(Studi Deskriftif Pada Satuan Karya Pramuka WanabaktiBagian Kesatuan Pemangku Hutan (BKPH ) Ciparay)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari
Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Jurusan Pendidikan Luar Sekolah
Oleh:
Octaviani Lukman
NIM 1000867
JURUSAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
Anggota Melalui Penerapan Sistem Among
(Studi Deskriftif Pada Satuan Karya Pramuka
Wanabakti Bagian Kesatuan Pemangku
Hutan (BKPH) Ciparay)
Oleh
Octaviani Lukman
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan
© Octaviani Lukman 2014 Universitas Pendidikan Indonesia
Agustus 2014
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
(BKPH) Ciparay)
disetujui dan disahkan oleh pembimbing:
Pembimbing I,
Prof.Dr.H.Achmad Hufad, M.ed NIP. 195501011 198101 1001
Pembimbing II,
Dr. Asep Saepudin M.Pd NIP. 19700930 200801 1 004
Mengetahui,
Ketua Jurusan Pendidikan Luar Sekolah
DAFTAR ISI
Hal
PERNYATAAN ... i
ABSTRAK ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
UCAPAN TERIMAKASIH ... iv
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 9
C. Rumusan Permasalahan ... 9
D. Tujuan Penelitian ... 10
E. Manfaat Penelitian ... 10
F. Struktur Organisasi Skripsi ... 11
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Konsep Pamong ... 12
1. Pengertian Peran ... 12
2. Peran Pembina ... 12
3. Pimpinan Satuan Karya Pramuka ... 13
4. Pamong Stuan Karya ... 14
B. Konsep Pendidikan Luar Sekolah ... 15
1. Pengartian Pendidikan Luar Sekolah ... 15
2. Tujuan Pendidikan Luar Sekolah ... 17
3. Karakteristik Pendidikan Luar Sekolah ... 18
4. Sasaran Pendidikan Luar Sekolah ... 21
6. Perspektif Pendidikan Nonformal dan Pembangunan ... 23
C. Konsep Kemandirian ... 25
1. Pengertian Kemandirian ... 25
2. Komponen Kemandirian ... 30
3. Ciri-ciri Kemandirian ... 30
4. Faktor Yang Mempengaruhi Kemandirian ... 33
5. Tingkatan Kemandirian ... 36
D. Konsep Sistem Among ... 38
1. Pengertian ... 38
2. Tujuan Sistem Among ... 39
3. Prinsip Sistem Among ... 40
E. Satan Karya Pramuka Wanabakti... 41
1. Pengertian ... 41
2. Tujuan Satuan Karya Wanabakti ... 41
3. Kegiatan Satuan Karya Wanabakti ... 42
F. Kode Etik dan Kode Kehormatan gerakan Pramuka Sebagai Wujud Kemandirian ... 43
1. Kode Kehormatan Pramuka dalam Bentuk Janji Satya ... 43
2. Fungsi Dasa Darma Pramuka ... 44
G. Konsep Pembelajaran ... 48
1. Pengertian Pembelajaran ... 48
2. Komponen Pembelajaran ... 50
3. Proses Pembelajran ... 50
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 54
B. Desain Penelitian ... 55
C. Metode dan Pendekatan Penelitian ... 57
D. Definisi Operasional ... 58
E. Instrumen Penelitian ... 60
F. Pengembangan Instrumen Penelitian ... 61
H. Triangulasi Data ... 63
I. Analisis Data ... 63
BAB IV HASIL DAN PEMBEHASAN
A. Prifil Satuan Karya Pramuka ... 67
B. Hasil Penelitian ... 72
C. Pembahasan dan Hasil Temuan ... 106
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ... 117
B. Saran ... 120
DAFTAR PUSTAKA ... 121
ABSTRAK
Fokus penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran peran Pamong Satuan Karya Pramuka Wanabakti dalam membina kemandirian anggota Satuan Karya Pramuka Wanabaktdi Badan Kesatuan Pemangku Hutan (BKPH) Ciparay. Memperoleh gambaran peran Pamong Satuan Karya Pramuka Wanabakti dalam membina kemandirian anggota melalui penerapan sistem among. Landasan teori dari penelitian ini yaitu mengacu pada konsep peran, konsep Pendidikan Luar Sekolah, Konsep kemandirian, dan konsep pembelajaran. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriftif dengan pendekatan kualitatif dan teknik pengumpulan data melalui wawancara, dokumentasi dan angket , subjek penelitian terdiri atas satu orang pamong, satu orang pimpinan satuan karya dan dua orang anggota satuan karya pramuka wanabakti. Berdasarkan pembahasan hasil penelitian diperoleh data yaitu :1) Pamong berperan sesuai dengan tugas seorang pendidik karena pada proses pelaksanaannya pamong berperan untuk membina, mengoorganisisr dan melakukan pengawasan. 2) penerapan sistem among pada proses pembinaan dapat dilihat dari mulai perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan tindak lanjut dengan didasari pada proses pembinaan menggunakan sistem among yang menitik beratkan kepada kebebasan anggota. 3) kemandirian yang ditunjukan oleh anggota menunjukan pada kemandirian yang tinggi dilihat dari berbagai aspek kemandirian yaitu, disiplin, tanggung jawab dan percaya diri. 4) faktor penghambat dan pendukung dalam poses pembinaan terbagi kedalm kelebihan dan kekurangan baik dari internal maupun eksternal satuan karya pramuka wanabakti.
Kata Kunci : Membina, Satuan Karya Pramuka, Kemandirian, Sistem Among
ABSTRACT
The Focus research is to gain an overview of the role of teachers ' Work units of Scouts Wanabakti in fostering Scout Service Brigade independence Agency for the unity at BKPH) Ciparay. Obtain an overview role of teachers ' Work units of Scouts Wanabakti in fostering self-reliance through the application of the system among members. The cornerstone of the theory of this research that refers to the concept of the role of School Education, the concept, the concept of independence, and the concept of learning. The methods used in this research was the qualitative approach with deskriftif methods and techniques of data collection through interviews, documentation and research subject, now consists of one person, one teachers ' leadership of the unit's work and two other units of Scouts wanabakti. Based on the deliberations of the research results obtained data are: 1) the teachers ' Act in accordance with the tasks of an educator because in the process of teachers ' role to foster their implementation, Organizing and conduct surveillance. 2) implementation of the system among the coaching process can be seen from the start of planning, implementation, evaluation and follow-up with the coaching process is based on using a drip system among a series to freedom members. 3) indicated by the independence of the members of the show on the high views of the independence of the various aspects of discipline, Independence, responsibility and confidence. 4) restricting factors in the process of supporting and coaching are divided into the advantages and disadvantages of both the internal and external unit of Scouts wanabakti.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Kemajuan suatu bangsa tidak hanya didukung oleh pemerintah yang baik dan
adil melainkan harus ditunjang pula oleh para generasi penerus yang dapat
diandalkan. Remaja merupakan generasi penerus yang diharapkan dapat
melanjutkan cita-cita bangsa serta membawa bangsa ke arah perkembangan yang
lebih baik, seperti bangsa Indonesia pada periode 2005-2035 dikaruniai usia
populasi produktif yang luar biasa begitu besar dan itu belum pernah dialami
ketika Indonesia merdeka. Melihat kondisi hal tersebut maka hal ini dapat
menjadi keuntungan atau kerugian bagi bangsa Indonesia seperti yang di
kemikakan Muhamad Nuh (2014:17) “jumlah populasi produktif tersebut akan
menjadi bonus demografi (demographic dividend) atau nikmat; tapi apabila tidak
berkualitas justru akan menjadi laknat atau bencana demografi (demographic
disaster).
