan dedikasinya terhadap Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam)

3. Bapak Dr. Burhanuddin Yusuf, M.M, pembimbing skripsi penulis atas kesabaran dan keikhlasannya dalam membimbing, memotivasi, dan memberikan kritik serta saran dalam penyelesaian skripsi ini.

4. Bapak Suryadi dan seluruh pihak KJKS BMT Al-Fath IKMI yang telah mengizinkan penulis melakukan penelitian, memberikan informasi dan data-data penelitian, serta membimbing penulis.

(8)

6. Bapak Sofyan Rizal S.E., M.Si., dan Ibu Yuke Rahmawati, M.A selaku penguji sidang skripsi yang telah memberikan saran dan penilaian terhadap skripsi penulis.

7. Seluruh dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu-ilmu yang bermanfaat serta seluruh staff dan karyawan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang memberikan pelayanan terbaik bagi mahasiswa/i-nya.

8. Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta serta berbagai perpustakaan elektronik yang telah meyediakan fasilitas dan referensi dalam penyelesaian skripsi ini.

9. Kedua orangtua penulis, ayahanda Muntirman dan ibunda Ida Widaningsih yang berjuang keras untuk membesarkan dengan penuh kasih sayang, mendukung dan mendoakan penulis dengan ikhlas. Semoga Allah swt meninggikan derajat kalian. Adikku, Devi Novitasari yang telah mendukung dan membantu penulis dalam berbagai hal.

10. Sahabat-sahabat semasa kuliah Bulan, Riri, dan Putri yang menjadi teman berjuang dalam proses perkuliahan, saling membantu dan mengingatkan atas segala hal. Yusuf, partner segala situasi dan kondisi yang dengan ketulusannya selalu menemani, membantu, memotivasi dan mengajarkan kesabaran.

11. Sahabat-sahabat tersayang sejak SMA, Utami, Widya, Ivyana, Almira, Lisa, dan Dhanty serta sahabat-sahabat tercinta sejak SMP, Arnita, Dini, Fitri, dan Shakienna, yang menjadi teman cerita, diskusi, dan saling memotivasi. Terimakasih untuk kalian semua yang telah menjaga persahabatan hingga kini. 12. Perbankan Syariah angkatan 2011, khususnya Perbankan Syariah kelas B yang

mewarnai kehidupan penulis selama kuliah. Semoga kesuksesan menyertai kita semua.

13. Keluarga besar COINS, HMPS Muamalat, dan HMI Komfaksy yang pernah menjadi tempat belajar dan berproses. Terimakasih atas pelajaran dan pengalaman berharga yang diberikan selama berorganisasi.

14. Seluruh pihak yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung dalam penulisan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Semoga Allah membalas dengan pahala yang berlipat ganda.

(9)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

ABSTRAK ... iv

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

BAB IPENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Pembatasan Masalah ... 5

D. Perumusan Masalah ... 5

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 6

F. Sistematika Penulisan ... 8

BAB II LANDASAN TEORI A. Konsep Baitul Maal wat Tamwil ... 10

B. Pembiayaan ... 11

C. Risiko ... 16

D. Creditrisk+ ... 23

E. Review Studi Terdahulu ... 28

F. Kerangka Pemikiran ... 35

BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian ... 37

B. Sumber dan Kriteria Penelitian ... 37

C. Teknik Pengumpulan Data ... 38

D. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ... 38

(10)

A. Gambaran Umum Pembiayaan KJKS BMT Al-Fath IKMI ... 42 B. Pengukuran Risiko Pembiayaan Dengan Menggunakan Creditrisk+ ... 55

BAB VPENUTUP

A. Kesimpulan ... 70 B. Saran ... 71

DAFTAR PUSTAKA ... 73

(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 2. 1 Komponen Creditrisk+ ... 23

Tabel 2. 2 Perbedaan Utama Metode Pengukuran Risiko... 27

Tabel 2. 3 Review Studi Terdahulu... 29

Tabel 4. 1 Kolektibilitas Pembiayaan KJKS BMT Al-Fath IKMI 2012-2014 ... 44

Tabel 4. 2 Exposure at Default Pembiayaan Murabahah ... 55

Tabel 4. 3 Exposure at Default Pembiayaan Ijarah ... 56

Tabel 4. 4 Pembagian Exposure dalam Kelas dan Band pada Akad Murabahah ... 57

Tabel 4. 5 Pembagian Exposure dalam Kelas dan Band pada Akad Ijarah ... 57

Tabel 4. 6 Loss Given Default Murabahah ... 59

Tabel 4. 7 Loss Given Default Ijarah ... 59

Tabel 4. 8 Number of Default Murabahah ... 61

Tabel 4. 9 Number of Default Ijarah ... 61

Tabel 4. 10 Jumlah Default pada Probabilitas ≥ 95% ... 63

Tabel 4. 11 Expected Loss Murabahah ... 64

Tabel 4. 12 Expected Loss Ijarah ... 64

Tabel 4. 13 Perbandingan Nilai PPAP dengan Expected Loss ... 66

Tabel 4. 14 Unexpected Loss Murabahah ... 67

Tabel 4. 15 Unexpected Loss Ijarah ... 67

Tabel 4. 16 Economic Capital Murabahah ... 68

(12)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Siklus Manajemen Risiko ... 21

Gambar 2. 2 Kerangka Pemikiran ... 35

Gambar 4. 1 Komposisi Mitra Pembiayaan KJKS BMT Al-Fath IKMI ... 43

(13)

A. Latar Belakang Masalah

Setiap unsur dalam kehidupan tidak terlepas dari risiko. Risiko yang muncul dapat kita sadari ataupun tidak, selalu melekat dalam hidup kita. Risiko merupakan keadaan tidak pasti yang dihadapi atas suatu hal yang dilakukan dan akan menimbulkan kerugian. Risiko juga menghantui kegiatan operasional lembaga keuangan, salah satunya Baitul Maal Wat Tamwil (BMT)1. Sebagai lembaga intermediasi salah satu risiko yang muncul adalah risiko kredit atau risiko pembiayaan. Risiko kredit (credit risk) adalah risiko kerugian yang diderita bank, terkait dengan kemungkinan bahwa pada saat jatuh tempo, counterparty-nya gagal memenuhi kewajiban-kewajiban kepada bank. Singkat kata, credit risk adalah risiko kerugian bagi bank karena debitur tidak melunasi kembali pokok pinjamannya (plus bunga).2 Karena BMT memiliki kegiatan seperti bank, yaitu menghimpun dana dan menyalurkan dana, maka BMT juga memiliki risiko kredit atau risiko pembiayaan. Maka dari itu diperlukan pengelolaan risiko yang baik sehingga dapat meminimalisir terjadinya kerugian.

1

Selanjutnya disebut BMT

2

(14)

Permintaan kredit atau pembiayaan bagi Lembaga Keuangan Mikro termasuk BMT masih sangat tinggi, mengingat sebagian besar debiturnya merupakan kelompok usaha mikro yang masih belum dapat dilayani oleh bank. Kelompok peminjam tersebut meliputi usaha produktif masyarakat yang memiliki perputaran usaha tinggi dan dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan modal kerja. Permintaan kredit atau pembiayaan yang tinggi mengharuskan BMT lebih berhati-hati dalam menyalurkan pembiayaannya karena sektor ini memiliki risiko kredit yang besar. Dalam harian Kontan, Associate Director FitchRatings, Julita Wikana mengungkapkan, berdasarkan diskusi dengan perbankan, penyumbang NPL terbesar adalah sektor small medium enterprise (SME) alias usaha kecil menengah (UKM), lalu sektor kredit korporasi. Sedangkan NPL di sektor kredit konsumen tergolong stabil.3

Pertumbuhan kredit atau pembiayaan yang pesat perlu diimbangi dengan manajemen risiko yang tepat guna mengoptimalkan keuntungan dan meminimalisir kerugian. Lembaga keuangan wajib membentuk atau menyisihkan dana untuk menutupi risiko atas kerugian pembiayaan yang disalurkannya. Pencadangan dana tersebut dikenal dengan Pembentukan Penyisihan

3Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah, “Sektor UMKM Menjadi

Penyumbang Terbesar NPL”, artikel diakses tanggal 12 Januari 2015 dari

(15)

Penghapusan Aktiva Produktif4 yang dinilai berdasarkan tingkat kolektibilitas dari kredit atau pembiayaan debitur.

