• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

E. Penerapan Hukum

Studi kasus yang Penulis ajukan dalam penulisan skripsi ini yakni dalam putusan yang dijatuhkan oleh Majelis Hakim Pengadilan Negeri Makassar No. Perkara 1011/PID.B/2010/PN. Makassar yang menyatakan bahwa terdakwa I Faisal dan Terdakwa II Ira Ferdiani telah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah telah melakukan tindak pidana yang pengenaannya telah diatur dalam Pasal 170 KUHPidana, serta peraturan lainyang berhubungan dengan perkara tersebut dan menjatuhkan hukuman penjara selama 6 (enam) bulan penjara potong masa tahanan telah dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Seperti yang dijelaskan oleh H. Yulman, SH.MH. (Hakim Pengadilan Negeri Makassar Wawancara tanggal 13 Desember 2010) bahwa “Seperti yang diketahui, penerapan hukum pidana umum dalam ruang lingkup hukum positif Indonesia haruslah sesuai dengan ketentuan dalam Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana. Hakim dalam menerapkan ketentuan Pidana dalam pasal-pasal KUHP berkewajiban melaksanakan ketentuan yang telah diatur dalam KUHAP sebagai pedoman dalam beracara dalam hukum pidana”.

61

Dalam penerapan hukumnya, termasuk juga seperti studi kasus Pengadilan Negeri Makassar Nomor Perkara 1011/Pid. B/ 2010/PN.

Makassar yang menghadirkan terdakwa I Faisal dan terdakwa II Ira Ferdiani atas korban Hj. Suryani terhadap tindak pidana Pasal 170 KUHP dan Pasal 351 ayat (1) Jo; Pasal 55 Jo; Pasal 56 KUHPidana, sebelum mengambil kesimpulan dan memutuskan bahwa terdakwa bersalah atau tidak, sesuai ketentuan KUHAPidana hakim berkewajiban untuk melakukan upaya pembuktian atas kasus tersebut.

H. Yulman, S.H.,MH (Hakim Pengadilan Negeri Makassar Wawancara tanggal 13 Desember 2010) menjelaskan bahwa selain dari pentingnya pembuktian secara formil mengenai rumusan rumusan suatu aturan tindak pidana, pada hakikatnya hukum acara persidangan ini mencari suatu kebenaran materiil untuk mempertegasnya.

Dijelaskan lebih lanjut oleh Indra H. Yulman, S.H.,MH (Hakim Pengadilan Negeri Makassar Wawancara tanggal 13 Desember 2010), bahwa “Di dalam praktek kenyataannya adalah tidak demikian mudah untuk menyebutkan orang yang mana yang harus dipandang sebagai pelaku dan orang atau orang-orang yang mana yang dapat dipandang sebagai mededader atau sebagai pelaku penyerta”.

Kiranya adalah sangat sulit bagi hakim untuk memastikan, yaitu orang; yang mana sebenarnya merupakan pelakunya dan orang yang mana lagi yang seharusnya dipandang sebagai pelaku utama atau sebagai pelaku-pelaku penyerta.

Sistem pembuktian yang dianut dan diatur dalam KUHAP terdapat pada Pasal 183 yang penekanannya harus terdapat pembuktian menurut cara dan alat bukti yang sah. Dalam Pasal 183 KUHAP tersebut dijelaskan bahwa :

“Hakim tidak boleh menjatuhkan pidana kepada seorang kecuali apabila dengan sekurangkurangnya dua alat bukti yang sah ia memperoleh keyakinan bahwa suatu tindak pidana benar- benar terjadi dan bahwa terdakwalah yang bersalah melakukannya”.

Seperti yang dijelaskan oleh, H. Yulman, S.H.,MH (Hakim Pengadilan Negeri Makassar Wawancara tanggal 13 Desember 2010)

bahwa “ketentuan pembuktian yang memadai untuk menjatuhkan pidana kepada seorang terdakwa sekurang-kurangnya dua alat bukti yang sah”.

