• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN

D. Teknik Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan data-data yang faktual maka penulis menggunakan metode dokumentasi yang dilakukan dengan kategorisasi dan klasifikasi bahan-bahan tertulis yang berhubungan dengan masalah penelitian, baik dari sumber dokumen maupun buku-buku, media masa, median elektonik, dan lain-lain.

E. Metode Analisis Data

Metode analisis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode kualitatif dengan memakai pola pikir sebagai berikut :

a. Induksi, yaitu analisa yang berpangkal pada kaidah-kaidah khusus kemudian disusun rumus-rumus yang bersifat umum.

b. Deduksi, yaitu suatu analisa yang berpangkal pada kaidah-kaidah yangbersifat umum kemudian ditetapkan kaedah-kaedah yang bersifat khusus.

Di samping itu guna memperjelas gambaran mengenai peluang, tantangan, hambatan dan kelemahan penerapan tax amnesty di Indonesia digunakan SWOT

analysis SWOT adalah akronim untuk kekuatan (Strenghts), kelemahan (Weakness), peluang (Opportunities), dan ancaman (Threats) dari lingkungan eksternal perusahaan. Menurut Jogiyanto, SWOT digunakan untuk menilai kekuatan-kekuatan dan kelemahan-kelemahan dari sumber-sumber daya yang dimiliki perusahaan dan kesempatan-kesempatan eksternal dan tantangan-tantangan yang dihadapi.5

5Jogiyanto, Sistem Informasi Strategik untuk Keunggulan Kompetitif, (Yogyakarta: Andi Offset, 2005), h. 46

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Prosedur Tax amnesty

Program Pengampunan Pajak (Tax amnesty) yang dimulai pada tanggal 18 Juli 2016 ditujukan sebagai salah satu cara menarik dana pengusaha Indonesia yang ditempatkan di luar negeri. Diperkirakan terdapat aset Warga Negara Indonesia (WNI) sebesar Rp4.300 triliun yang seharusnya dapat digunakan sebagai modal investasi dalam negeri. Umumnya, para pengusaha Indonesia lebih memilih menyimpan uangnya di negara-negara yang mempunyai pajak rendah (Tax Haven).

Pelaksanaan Program Pengampunan Pajak berlangsung selama sekitar sembilan bulan sejak 18 Juli hingga 31 Maret 2017 dan terbagi atas tiga periode, dengan masing-masing periode selama tiga bulan.

Pengampunan Pajak merupakan suatu kesempatan waktu yang terbatas pada kelompok pembayar pajak tertentu untuk membayar sejumlah tertentu dan dalam waktu tertentu berupa pengampunan kewajiban pajak (termasuk bunga dan denda) yang berkaitan dengan masa pajak sebelumnya atau periode tertentu tanpa takut hukuman pidana. Pengampunan Pajak diatur dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2016.

Program yang dilaksanakan oleh pemerintah untuk memberi pengampunan terhadap wajib pajak yang melakukan pelanggaran dimasa lalu, yang dapat memanfaatkan kebijakan pengampunan pajak adalah:

40

1. Wajib Pajak Orang Pribadi;

2. Wajib Pajak Badan;

3. Wajib Pajak yang bergerak dibidang Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM);

4. Orang Pribadi atau Badan yang belum menjadi Wajib Pajak.

Kecuali wajib pajak yang sedang:

1. Dilakukan penyidikan dan berkas penyidikannya telah P21;

2. Sedang dalam proses peradilan;

3. Sedang menjalani hukuman pidana atas tindak pidana dibidang perpajakan.

Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 118/ PMK.03/

2016, Persyaratan Wajib Pajak untuk dapat memanfaatkan Pengampunan Pajak adalah sebagai berikut:

1. Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak;

2. Membayar Uang Tebusan;

3. Melunasi seluruh Tunggakan Pajak;

4. Melunasi pajak yang tidak atau kurang dibayar atau melunasi pajak yang seharusnya tidak dikembalikan bagi Wajib Pajak yang sedang dilakukan pemeriksaan bukti permulaan dan/atau penyidikan Tindak Pidana di Bidang Perpajakan;

5. Menyampaikan SPT PPh Terakhir bagi Wajib Pajak yang telah memiliki kewajiban menyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan; dan