BMT perlu mendesain sendiri metode pengukuran risikonya karena belum ada aturan yang benar-benar baku untuk mengukur risiko pembiayaan pada BMT. Seperti yang dilakukan oleh KJKS BMT Al-Fath IKMI, diantaranya melakukan analisis pembiayaan sebelum menyalurkannya serta tindakan mitigasi risiko. Namun, hal tersebut hanya mengukur potensi risiko yang dapat diestimasi (expected loss). Pengukuran risiko diharapkan dapat mengukur risiko yang dapat diestimasi (expected loss) dan tidak dapat diestimasi (unexpected loss).

Ada beberapa jenis metode dalam mengukur potensi risiko pembiayaan seperti Credit Scoring Models, RAROC, Credit Metrics, KMV Models, dan lain-lain. Pada penelitian ini, penulis menggunakan metode Creditrisk+ sebagai alternatif dalam mengukur potensi risiko pembiayaan. Creditrisk+ merupakan model statistik yang tidak mengasumsikan penyebab terjadinya default. Creditrisk+ mencoba melakukan estimasi atas expected loss of loans dan distribusi kerugian itu dengan memfokuskan perhitungannya pada berapa cadangan modal yang diperlukan untuk menampung kerugian di atas jumlah tertentu.5 Karakteristik Creditrisk+ cocok untuk perhitungan risiko pembiayaan pada Lembaga Keuangan Mikro yang memiliki jumlah debitur banyak namun outstandingnya kecil. Selain itu, model Creditrisk+ memberikan kemudahan

4

Selanjutnya disebut PPAP

5

(16)

dalam ketersediaan data serta kemudahan dalam implementasinya. Dalam penelitian Any Meilani6 dan Kristanti Mutia Fatimah7 membuktikan bahwa metode Creditrisk+ akurat dalam memprediksi potensi kerugian. Hal ini dapat dilihat dari hasil Loglikehood Ratio Test, bila nilai Loglikehood Ratio (LR) lebih kecil dari Chi Squared maka model Creditrisk+ dapat diterima sebagai metode pengukuran risiko.

Berdasarkan pemaparan latar belakang masalah tersebut maka penulis bermaksud melakukan penelitian yang berjudul “Pengukuran Potensi Risiko Pembiayaan Dengan Menggunakan Creditrisk+ (Studi Pada KJKS BMT

Al-Fath IKMI)”.

B. Identifikasi Masalah

Sebagai lembaga keuangan yang kegiatan operasionalnya menghimpun dan menyalurkan dana, BMT juga menghadapi risiko. Risiko dalam lembaga keuangan dapat terjadi karena berbagai sebab, bila tidak dikelola dengan baik maka dapat menimbulkan kerugian. Semakin tingginya risiko, maka semakin besar pula modal yang harus dicadangkan. Hal tersebut berarti akan mengurangi dana yang disalurkan. Jika dibiarkan maka akan menurunkan profit bagi BMT itu sendiri serta mengurangi kepercayaan masyarakat yang menggunakan jasa BMT

6Any Maelani, “Penerapan Metode Creditrisk+ dalam Pengukuran Risiko Kredit Kendaraan

Bermotor (Kasus Pada PT “X”). Jurnal Organisasi dan Manajemen, Volume 6, No.2 (September 2010) h.101-118

7 Kristanti Mutia Fatimah, “Pengukuran Cadangan Kerugian Penurunan Nilai dan Risiko

(17)

tersebut. Maka, BMT perlu mendesain sendiri metode pengukuran risiko yang memungkinkan BMT menghitung lebih tepat potensi risiko yang akan dihadapinya sehingga modal yang dicadangkan dapat menurun.

C. Pembatasan Masalah

Untuk memfokuskan penelitian dan memudahkan analisis, maka penulis perlu membuat batasan-batasan penelitian yaitu:

1. Penelitian ini dibatasi pada perhitungan risiko pembiayaan menggunakan metode Creditrisk+. Pemilihan metode Creditrisk+ karena karakteristik Creditrisk+ cocok untuk perhitungan risiko pembiayaan pada Lembaga Keuangan Mikro yang jumlah debiturnya banyak namun outstandingnya kecil. Selain itu, model Creditrisk+ memberikan kemudahan dalam ketersediaan data serta kemudahan dalam implementasinya.

2. Akad pembiayaan yang diteliti dibatasi pada akad murabahah dan ijarah pada tahun 2012-2014.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah yang akan dikaji adalah:

(18)

2. Apakah potensi risiko pembiayaan mengalami fluktuasi setiap tahunnya? 3. Berapa jumlah kecukupan modal (economic capital) yang harus dimiliki

KJKS BMT Al-Fath IKMI untuk menanggung potensi kerugian yang terjadi?

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang telah dipaparkan diatas, maka tujuan penelitian ini adalah:

1. Mengukur potensi kerugian atas pembiayaan yang akan ditanggung KJKS BMT Al-Fath IKMI atas pembiayaan murabahah dan ijarah.

2. Mengetahui fluktuasi potensi risiko pembiayaan pertahunnya.

3. Mengetahui jumlah kecukupan modal (economic capital) yang dimiliki KJKS BMT Al-Fath IKMI untuk menanggung potensi kerugian yang terjadi.

Penelitian ini juga diharapkan akan membawa manfaat bagi berbagai pihak antara lain sebagai berikut:

1. Bagi KJKS BMT Al-Fath IKMI

(19)

b. KJKS BMT Al-Fath IKMI dapat mengetahui expected loss dan unexpected loss yang dapat mempengaruhi kecukupan modal (economic capital).

c. KJKS BMT Al-Fath IKMI dapat menentukan strategi mitigasi yang tepat yang untuk menekan risiko pembiayaan.

2. Bagi masyarakat

a. Menambah wawasan masyarakat mengenai manajemen risiko khususnya pada risiko pembiayaan.

b. Masyarakat dapat mengetahui potensi risiko penyaluran pembiayaan dari dana yang disimpan mereka yang disimpan di KJKS BMT Al-Fath.

3. Bagi penelitian selanjutnya

(20)

F. Sistematika Penulisan

Berdasarkan Pedoman Penulisan Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2012, sistematika penulisan skripsi sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Bab I merupakan pendahuluan yang berisi penjelasan yang erat sekali hubungannya dengan masalah yang akan dibahas dalam bab-bab. Penjelasan-penjelasan tersebut meliputi: latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II LANDASAN TEORI

Bab II menyajikan kajian kepustakaan yaitu membahas tentang landasan atau kerangka teori yang dapat membantu penulis berpikir kritis dan bab ini analitis saat memahami dan menafsirkan data. Dalam bab ini tercantum pula review studi terdahulu yang mendeskripsikan hasil penelusuran penulis terhadap penelitian yang serumpun. Dari review studi terdahulu akan terlihat kekurangan dan kelebihan skripsi yang ditulis peneliti dibandingkan penelitian sebelumnya.

BAB III METODE PENELITIAN

(21)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab IV merupakan analisis terhadap data penelitian yang ada dideskripsikan guna menjawab masalah penelitian. Dalam kasus analisis juga dilakukan interpretasi terhadap temuan penelitian ke dalam pengetahuan yang telah mapan, memodifikasi teori yang telah ada, atau nenyusun teori baru.

BAB V PENUTUP

(22)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Konsep Baitul Maal wat Tamwil

Baitul Maal wat Tamwil atau BMT merupakan Lembaga Keuangan Mikro yang dijalankan dengan prinsip syariah. Pada dasarnya BMT memiliki dua fungsi1:

 Baitul tamwil (rumah pengembangan harta), melakukan kegiatan pengembangan usaha-usaha produktif dan investasi dalam meningkatkan kualitas ekonomi pengusaha mikro dan kecil dengan antara lain mendorong kegiatan menabung dan menunjang pembiayaan kegiatan ekonomi.

Baitul maal (rumah harta), menerima titipan zakat, infak, dan sedekah

serta mengoptimalkan distribusinya sesuai dengan peraturan dan amanahnya.

