• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODOLOGI PENELITIAN

H. Data dan Sumber Data

I. Teknik Pengumpulan Data

Sesuai dengan jenis penelitian dan sumber data yang telah disebutkan di atas, maka teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah mengkaji dokumen dan arsip (content analysis), kuesioner, dan wawancara. Teknik tersebut dipilih untuk memperoleh data mengenai teknik penerjemahan, dampaknya terhadap kualitas terjemahan. Berikut uraian masing-masing teknik tersebut:

1. Mengkaji dan mencatat dokumen (content analysis)

Teknik ini dilakukan melalui teknik baca dan catat. Yin dalam Sutopo (2006:81) menyebutkan bahwa teknik mencatat dokumen (content analysis) yang merupakan cara untuk menemukan beragam hal sesuai dengan kebutuhan dan tujuan penelitiannya. Sesuai dengan tujuan penelitian, teknik ini bertujuan untuk memperoleh gambaran teknik penerjemahan yang digunakan dalam penerjemahan TMRDR untuk melihat implikasinya pada kualitas terjemahan.

Dalam pelaksanaannya, teknik ini dilakukan dengan cara membaca buku TMRDR dan AEMM secara keseluruhan untuk memperoleh gambaran umum dan mengidentifikasi teknik penerjemahan yang muncul. Selanjutnya, teknik-teknik yang digunakan oleh penerjemah dicatat pada kartu data secara berpasangan sebagai cuplikan (sample). Jumlah cuplikan tidak ditentukan namun lebih berdasarkan pada informasi yang dibutuhkan. Oleh sebab itu pengambilan cuplikan dilakukan secara selektif dengan teknik criterion-based selection (Goetz & LeCompte dalam Sutopo (2006:64-65). Pemilihan ini sampel dilakukan untuk mewakili informasi terkait yang diperlukan dalam

penelitian ini dan untuk kepentingan generalisasi teori (Sutopo (2006:64). Berikutnya data teknik penerjemahan yang terkumpul diklasifikasi berdasarkan jenis untuk keperluan generalisasi teoretis.

2. Memberi Kuesioner kepada informan

Sutopo (2006:81) menyatakan bahwa kuesioner merupakan daftar pertanyaan untuk pengumpulan data dalam penelitian yang dapat dilakukan secara lisan dan tertulis. Untuk itu, disusun kuesioner secara tertulis yang diberikan kepada informan sebagai responden. Tujuan pemberian kuesioner adalah sebagai data awal untuk melihat kualitas hasil terjemahan yang dilihat dari segi keakuratan pesan dan keterbacaan teks hasil terjemahan. Informasi dari kuesioner ini selanjutnya dijadikan acuan dalam wawancara untuk memperoleh informasi lebih mendalam.

Untuk mencapai tujuan di atas, kuesioner disusun dalam bentuk pertanyaan yang bersifat terbuka (open-ended questionnaire) artinya selain pilihan jawaban yang tersedia juga diberi ruang untuk memberi ruang kepada responden untuk menulis alasan terhadap pilihannya (Sutopo, 2006:82). Sama seperti pengambilan data dalam analisis dokumen, pemilihan informan juga dilakukan secara selektif (purposive sampling) berdasarkan kriteria yang telah disebutkan di atas.

Seperti telah disebutkan pada Bab II, ada dua instrumen yang digunakan sebagai instrumen pengumpul data terkait kualitas hasil terjemahan dalam penelitian ini dengan responden yang berbeda, yaitu:

a. Kuesioner pertama berupa instrumen untuk menghimpun data terkait keakuratan pesan yang dihasilkan terkait teknik yang digunakan. Kuisioner ini diberikan pada pembaca ahli seperti yang telah disebutkan di atas. Kuesioner ini berisi teknik penerjemahan yang telah dikumpulkan untuk dinilai (rating) oleh pembaca ahli. Skala yang digunakan dalam instrumen ini diadaptasi dari Nagao, Tsujii, dan Nakamura (dalam Nababan, 2004:61), seperti terlihat pada tabel 2.

Tabel 2. Skala dan Keterangan Instrumen Akurasi (Modifikasi dari Nababan, 2004:61)

Skala Jenis Keterangan

4 Sangat akurat

Pesan dalam kalimat bahasa sumber tersampaikan secara akurat ke dalam bahasa sasaran. Kalimat bahasa sasaran jelas dan tidak perlu ditulis ulang/revisi

3 Akurat

Pesan dalam kalimat bahasa sumber tersampaikan secara akurat ke dalam bahasa sasaran. Kalimat bahasa sasaran dapat dipahami, namun susunan kata perlu ditulis ulang/revisi

2 Kurang Akurat

Pesan dalam kalimat bahasa sumber belum tersampaikan secara akurat ke dalam bahasa sasaran. Terdapat beberapa masalah dengan pilihan kata dan hubungan antar frase, klausa dan elemen kalimat 1 Tidak

akurat

Pesan dalam kalimat bahasa sumber tidak diterjemahkan sama sekali ke dalam bahasa sasaran, misalnya, dihilangkan.