Dari posisi kasus yang telah dipaparkan diatas, Jaksa Penuntut Umum mendakwa perbuatan terdakwa tersebut sebagaimana di atur dan diancam pidana dalam Pasal 170 KUHP dan Pasal 351 ayat (1) Jo; Pasal 55 Jo; Pasal 56 KUHPidana. Upaya Pembuktian seperti

63

dalam studi kasus diatas didasarkan pada ketentuan Pasal 184 KUHAPidana yang menjelaskan bahwa :

Alat bukti yang sah, yaitu:

1. Keterangan saksi 2. Keterangan ahli 3. Surat

4. Petunjuk

5. Keterangan terdakwa

Dalam upaya pembuktian atas studi kasus yang diajukan penulis dalam penulisan skripsi ini, guna penyampaian fakta-fakta yang terungkap dalam pemeriksaan secara berturut-turut, persidangan menghadirkan alat bukti yang sah berupa :

1. Keterangan Saksi-saksi, 2. Petunjuk

3. Keterangan Terdakwa sesuai ketentuan Pasal 184 KUHAPidana

Dalam keterangan saksi di persidangan untuk studi kasus kekerasan di muka umum terhadap orang dan barang ini termuat dalam salinan putusan Pengadilan Negeri Makassar dapat dijelaskan penulis secara rinci sebagai berikut:

Dalam hal pembuktian dakwaan tindak pidana kekerasan di muka umum terhadap orang dan barang, penuntut umum telah menghadirkan saksi-saksi yang memberikan kesaksian sebagai berikut :

1) Saksi Hj. ANDI SURYANI menerangkan bahwa :

(a) Saksi mengakui kejadian pada hari Rabu 21 April 2010 sekitar 10.30 wita, bertempat di Kompleks SD Inpres Minasa Upa Blok D.6 Kota Makassar.

(b) Saksi mengakui mengenal terdakwa I dan II karena dekat rumah dan tidak ada hubungan keluarga.

(c) Saksi mengakui mengakui mulanya menagih utang kepada orang tua terdakwa sebasar Rp. 6.000.000 (enam juta rupiah).

(d) Saksi mengakui pada saat keluar dari sekolah para terdakwa langsung mengeroyok dengan sendok sampah plastik dan kayu balok..

(e) Saksi mengakui bahwa akibat pengeroyokan/pemukulan yang dilakukan oleh para terdakwa, korban mengalami rasa sakit di punggung belakang dan luka memar.

(f) Saksi mengakui bahwa kejadian ini karena masalah utang, korban selalu datang menagih ibu terdakwa.

(g) Saksi mengakui bahwa terdakwa I memukul 1(satu) kali dengan sendok sampah plastik.

(h) Saksi mengakui bahwa terdakwa II memukul 1(satu) kali dengan sebuah balok.

Tanggapan terdakwa atas keterangan saksi benar.

65 2) Saksi H.A.M. ANSAR SAHIR,

Menerangkan bahwa:

a) Saksi mengakui kejadian pada hari Rabu 21 April 2010 sekitar 10.30 wita, bertempat di Kompleks SD Inpres Minasa Upa Blok D.6 Kota Makassar.

b) Saksi mengakui mengenal terdakwa I dan II karena dekat rumah dan tidak ada hubungan keluarga.

c) Saksi mengakui tidak melihat kejadian itu namun ia mengetahui kejadian tersebut setelah di beritahukan oleh istri dalam hal ini Sdri. H. A. Suryani.

d) Saksi mengakui pada saat itu langsung ke kantor polisi.

e) Saksi mengakui bahwa akibat pengeroyokan/pemukulan yang dilakukan oleh para terdakwa, ada luka memar di badan korban dan yang mengeroyok Faisal dan Ira Ferdiani.

f) Saksi mengakui bahwa kejadian ini karena masalah utang, korban selalu datang menagih ibu terdakwa.

g) Saksi mengakui bahwa korban masih bisa sholat namun tidak bisa kerja, dan sekarang sudah membaik.

h) Saksi mengakui tidak ada darah yang keluar pada luka memar korban.

Tanggapan terdakwa atas keterangan saksi benar.

