• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan teknik pengumpulan data dengan dua cara yaitu:

1. Teknik pengumpulan data primer, yaitu teknik pengumpulan data yang diperoleh melalui kegiatan penelitian secara langsung ke lokasi penelitian untuk mencari data yang lengkap dan berkaitan dengan masalah yang diteliti.

Teknik pengumpulan data primer ini dilakukan dengan cara:

• Metode wawancara, yaitu kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh data yang lengkap dan mendalam dari para informan. Pengumpulan data dilakukan melalui pertanyaan secara lisan kepada informan secara sistematis dan teroganisasi, yang dilakukan oleh peneliti sehubung dengan masalah yang diteliti.

Menurut sugiyono (2011:317)

30

Wawancara digunakan sebagaiteknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus di teliti dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit.

Teknik pengumpulan data dengan wawncara dapat dilakukan secara terstruktur maupun tidak terstruktur dan dapat dilakukan melalui tatap muka maupun dengan menggunakan telepon.

Menurut esterberg sugiyono, 2011:317-321

Wawancara adalah pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat di konstruksikan makna dalam suatu topik tertentu.

Macam-macam wawancara :

1. Wawancara terstruktur : digunakan sebagai teknik pengumpulan data bila peneliti telah mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang akan diperoleh. Dalam teknik ini peneliti telah menyiapkan instrumen penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis yang alternatif jawabannya pun telah dipersiapkan. Dalam wawancara ini.setiap responden diberikan pertanyaan yang sama. Alat bantu yang dapat digunakan dalam wawancara antara lain, tape recorder, gambar brosur dan sebagainya.

2. Wawancara semiterstruktur : pelaksaan wawancara ini lebih bebas jika dibandingkan dengan wawancara terstruktur. Tujuan wawancara jenis ini adalah untuk menentukan permasalahan secara lebih terbuka, diman pihak yang wawancarai diminta pendapat dan ide-idenya. Dalam melakukan wawancara ini. Pendengar secara teliti dan mencatat apa yang dikemukakan oleh narasumber.

3. Wawancara tak terstruktur : adalah wawancara yang bebas. Dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap

31

untuk pengumpulan data. Pedoman yang digunakan dalam jenis ini hanyalah berupa garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan. Dalam wawancara ini, peneliti belum mengetahui secara pastidata apa yang akan diperoleh, sehingga peneliti lebih banyak mendengarkan apa yang diceritakan responden.

 Dalam hal ini penulis menggunakan metode wawancara terstruktur yang dimana penulis telah menyiapkan daftar pertanyaannya lebih dulu.

2. Teknik pengumpulan data sekunder, yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan studi pustaka untung mendukung data primer. Adapaun bentuk pengumpulan data sekunder yang dilakukan adalah

a. Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data dengan menggunakan catatan atau foto-foto dan rekaman video yang ada dilokasi penelitian serta sumber-sumber lain yang relevan dengan objek penelitian.

b. Pengertian Observasi merupakan teknik pengumpulan data, dimana peneliti melakukan pengamatan secara langsung ke objek penelitian untuk melihat dari dekat kegiatan yang dilakukan (Riduwan, 2004 : 104).

Metode observasi sering kali diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan

secara sistematik terhadap gejala yang tampak pada subyek penelitian. Teknik observasi sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematik hendaknya dilakukan pada subyek yang secara aktif mereaksi terhadap obyek.

3.5 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data kualitatif yaitu menguraikan serta menginterpretasikan data yang diperoleh dilapangan dari para kunci utama. Teknik analisis data ini didasarkan pada kemapuan nalar dalam menghubungkan fakta,

32

data dan informasi, kemudian data yang diperoleh akan dianalisis sehungga diharapkan muncul gambaran yang dapat mengungkapkan permasalahan penelitian dan kemudian dapat menarik kesimpulan.