Perkembangan kemandirian merupakan masalah penting sepanjang rentang
kehidupan manusia. Perkembangan kemandirian sangat dipengaruhi oleh
perubahan-perubahan fisik, yang pada gilirannya dapat memicu terjadinya
perubahan emosional, kognitif yang memberikan pemikiran logis tentang cara
berpikir yang mendasari tingkah laku dalam pengambilan keputusan serta nilai
dalam peran sosial melalui pengasuhan orang tua dan aktivitas individu
kemandirian menuntut suatu kesiapan individu, baik kesiapan fisik maupun
emosional untuk mengatur, mengurus dan melakukan aktivitas atas tanggung
jawabnya sendiri tanpa banyak menggantungkan diri pada orang lain. Mu’tadin (2002: 1) mengemukakan, “selama masa remaja, tuntutan terhadap kemandirian sangat besar dan jika tidak direspon secara tepat bisa saja menimbulkan dampak
mendatang.” Banyak remaja yang mengalami frustasi dan kemarahan kepada orang tua karena tidak mendapatkan kemandirian. Memperoleh kebebasan
(mandiri) merupakan suatu tugas bagi remaja. Dengan kemandirian tersebut
berarti remaja harus belajar dan berlatih dalam membuat rencana, memilih
alternatif, membuat keputusan, menyelesaikan masalah, bertindak sesuai dengan
keputusannya sendiri serta bertanggung jawab atas segala sesuatu yang
dilakukannya. Dengan demikian remaja akan berangsur-angsur melepaskan diri
dari ketergantungan pada orang tua atau orang dewasa lainnya dalam banyak hal.
Menurut Ali & Asrori (2009: 108-109) pengembangan kemandirian menjadi
sangat penting karena dewasa ini semakin terlihat gejala- gejala negatif. „Pertama ketergantungan disiplin kepada kontrol dari luar dan bukan karena niat sendiri
yang ikhlas. Perilaku seperti ini akan mengarah kepada perilaku formalistik dan
ritualistik serta tidak konsisten. Situasi seperti ini akan menghambat pembentukan
etos kerja dan etos kehidupan yang mapan sebagai salah satu ciri dari kualitas
sumber daya kemandirian manusia. Kedua, sikap tidak peduli terhadap
lingkungan hidup. Manusia mandiri bukanlah manusia yang lepas dari
lingkungannya, melainkan manusia yang bertransenden terhadap
lingkungannya. Ketidakpedulian terhadap lingkungan hidup merupakan gejala
perilaku impulsif yang menunjukkan bahwa kemandirian masyarakat masih
rendah. Ketiga, sikap hidup konformistik tanpa pemahaman dan kompromistik
dengan mengorbankan prinsip.
Gejala mitos bahwa segala sesuatunya bisa diatur yang tumbuh dan
berkembang dalam masyarakat merupakan petunjuk adanya ketidak jujuran
berpikir dan bertindak serta kemandirian yang masih rendah. Gejala-gejala
tersebut merupakan sebagian kendala utama dalam mempersiapkan
individu-individu yang mampu mengurangi kehidupan di masa mendatang yang semakin
kompleks dan penuh tantangan. Oleh sebab itu, perkembangan kemandirian
secara serius, sistematis, dan terprogram “perkembangan kemandirian telah
digambarkan sebagai salah satu yang tugas perkembangan yang paling signifikan
dari remaja.”
Menurut Yusuf, (2008: 14) , masa remaja ditandai dengan (1)
berkembangnya sikap dependen kepada orang tua ke arah independen, (2) minat
seksualitas, dan (3) kecenderungan untuk merenung atau memperhatikan diri
sendiri, nilai-nilai etika, dan isu-isu moral.‟
Adams et al (2003: 177) mengemukakan “mencapai kemandirian adalah salah satu isu normatif kunci perkembangan psikososial remaja, dan semua
perspektif pada pengembangan kemandirian menekankan hasil bermasalah yang
mungkin mengikuti dari kurangnya dukungan yang tepat untuk kemandirian.”
Selama pengembangan kemandirian remaja biasanya cepat karena perubahan fisik
dan kognitif yang cepat, memperluas hubungan sosial, dan hak-hak serta
tanggung jawab. Kemandirian pribadi dan pengambilan keputusan meningkat,
dan identitas diri bertahap secara konsolidasi, mempengaruhi, perilaku, dan
kognisi. Kegagalandalam tugas-tugas ini dapat menimbulkan berbagai masalah
perilaku secara luas dan dapat menimbulkan kesulitan lainnya.