BMT memiliki tujuan untuk membantu membangun sumber pelayanan keuangan guna mendorong dan mengembangkan usaha produktif serta meningkatkan taraf hidup para anggota dan keluarganya.2

1

Andri Soemitra, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2009), h.451

2

(23)

Sampai saat ini belum ada peraturan yang jelas mengenai lembaga-lembaga keuangan mikro, termasuk BMT. Guna mendapatkan kepastian serta perlindungan hukum, maka sebagian BMT berkonversi dalam badan hukum koperasi yaitu Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS). Koperasi Jasa Keuangan Syariah adalah koperasi yang kegiatan usahanya bergerak di bidang pembiayaan, investasi, dan simpanan sesuai pola bagi hasil (syariah). Dari penjelasan tersebut, jelas bahwa BMT juga memiliki fungsi intermediasi sebagai penghimpun dana dan penyalur dana layaknya bank. Penghimpunan dana dalam bentuk simpanan dengan akad wadi’ah dan murabahah serta penyaluran dana dalam bentuk pembiayaan dengan akad mudharabah, musyarakah, ijarah, murabahah, salam, istishna, dan lain-lain.

B. Pembiayaan

1. Pengertian Pembiayaan

Pembiayaan menurut Antonio adalah pemberian fasilitas penyediaan dana untuk memenuhi kebutuhan pihak-pihak yang merupakan deficit unit (kekurangan dana).3 Sedangkan menurut Undang-Undang No.10 Tahun 1998, Pembiayaan adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang

3Muhammad Syafi’i

(24)

di biayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil.4

Pembiayaan yang diberikan adalah dana yang disalurkan oleh koperasi kepada penerima pembiayaan (mudharib) untuk investasi atau kerjasama permodalan antara koperasi dengan anggota, calon anggota, koperasi lain dan para anggotanya yang berupa sisa pengembalian baik pokok maupun bagi hasil yang masih belum dikembalikan oleh penerima pembiayaan.5 Kegiatan penyaluran pembiayaan merupakan hal yang sangat penting bagi suatu BMT, karena dari kegiatan itulah BMT akan memperoleh pendapatan dan keuntungan.

2. Tujuan dan Fungsi Pembiayaan

Fasilitas kredit atau pembiayaan menurut Kasmir memiliki tujuan sebagai berikut yaitu6:

a. Mencari keuntungan b. Membantu usaha nasabah c. Membantu pemerintah

Disamping memiliki tujuan diatas, pemberian fasilitas kredit atau pembiayaan memiliki fungsi sebagai berikut:

a. Untuk meningkatkan daya guna uang

4

Undang-Undang No.10 Tahun 1998 tentang Perbankan

5

Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil Menengah No 35.3/Per/M.KUKM/X/2007 tentang Pedoman Penilaian Kesehatan Koperasi Jasa Keuangan Syariah dan Unit Jasa Keuangan Syariah.

6

(25)

b. Untuk meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang. c. Untuk meningkatkan daya guna barang.

d. Meningkatkan peredaran barang. e. Sebagai alat stabilitas ekonomi

f. Untuk meningkatkan kegairahan berusaha. g. Untuk meningkatkan pemerataan pendapatan h. Untuk meningkatkan hubungan internasional.

3. Jenis-Jenis Pembiayaan

Berdasarkan tujuan penggunaannya, pembiayaan syariah menurut Adiwarman Karim dibedakan menjadi empat kategori yaitu7:

a. Pembiayaan dengan prinsip jual-beli

Prinsip jual-beli dilaksanakan sehubungan dengan adanya perpindahan kepemilikan barang atau benda. Tingkat keuntungan ditentukan bank ditentukan di depan dan menjadi bagian harga atas barang yang dijual. Yang termasuk dalam kelompok ini adalah:

1) Pembiayaan Murabahah

Murabahah adalah transaksi jual-beli dimana bank menyebut jumlah keuntungannya.

2) Pembiayaan Salam

7

(26)

Salam adalah transaksi jual beli dimana barang yang diperjualbelikan belum ada. Oleh karena itu, barang diserahkan secara tangguh sementara pembayaran dilakukan secara tunai. 3) Pembiayaan Istishna

Pada dasarnya produk istishna tidak jauh berbeda dengan salam. Dalam istishna pembayaran dapat dilakukan dalam beberapa termin. Spesifikasi barang pesanan harus jelas seperti jenis, ukuran, mutu, dan jumlahnya.

b. Pembiayaan dengan prinsip sewa (ijarah).

Transaksi ijarah dilandasi adanya perpindahan manfaat. Pada dasarnya prinsip ijarah sama saja dengan jual beli, perbedaannya terletak pada objek transaksinya. Bila pada jual-beli objek transaksinya adalah barang sedangkan pada ijarah objek transaksinya adalah jasa.

c. Pembiayaan dengan prinsip bagi hasil (syirkah).

Produk pembiayaan syariah yang didasarkan atas prinsip bagi hasil adalah sebagai berikut:

1) Pembiayaan Musyarakah

(27)

2) Pembiayaan Mudharabah

Mudharabah adalah bentuk kerjasama antara dua atau lebih pihak dimana pemilik modal (shahib-al maal) mempercayakan sejumlah modal kepada pengelola (mudharib) dengan suatu perjanjian pembagian keuntungan. Bentuk ini menegaskan kerjasama dalam paduan kontribusi 100% modal kas dari shahib al maal dan keahlian dari mudharib.

d. Pembiayaan dengan akad pelengkap

Untuk mempermudah pelaksanaan pembiayaan, biasanya diperlukan akad pelengkap. Akad ini tidak bertujuan untuk memperoleh keuntungan namun hanya untuk mempermudah pelaksanaan pembiayaan. Meski demikian bank dibolehkan untuk meminta pengganti biaya-biaya yang timbul dalam pelaksanaannya. Yang termasuk dalam akad ini adalah:

1) Hiwalah (alih utang-piutang) 2) Rahn (Gadai)

(28)

C. Risiko

1. Pengertian Risiko

Para ahli memiliki definisi yang beragam mengenai istilah risiko. Risiko menurut Arthur Williams dan Richard M.H adalah suatu variasi dari hasil-hasil yang dapat terjadi selama periode tertentu. A. Abas Salim berpendapat, risiko adalah kepastian (uncertainty) yang mungkin melahirkan kerugian (loss). Soekarto mendefinisikan risiko sebagai ketidakpastian atas terjadinya suatu peristiwa. Sedangkan definisi risiko menurut Herman Darmawi risiko merupakan penyebaran/penyimpangan hasil actual dari hasil yang diharapkan, atau probabilitas sesuatu hasil/outcome yang berbeda dengan yang diharapkan.8 Dari beberapa pengertian diatas dapat kita simpulkan bahwa risiko merupakan suatu ketidakpastian atas suatu peristiwa yang menimbulkan kerugian.

2. Jenis-jenis risiko

Jenis-jenis risiko yang dihadapi perbankan syariah berdasarkan Peraturan Bank Indonesia nomor 13/23/PBI/2011 tentang Penerapan Manajemen Risiko bagi Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah, yaitu9:

8

Soeisno Djojosoedarso, Prinsip-Prinsip Manajemen Risiko Asuransi, (Jakarta: Salemba Empat, 2003), h.2.

9

(29)

a. Risiko Kredit adalah Risiko akibat kegagalan nasabah atau pihak lain dalam memenuhi kewajiban kepada Bank sesuai dengan perjanjian yang disepakati.

b. Risiko Pasar adalah Risiko pada posisi neraca dan rekening administratif akibat perubahan harga pasar, antara lain Risiko berupa perubahan nilai dari aset yang dapat diperdagangkan atau disewakan. c. Risiko Likuiditas adalah Risiko akibat ketidakmampuan Bank untuk

memenuhi kewajiban yang jatuh tempo dari sumber pendanaan arus kas dan/atau aset likuid berkualitas tinggi yang dapat diagunkan, tanpa mengganggu aktivitas dan kondisi keuangan Bank.

d. Risiko Operasional adalah Risiko kerugian yang diakibatkan oleh proses internal yang kurang memadai, kegagalan proses internal, kesalahan manusia, kegagalan system, dan/atau adanya kejadian-kejadian eksternal yang mempengaruhi operasional Bank.

e. Risiko Hukum adalah Risiko akibat tuntutan hukum dan/atau kelemahan aspek yuridis.

f. Risiko Reputasi adalah Risiko akibat menurunnya tingkat kepercayaan stakeholder yang bersumber dari persepsi negatif terhadap Bank. g. Risiko Stratejik adalah Risiko akibat ketidaktepatan dalam

(30)

h. Risiko Kepatuhan adalah Risiko akibat Bank tidak mematuhi dan/atau tidak melaksanakan peraturan perundang-undangan dan ketentuan yang berlaku, serta Prinsip Syariah.

i. Risiko Imbal Hasil (Rate of Return Risk) adalah Risiko akibat perubahan tingkat imbal hasil yang dibayarkan Bank kepada nasabah, karena terjadi perubahan tingkat imbal hasil yang diterima Bank dari penyaluran dana, yang dapat mempengaruhi perilaku nasabah dana pihak ketiga Bank.

j. Risiko Investasi (Equity Investment Risk) adalah Risiko akibat Bank ikut menanggung kerugian usaha nasabah yang dibiayai dalam pembiayaan bagi hasil berbasis profit and loss sharing.