Metode Triangulasi pada hakikatnya merupakan pendekatan multimetode yang dilakukan peneliti pada saat mengumpulkan dan menganalisis data. Ide dasarnya adalah bahwa fenomena yang diteliti dapat dipahami dengan baik sehingga diperoleh kebenaran tingkat tinggi jika didekati dari berbagai sudut pandang. Memotret fenomena tunggal dari sudut pandang yang berbeda-beda akan memungkinkan diperoleh tingkat kebenaran yang handal. Karena itu, triangulasi ialah usaha mengecek kebenaran data atau informasi yang diperoleh peneliti dari berbagai sudut pandang yang berbeda dengan cara mengurangi sebanyak mungkin perbedaan yang terjadi pada saat pengumpulan dan analisis data.

Menurut Norman K. Denkin mendefinisikan triangulasi di gunakan sebagai gabungan atau kombinasi berbagai metode yang dipakai untuk mengkaji fenomena yang saling terkait dari sudut pandang dan perspektif yang berbeda. Sampai saat ini, konsep Denkin ini dipakai oleh para peneliti kualitatif di berbagai bidang. Menurutnya, triangulasi meliputi empat hal, yaitu:

1. Triangulasi metode dilakukan dengan cara membandingkan informasi atau data dengan cara yang berdeda. Sebagaimana dikenal, dalam penelitian kualitatif peneliti menggunakan metode wawancara, obervasi, dan survei. Untuk memperoleh kebenaran informasi yang handal dan gambaran yang utuh mengenai informasi tertentu, peneliti bisa menggunakan metode wawancara bebas dan wawancara terstruktur. Atau, peneliti menggunakan wawancara dan obervasi atau pengamatan untuk mengecek kebenarannya. Selain itu, peneliti juga bisa menggunakan informan yang berbeda untuk mengecek kebenaran informasi tersebut. Melalui berbagai perspektif atau

33

pandangan diharapkan diperoleh hasil yang mendekati kebenaran. Karena itu, triangulasi tahap ini dilakukan jika data atau informasi yang diperoleh dari subjek atau informan penelitian diragukan kebenarannya. Dengan demikian, jika data itu sudah jelas, misalnya berupa teks atau naskah/transkrip film, novel dan sejenisnya, triangulasi tidak perlu dilakukan. Namun demikian, triangulasi aspek lainnya tetap dilakukan.

2. Triangulasi antar-peneliti dilakukan dengan cara menggunakan lebih dari satu orang dalam pengumpulan dan analisis data. Teknik ini diakui memperkaya khasanah pengetahuan mengenai informasi yang digali dari subjek penelitian. Tetapi perlu diperhatikan bahwa orang yang diajak menggali data itu harus yang telah memiliki pengalaman penelitian dan bebas dari konflik kepentingan agar tidak justru merugikan peneliti dan melahirkan bias baru dari triangulasi.

3. Triangulasi sumber data adalah menggali kebenaran informai tertentu melalui berbagai metode dan sumber perolehan data. Misalnya, selain melalui wawancara dan observasi, peneliti bisa menggunakan observasi terlibat (participant obervation), dokumen tertulis, arsif, dokumen sejarah, catatan resmi, catatan atau tulisan pribadi dan gambar atau foto. Tentu masing-masing cara itu akan menghasilkan bukti atau data yang berbeda, yang selanjutnya akan memberikan pandangan (insights) yang berbeda pula mengenai fenomena yang diteliti. Berbagai pandangan itu akan melahirkan keluasan pengetahuan untuk memperoleh kebenaran handal.

4. Terakhir adalah triangulasi teori. Hasil akhir penelitian kualitatif berupa sebuah rumusan informasi atau thesis statement. Informasi tersebut selanjutnya dibandingkan dengan perspektif teori yang televan untuk menghindari bias individual peneliti atas temuan atau kesimpulan yang dihasilkan. Selain itu, triangulasi teori dapat meningkatkan kedalaman pemahaman asalkan peneliti mampu menggali pengetahuan teoretik secara mendalam atas hasil analisis data yang

34

telah diperoleh. Diakui tahap ini paling sulit sebab peneliti dituntut memiliki expert judgement ketika membandingkan temuannya dengan perspektif tertentu, lebih-lebih jika perbandingannya menunjukkan hasil yang jauh berbeda.