6. Mencabut permohonan:

a. Pengembalian kelebihan pembayaran pajak;

b. Pengurangan atau penghapusan sanksi administrasi dalam Surat Ketetapan Pajak dan/atau Surat Tagihan Pajak yang di dalamnya terdapat pokok pajak yang terutang;

c. Pengurangan atau pembatalan ketetapan pajak yang tidak benar;

d. Keberatan;

e. Pembetulan atas surat ketetapan pajak dan surat keputusan;

f. Banding;

g. Gugatan; dan/atau

h. Peninjauan kembali, dalam hal Wajib Pajak sedang mengajukan permohonan dan belum diterbitkan surat keputusan atau putusan.

Fasilitas Pengampunan Pajak yang akan didapatkan wajib pajak yang mengikuti program Pengampunan Pajak, antara lain:

1. Penghapusan pajak yang seharusnya terutang (PPh dan PPN dan/atau PPnBM), sanksi administrasi, dan sanksi pidana, yang belum diterbitkan ketetapan pajaknya;

2. Penghapusan sanksi administrasi atas ketetapan pajak yang telah diterbitkan;

3. Tidak dilakukan pemeriksaan pajak, pemeriksaan bukti permulaan, dan penyidikan Tindak Pidana di Bidang Perpajakan;

4. Penghentian pemeriksaan pajak, pemeriksaan bukti permulaan, dan penyidikan Tindak Pidana di Bidang Perpajakan, dalam hal Wajib

Pajak sedang dilakukan pemeriksaan pajak, pemeriksaan bukti permulaan, dan penyidikan Tindak Pidana di Bidang Perpajakan;

dan

5. Penghapusan PPh Final atas pengalihan Harta berupa tanah dan/atau bangunan serta saham.

Prosedur Mengikuti Program Pengampunan Pajak Prosedur pengajuan Pengampunan Pajak di Kantor Pelayanan Pajak adalah sebagai berikut:

1. Wajib Pajak datang ke Kantor Pelayanan Pajak setempat. Wajib Pajak terdaftar untuk meminta penjelasan melalui Helpdesk mengenai cara pengisian dan pemenuhan kelengkapan dokumen yang harus dilampirkan dalam Surat Pernyataan.

2. Wajib Pajak menyiapkan dan melengkapi dokumen-dokumen yang akan digunakan untuk mengajukan Pengampunan Pajak melalui Surat Pernyataan, yaitu:

a. Bukti pembayaran Uang Tebusan;

b. Bukti pelunasan Tunggakan Pajak bagi Wajib Pajak yang memiliki Tunggakan Pajak;

c. Daftar rincian Harta beserta informasi kepemilikan Harta yang dilaporkan;

d. Daftar Utang serta dokumen pendukung;

e. Bukti pelunasan pajak yang tidak atau kurang dibayar atau pajak yang seharusnya tidak dikembalikan bagi Wajib Pajak yang sedang dilakukan pemeriksaan bukti permulaan atau penyidikan;

f. Fotokopi SPT PPh Terakhir, dan

g. Surat pernyataan mencabut segala permohonan yang telah diajukan ke Direktorat Jenderal Pajak;

h. Surat pernyataan mengalihkan dan menginvestasikan Harta ke dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia paling singkat selama jangka waktu 3 (tiga) tahun terhitung sejak dialihkan dalam hal Wajib Pajak akan melaksanakan repatriasi;

i. Melampirkan surat pernyataan tidak mengalihkan Harta ke luar wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia paling singkat selama jangka waktu 3 (tiga) tahun terhitung sejak diterbitkannya Surat Keterangan dalam hal Wajib Pajak akan melaksanakan deklarasi;

j. Surat pernyataan mengenai besaran peredaran usaha bagi Wajib Pajak yang bergerak di bidang UMKM. Dalam hal pembayaran uang tebusan, uang tebusan dibayarkan ke Bank Persepsi yang ditetapkan melalui e-Billing dengan menggunakan kode akun pajak (KAP) 411129 dan kode jenis setoran (KJS) 512. Uang tebusan dihitung dengan cara:

Uang Tebusan = Tarif Tebusan X Harta Bersih Untuk menghitung Harta bersih dengan cara:

Harta Bersih = Harta Tambahan – Utang

Utang terkait perolehan Harta Tambahan dapat dikurangkan paling banyak:

a. 75% dari harta tambahan untuk wajib pajak badan

b. 50% dari harta tambahan untuk wajib pajak pribadi

Pengampunan Pajak berlaku sejak disahkan hingga 31 Maret 2017, dan terbagi kedalam 3 (tiga) periode, yaitu:

a. Periode I: Dari tanggal diundangkan s.d 30 September 2016 b. Periode II: Dari tanggal 1 Oktober 2016 s.d 31 Desember 2016 c. Periode III: Dari tanggal 1 Januari 2017 s.d 31 Maret 2017

Wajib pajak juga dapat memanfaatkan fasilitas tarif yang telah ditentukan sesuai dengan masa periode. Bagi wajib pajak yang lebih awal mengikuti Tax amnesty maka akan mendapatkan tarif yang lebih kecil. Berikut tarif tebusan Pengampunan Pajak:

b. Deklarasi harta untuk UMKM

Total Harta Tarif

s.d Rp. 10M 0,5%

>Rp. 10M 2%

3. Wajib Pajak menyampaikan Surat Pernyataan dengan datang langsung ke Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bantul tempat Wajib Pajak terdaftar dengan proses sebagai berikut:

a. Wajib pajak akan diarahkan menuju satu ruangan khusus yang telah dipersiapkan untuk pelayanan Pengampunan Pajak

b. Pengarah layanan akan memberikan nomor antrian Helpdesk, di Helpdesk wajib pajak dapat berkonsultasi lebih lanjut mengenai progam Pengampunan Pajak

c. Wajib pajak diarahkan ke Subtim Penerima, wajib pajak harus memperlihatkan kartu identitas sebelum menyerahkan berkas Pengampunan Pajak. Subtim Penerima akan mengecek persyaratan, kelengkapan, otorisasi checklist syarat dan kelengkapan dan submit berkas ke Subtim Peneliti. Selanjutnya berkas wajib pajak akan diserahkan ke bagian Subtim Peneliti untuk dilakukan penelitian.

Subtim peneliti akan meneliti kebenaran atau keseuaian berkas SPH, otorisasi checklist penelitian kebenaran, membuat tanda terima, perekaman, membuat Lembar Penelitian (LPt) Surat Pernyataan dan menyampaikan kepada Ketua Tim. Ketua Tim memberikan persetujuan konsep Surat Keterangan Pengampunan Pajak melalui aplikasi untuk ditindaklanjuti oleh Tim Penelaah di Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Daerah.

4. Wajib Pajak akan mendapatkan tanda terima Surat Pernyataan.

5. Menteri atau pejabat yang ditunjuk atas nama Menteri menerbitkan Surat Keterangan dalam jangka waktu paling lama 10 (sepuluh) hari kerja terhitung sejak tanggal diterima Surat Pernyataan beserta lampirannya dan mengirimkan Surat Keterangan Pengampunan Pajak kepada Wajib Pajak.

6. Dalam hal jangka waktu 10 (sepuluh) hari kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (4) Menteri atau pejabat yang ditunjuk atas nama Menteri belum menerbitkan Surat Keterangan, Surat Pernyataan dianggap diterima.

7. Wajib Pajak dapat menyampaikan Surat Pernyataan paling banyak 3 (tiga) kali dalam jangka waktu terhitung sejak Undang-Undang ini mulai berlaku sampai dengan tanggal 31 Maret 2017 di mana Surat Pernyataan Kedua dan Ketiga dapat disampaikan sebelum atau setelah Surat Keterangan atas Surat Pernyataan sebelumnya dikeluarkan.1

B. Bentuk-Bentuk Pengampunan Pajak (Tax amnesty).

Kebijakan Tax amnesty yang diberikan oleh Direktorat Jendral Pajak di harapkan akan menjadi sinyal bagi wajib pajak. Sinyal ini berupa pengampunan pajak dimana wajib pajak yang selama ini tidak patuh terhadap peraturan perpajakan dapat memperbaiki kesalahanya. Sinyal yang diberikan Direktorat Jenderal Pajak dapat direspon positif atau negatif oleh wajib pajak.