3. Risiko Pembiayaan

Sebagai lembaga yang memiliki fungsi intermediasi seperti bank, BMT juga menanggung risiko kredit atau risiko pembiayaan. Risiko dalam pemberian fasilitas pembiayaan adalah tidak kembalinya pokok pembiayaan dan tidak kembalinya imbalan, ujrah, atau bagi hasil sebagaimana telah disepakati dalam akad pembiayaan antara bank syariah dan nasabah penerima fasilitas.10 Disamping itu, juga terdapat risiko bertambah besarnya biaya yang dikeluarkan oleh bank dan bertambah

10

(31)

waktu untuk penyelesaian Non Performing Financing (NPF), serta turunnya kesehatan pembiayaan (kolektibilitas pembiayaan menurun).11 4. Faktor-Faktor Penyebab Risiko Pembiayaan12

a. Faktor Intern

1) Analisa pembiayaan (keuangan mitra) tidak akurat 2) Lemahnya pemantauan dan pembinaan

3) Pengikatan perjanjian dan jaminan tidak sempurna 4) Lemahnya SDM

b. Faktor Ekstern

1) Karakter mitra (mitra beriktikad tidak baik)

2) Kemampuan mitra kurang dalam mengelola usahanya. 3) Keadaan siklus usaha (kondisi ekonomi yang tidak kondusif) 4) Deregulasi peraturan pemerintah pada bidang tertentu yang

berpengaruh secara signifikan terhadap usaha anggota/mitra. c. Keadaan yang bersifat force majeur

Faktor ini disebabkan karena suatu peristiwa atau kondisi yang diluar kemampuan BMT dan anggota/mitra untuk mengontrol dan menaggulanginya. Penyebabnya antara lain: bencana alam, kebakaran, perang, huru-hara, dan pemogokan.

11

A. Wangsawidjaja. Z., Pembiayaan Bank Syariah, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2012), h. 89

12

(32)

5. Manajemen Risiko Pembiayaan a. Tujuan Manajemen Risiko

Sebagai lembaga yang intermediasi yang rentan terhadap risiko, BMT perlu melakukan manajemen risiko. Adiwarman A. Karim menjelaskan tujuan dari manajemen risiko adalah13:

1) Menyediakan informasi tentang risiko kepada regulator

2) Memastikan bank tidak mengalami kerugian yang bersifat unacceptable.

3) Meminimalisasi kerugian dari berbagai risiko yang bersifat uncontrolled.

4) Mengukur eksposur dan pemusatan risiko. 5) Mengalokasikan modal dan membatasi risiko.

13

(33)

b. Proses Manajemen Risiko

Sumber:

Adiwarman A. Karim, Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan, Edisi kelima

Dalam pelaksanaan manajemen risiko, proses identifikasi, pengukuran, dan pengendalian risiko memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

1) Identifikasi risiko dilaksanakan dengan melakukan analisis terhadap:

a) Karakteristik risiko yang melekat pada aktivitas fungsional;

Assessing

Measuring

Managing

Monitoring Understanding

Identifying

(34)

b) Risiko dari produk dan kegiatan usaha.

2) Pengukuran risiko dilaksanakan dengan melakukan:

a) Evaluasi secara berkala terhadap kesesuaian asumsi, sumber data, dan prosedur yang digunakan untuk mengukur risiko; b) Penyempurnaan terhadap sistem pengukuran risiko apabila

terdapat perubahan kegiatan usaha, produk, transaksi, dan faktor risiko, yang bersifat material.

3) Pemantauan risiko dilaksanakan dengan melakukan: a) Evaluasi terhadap eksposur risiko

b) Penyempurnaan proses pelaporan apabila terdapat perubahan kegiatan usaha, produk, transaksi, faktor risiko, teknologi informasi dan sistem informasi manajemen risiko yang bersifat material.

4) Pelaksanaan proses pengendalian risiko digunakan untuk mengelola risiko tertentu yang dapat membahayakan kelangsungan usaha bank.14

14

(35)

D. Creditrisk+

1. Pengertian Creditrisk+

Berdasarkan Credit Suisse Boston, ”The Creditrisk+ Model is a statistical model of credit default risk that makes no assumptions about the

causes of default”15

Creditrisk+ dianggap sebagai model internal yang tepat untuk menghitung risiko kredit pada suatu portofolio, hal ini karena metode

ini dapat dipergunakan untuk menghitung risiko kredit suatu portofolio kredit

dalam jumlah yang banyak namun dengan besaran outstanding

masing-masing kredit kecil, juga karena metode ini tidak memerlukan tambahan data

makro sehingga dalam penerapannya lebih efisien namun tetap efektif.

2. Komponen Creditrisk+

Tabel 2. 1 Komponen Creditrisk+

Creditrisk+

Credit Risk Measurement Economic Capital Applications Exposures Default Rates Credit Default

Loss Distribution

Provisioning Recovery Rates Default Rate

Volatility Limits

Scenario Analysis

Creditrisk+ Model Portfolio

Management Sumber:

Credit Suisse First Boston, Creditrisk+, A Credit Risk Management Framework.

15

(36)

a. Data Input Creditrisk+ 1) Credit Exposures

Merupakan eksposur yang timbul dari transaksi-transaksi yang dilakukan debitur. Creditrisk+ mampu menangani semua jenis instrumen yang menimbulkan bonds, loans, commitments, financial letters of credit dan derivative exposures. Untuk beberapa jenis transaksi ini , perlu membuat asumsi tentang tingkat exposure pada saat default.

2) Default Rates

Merupakan kemungkinan peristiwa default yang terjadi pada tiap debitur. Default Rates dapat diperoleh dari dalam beberapa cara, yaitu :

a) Observasi credit spreads dari instrument yang diperdagangkan yang dapat digunakan untuk memberikan probabilities of default dari penilaian pasar.

b) Credit rating debitur, bersama-sama dengan mapping of default rates to credit ratings,

(37)

pemeringkat mempublikasikan statistik sejarah default menurut penilaian kategori populasi debitur yang telah mereka nilai.

c) Continuous scale, merupakan pengganti dari credit rating dan default rate.

3) Default Rate Volatilities

Jumlah variasi dalam default rates yang dapat dijelaskan oleh volatilitas (standar deviasi) dari default rates. Standar deviasi default rates dapat menjadi signifikan dibandingkan dengan actual default rates, mencerminkan tingginya fluktuasi yang diamati selama siklus ekonomi.

4) Recovery Rates

Jika debitur mengalami default, perusahaan umumnya menanggung kerugian atas pembiayaan tersebut. Nilai recovery rates adalah jumlah utang debitur dikurangi jumlah recovery dimana perusahaan pulih akibat penyitaan, likuidasi atau restrukturisasi atau penjualan klaim. Recovery rates mempertimbangkan penerimaan pelunasan pembiayaan dan agunan yang dijaminkan.16

b. Economic Capital

16

(38)

Analisis ketidakpastian adalah inti dari manajemen risiko. Oleh karena itu, mengukur ketidakpastian atau variabilitas kerugian dan kemungkinan terkait dengan tingkat unexpected loss dalam portofolio eksposur adalah fundamental bagi manajemen yang efektif dari risiko kredit. Economic Capital diperlukan sebagai cadangan untuk menutupi kerugian akibat unexpected loss. Kriteria dan manfaat economic capital diantaranya:

 Merupakan pengukuran yang lebih tepat dari risiko ekonomi dari peraturan yang ditetapkan saat ini.

 Mengukur risiko ekonomi secara portofolio dan karenanya memperhitungkan manfaat diversifikasi.