35

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran singkat mengenai KKS di kabupaten Deli Serdang

Setelah dilakukan penelitian dan pengumpulan data di lapangan, baik melalui wawancara dan pengamatan langsung, maka diperoleh berbagai data dari informan kunci dan informan utama dalam kaitannya dengam Implementasi Program Kartu Keluarga Sejahtera di desa Gunung Tinggi Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang. Data yang diperoleh selama penelitian disajikan dalam bentuk analisis data dengan menggunakan tabel frekuensi dan persentase yang kemudian akan diinterpretasikan.

Adapun penyajian data berisikan tentang data karakteristik responden serta data variabel penelitian.Penyajian data mengenai karakteristik responden adalah untuk mengetahui spesifikasi (ciri-ciri) khusus yang dimiliki responden, yaitu jenis kelamin, umur, pendidikan, pekerjaan, penghasilan perbulan, pengeluaran perbulan. Sedangkan penyaikan data variable penelitian adalah untuk menjawab permasalahan-permasalahan dalam penelitian.

Data-data yang penulis peroleh melalui data primer akan penulis sajikan dalam bentuk narasi atau deskripsi sesuai dengan kenyataan di lapangan. Adapun data-data primer tersebut adalah berupa narasi hasil wawancara langsung dari pihak-pihak yang terlibat dalam program KKS ini. Informasi yang digali meliputi berbagai aspek terkait Implementasi Program KKS seperti penyalurannya, Sumber daya, komunikasi, koordinasi antar instansi terkait, dan disposisi.

36

Tabel 4.1. Jumlah Keluarga Penerima Kartu Keluarga Sejahtera (KKS) Kabupaten Deli Serdang Dirinci Tiap Kecamatan

KECAMATAN Jumlah

SINEMBAH TANJUNG MUDA HILIR 15 1,668

SINEMBAH TANJUNG MUDA HULU 20 679

SUNGGAL 17 3,755

TANJUNG MORAWA 26 6,108

JUMLAH 394 66,295

Sumber : Dinas Sosial Kab. Deli Serdang

DIAGRAM 4.1 PERSENTASE PENERIMA KKS DI RINCI TIAP KECAMATAN SE-KABUPATEN DELI SERDANG

37

Hasil diagram di atas menunjukkan bahwa tiga kecamatan yang memiliki jumlah penerima KKS terbesar berturut-turut adalah Kecamatan Hamparan Perak dengan jumlah penerima sebesar 11,169 keluarga atau sekitar 17% dari total penerima KKS sekabupaten, Kecamatan Percut Sei Tuan sebesar 8,131 keluarga atau sekitar 12% dan Kecamatan Tanjung Morawa sebesar 6,108 keluarga atau sekitar 9%. Dari hasil di atas juga menunjukkan bahwa kecamatan yang memiliki jumlah penerima KKS terkecil adalah Kecamatan Gunung Meriah dengan jumlah penerima sebanyak 220 keluarga atau sekitar 0,3% dari jumlah penerima KKS sekabupaten Deli Serdang. Kecamatan Pancur Batu memiliki jumlah keluarga penerim KKS sebanyak 3.617 keluarga atau sekitar 5% dari jumlah peneima KKS sekabupaten Deli Serdang.

Jumlah penerima yang diperoleh sekecamatan tersevbut didistibusikan ke 25 desa yang ada di Kecamtan Pancur Batu. Distribusi perolehan kartu KKS yang ada di kecamtan Pancur Batu sebagai berikut :

38

Tabel 4.2. Jumlah Keluarga Penerima Kartu Keluarga Sejahtera (KKS) Kecamatan Pancur Batu Dirinci Tiap Desa

Perumnas Simalingkar 7 45

Baru 5 229

Sumber : Dinas Sosial Kab. Deli Serdang

39

DIAGRAM 4.2 PERSENTASE PENERIMA KKS DI RINCI TIAP DESA KECAMATAN PANCUR BATU

Dari diagram di atas diperoleh pengamatan bahwa desa yang mendapatkan jumlah kartu KKS terbanyak adalah di Desa Tanjung Anom sebesar 421 kartu atau sekitar 12% dari jumlah penerima kartu yang ada di Kecamatan Pancur Batu.