Dengan adanya Tax amnesty akan mempengaruhi kemauan wajib pajak dalam membayarkan pajaknya. Wajib pajak diharapkan dapat memanfaatkan berita baik ini dengan semestinya. Adapun bentuk dari pengampunan pajak tersebut adalah:

1 www.lembagapajak.com, diakses 2 Juli 2017

1. Wajib Pajak Orang Pribadi 2. Wajib Pajak Badan

3. Wajib Pajak yang bergerak di bidang Usaha Mikro Kecil dan Menengan (UMKM)

4. Orang Pribadi atau Badan yang belum menjadi Wajib Pajak2

Sedangkan kewajiban pajak yang diampuni meliputi kewajiban PPh dan PPN atau PPN dan PPnBM.3 Hal ini seperti yang tertuang dalam pasal 2 ayat 1 dan 2 serta Pasal 3 Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 118/PMK.03/2016 Tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2016 Tentang Pengampunan Pajak yang menjelaskan sebagai berikut:

Pasal 2

(1) Setiap Wajib Pajak berhak mendapatkan Pengampunan Pajak.

(2) Wajib Pajak yang berhak mendapatkan Pengampunan Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan Wajib Pajak yang mempunyai kewajiban menyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan.

Pasal 3

(1) Pengampunan Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) diberikan kepada Wajib Pajak melalui pengungkapan Harta yang dimilikinya dalam Surat Pernyataan.

(2) Pengampunan Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi pengampunan atas kewajiban perpajakan sampai

2 http://www.pajak.go.id/content/amnesti-pajak, diakses 22 Juli 2017

3http://www.pajak.go.id/faq-amnesti/objek-amnesti-pajak-harta-dan-utang, diakses 22 Juli 2017

dengan akhir Tahun Pajak Terakhir, yang belum atau belum sepenuhnya diselesaikan oleh Wajib Pajak.

(3) Kewajiban perpajakan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), terdiri atas kewajiban:

a. Pajak Penghasilan; dan

b. Pajak Pertambahan Nilai atau Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah.

Pajak Penghasilan (PPh) adalah pajak yang dikenakan terhadap setiap tambahan kemampuan ekonomi yang diterima atau diperoleh wajib pajak, baik berasal dari Indonesia maupun luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan wajib pajak yang bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk apapun. Undang-undang pajak penghasilan mengatur mengenai subjek pajak, objek pajak, serta cara menghitung dan cara melunasi pajak yang terutang. Undang-undang pajak penghasilan menganut asas materiil artinya penentuan mengenai pajak yang terutang tidak tergantung kepada surat ketetapan pajak.4

Objek pajak penghasilan adalah penghasilan, yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh wajib pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dipakai untuk konsumsi atau menambah kekayaan wajib pajak yang bersangkutan, dengan nama dan bentuk apapun.

4 Djoko Muljono, Akuntansi Pajak. (Jakarta: Erlangga. 2006), h. 27

Penghasilan yang merupakan objek pajak. Penghasilan kena pajak atau penghasilan yang merupakan objek pajak dapat dibedakan menjadi 5, yaitu: penghasilan dari kegiatan usaha, penghasilan sebagai karyawan, penghasilan dari pemberi jasa, penghasilan dari modal atas harta yang bergerak, dan penghasilan dari modal atas harga yang tak bergerak.

Yang dapat memanfaatkan tarif Pasal 4 ayat (3) dalam UU Pengampunan Pajak adalah Wajib Pajak yang memiliki peredaran usaha hanya bersumber dari penghasilan atas kegiatan usaha s.d Rp4.8 miliar pada Tahun Pajak terakhir dan tidak menerima penghasilan tidak menerima penghasilan dari pekerjaan dalam hubungan kerja dan / atau pekerjaan bebas.5

Pada saat Wajib Pajak mengikuti program Amensti Pajak, SPT PPh yang diakui adalah hanya SPT PPh Terakhir sesuai ketentuan Pasal 18 PMK Nomor 118/PMK.03 Tahun 2016. Harta yang berasal diluar penghasilan Tahun Pajak 2015 diakui sebagai Harta Tambahan yang harus diungkapkan dalam Surat Pernyataan. SPT Tahunan Tahun 2015 yang telah disampaikan tidak perlu diperbaiki. 6