 Merupakan pengukuran yang obyektif membedakan antara portofolio dengan mempertimbangkan kualitas kredit dan ukuran  Pengukuran yang dinamis, yang mencerminkan risiko perubahan

portofolio dan karenanya dapat digunakan sebagai alat untuk optimasi portofolio.17

3. Kelebihan dan Kekurangan Creditrisk+

Ada beberapa model dalam mengukur risiko kredit diantaranya adalah KMV Model, Creditmetrics, Credit Portfolio View, Creditrisk+, Intensity

17

(39)

Model, dan lain-lain. Masing-masing model memiliki keunggulan dan kekurangan tersendiri, yang secara ringkas dapat kita lihat dari tabel berikut:

Tabel 2. 2 Perbedaan Utama Metode Pengukuran Risiko18

Sumber: An Introduction to Credit Risk Modelling

18

Christian Bluhm, dkk, An Introduction to Credit Risk Modelling, (CRC Press, 2003)

KMV- Model CreditMetrics

Credit

and Default Default Default

Transition

Correlations Asset Value

(40)

Sementara Michel Crounhy menjabarkan keunggulan dan keterbatasan Creditrisk+ sebagai berikut:

a. Closed-form expression dapat diturunkan untuk kemungkinan kerugian portofolio obligasi/kredit, dan ini sangat membuat creditrisk+ menarik dari sisi perhitungan. Selain itu kontribusi marginal risk pada debitur dapat dengan mudah untuk dihitung.

b. Creditrisk+ berfokus pada default . Oleh sebab itu diperlukan relatif sedikit estimasi dan "input." . Untuk masing-masing instrumen, hanya probability of default dan eksposures yang diperlukan.

Keterbatasan Creditrisk+ sama dengan metode KMV dan Creditmetrics, yaitu risiko kredit tidak memiliki hubungan dengan tingkat risiko pasar (suku bunga diasumsikan, deterministik). Selain itu, CreditRisk+ mengabaikan apa yang disebut “risiko migrasi”. Eksposur untuk setiap debitur adalah tetap dan tidak sensitif

terhadap kemungkinan perubahan masa depan dalam kualitas kredit penerbit, atau variabilitas suku bunga di masa depan.19

E. Review Studi Terdahulu

Dalam melakukan penelitian, ada penelitian yang serumpun dan mirip dengan penelitian yang sudah dilakukan. Berikut ini, penulis memaparkan hasil penelusuran penulis tentang studi terdahulu berkaitan dengan penelitian yang akan dilakukan.

19

(41)
(42)

Indonesia) / modal yang harus di cadangkan dan unexpected loss dari tahun ke tahun cenderung

(43)
(44)
(45)
(46)

Wisnu Fitrianto

(47)

F. Kerangka Pemikiran

Gambar 2. 2 Kerangka Pemikiran

Sumber: Diolah sendiri

BMT memiliki kegiatan yang sama dengan bank yaitu menghimpun dana dan menyalurkan dana. Penyaluran dana yang tinggi dalam bentuk pembiayaan mengindikasikan bahwa BMT mampu mengoptimalkan dana yang dihimpunnya sehingga tidak ada dana yang menganggur. Akan tetapi, semakin banyak pembiayaan yang disalurkan, maka semakin tinggi pula BMT Menyalurkan metode yang telah ditetapkan

oleh KJKS BMT Al-Fath IKMI

dan

Pengukuran dengan Metode Creditrisk+ Potensi kerugian yang ditanggung atas

pembiayaan yang disalurkannya. Jumlah kecukupan modal (economic capital) yang dimiliki untuk menanggung

potensi kerugian yang terjadi. Tren potensi risiko dari tahun ke tahun Akad yang berpotensi menimbulkan risiko

(48)

risiko pembiayaannya. Risiko ini biasanya dikaitkan dengan risiko gagal bayar atau macet. Dalam aturan Basel II dan PBI Nomor 13/23/PBI/2011, dijelaskan bahwa tingkat risiko berkaitan dengan kecukupan modal. Semakin tinggi risiko, semakin banyak pula modal yang harus dicadangkan untuk menutupi potensi kerugian yang akan dialaminya, Bila cadangan tersebut terlalu besar, maka akan mengurangi jumlah dana yang disalurkan. 20 Artinya, profit bagi BMT akan berkurang dan bila dibiarkan terus menerus akan menimbulkan kerugian yang besar. Selain itu, bila risiko pembiayaan besar akan menurunkan reputasi BMT yaitu mengurangi kepercayaan investor dan masyarakat untuk menyimpan dananya di BMT tersebut karena BMT dianggap lalai dalam mengelola dana mereka.

Maka untuk meminimalisasi terjadinya risiko pembiayaan diperlukan manajemen risiko yang baik. Salah satunya dengan mengukur potensi kerugian sebelum kerugian tersebut benar-benar terjadi sehingga BMT dapat

mempersiapkan dan menentukan strategi mitigasi yang tepat guna meminimalisasi potensi kerugian sehingga kinerja semakin baik dan

kepercayaan masyarakatpun meningkat.

20 Basel Committee on Banking Supervision, “Inter

national Convegence of Capital

Measurement and Capital Standards: A Revised Framework Comprehensive Version”. Diakses pada

20 Januari 2015 dari http://www.bis.org.

Bank Indonesia, ”Peraturan Bank Indonesia Nomor 13/23/PBI/2011 tentang Penerapan Manajemen Risiko bagi Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah. Diakses pada 20 Januari 2015 dari http://www.bi.go.id.

(49)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Penulis menggunakan pendekatan deskriptif untuk mencapai tujuan dari penelitian. Pendekatan deskriptif menurut Uma Sekaran adalah sebuah pendekatan yang digunakan untuk mengetahui dan menjadi mampu untuk menjelaskan karakteristik dari variabel yang diteliti dalam suatu situasi.1

B. Sumber dan Kriteria Penelitian

Sumber data utama yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang berasal dari data internal KJKS BMT Al-Fath IKMI. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif, dimana data yang diukur dalam skala numerik (angka) yang dapat dianalisis dengan menggunakan analisis statistik yaitu berupa data outstanding pembiayaan mitra KJKS BMT Al-Fath IKMI. Data outstanding mitra KJKS BMT Al-Fath IKMI tersebut adalah data pembiayaan pada akad murabahah dan ijarah tahun 2012-2014 yang memiliki kriteria tergolong default yaitu yang termasuk kolektibilitas 3 dan 4 (diragukan dan macet).

1

(50)

C. Teknik Pengumpulan Data

Dokumen adalah catatan tertulis tentang berbagai kegiatan atau peristiwa pada waktu yang lalu.2 Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah studi dokumenter yaitu dengan mengumpulkan data dari laporan keuangan dan sistem yang ada di BMT tersebut berupa data debitur yang tergolong default serta mempelajari berbagai teori dan informasi dari buku, internet, media cetak serta literatur lainnya yang relevan dengan masalah yang diteliti.

D. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Setelah mendapatkan data debitur yang default, selanjutnya adalah

mengolah data tersebut dengan metode Creditrisk+ menggunakan program

Microsoft Excel melalui tahapan-tahapan berikut:

1. Mengumpulkan exposures at default dalam kelas dan band.

Langkah pertama untuk mendapatkan distribusi kerugian dari portofolio adalah mengumpulkan exposures kedalam band. Hal ini memiliki dampak secara signifikan mengurangi jumlah data yang harus dimasukkan ke dalam perhitungan.3 Pada penelitian ini, data yang digunakan adalah data debitur yang sudah default atau dalam kategori diragukan dan macet (kolektibilitas 3 dan 4)

2

W. Gulo. Metodologi Penelitian. (Jakarta: Grasindo, 2000). h.123

3

(51)

Data tersebut dikelompokkan kedalam dua band, yaitu 1.000.000 dan 10.000.000serta 10 kelas dengan pembagian sebagai berikut:

a. Band 1.000.000 dengan range:

1) Rp.0 sampai dengan Rp. 999.999,-

2) Rp. 1.000.000,- sampai dengan Rp. 1.999.999,-

3) Rp. 2.000.000,- sampai dengan Rp. 2.999.999,-

4) Rp. 3.000.000,- sampai dengan Rp. 3.999.999,-

5) Rp. 4.000.000,- sampai dengan Rp. 4.999.999,-

6) Rp. 5.000.000,- sampai dengan Rp. 5.999.999,-

7) Rp. 6.000.000,- sampai dengan Rp. 6.999.999,-

8) Rp. 7.000.000,- sampai dengan Rp. 7.999.999,-

9) Rp. 8.000.000,- sampai dengan Rp. 8.999.999,-

10)Rp. 9.000.000,- sampai dengan Rp. 9.999.999,-

b. Band 10.000.000 dengan range:

1) Rp. 10.000.000,- sampai dengan Rp. 19.999.999,-

2) Rp. 20.000.000,- sampai dengan Rp. 29.999.999,-

3) Rp. 30.000.000,- sampai dengan Rp. 39.999.999,-

4) Rp. 40.000.000,- sampai dengan Rp. 49.999.999,-

5) Rp. 50.000.000,- sampai dengan Rp. 59.999.999,-

6) Rp. 60.000.000,- sampai dengan Rp. 69.999.999,-

7) Rp. 70.000.000,- sampai dengan Rp. 79.999.999,-

(52)

9) Rp. 90.000.000,- sampai dengan Rp. 99.999.999,-

10) ≥ Rp. 100.000.000,-

2. Penentuan recovery rates

Recovery Rates merupakan besarnya tingkat pengembalian pinjaman

yang telah dikategorikan default atau hapus buku. Nilai recovery rate dapat

dihitung dari likuidasi jaminan atau pembayaran kembali dari debitur. Pada

penelitian ini nilai recovery rate diasumsikan sama dengan nol karena BMT

lebih mengutamakan penanganan pembiayaan bermasalah dengan cara

revitalisasi.

3. Pengukuran severity loss

Loss Given Default (LGD) atau severity loss atau real loss merupakan

besaran tingkat kerugian dari peristiwa default setelah memperhitungkan nilai

recovery . Nilai LGD ditentukan oleh rumus 1 dikurangi recovery rate.4

4. Perhitungan number of default

Number of default merupakan jumlah kejadian gagal bayar yang

terjadi pada satu periode. Number of default atau lambda (λ) diperoleh dari

rumus:

Expected number of default diperoleh dari hasil perkalian nilai n = lambda (λ)

dengan nilai exposure pada masing-masing kelompok band. Probability of

default dihitung dengan menggunakan distribusi Poisson yang mencerminkan

4

(53)

frekuensi kejadian default dan merupakan distribusi frekuensi yang banyak

terjadi karena karakteristiknya yang sederhana dan sesuai dengan frekuensi

terjadinya kerugian. Probability of default diperoleh dari rumus5 =

Probability (n defaults) =

. Sedangkan unexpected number of default

terjadi pada saat cumulative probability of defaultmencapai nilai ≥ 95%.

5. Expected Loss, Unexpected Loss, dan Economic Capital

Dari hasil perhitungan tersebut maka akan diperoleh nilai expected

loss dan unexpected loss. Expected loss adalah kerugian yang dapat diperkirakan terjadinya. Adapun perkiraan terjadinya didasarkan pada data histori munculnya peristiwa tersebut. Sedangkan unexpected loss tidak dapat diperkirakan terjadinya yang diukur dengan mengambil nilai kerugian maksimum pada tingkat keyakinan yang dipilih, misalnya 95%. Nilai

unexpected loss juga merupakan nilai Value at Risk (VaR). Dari perkiraan

terjadinya risiko tersebut maka dapat ditentukan nilai economic capital.

Economic capital adalah selisih dari nilai unexpected loss dengan expected

loss yang berguna untuk mengetahui berapa jumlah modal yang dibutuhkan

untuk mengcover potensi kerugian akibat peristiwa default.6

5

Credit Suisse First Boston, Creditrisk+ A Credit Risk Management Framework, h.35

6

(54)

BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Pembiayaan KJKS BMT Al-Fath IKMI

1. Komposisi Mitra Penyaluran Pembiayaan

(55)

Sumber: KJKS BMT Al-Fath IKMI, diolah

Berdasarkan grafik diatas, dapat kita lihat bahwa akad murabahah mendominasi keseluruhan pembiayaan yang disalurkan oleh KJKS BMT Al-Fath IKMI. Pada tahun 2014, pembiayaan murabahah disalurkan kepada 1.825 mitra atau sebanyak 71,9% dari seluruh pembiayaan. Pembiayaan kedua terbanyak disalurkan dengan akad ijarah yaitu sebanyak 670 atau 26,34% dari seluruh pembiayaan.

2. Kualitas Pembiayaan KJKS BMT Al-Fath IKMI

Dilihat dari kolektibilitas pembiayaannya, KJKS BMT Al-Fath IKMI sudah cukup baik dalam mengelola pembiayaan bermasalahnya.

0 500 1,000 1,500 2,000

2012 2013 2014

Ju

m

lah

M

itr

a

Tahun

Mitra Pembiayaan KJKS BMT Al-Fath IKMI Tahun 2012-2014

Musyarakah

Mudharabah

Qardh

Ijarah

Murabahah

(56)

Jumlah mitra yang default mengalami penurunan dalam tiga tahun terakhir ini.

Tabel 4. 1 Kolektibilitas Pembiayaan KJKS BMT Al-Fath IKMI 2012-2014

Kolektibilitas Tahun

2012 2013 2014

Kolektibilitas 4 – Macet 172 180 121

Kolektibilitas 3 – Diragukan 89 38 34 Kolektibilitas 2 - Kurang

Lancar 329 85 59

Kolektibilitas 1 – Lancar 977 1,687 2,324

Total 1,567 1,990 2,538

Sumber: KJKS BMT Al-Fath IKMI, diolah

(57)

Sumber: KJKS BMT Al-Fath IKMI, diolah

3. Prosedur Pembiayaan Murabahah dan Ijarah KJKS BMT Al-Fath IKMI Adapun prosedur pengajuan pembiayaan dengan akad murabahah dan ijarah di KJKS BMT Al-Fath IKMI digambarkan pada skema berikut:

Sumber: Data diolah

a. Prosedur Pembiayaan Murabahah

Mitra

Account Officer & Unit Support

(Surveyor, ADMP/Legal)

Komite

Pembiayaan Akad

Pembayaran / Pelunasan

2.33

1.26

0.63

0.00 2.00 4.00

2012 2013 2014

Non Performing Financing KJKS BMT Al- Fath IKMI

2012-2014

Gambar 4. 2 Non Performing Financing KJKS BMT Al-Fath IKMI

Gambar 4.3

(58)

1) Mitra / Anggota

a) Menyampaikan tujuan meminta bantuan KJKS BMT Al-Fath IKMI untuk membelikan barang/alat produksi/mesin yang dibutuhkan, kegunaan barang tersebut dalam usaha bisnisnya serta sumber dana dan cara untuk melunasi pembelian barang tersebut. b) Menyertakan data-data: legalitas, laporan keuangan mitra (minimal

3 bulan terakhir), data jaminan dan hubungan, hukum mitra usaha dengan jaminan, serta persyaratan lainnya yang diperlukan oleh KJKS BMT Al-Fath IKMI.

c) Melampirkan informasi barang/alat produksi/mesin yang dibutuhkan yaitu tipe, jumlah, warna, dan ukuran serta penjual/ supplier barang tersebut.

 Informasi supplier

 Informasi tentang nama, alamat, dan telepon supplier  Konfirmasi tersedianya barang

2) Account Officer

a) Melakukan survey terhadap usaha mitra

b) Menganalisis kelayakan bisnis mitra usaha, historis usaha mitra baik segi kualitatif dan kuantitatif

c) Jika mitra usaha tidak mempunyai usulan/ calon supplier, account officer berhak untuk mencarikan supplier.

(59)

a) Surveyor melakukan survey terhadap anggota baik dari sisi usaha maupun kondisi atau letak jaminan. Survey ini dapat dilakukan oleh account officer apabila tidak ada petugas surveyor

b) Bagian legal/ ADMP menganalisa mitra usaha dari segi yuridis mengenai kelengkapan dokumentasi perusahaan dan kelayakan jaminan yang diajukan mitra.

c) Hasil analisa disampaikan ke account officer, untuk selanjutnya berdasarkan informasi tersebut dan analisa kuantitatif/kualitatif Account Officer akan mempresentasikan kepada komite.

4) Komite Pembiayaan

a) Bila permintaan mitra usaha dianggap tidak layak, maka seluruh permintaan ini dapat dianggap tidak layak untuk mendapat fasilitas murabahah. Seluruh dokumen harus dikembalikan pada mitra usaha dan account officer menyampaikan surat penolakan kepada mitra usaha.