Dari diagram diatas juga dapat terlihat bahwa Desa Gunung Tinggi mendapatkan kartu KKS sebanyak 117 kartu atau sekitar 3% dari jumlah penerim kartu yang ada sekecamatan Pancur Batu. Dari jumlah keluarga yang ada di Desa Gunung Tinggi sebanyak 500 keluarga, angka ini belum mampu mencakup semua keluarga miskin yang ada di Desa Gunung Tinggi tersebut. Penyebaran kartu KKS ke 5 dusun yang ada di Desa Gunung Tinggi tersebut sebagai berikut :

Bintang Meriah Sugau Tiang Layar

Salam Tani Namo Riam Durian Simbelang A

Durian Tongga Pertampilen Hulu

Namo Simpur Namo Bintang Simalingkar A

Perumnas Simalingkar Baru Lama

Tengah Namorih Durian Jagak

Tuntungan II Tuntungan I Gunung Tinggi

Sei Gelugur Suka Raya Tanjung Anom

40

Dari persentase penerimaan kartu di setiap dusun, penulis mewawancarai keluarga penerima kartu KKS di dusun 3 sebanyak 13 keluarga dan dusun 4 sebanyak 7 keluarga Desa Gunung Tinggi.

4.2 Identitas Informan yang Menerima KKS

Tabel 4.3 Distribusi Data Informan Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Jumlah Persentase

Laki-Laki 7 35%

Perempuan 13 65%

20 100%

Sumber : wawancara penelitian 2017

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa mayoritas informan berjenis kelamin perempuan sebanyak 13 orang (65%), sedangkan sisanya adalah laki-laki sebanyak 7 orang (35%). Dengan demikian, para penerima KKS ini lebih banyak adalah perempuan karena perempuan yang mengatur keuangan keluarga.

Dusun 1 19%

Dusun 2 20%

Dusun 3 34%

Dusun 6%4

Dusun 5 21%

41 Tabel 4.4 Distribusi Data Informan Berdasarkan Usia

Usia Jumlah Persentase

17 – 25 - 0%

26 – 34 3 15%

35 – 43 6 30%

44 – 52 9 45%

> 53 2 10%

20 100%

Sumber : wawancara penelitian 2017

Dari tabel dapat dilihat bahwa informan terbanyak adalah mereka yang memiliki usia 44-52 tahun, yaitu sebanyak 9 orang (45%), kemudian usia 35-43 tahun sebanyak 6 orang (30%), 26-34 tahun sebanyak 3 orang (15%) dan 17-25 tahun tidak ada (0%). Walaupun usia tidak mempengaruhi responden dalam mendapatkan KKS, dilihat yang mendapatkan bantuan KKS adalah usia yang sudah berkeluarga dan mempunyai anak.

Tabel 4.5 Distribusi Data Informan Berdasarkan Pendidikan

Pendidikan

Terakhir Jumlah Persentase

Tidak Tamat Sd 5 25%

Sd 12 60%

Sltp 2 10%

Slta 1 5%

> Slta 0 0%

20 100%

Sumber : wawancara penelitian 2017

42

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa mayoritas informan adalah yang memiliki tingkat pendidikan terakhir SD, yaitu sebanyak 12 orang (60%).SLTP sebanyak 2 orang (10%), tidak tamat SD sebanyak 5 orang (25%), dan tamat SLTA sebanyak 1 orang (5%).Dapat dilihat bahwa tingkat pendidikan di Desa Gunung Tinggi masih relatif rendah untuk minatnya melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

Tabel 4.6. Distribusi Data Informan Berdasarkan Pekerjaan

Jenis Pekerjaan Jumlah Persentase

Buruh 3 15%

Petani 12 60%

Supir 1 5%

Tukang Becak 1 5%

Dan Lain- Lain 3 15%

Sumber : wawancara penelitian 2017

Menunjukkan variasi yang tidak merata pada tiap jenis pekerjaan. Dari penelitian yang penulis lakukan ditemukan bahwa informan terbanyak bekerja sebagai petani, yakni sebanyak 12 orang (60%), dan paling sedikit persentasenya bekerja sebagai lain-lain yang dimaksud disitu adalah pedagang yakni sebanyak 3 orang (3%).