C. Kelemahan Penerapan Pengampunan Pajak di Indonesia.

Kebijakan Amnesti pajak yang dilakukan oleh Pemerintah Indonesia telah berakhir pada 31 Maret 2017. Program Amnesti pajak–sebagai sebuah kebijakan ekonomi oleh Pemerintah Indonesia–yang mulai dicanangkan pada

5Kementerian Keuangan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pajak, FREQUENTY ASKED QUESTION Amnesti Pajak, (Dirjen Pajak: tp, tt), h. 6

6Ibid., h. 13

tahun 2016 ini didasarkan oleh UU No. 11 tahun 2016 tentang Pengampunan Pajak. Kebijakan ini menuai pro dan kontra di antara masyarakat. Salah satu golongan masyarakat yang pernah melakukan gerakan penolakan terhadap kebijakan ini adalah golongan buruh dan pekerja.7

Secara historis, implementasi program amnesti pajak pada tahun 2016 hingga awal tahun 2017 ini bukanlah pertama kalinya di Indonesia.

Pemerintah Indonesia pernah melakukan program ini (atau sejenis) pada tahun 1964, 1984, 2008, dan 2015 dengan kebijakanReinventing Policy. Sehingga, ini adalah kelima kalinya Pemerintah Indonesia memberlakukan kebijakan pengampunan pajak. Pelaksanaan prorgam pengampunan pajak yang dilakukan pada tahun 1964 memiliki tujuan untuk mengembalikan dana revolusi.8

Pengampunan pajak yang pertama kali diadakan di Indonesia ini, dilakukan dimasa pemerintahan Presiden Soekarno. Penetapan kebijakan ini dilakukan dengan penerbitan Penetapan Presiden Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1964 tentang Peraturan Pengampunan Pajak.9 Kebijakan pengampunan pajak yang digunakan oleh pemerintah pada tahun 1964 untuk menarik dana dari masyarakat yang potensial tetapi belum dikenai pajak. Pada saat yang sama dengan ditetapkannya pengampunan pajak, dikeluarkan paket

7 Ragimun, Analisis Implementasi Pengampunan Pajak (Tax Amnesty) di Indonesia, http://www.kemenkeu.go.id/sites/default/files/Analisis%20Implementasi%20Tax%20Amnesty % 20di%20Indonesia.pdf diakses pada 1 Juni 2017

8 http://katadata.co.id/berita/2016/05/03/dirjen-pajak-tax-amnesty-sekarang-lebih-baik-di-banding-1964-dan-1984 diakses pada 13 Juli 2015

9Daryadi.Waluyo, Tax amnesty, Dari Masa ke Masa, (Jurnal : Indonesian Tax Review, Volume VI/Edisi 17, 2007), h.14

kebijaksanaan ekonomi dengan keuangan atau fiscal di bahwan kendali Komando Tertinggi Operasi Ekonomi (KOTOE)

Subjek pengampunan pajak adalah Wajib Pajak Orang Pribadi dan Wajib Pajak Badan. Objek pengampunan pajak adalah Pajak Pendapatan, Pajak Kekayaan, Pajak Perseroan, dan Bea Materei Modal (atas penempatan modal dalam perseroan yang belum dilaporkan). Pengampunan diberikan dengan membayar sejumlah uang tebusan dengan porsentasi 10% dari nilai kekayaan yang diampunkan dan terdapat tarif reduksi 5% yang merupakan perangsang jika kekayaan yang diampunkan ditanamkan baik pada usaha-usaha baru, maupun usaha-usaha-usaha-usaha yang sudah ada yang dapat mempertinggi produksi dalam lapangan pertanian, perikanan, peternakan, pertambangan, perindustrian, pengangkutan.10

Bentuk pengampunan pajak pada tahun 1964 adalah pengampunan pajak dengan tipe investigation amnesty. Tipe ini menurut Sawyer adalah pengampunan yang menjanjikan tidak akan menyelidikan sumber penghasilan yang dilaporkan pada tahun-tahun tertentu dan terdapat sejumlah uang pengampuan yang harus dibayar.11

Di sisi dasar hukum pengampunan pajak pada tahun 1964 berdasarkan pada Penetapan Presiden dan jika dibandingkan dengan tahun 2008 melalui Undang-undang, dasar hukum pengampunan pajak yang Tahun 1964 hanya berdasarkan pada hierarki yang lebih rendah.