(60)

5) Account Officer

a) Berdasarkan persetujuan komite, account officer menyampaikan surat persetujuan murabahah kepada mitra usaha.

b) Menghubungi supplier dan meminta surat pernyataan sanggup dari supplier untuk memastikan bahwa supplier sanggup untuk menyediakan barang sesuai dengan kriteria yang disampaikan account officer pada saat melakukan konfirmasi tersedianya barang.

6) Unit Support (Adm Pembiayaan/legal)

a) Bagian adminitrasi pembiayaan mempersiapkan akad wakalah murabahah yaitu kalau pembelian barang diwakilkan kepada mitra, kemudian setelah barang dibeli dan diserahkan kepada KJKS BMT Al-Fath IKMI untuk dibuatkan akad murabahah, yaitu akad jual beli antara KJKS BMT Al-Fath IKMI dengan mitra usaha.

b) Pada saat yang sama melakukan pengikatan jaminan (bila perlu) , dapat berupa barang yang diperjualbelikan ataupun jaminan lainnya.

(61)

d) Bagian administrasi pembiayaan mengadministrasikan transaksi pembiayaan murabahah tersebut ke dalam sistem akuntansi KJKS BMT Al-Fath IKMI.

e) Mitra setelah menerima barang sesuai spesifikasi yang diminta, selanjutnya pelunasan barang kepada KJKS BMT Al-Fath IKMI dilaksanakan oleh mitra sesuai dengan jangka waktu yang telah disepakati.

f) Pelunasan dapat dilakukan dengan cara sekaligus atau dengan diangsur.

b. Prosedur Pembiayaan Ijarah 1) Mitra usaha

a) Menyampaikan tujuan untuk pembiayaan ijarah dalam bentuk:  Menyewa barang/alat produksi/mesin/gedung/kendaraan yang

dibutuhkan

 Pemanfaatan jasa/sewa barang tak berwujud

b) Menyertakan data-data legalitas, laporan keuangan (minimal 3 bulan terakhir), data jaminan dan hubungan hukum mitra usaha dengan jaminan, persyaratan lainnya yang diperlukan KJKS BMT Al-Fath IKMI

(62)

2) Account Officer/Admp/Legal

a) Menganalisis kelayakan bisnis mitra usaha, historis usaha mitra usaha baik dari segi kualitatif dan kuantitatif

b) Menganalisis mitra usaha dari segi yuridis, kelengkapan dokumentasi perusahaan dalam bidang hukum, dan kelayakan jaminan yang diajukan oleh mitra usaha.

c) Berdasarkan informasi tersebut tersebut dibuat analisa kualitatif/kuantitatif account officer akan mempresentasikannya ke komite pembiayaan.

3) Komite Pembiayaan

a) Bila permintaan mitra usaha dianggap tidak layak, maka seluruh permintaan ini dapat dianggap tidak layak untuk mendapat fasilitas murabahah. Seluruh dokumen harus dikembalikan pada mitra usaha dan account officer menyampaikan surat penolakan kepada mitra usaha.

b) Bila permintaan mitra usaha dianggap layak serta memenuhi kriteria, komite akan memberikan persetujuan khususnya menyangkut: plafond sewa, biaya sewa per bulan, jangka waktu sewa, jaminan dan persyaratan lain yang harus dipenuhi mitra usaha

(63)

 Berdasarkan persetujuan komite, account officer akan memberikan surat persetujuan ijarah kepada mitra usaha

 Setelah menerima surat persetujuan ijarah, mitra usaha menyatakan persetujuannya atas seluruh persyaratan yang diajukan termasuk melengkapi seluruh dokumen yang diminta KJKS BMT AL FATH IKMI

 Bagian Administrasi Pembiayaan mempersiapkan Akad Ijarah MB, yaitu pengikatan perjanjian antara KJKS BMT AL FATH IKMI dengan Mitra Usaha untuk menyewa barang/mesin/kendaraan dimaksud dalam jangka waktu tertentu dan diakhir periode penyewaan Mitra usaha akan membeli barang tersebut

 Selanjutnya antara KJKS BMT AL FATH IKMI dengan Mitra Supplier akan dilangsungkan Akad Ijarah untuk sewa/beli barang/ mesin/kendaraan yang akan disewakan kepada Mitra usaha.

4. Analisis Pembiayaan

(64)

 Analisis menggambarkan semua informasi yang berkaitan erat dengan usaha dan data pemohon, termasuk (jika diperlukan) hasil penelitian pada pembiayaan bermasalah.

 Analisis menyajikan penilaian yang objektif dan tidak dipengaruhi oleh pihak-pihak lain yang berkepentingan dengan pemohon pembiayaan.

 Analisis pembiayaan dilakukan secara konsisten dan professional dan tidak hanya untuk memenuhi prosedur pembiayaan.

Faktor-faktor yang digunakan sebagai dasar penilaian kelayakan untuk pemberian pembiayaan meliputi:

a. Kemauan/niat untuk membayar (willingness to pay)

Account officer harus melakukan analisis terhadap anggota terhadap aspek karakter/akhlak serta integritas mitra apakah memiliki komitmen terhadap kewajiban, peraturan, janji, dan ucapannya. Informasi tersebut digali melalui teknik wawancara dan cross check kepada pihak-pihak yang berhubungan dengan mitra pembiayaan.

b. Analisis kemampuan bayar (ability to pay)

(65)

penggunaan pembiayaan, analisis keberadaan usaha, analisis syariah, analisis yuridis, analisis kondisi usaha,analisis kemampuan mengelola usaha, serta analisis keuangan dan modal.

c. Analisis Jaminan/Agunan

Jaminan (agunan) dalam pembiayaan adalah sebagai komplemen dalam perikatan muamalah setelah diyakini benar atas kelayakan usaha. Fungsi jaminan dapat dijadikan sebagai sumber terakhir pengganti pelunasan pembiayaan apabila anggota sudah tidak mempunyai kemampuan lagi untuk membayar walaupun sebelumnya pihak KJKS BMT Al-Fath IKMI telah berupaya memberikan masa tangguh dan upaya lain agar tidak terjadi pengambilan jaminan dan/atau apabila anggota melakukan tindakan ingkar janji dengan indikasi keculasan dan kesengajaan. Bentuk jaminan yang diperbolehkan yaitu:

1) Jaminan utama, yaitu berupa : a) Akte jual beli

b) Hak milik, hak guna bangunan, hak guna usaha, dan hak pakai

(66)

d) Benda tak berwujud ( simpanan berjangka dan tabungan)

2) Jaminan Tambahan

a) Borgtocht, yaitu garansi atau jaminan kepercayaan pihak ketiga terhadap anggota atas pembiayaan yang diajukan kepada KJKS BMT Al-Fath IKMI.

(67)

B. Pengukuran Risiko Pembiayaan Dengan Menggunakan Creditrisk+

1. Penentuan Exposure at Default dan Pengelompokkan dalam Kelas dan Band.

Tahap ini menjabarkan data nasabah pembiayaan murabahah dan ijarah KJKS BMT Al-Fath IKMI yang termasuk kolektibilitas 3 dan 4 atau diragukan dan macet pada setiap akhir periode. Komposisi exposure yang dinyatakan default dirangkum dalam tabel berikut:

Tabel 4. 2 Exposure at Default Pembiayaan Murabahah

Sumber: KJKS BMT Al-Fath IKMI, diolah

Pada tahun 2012, pembiayaan murabahah dengan kolektibilitas 3 sebesar 68,19% dan kolektibilitas 4 sebesar 31, 81% dari total mitra yang bermasalah. Komposisi terbalik dialami pada tahun 2013 yaitu untuk kolektibilitas 3 sebesar 37,78% dan untuk kolektibilitas 4 sebesar 62,22%. Kolektibilitas 3 dan kolektibilitas 4 pada tahun 2014 masing-masing sebesar 62,82% dan 37,18%. Pada pembiayaan murabahah ini, total pembiayaan yang tergolong default mengalami penurunan setiap tahunnya. Hal ini membuktikan bahwa KJKS BMT Al-Fath dapat mengelola penyaluran pembiayaan murabahahnya dengan baik.