Tabel 4.7 Distribusi Data Informan Berdasarkan Penghasilan

Penghasilan Per Bulan Jumlah Persentase

< 500.000 2 10%

500.000 - 1.0000.000 7 35%

1000.001 - 2.000.000 10 50%

2.000.001 - 3.000.000 1 5%

>3.000.000 0 0%

20 100%

Sumber : wawancara penelitian 2017

43

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa penghasilan perbulan informan sebagian besar kurang dari Rp 500.000 yakni sebanyak 2 orang (10%) dan sebanyak 7 orang (35%) berpenghasilan di antara Rp 500.000-1 juta rupiah dan yang berpenghasilan 1000.001-2000.000 sebanyak 10 orang (50%). Dapat kita lihat disini minimnya penghasilan dapat menyebabkan mereka rentan terhadap penurunan konsumsi energi dan protein.

Tabel 4.8 Distribusi Data Informan Berdasarkan Pengeluaran

Penghasilan Perbulan Jumlah Persentase

< 500.000 2 10%

Sumber : wawancara penelitian 2017

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa pengeluaran per bulan informan sebagian besar kurang dari Rp 500.000 yakni sebanyak 2 orang (10%), dan kemudian sebanyak 7 orang (35%) berpengeluaran di antara Rp 500.000-1 juta rupiah, dan yang memiliki pengeluaran sebesar 1000.001-2000.000 adalah 10 orang (50%).

Tabel 4.9 Distribusi Data Informan Berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga

Jumlah Anggota Keluarga

Jumlah Persentase

1 - 3 Orang 7 35%

4 - 6 Orang 8 40%

7 - 9 Orang 3 15%

> 9 Orang 2 10%

20 100%

Sumber : wawancara penelitian 2017

44

Dapat kita lihat dari tabel di atas jumlah anggota keluarga informan sebagian besar berjumlah antara 4-6 orang, yakni sebesar 40% (8 informan), yang lainnya berjumlah 1-3 orang sebesar 35% (7 informan) dan yang berjumlah 7-9 orang sebesar 15% (3 informan).

4.3 Komunikasi dalam Implementasi KKS (Kartu Keluarga Sejahtera)

Menurut Edward III Implementasi akan berjalan efektif apabila ukuran-ukuran dan tujuan-tujuan kebijakan dipahami oleh individu-individu yang bertanggungjawab dalam pencapaian tujuan kebijakan. Kejelasan ukuran dan tujuan kebijakan dengan demikian perlu dikomunikasikan secara tepat dengan para pelaksana. Konsistensi atau keseragaman dari ukuran dasar dan tujuan perlu dikomunikasikan sehingga implementors mengetahui secara tepat ukuran maupun tujuan kebijakan itu. Agar implementasi berjalan efektif, siapa yang bertanggungjawab melaksanakan sebuah keputusan harus mengetahui apakah mereka dapat melakukannya.

Sesungguhnya implementasi kebijakan harus diterima oleh semua personel dan harus mengerti secara jelas dan akurat mengenai maksud dan tujuan kebijakan. Jika para aktor pembuat kebijakan telah melihat ketidakjelasan spesifikasi kebijakan sebenarnya mereka tidak mengerti apa sesunguhnya yang akan diarahkan. Para implemetor kebijakan bingung dengan apa yang akan mereka lakukan sehingga jika dipaksa kan tidak akan mendapatkan hasil yang optimal.

Tidak cukupnya komunikasi kepada para implementor secara serius mempengaruhi implementasi kebijakan.