10Ibid

11Ibid

Pelaksanaan pengampunan pajak pada tahun 1964 ini dinilai oleh berbagai pihak tidak berhasil. Hal ini terlihat dari pada saat pengampunan pajak ini selesai tidak ada upaya penegakan hukum, kondisi administrasi perpajakan masih belum tertata dan aparat pajak masih erat dengan penyuapan.12 Pengampunan pajak pada tahun 1964 dikatakan oleh banyak pihak tidak sesuai dengan target dan harapan pemerintah.

Sedangkan pada 1984, tujuannya hanya untuk mengubah sistem dari official assesment menjadi self assesment.13 Pengampunan pajak pata tahun 1984 tersebut diperintahkan langsung oleh presiden Soeharto dengan penerbitan Keputusan Presiden Nomor 26 Tahun 1984. Berturut-turut setelah itu dibuat peraturan pelaksanaan berupa Keputusan Materi Keuangan Nomor 345/KMK.04/1984 tentang Pelaksanaan Pengampunan Pajak jo. Keputusan Menteri Keuangan No. 966/KMK.04/1983 tentang Faktor Penyesuaian Untuk Perhitungan Pajak Penghasilan.14

Pengampunan pajak tahun 1984 memiliki bentuk yang sama dengan pengampunan pajak Tahun 1984, yaitu Investigation Amnesty. Pengampunan Pajak Tahun 1984 memungkinkan Wajib Pajak Bebas dari pengusutan fiscal dan laporan tentang kekayaan dalam rangka pengampunan pajak tidak akan dijadikan dasar penyidikan dan penuntutan pidana dalam bentuk apapun terhadap wajib pajak.

12Daryadi Waluyo, Op.Cit. h. 15

13 http://katadata.co.id/berita/2016/05/03/dirjen-pajak-tax-amnesty-sekarang-lebih-baik-dibanding-1964-dan-1984 diakses pada 13 Juli 2017

14Avialinai, Amnesty Pajak Perlu Prasyarat Tax Refrom, www. Indef.or.id., diakses 13 Juli 2017

Pemerintah Indonesia pada tahun 2008 memberlakukan program Sunset Policy yang dianggap sukses. Sejak Program Sunset Policy diimplementasikan sepanjang tahun 2008 telah berhasil menambah jumlah NPWP baru sebanyak 5.653.128 NPWP, bertambahnya SPT tahunan sebanyak 804.814 SPT dan bertambahnya penerimaan PPh sebesar Rp7,46 triliun.15

Berdasarkan uraian dari beberapa pengalaman pelaksanaan pengampunan pajak (tax amnesty) terdapat berbagai kelemahan diantaranya:

1. Tidak mempunyai payung hukum yang dapat menjadi landasan hukum implementasi tax amnesty yang dapat memberikan aturan jelas. Hal ini akan menambah keraguan bagi wajib pajak dan calon wajib pajak.Namun apabila implementasi tax amnesty akan diterapkan maka berartiharus di buat terlebih dahulu peraturan perpajakan (undang-undang)yang mengatur tentang hal itu. Hal in tentu saja akan memakan waktu yang lebih lama karena tentu saja harus mendapat persetujuan dari DPR (Dewan Pertimbangan Rakyat).

2. Dianggap mencederai asas keadilan

Tax amnesty dianggap mencederai keadilan bagi masyarakat yang selama ini patuh membayar pajak. Apalagi pada tahun 1964 dan 1984, tax amnesty berjalan tidak efektif karena minimnya ketersediaan data perpajakan. Tidak ada lengkapnya basis data perpajakan membuka kemungkinan petugas pajak untuk mendeteksi kekayaan yang tak

15 Ragimun, Op. Cit.

dilaporkan. Pengemplang pajak pun tak perlu khawatir akan tertangkap.

Terlebih, kekayaan yang tidak dilaporkan pada umumnya berada di luar negeri sehingga benar-benar jauh dari jangkauan petugas pajak.