Yusuf, (2008: 198) mengemukakan “pada masa remaja berkembang sikap conformity, yaitu kecenderungan untuk menyerah dan mengikuti opini, pendapat,
nilai, kebiasaan, kegemaran (hobby) atau keinginan orang lain (teman sebaya).” Konformitas memberikan dampak yang negatif dan positif bagi remaja. Dampak
negatif tersebut dapat mempengaruhi kemandirian remaja. Tidak sedikit remaja
yang berperilaku konformitas terhadap teman-temannya, hal ini menandakan
bahwa remaja tidak mandiri dalam perilakunya yaitu remaja tidak menunjukan
bahwa dirinya memiliki kekuatan terhadap pengaruh pihak lain yang ditandai oleh
(a) tidak mudah terpengaruh dalam situasi yang menuntut konformitas, (b) tidak
mudah terpengaruh tekanan teman sebaya dan orang tua dalam mengambil
Steinberg (1993: 296) mengungkapkan indikator remaja yang memiliki
kemandirian perilaku kemandirian perilaku pada masa remaja ditandai dengan (1)
memiliki kemampuan mengambil keputusan yang ditandai oleh (a) menyadari
adanya resiko dari tingkah lakunya, (b) memilih alternatif pemecahan masalah
didasarkan atas pertimbangan sendiri dan orang lain dan (c) bertanggung jawab
atas konsekuensi dari keputusan yang diambilnya, (2) memiliki kekuatan terhadap
pengaruh pihak lain yang ditandai oleh (a) tidak mudah terpengaruh dalam situasi
yang menuntut konformitas, (b) tidak mudah terpengaruh tekanan teman sebaya
dan orang tua dalam mengambil keputusan dan (c) memasuki kelompok sosial
tanpa tekanan dan (3) memiliki rasa percaya diri yang ditandai oleh (a) merasa
mampu memenuhi kebutuhan sehari-hari di rumah dan sekolah, (b) merasa
mampu memenuhi tanggung jawab di rumah dan sekolah, (c) merasa mampu
mengatasi sendiri masalahnya, dan (d) berani mengemukakan ide.
Melihat penting nya meningkatkan kemandirian remaja maka hal tersebut
perlu ditingkatkan, dalam menunjang peninkatan tersebut banyak sekali
kegiatan-kegiatan pendidikan baik pendiikan formal maupun pendidikan nonformal yang
digalakan digalakan guna menciptakan masyarakat yang berkualitas sehingga
mampu menjadi masyarakat yang mandiri dari segala bidang hal ini tertuang
dalam tertuang dalam Undang-Undang No.20 Tahun 2003 pasal 3 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional yang menyebutkan bahwa:
yang diambilnya, serta akhirnya mampu mewujudkan diri sendiri secara optimal.
Pendidikan disusun sebagai salah satu upaya yang dapat mengarahkan
kepribadian manusia sesuai dengan harkat dan martabatnya agar kelak dapat
menjadi manusia yang insan kamil, dalam rangka mencapai tujuan akhir
kehidupannya, (Taqiyudin,2008:55) pendidikan yang berkaitan dengan hal
tersebut dan dikaitkan pendidikan luar sekolah dengan merujuk pada peraturan
pemerintah No. 73 Tahun 1991tentang pendidikan luar sekolah yang dikemukakan
bahwa:
Pendidikan Luar sekolah adalah pendidikan yang diselenggarakan di luar
sekolah baik dilembagakan atapun tidak (pasal 1 ayat (1) yang bertujuan untuk (1)
melayani warga belajar supaya dapat tumbuh dan berkembang sedini mungkin dan
sepanjang hayatnya guna meningkatkan martabat dan mutu kehidupannya, (2)
membina warga belajar agar memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap
mental, yang diperlukan untuk mengembangkan diri, bekerja, mencari nafkah atau
melanjutkan ketingkat dan/atau jenjang yang lebih tinggi dan (3) memenuhi
kebutuhan belajar masyarakat yang tidak dapat dipenuhi jalur pendidikan sekolah
(pasal2).