Keberhasilan implementasi kebijakan mensyaratkan agar implementor mengetahui apa yang harus dilakukan. Apa yang menjadi tujuan dan sasaran kebijakan harus ditransmiskan kepada kelompok sasaran sehingga akan mengurangi distorsi implementasi. Apabila tujuan dan sasaran suatu kebijakan tidak jelas atau bahkan tidak diketahui sama sekali oleh kelompok sasaran, maka kemungkinan akan terjadi resistensi dari kelompok sasaran. Dalam hal ini penulis mengamati

45

keadaan di lapangan bahwa aktor pembuat kebijakan pada kasus ini adalah pemerintah, sedangkan implementors adalah kemensos yang dibantu oleh dinas sosial dan instansi terkait seperti PT. POS dan aparat desa.

Ketika penulis bertanya apa tujuan mengenai KKS kepada salah satu staff di Dinas Sosial Kab. Deli Serdang, beliau menjawab :

Sebenarnya sih ini kebijakan baru yang dibentuk pada saat pemerintahan pak jokowi kalo gak salah 3 November 2014. Ada tiga katu sebenarnya. KKS, KIS, sama KIP. Ketiga kartu tersebut menjadi salah satu program Presiden Jokowi untuk membantu meringankan beban masyarakat, khususnya keluarga miskin. Terus KKS ini berfungsi sebagai penanda bahwa si pemegang kartu berhak menerima bantuan uang dari pemerintah. Si pemilik KKS akan diberikan SIM Card yang bisa dipasang di handphone untuk mengecek saldo. Fungsi SIM Card ini mirip dengan rekening bank.Untuk mengambil uang bantuan dari pemerintah tersebut, Anda bisa datang ke kantor pos terdekat dengan menunjukkan nomor SIM Card tersebut. Layanan ini biasa disebut e-money atau layanan keuangan digital.1

Sejauh ini belum ada mengadakan sosialisasi langsung ke masyarakat, kami hanya memanfaatkan kesempatan dalam setiap rapat koordinasi pimpinan masing-masing wilayah kecamatan. Biasanya kami beritahukan kepada masing-masing camat jika ada pendataan masyarakat miskin, terutama program PKH

Hasil pengamatan penulis menemukan belum adanya sosialisasi terkait peluncuran KKS.

Masyarakat hanya mengetahui bahwa KKS adalah bantuan yang diberikan untuk masyarakat dengan perekonomian rendah. Sementara pemakaiannya belum di jelaskan secara terperinci.

Masyarakat tidak mengetahui tentang Kartu Keluarga Sejahtera. Hal ini dikarenakan tidak adanya sosialisasi dari pemerintah ke masyarakat. Bahkan ketika saya Tanya salah satu staff Dinas Sosial Kabupaten Deli Serdang:

2

1Hasil wawancara dengan ibu Nurmala tanggal 6 maret 2017)”

2(Hasil wawancara dengan ibu Nurmala tanggal 6 maret 2017)”

.

46

Di samping itu, Direktorat Perlindungan Jaminan Sosial belum memberikan wadah untuk pengaduan masyarakat. Ini membuktikan bahwa implementasi kebijakan yang di lakukan belum maksimal karena komunikasi yang baik antara masyarakat penerima bantuan dengan pihak kemensos belum terjalin dengan baik. Masyarakat tidak tahu kemana akan melakukan pengaduan dan pertanyaan. Banyak masyarakat dibuat pusing dengan tindakan sesama instansi terkait yang saling melempar tanggung jawab untuk menerima pengaduan masyarakat.

Hasil wawancara dengan pihak dinas sosial Kabuapten Deli Serdang bahwa pihak yng terkait dalam pendistribusian KKS sudah melaporkan ke pihak kemensos mengenai hal-hal yang harus ditinjau ulang kembali oleh pihak kemensos, seperti : penerima yang tidak ditemukan keberadaannya, penerima yang sudah meninggal dunia, bahkan pengaduan- pengaduan lainnya yang berkaitan dengan pendistribusian KKS tersebut. Meskipun demikian pihak kemensos belum ada memfasilitasi terkait laporan yang diberikan oleh dinas sosial.