3) Saksi TAJUDDIN

a) Saksi mengakui bahwa yang mengeroyok Hj. Andi Suryani adalah saudara Faisal dan Saudari Ira ferdiani.

b) Saksi mengakui tidak mengenal dengan terdakwa I dan terdakwa II.

c) Saksi mengakui dan dapat menjelaskan kejadian pengeroyokan dan penganiayaan pada tanggal 21 April 2010 pada jam 10.30 Wita, di jalan Minasa Upa dibelakang sekolah SD Inpres Minasa Upa adalah benar adanya.

d) Saksi mengakui bahwa setelah keluar dari sekolah para terdakwa memukul dengan menggunakan sendok dan kayu balok.

e) Saksi mengaku bahwa akibat pemukulan para terdakwa itu, korban mengalami rasa sakit di punggung bagian belakang dan luka memar.

f) Saksi mengakui terdakwa II memukul 1(satu) kali sebuah balok kearah motor korban.

Tanggapan terdakwa atas keterangan saksi benar.

Selain menghadirkan saksi-saksi ke depan persidangan untuk diminta keterangannya, untuk lebih memperkuat alat bukti saksi tersebut, persidangan juga mendengarkan keterangan terdakwa guna menyesuaikan dan mempertegas alat bukti saksi tersebut dalam upaya pembuktian kasus percobaan tindak pidana pembunuhan secara bersama-sama tersebut.

Di dalam persidangan, keterangan terdakwa diatur dalam Pasal 188 KUHAPidana yaitu :

“Keterangan terdakwa ialah apa yang terdakwa nyatakan di sidang pengadilan tentang perbuatan yang ia lakukan atau yang ia ketahui sendiri atau alami sendiri”.

Dijelaskan oleh H.Yulman, SH.MH (Hakim Pengadilan Negeri Makassar Wawancara Tanggal 13 Desember 2010), bahwa, “tidak semua keterangan terdakwa dinilai sebagai alat bukti yang sah. Untuk

Data Pengadilan Negeri Makassar 2010

67

menentukan sejauh mana keterangan terdakwa dapat dinilai sebagai alat bukti yang sah menurut undang-undang diperlukan beberapa asas sebagai landasan berpijak antara lain, keterangan itu dinyatakan di sidang pengadilan yaitu berupa penjelasan yang diutarakan sendiri oleh terdakwa maupun pernyataan yang berupa penjelasan atau jawaban terdakwa atas pertanyaan yang diajukan kepadanya oleh ketua sidang, hakim anggota, penuntut umum atau penasehat hukum”.

Dalam keterangan terdakwa atas studi kasus Pengadilan Negeri Makassar Nomor Perkara 1011/Pid. B/ 2010/PN. Makassar sebagai berikut:

1. Terdakwa I FAISAL

a) Bahwa terdakwa I masih ingat kejadiannya yaitu pada hari Rabu tanggal 21 April 2010 sekitar pukul 10.30 wita.

b) Bahwa terdakwa I Faisal memukul dengan menggunakan sebuah sendok sampah plastik sebanyak 1(satu) kali dan terdakwa Ira memukul sebanyak 1(satu) kali dengan menggunakan kayu balok pada bagian punggung belakang korban.

c) Bahwa terdakwa mengakui korban datang marah-marah di SD Inpres Minasaupa dengan tujuan menagih utang.

d) Bahwa terdakwa mengakui bahwa korban datang menagih dan pulang melalui samping sekolah SD Inpres Minasa Upa.

e) Terdakwa mengakui pada saat bertemu di samping SD Inpres langsung marah-marah dan terjadilah pengeroyokan.

2. Terdakwa II IRA FERDIANI

a) Bahwa terdakwa II masih ingat kejadiannya yaitu pada hari Rabu tanggal 21 April 2010 sekitar pukul 10.30 wita.

b) Bahwa terdakwa I Faisal memukul dengan menggunakan sebuah sendok sampah plastik sebanyak 1(satu) kali dan terdakwa ia memukul sebanyak 1(satu) kali dengan menggunakan kayu balok pada bagian punggung belakang korban.

c) Bahwa terdakwa mengakui korban datang marah-marah di SD Inpres Minasaupa dengan tujuan menagih utang.

d) Bahwa terdakwa mengakui bahwa korban datang menagih dan pulang melalui samping sekolah SD Inpres Minasa Upa.

e) Terdakwa mengakui pada saat bertemu di samping SD Inpres langsung marah-marah dan terjadilah pengeroyokan.

