• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor Pendukung Dan Penghambat Pamong Dalam Membina Kemandirian Melalui Penerapan Sistem Among

KESIMPULAN DAN SARAN

4. Faktor Pendukung Dan Penghambat Pamong Dalam Membina Kemandirian Melalui Penerapan Sistem Among

Pada faktor pendukung Pamong dalam membina kemandirian anggota melalui peberapan sistem among terbagi kedalan dua aspek yaitu kelebihan dan

sarana prasarana cukup memadai, dan dukungan dari lembaga supaya sakawanabakti terus berjalan dan eksternal yaitu dukungan dari masyarakat, sedangkan peluang dari luar adalah motivasi yang tinggi dari peserta untuk ikut sakawana bakti atas kemauan sendri, saka wanabakti semakin dieksistensikan melalui berbagai kegiatan.

Sedangkan yang menjadi faktor penghambat terdapat pula dua spek yaitu ancaman dan kelemahan yang menjadi kelemahan adalah pamong yang lulusannyaSMA, lokasi tempat praktek yang jauh, ancaman SDM yang bersifat sukarela sangat jarang dan buku sumber yang kurang memadai.

B. Saran

Setelah mengkaji hasil penelitian mengenai peran pamong satuan karya pramuka dalam membina kemandirian anggota melalui penerapan sistema among, maka berikut di ungkapakan beberapa saran untuk semua pihak yang diharapkan dapat berguna.

1. Pihak Satuan Karya Pramuka Wanabakti

Pihak penyelenggara satuan karya pramuka wanabakti harus dapat meningkat lagi kegiatan-kegiatan yang dilaksanakannya, baik dari segi persiapannya maupun pelaksanaan dan evaluasinya.

Selur pihak satuan karya pramuka wana bakti hendaknya lebih memahami lagi mengenai sistem among sehingga pada pelaksanaannya dapat lebih baik lagi.

2. Pamong

Pada saat pelaksanaan kegiatan latihan, pamong diharapkan lebih baik lagi dalam menerapkan sistem among, serta meningkatkan pengetahuan mengenai metode pembelajaran sehingga pada saat pembelajaran metode yang digunakan lebih berfariatif.

Pamong juga perlu membantu seluruh anggota supaya dapat terus mempertahankan dan meningkatkan kemandirian yang sudah dimiliki, sehingga kemandirian anggota dapat dipertahankan.

Kemandirian yang ada dalam diri anggota sudah relatif tinggi, hal ini dapat terlihat dari tujuan dan semangat anggota dalam mengikuti seluruh kegiatan satuan karya pramuka wanabakti, kemudian hendaknya dapat mempertahankan kemandirian yang dimiliki dan dapat terus di tingkatkan serta dapat diimplementasikan ilmu yang telah didapat dalam kehidupan sehari-hari sehingga diharapkan dapat tercapainya tujuan akhir menjadi rimbawan yang mandiri.

Abdul , W, S, (1990), Pengentar analisis kebijakan Negara Jakarta : Rineka Cipta Abdulhak, I. (2000). Metodologi Pembelajaran Orang Dewasa. Bandung.

Alfabeta

Adams, G & Berzonsky, M (2003). Blackwell Handbook of Adolescence.[Terjemahan] USA: Blackwell Publishing

Ali, Lukman, dkk. (1995). Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Kedua. Balai Pustaka, Jakarta.

Ali, Mohammad dan Asrosi. (2009). Psikologi Remaja, Perkembangan Peserta

Didik. Jakarta: Bumi Aksara.

Arikunto, S (2010). Prosudur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik Jakarta: Rineka Cipta

Aspin. (2007). Hubungan Gaya Pengasuhan Orang Tua Authoritarian Dengan

Kemandirian Emosional Remaja (Studi Remaja Madya dalam Perspektif

Psikologi Perkembangan Pada Siswa SMA Negeri I Punggaluku Kabupaten Konawe Selatan Sulawesi Tenggara). [Online]. Tersedia di: http://www.damandiri.or.id/detail.php?id=539. [1 AGUSTUS 2014]. Badudu, JS dan Sutan Mohammad Zain. (1994). Kamus Umum Bahasa Indonesia. Bahara, Nasim. (2008). Kemandirian [oneline]. tersedia di http://www.nasheem.Blogsport.com/2008/04/ kemandirian.html.[1 agustus 20014]

Bogdan dan Biklen, (1982), Qualitative Research For An Introduction The Teory

And Method, London.

Budiman, A, (2008). Teori Pembangunan Dunia Ketiga, Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.