Terdapat beberapa ratus variable yang dipergunakan untuk menentukan tingkat sosial ekonomi suatu rumah tangga, di antaranya adalah pengeluaran, kepemilikan asset, serta kondisi fisik rumah. Akan tetapi setiap variable tersebut memiliki bobot yg berbeda pula untuk setiap kabupaten/kotanya. Sebagai contoh dapat kami gambarkan di sini, kepemilikan asset berupa sepeda di kabupaten Deli Serdang belum tentu lebih miskin dari kepemilikan sepeda di kecamatan yang ada di kota medan atau lantai beralaskan tanah di kebupaten Dieng, belum tentu lebih miskin dari lantai beralaskan tanah di kelurahan TJ. Selamat ,Medan. Variable tersebut akhirnya dipergunakan untuk mentukan peringkat kemiskinannya. Banyak program yang dibuat oleh Kementrian sosial berdasarkan persentase tingkat kemiskinan. Bila berada pada peringkat 10 persen terendah, maka rumah tangga tersebut layak untuk menerima program PKH. Bila berada di peringkat 25 persen, maka rumah tangga tersebut layak menerima program

47

Raskin/Rastra (umumnya ditandai dengan penerima KKS) dan bila di atas persentase tersebut maka rumah tangga tersebut layak menerima PBI-JKN.

Namun kenyataannya dilapangan masyarakat maupun aparat desa tidak tahu apa yang menjadi kriteria dalam penerimaan program KKS ini. Mereka memandang relatif. Ada yang mengatakan ada yang tidak tepat sasaran. Ada yang dapat, Memang rumah dia kecil tapi dia ladang besar. Kemudian ada yang rumahnya besar tapi dia gak punya ladang. Tapi ada juga yang memang harus dapat dia tidak punya apa-apa, rumah beratapkan rumbai, ladang juga gak punya tapi malah gak menerima. Ketika ditanya kepala desa, kepala desa juga ikut membenarkan hal ini. Memang hal inilah yang menjadi pengaduan masyarakat didesa Gunung Tinggi ini.

4.4 Sumber Daya dalam Implementasi KKS (Kartu Keluarga Sejahtera)

Tidak menjadi masalah bagaimana jelas dan konsisten implementasi program dan bagaimana akuratnya komunikasi dikirim.Jika personel yang bertanggungjawab untuk melaksanakan program kekurangan sumberdaya dalam melakukan tugasnya. Komponen sumberdaya ini meliputi jumlah staf, keahlian dari para pelaksana, informasi yang relevan dan cukup untuk mengimplementasikan kebijakan dan pemenuhan sumber-sumber terkait dalam pelaksanaan program, adanya kewenangan yang menjamin bahwa program dapat diarahkan kepada sebagaimana yamg diharapkan, serta adanya fasilitas-fasilitas pendukung yang dapat dipakai untuk melakukan kegiatan program seperti dana dan sarana prasarana.

Bagaimanapun bentuk dari suatu kebijakan tidak terlepas dari anggaran yang dimiliki oleh aktor pembuat kebijakan. Dalam hal ini kita mengetahui bahwa sumber daya finansial yang dimiliki pemerintah belum mencukupi. Dilihat dari hasil wawancara di lapangan bahwa semua pemegang KKS belum menerima dana KKS. Selain faktor utama adalah anggaran, sumber daya manusia juga memegang peranan penting demi terselanggaranya suatu program. Pendistribusian

48

KKS yang dilakukan oleh PT. POS sudah dilakukan dengan baik. Masyarakat sudah menerima KKS sesuai dengan kepemilikan masing-masing kartu.

Memang Kalau kita lihat pada bagian penerimaan kartu saja, memang telah berjalan sangat baik. Berbeda halnya dengan dana. Dana KKS belum diterima oleh masyarakat. Untuk hal ini penulis telah melakukan wawancara pada salah satu staff dinas sosial kabupaten deli serdang

Memang Kalau kita lihat pada bagian penerimaan kartu saja, memang telah berjalan sangat baik. Berbeda halnya dengan dana. Dana KKS belum diterima oleh masyarakat. Untuk hal ini penulis telah melakukan wawancara pada salah satu staff dinas sosial kabupaten deli serdang

Dokumen terkait