b. Kuesioner kedua berupa instrumen untuk menghimpun data mengenai tingkat keberterimaan (acceptability) teks dalam bidang ilmu sejarah dan kewajaran dan kebakuan bahasa. Kuesioner ini berisi teks sampel yang memuat teknik penerjemahan di atas. Kuesioner ini diberikan pada dosen Sejarah atau Mahasiswa S2 Sejarah dan pakar EYD bahasa Indonesia yang dinilai mampu memberikan informasi yang dibutuhkan terkait

keberteriman istilah, kewajaran penyampaian kalimat, dan cara penulisan yang baku sesuai ejaan yang disempurnakan. Untuk mempermudah pengisian angket ini, instrumen dibuat dengan 4 skala yang terdiri dari:

”4” sangat berterima, ”3” berterima namun perlu revisi, ”2” kurang berterima, dan ”1” tidak berterima.

c. Kuesioner ketiga berupa instrumen untuk menghimpun data terkait keterbacaan (readibility). Kuesioner ini berisi kalimat dengan teknik yang dikumpulkan dan paragraf untuk memperjelas konteksnya. Kuesioner ini diberikan kepada pembaca sasaran dari buku terjemahan. Target pembaca, mahasiswa sejarah, dibedakan berdasarkan latar belakang budaya. Hal ini dilakukan untuk melihat keterbacaan istilah budaya dan ilmu sejarah yang terdapat dalam buku tersebut. Untuk mempermudah pengisian angket ini, instrumen dibuat dengan 4 skala yang terdiri dari: ”4” sangat mudah, ”3” mudah, ”2” sulit, dan ”1” sangat sulit. Kuesioner yang diberikan berisi cuplikan-cuplikan paragraf dari buku terjemahan yang mengandung teknik penerjemahan istilah budaya dan ilmu sosial/sejarah. Selanjutnya juga diberi ruang bagi pembaca untuk menuliskan penyebab atau mengutip kata yang tidak dipahami yang mengganggu pemahaman mereka, jika mereka menilai terjemahan tersebut sulit atau sangat sulit.

3. Wawancara

Sutopo menyebutkan bahwa untuk mengumpulkan informasi dari sumber data yang berupa manusia sebagai informan atau narasumber diperlukan teknik wawancara (Sutopo, 2006: 67-68). Wawancara dilakukan

oleh peneliti dengan pembaca sasaran, konsultan ahli, penerjemah profesional/akademisi penerjemahan dan tim penerjemah TMRDR sendiri serta editor ahlinya. Tujuan wawancara ini untuk memperoleh informasi tentang pemahaman mereka hasil terjemahan (readibility) dan penilaian terhadap keakuratan terjemahan (accuracy). Sementara, bagi penerjemah dan editor ahli wawancara ini digunakan untuk konfirmasi dan memperoleh informasi mengenai alasan pemilihan teknik yang dipilih disamping informasi terkait latar belakang.

Pelaksanaan wawancara dilakukan dengan metode mendalam (in-depth interviewing). Peneliti menggali informasi yang dibutuhkan dengan pertanyaan yang bersifat terbuka (open-ended) untuk mengkonfirmasi jawaban kuesioner yang diberikan sebelumnya, agar diperoleh informasi lebih dalam dan lengkap dari nara sumber dan dilakukan secara tidak formal terstruktur (Sutopo, 2006: 69).

Wawancara ini juga dimaksudkan sebagai teknik pemeriksaan keabsahan data yang diperoleh melalui kuesioner (teknik triangulasi metode). Pemilihan informan yang diwawancarai juga dilakukan secara selektif (purposive sampling) berdasarkan kriteria yang telah disebutkan di atas untuk memperoleh informasi yang benar-benar dibutuhkan.

Teknik pelaksanaan wawancara diawali pemilihan informan, kemudian meminta izin kepada informan yang bersangkutan dan merancang waktu pertemuan. Peneliti menyusun acuan mengenai data yang dibutuhkan sesuai informasi dari kuesioner. Pada pelaksanaannya, lama dan frekuensi wawancara disesuaikan dengan data yang dibutuhkan.

Hasil analisis dokumen, kuesioner, dan wawancara tersebut selanjutnya dilaporkan dalam bentuk catatan lapangan (field note). Bogdan dan Biklen (dalam Sutopo, 2006:86-88) menjelaskan bahwa catatan lapangan adalah catatan data yang dikembangkan oleh pengumpul data yang terdiri dari: 1) bagian deskriptif, berupa catatan mengenai informasi rinci dan lengkap sebagai potret keadaan lapangan baik saat analisis dokumen maupun wawancara, dan 2) bagian reflektif, yang berisi pikiran kritis yang timbul setelah peneliti membaca semua bagian deskriptif yang merupakan sisi subjektif peneliti.