Dijelaskan H.Yulman, SH.MH (Hakim Pengadilan Negeri Makassar Wawancara Tanggal 13 Desember 2010), bahwa “terdapat pandangan tertentu mengenai penyertaan dalam suatu tindak pidana, bahwa pelaku pembuat peserta harus sama-sama memenuhi unsur tindak pidana Kekerasan ini juga yang menjadi suatu kerjasama yang diinsyafi dan mereka telah melaksanakan suatu Kekerasan namun yang membedakannya kemudian adalah bahwa pembuat peserta hanyalah dari sudut kesengajaan, kesengajaan pembuat peserta ditujukan untuk penyelesaian tindak pidana kekerasan itu saja, kepentingan pelaku utama dan pelaku peserta adalah sama untuk terwujudnya tindak pidana kekerasan tersebut, dari keterangan terdakwa dapat dianaalisis bahwa antara terdakwa I Faisal dan Terdakwa II Ira ferdiani menginsyafi dan terdapat kerjasama untuk

69

kepentingan yang sama pula menyelesaiakan tindak pidana kekerasan tersebut”.

Selain itu, menurut H.Yulman, SH.MH (Hakim Pengadilan Negeri Makassar Wawancara Tanggal 13 Desember 2010), pandang lain juga berpendapat bahwa antara pembuat pelaksana dengan pembuat peserta dibedakan dari siapa yang melakukan tindakan pertama yang dapat menyebabkan luka memar korban, dalam studi kasus kekerasan yang diajukan penulis, dapat dilihat bahwa orang pertama yang memukul korban adalah pelaku pembuat dan orang kedua yang ikut memukuli korban dikategorikan pelaku penyerta.

Setelah menghadirkan saksi-saksi dan mendengarkan keterangan terdakwa, majelis hakim juga diperlihatkan beberapa barang bukti yang kemudian dapat memperkuat pembuktian. Dalam studi kasus ini, sesuai penjelasan H.Yulman, SH.MH (Hakim Pengadilan Negeri Makassar Wawancara Tanggal 13 Desember 2010), bahwa barang bukti yang dihadapkan didepan persidangan adalah :

a) 1(satu) buah Balok putih dengan panjang kurang lebih 1 meter.

b) 1(satu) buah sendok sampah plastik.

Setelah mendengarkan dan melihat keseluruhan alat bukti yang dihadirkan dipersidangan, maka Majelis Hakim dapat menemukan fakta-fakta hukum seperti yang dijelaskan oleh H.Yulman, SH.MH

(Hakim Pengadilan Negeri Makassar Wawancara Tanggal 11 Februari 2010),, adalah :

1. Bahwa benar pada hari Rabu 21 April 2010 sekitar pukul 10.30 wita Kompleks SD Inpres Minasa Upa telah terjadi suatu peristiwa;

2. Bahwa benar dalam peristiwa tersebut Hj. Andi Suryani yang menjadi korban ;

3. Bahwa skitnya punggung bagian belakang dan adanya luka memar diakibatkan karena pukulan benda tumpul oleh Faisal dan Ira Ferdiani ;

Menurut penjelasan H.Yulman, SH.MH (Hakim Pengadilan Negeri Makassar Wawancara Tanggal 13 Desember 2010), bahwa: “Setelah persidangan yang menghadirkan alat bukti sah seperti yang telah dijelaskan diatas, maka berdasarkan fakta-fakta yang terungkap dipersidangan tersebut, hakim melanjutkan kepada pembuktian unsur-unsur tindak pidana yang didakwakan kepada terdakwa yang termaktub dalam Surat Dakwaan Jaksa Penuntut Umum, dengan itu maka Hakim akan membuktikan dakwaan primair yaitu melanggar Pasal 170.

Dokumen terkait