3. Tax amnesty dikhawatirkan tidak akan berjalan secara konsisten.

Banyak yang menilai jika kekurangan penerimaan pajak tidak hanya bisa diselesaikan dengan kebijakan pengampunan pajak tersebut. Belum adanya kejelasan mengenai kewajiban bagi wajib pajak untuk menempatkan kekayaannya di dalam negeri, besar kemungkinan individu-individu yang meminta pengampunan pajak akan menyembunyikan kembali kekayaan mereka di luar negeri ketika manfaattax amnesty tak lagi diberikan.

4. Tax amnesty Hanya Beri "Karpet Merah" bagi Koruptor

Tax amnesty dalam RAPBNP 2016 dianggap sebagian orang bukan untuk kepentingan masyarakat. Mereka menilai, tax amnesty hanya untuk kepentingan pengusaha yang memiliki dana besar di luar negeri.

Pengampunan pajak hanya akan menjadi karpet merah untuk koruptor dan konglomerat yang mendapat keuntungan di Indonesia. Menurut mereka, tax amnesty hanya dijadikan bahasa kampanye oleh politisi untuk memuluskan proyek-proyek swasta.

Di sisi lain kelemahannya bila diterapkan pengampunan pajak adalah tidak serta merta menjamin peningkatan kinerja setoran pajak ke kas negara. Hal ini bisa sebaliknya berpotensi terjadinya penyelewengan, manipulasi dan tindakan moral hazard lainnya. Para pengusaha yang

memperoleh pemutihan pajak akan melakukan penggelapan kewajiban pajaknya. Kecuali bila diberlakukan pengampunan pajak bersyarat.

Contohnya pengampunan pajak bersyarat, wajib pajak harus transparan terhadap aset-aset dan penghasilan mereka. Hal ini guna menghindari kekeliruan yang sama tahun 1984 tidak terulang kembali yaitu minimnya akses informasi terhadap masyarakat dan minimnya keterbukaan/transparansi serta sosialisasi kebijakan ini.

D. Keuntungan atau Keunggulan Bila Diterapkan Pengampunan Pajak di Indonesia

Logemann mengatakan bahwa negara itu pada hakekatnya adalah suatu organisasi kekuasaan yang meliputi atau menyatukan kelompok manusia yang kemudian disebut bangsa. Jadi pertama-tama negara itu adalah suatu organisasi kekuasaan, maka organisasi ini memiliki suatu kewibawaan, atau gezag, dalam mana terkandung pengertian dapat memaksakan kehendaknya kepada semua orang yang diliputi oleh organisasi itu.16

Suatu organisasi kekuasaanpun tidak semata-mata membuat pemerintah hanya sekedar berkuasa, tetapi juga terdapat kewajiban, tugas, dan tanggung jawab tersendiri yang secara sadar harus ditanggung oleh pemerintah. Tugas pemerintah dalam suatu negara dapat juga diartikan sebagai fungsi negara, dan secara umum meliputi fungsi reguler dan fungsi agent of development. Fungsi reguler berarti pemerintah menjalankan fungsi utamanya, yaitu melaksanakan tugas yang mempunyai akibat langsung dirasakan oleh masyarakat

16 Soehino, Ilmu Negara, (Yogyakarta: Liberty, 1993), h.143

seluruhnya.17 Fungsi Negara berikutnya adalah pemerintah sebagai agent of development, yaitu pemerintah berperan sebagai enterpreneur atau pendorong inisiatif dalam usahanya untuk mengadakan perubahan dan pembangunan masyarakat.18

Fungsi yang dijalankan pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat tentunya membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Hal ini dapat dipahami karena untuk mengadakan barang publik yang sangat banyak dan juga beragam membutuhkan biaya besar, tanpa adanya pembayaran yang diperoleh dari masyarakat yang menggunakannya (walaupun dalam kasus

Fungsi yang dijalankan pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat tentunya membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Hal ini dapat dipahami karena untuk mengadakan barang publik yang sangat banyak dan juga beragam membutuhkan biaya besar, tanpa adanya pembayaran yang diperoleh dari masyarakat yang menggunakannya (walaupun dalam kasus

Dokumen terkait