Murabahah

2012 2013 2014

Kolektibilitas 3

443,967,600 244,328,900 392,751,588 (91-180 hari)

Kolektibilitas 4

207,153,800 402,313,556 232,409,600 ( > 180 hari)

(68)

Tabel 4. 3 Exposure at Default Pembiayaan Ijarah

Sumber: KJKS BMT Al-Fath IKMI, diolah

Sedangkan pada akad ijarah terjadi sebaliknya. Total mitra yang mengalami default terus mengalami kenaikan. Pada tahun 2013 terjadi kenaikan sebesar 52, 95% dari tahun sebelumnya dan pada tahun 2014 terjadi kenaikan sebesar 9,45% dari tahun sebelumnya. Hal ini perlu menjadi perhatian KJKS BMT Al- Fath IKMI dalam penyaluran pembiayaan dengan akad ijarah, meskipun jumlah mitranya tidak sebanyak pada akad murabahah.

Setelah menentukan exposure at default, exposure tersebut dikelompokkan dalam kelas dan band supaya memudahkan perhitungan risiko pembiayaan BMT yang memiliki jumlah mitra yang banyak namun nilai pembiayaannya sedikit. Pada penelitian ini, band terbagi dua yaitu band dengan nilai Rp. 1.000.000,- dan Rp. 10.000.000,-. Band tersebut diklasifikasikan kembali dalam kelas-kelas dimana masing-masing band terbagi dalam 10 kelas.

Ijarah

2012 2013 2014

Kolektibilitas 3

132,623,000 72,123,000 135,369,000 (91-180 hari)

Kolektibilitas 4

33,961,500 182,660,800 143,498,800 ( > 180 hari)

(69)

Tabel 4. 4 Pembagian Exposure dalam Kelas dan Band pada Akad Murabahah

(dalam Rupiah)

Sumber: Data diolah

Tabel 4. 5 Pembagian Exposure dalam Kelas dan Band pada Akad Ijarah

(dalam Rupiah)

Ijarah

Kelas/Band 2012 2013 2014

1,000,000 10,000,000 1,000,000 10,000,000 1,000,000 10,000,000

1 903,000 32,150,000 0 17,350,000 852,000 10,360,000 2 1,140,000 5,855,800 46,900,000 5,855,800 20,640,000

3 2,136,500 7,825,000 0 4,900,000 0

4 3,540,000 46,500,000 10,502,000 89,420,000 7,440,000 42,920,000

5 9,160,000 9,350,000 0 9,549,000 104,240,000

Jumlah 87,934,500 78,650,000 101,113,800 153,670,000 100,707,800 178,160,000

166,584,500 254,783,800 278,867,800

Sumber: Data diolah

Murabahah

Kelas/ Band

2012 2013 2014

1,000,000 10,000,000 1,000,000 10,000,000 1,000,000 10,000,000 1 922,500 145,244,000 2,223,000 218,926,156 1,447,500 164,621,188

2 3,540,000 170,476,600 2,557,000 52,080,000 4,282,500 105,698,400

3 2,697,400 107,000,000 25,153,600 70,750,000 22,682,000

4 18,039,900 44,529,400 33,612,500 43,000,000

5 9,147,500 107,000,000 13,761,500 22,746,500

6 22,302,500 33,168,500 61,120,000 16,515,500 60,200,000

7 32,401,000 57,598,400 76,640,200

8 7,250,000 22,145,000 29,153,000

9 16,000,000 33,329,900 25,329,900

10 9,100,000 9,300,000 19,232,000

Total 121,400,800 529,720,600 243,766,300 402,876,156 251,641,600 373,519,588

(70)

Komposisi pembiayaan bermasalah dengan akad murabahah pada tahun 2012-2014 pada band 1.000.000 sebesar 32,08% dan 67,92% pada band 10.000.000. Sedangkan pada akad ijarah tahun 2012-2014 sebesar 41,38% pada band 1.000.000 dan 58,62% pada band 10.000.000. Dari tabel diatas terlihat bahwa baik pembiayaan dengan akad murabahah maupun ijarah pembiayaan yang bermasalah lebih terkonsentrasi pada band 10.000.000.

2. Menentukan Recovery Rate dan Real Loss

Recovery rate merupakan tingkat pengembalian pinjaman yang dilakukan oleh debitur yang sudah dikategorikan default. Nilai recovery rate dapat dihitung dari likuidasi jaminan atau pembayaran kembali dari debitur. KJKS BMT Al-Fath IKMI lebih mengutamakan prosedur yang telah ditetapkan seperti resecheduling dan reconditioning daripada mengeksekusi jaminan untuk pengurang risiko pembiayaannya. Maka dari itu, pada penelitian ini nilai recovery rate diasumsikan sama dengan nol.

(71)

Tabel 4. 6 Loss Given Default Murabahah (dalam Rupiah)

Murabahah

Kelas/Band

2012 2013 2014

1,000,000 10,000,000 1,000,000 10,000,000 1,000,000 10,000,000 1 572,500 79,081,300 758,000 115,697,296 462,500 95,467,622

2 1,040,000 91,767,600 77,000 38,245,000 2,582,000 91,847,500

3 1,597,400 62,072,400 8,898,200 28,144,000 5,616,600 0

4 9,234,900 0 23,405,900 0 20,760,500 26,460,000

5 6,963,500 63,069,000 10,047,500 0 16,882,000 0

6 17,584,100 0 17,223,300 13,957,100 13,768,900 31,500,000

7 20,645,600 0 30,920,050 0 38,993,600 0

8 3,220,000 0 8,868,900 0 20,142,500 0

9 10,862,400 0 17,198,700 0 11,309,800 0

10 6,507,000 0 7,815,000 0 16,347,000 0

Total 78,227,400 295,990,300 117,397,550 196,043,396 146,865,400 245,275,122

374,217,700 321,255,946 392,140,522

Sumber: Data diolah

Tabel 4. 7 Loss Given Default Ijarah (dalam Rupiah)

Sumber: Data diolah

Ijarah

Kelas/Band

2012 2013 2014

1,000,000 10,000,000 1,000,000 10,000,000 1,000,000 10,000,000 1 703,000 9,911,800 0 4,200,000 852,000 9,064,000

2 1,140,000 0 1,618,300 26,675,000 1,323,300 16,136,400

3 1,536,500 0 4,199,412 0 2,131,912 0

4 3,000,000 30,245,000 2,114,500 49,446,600 690,000 30,431,600

5 3,473,400 0 3,984,200 0 5,699,000 69,504,800

Total 44,836,200 40,156,800 50,996,212 80,321,600 60,667,895 125,136,800

Gambar

Gambar 2. 1  Siklus Manajemen Risiko ....................................................................
Gambar 2. 1  Siklus Manajemen Risiko
Tabel 2. 1 Komponen Creditrisk+
Tabel 2. 2 Perbedaan Utama  Metode Pengukuran Risiko18
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sistem yang melayani area sangat terkontaminasi, seperti ruang otopsi dan ruang isolasi pasien menular atau immunocompromise, tekanan udara positif atau negatif harus

Layanan baru berbasis jaringan Metro Ethernet dengan teknologi MPLS. FASILITAS TELEKOMUNIKASI PT. Indosat memiliki berbagai sarana dan fasilitas untuk telekomunikasi Internasional

Dari hasil yang didapatkan pada penelitian ini, dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat perbedaan rerata yang bermakna (p<0,05) antara hasil pengukuran pada radiograf panoramik

Muamalat Indonesia Cabang Pekanbaru. 8 Hendri Fastiawan, Analisis Pengaruh Kualitas Layanan Terhadap Loyalitas Nasabah Dengan Kepuasan Dan Kepercayaan Nasabah Sebagai

Pengaruh Pasteurisasi dan Lama Penyimpanan terhadap Karakteristik Fisikokimia dan Mikrobiologis Susu Kambing Peranakan Etawa (PE).. Ira

Adapun Reni (2001) juga menyatakan bahwa motivasi berprestasi adalah daya penggerak dalam diri siswa untuk mencapai taraf prestasi setinggi mungkin, sesuai

Dua tahun berikutnya, yaitu pada tahun 1913, Niels Bohr menyempurnakan model atom Rutherford, secara umum, atom tersusun dari inti atom yang berisi proton,

yang baik untuk memanfaatkan ruang inklusi. Lingkungan sekolah yang memang sudah terkondisi menjadi sekolah inklusi mempunyai siswa sangat beragam. Siswa reguler