Chaplin, JP. (1997). Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Darajat, Zakiyah. (2000). Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta :Bumi Aksara

Desmita. 2009. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Djamarah, S, B (1997), Startegi Belajar Mengajar, Jakarta: Rineka Cipta, 1997. E.St Harahap, dkk. (2007). Kamus besar bahasa Indonesia. Bandung: Balai Familia. (2006). Membuat Prioritas Melatih Anak Mandiri.Yogyakarta: Kanisius.

Hendriyani (2005) Perbedaan kemandirian remaja dan persepsinya tentang

perkakuan orang tua ditelaah dari satu anak. Bandung : SKRIPSI PPB

FIP UPI ( Tidak diterbitkan)

Jas, Walneg S. (2010.) Wawasan Kemandirian Calon Sarjana.Jakarta: PT Raja Garafindo Persada.

Kartadinata, S. (1988). Profil Kemandirian dan Orientasi Timbangan Sosial Mahasiswa serta Kaitannya dengan Perilaku Empatik dan Orientasi Nilai Rujukan. Bandung: SKRIPSI PPBUPI (Tidak diterbitkan)

Kemendiknas. 2010. Pendidikan Karakter di Sekolah Menengah

Pertama.[oneline] tersedia di

http://goeroendeso.feles.wordpress.com/2011/09/Panduan-pendidikan-karakter-di-smp-pdf.

Kindervatter, S. 1979. Nonformal Education as an Empowering Process.Massachusetts : Centre for International Education University of

Masachusetts.

Knowles, Malcom S. et.al. 2005. The Adult Learner, Sixth Edition. Burlington : Elsevier.

Masrun, dkk. (1986). Studi mengenai Kemandirian pada Penduduk di Tiga Suku

Bangsa (Jawa, Batak, Bugis). Laporan Penelitian. Yogyajarta: PPKLH

Universitas Gajah Mada.

Moleong, L J. (2007) Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset

Moleong, L.J. (2011). Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Mutadin dkk (2002) kemandirian sebagai suatu kebutuhan psikologis remaja. [online] tersedia di teame.e-psikologi.com.http//www.e-psikologi.com 2 agustus 2014

Nawawi, Hadari dan Mimi Martini. (1994). Penelitian Terapan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Nazir , M(2003). Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia. Nuh, M (2014) Menyemai Kreator Peradaban jakarta: zaman

Parker, I. (2005). Qualitative Psychology [Terjemahan] . New York: McGraw-Hill

Sabri, Alisuf. (1999). Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta : CV. Pedoman Ilmu Jaya Steinberg, L. (1993). Adolescence. third edison USA: McGraw Hill

Sudjana, Djuju. (2001) Pendidikan Nonformal, Wawasan, Sejarah Perkembangan, Falsafah, Teori Pendukung, Azaz. Bandung : Falah

Production

Sugiyono (2012). Metode penelitian kombinasi(mixed methode) Bandung : Alfabeta

Sugiyono (2012). Metode penelitian kualitatif R&d. Bandung : Alfabeta Sugiyono (2013). Metode penelitian kualitatif R&d. Bandung : Alfabeta

Sugiyono, (2008). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D Bandung :Alfabeta.

Sukmadinata, N,S(2007) Metode Penelitian Pendidikan Bandung :Rosdakarya Sunardi, Andri B. (2006). Boyman, Ragam Latih Pramuka. Bandung: Nuansa

Muda

Supardan, Dadang (2006). Pengantar Ilmu Sosial: Sebuah Kajian Pendekatan

Struktural. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia

Sutikno (2013). Belajar Dan Pembelajaran. Lombok : Holistica

Swardi Herman (2005). Kehutanan Umum dan Saka Wanabakti Jakarta: sekertariat saka wanabakti tingkat nasional.

Syaiful Sagala. 2011. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung:Alphabeta Taqiyudin. M. (2008).Pendidikan Untuk SemuaDasar Dan Falsafah Pendidikan

Luar Sekolah. Bandung:Mulia Press.

Thorne Kaye (2004). Peran Pelatih Dalam Proses Perubahan Manusia Dan

Organisasi.[Terjemahan] Jakarta PT Bhuana Ilmu Populer.

Undang-undang republik indonesia No. 12 tahun 2010. Tentang gerakan

pramuka, [online] tersedia di

jaenisupratman.wodpress.com/2012/18/undang-undang-nomor-12-tahun-2010-dan-penjelasannya 12 juni 2014

Undang-undang Sitem Pendidikan Nasional(Nomor 2 tahun 2003).

Dokumen terkait