Gerakan Pramuka hadir sebagai wadah organisasi guna meningkatkan
kemampuan anggotanya baik kemampuan dari hard skil maupun soft skill peserta
didiknya hal ini telah diamanatkan oleh UU No.12 tahun 2010 tentang Gerakan
Pramuka dan revitalisasi Gerakan Pramuka yang telah dicanangkan oleh Presiden
Republik Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono pada tahun 2006 (dalam blog
Dewan Kerja Nasional) serta sesuai dengan tema Hari Pramuka ke-51 yakni
Tingkatkan Kemandirian Gerakan Pramuka untuk Keberhasilan Karakter Kaum
Muda, maka kiranya seluruh komponen mulai memikirkan dan berupaya untuk
membentuk unit usaha yang dimaksud. Dalam kurun waktu tujuh tahun terakhir,
pokoknya yaitu 1) Memperkuat dasar hukum Gerakan Pramuka sebagai organisasi
pendidikan nonformal di tanah air; 2) pembaharuan sistem pendidikan
kepramukaan; 3) kemandirian organisasi telah berhasil merubah cara pandang
masyarakat terhadap Gerakan Pramuka. Selaku penyelenggaraan pendidikan
kepramukaan, Gerakan Pramuka memang mempunyai peranan besar dalam
pembentukan kepribadian generasi muda.Peranan itulah yang saat ini telah
menjadi dambaan utama masyarakat Indonesia.
Undang-undang tersebut dijelaskan bahwa Pendidikan Kepramukaan adalah
proses pembentukan kepribadian, kecakapan hidup, dan akhlak mulia pramuka
melalui penghayatan dan pengamalan nilai-nilai kepramukaan. Gerakan pramuka
bertujuan untuk membentuk setiap anggota pramuka supaya memiliki kepribadian
yang beriman, bertakwa, berakhlak mulia, berjiwa patriotik, taat hukum, disiplin,
menjunjung tinggi nilai-nilai luhur bangsa, dan memiliki kecakapan hidup sebagai
kader bangsa dalam menjaga dan membangun Negara Kesatuan Republik
Indonesia, mengamalkan Pancasila, serta melestarikan lingkungan hidup sehingga
anggota pramuka dapat memiliki kemandirian didalam hidupnya.
Proses pembelajaran didalam gerakan pramuka dalam meningkatkan
kemampuan anggota pramuka dilakukan berbagai metode kepramukaan antara lain
dengan metode sistem among dimana metode tersebut guna meningkatkan
kegiatan pendidikan kepramukaan dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan
spiritual dan intelektual, keterampilan, dan ketahanan diri yang dilaksanakan
melalui metode belajar interaktif dan progresif , dalam meningkatkan minat dan
bakat peserta didikanya kegiatan dalam gerakan pramuka tidak hanya berkemah,
baris-berbaris, seperti yang kita ketahui pada umumya, gerakan pramuka juga
mewadahi peserta didiknya kedalam kegiatan satuan karya pramuka (SAKA) hal
in berguna untuk meningkatkan kemampuan peserta didik dalam bidang yang di
Satuan Karya Pramuka (Saka) adalah wadah pendidikan guna menyalurkan
minat, mengembangkan bakat dan pengalaman parapramuka dalam berbagai
bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Satuan Karya diperuntukkan bagi
para Pramuka Penegak dan Pramuka Pandegaatau para pemuda usia antara 16-25
tahun dengan syarat khusus.
Pendidikan kepramukaan dalam Sistem Pendidikan Nasional termasuk dalam
jalur pendidikan nonformal yang diperkaya dengan pendidikan nilai-nilai gerakan
pramuka dalam pembentukan kepribadian yang berakhlak mulia, berjiwa patriotik,
taat hukum, disiplin, menjunjung tinggi nilai-nilai luhur bangsa, dan memiliki
kecakapan hidup.
Gerakan Pramuka, merupakan salah satu kegiatan organisasi yang memiliki
visi, misi, arah, tujan dan strategi yang jelas. Jenis kegiatan pengembangan pada
setiap dalam prinsip dasar kepramukaan dan metode kepramukaan satuan mulai
dari pendidikan dasar sampai pendidikan tinggi jelas tertuang. Gerakan Pramuka
mendidik kaum muda Indonesia dengan prinsip dasar kepramukaan dan metode
kepramukaan yang pelaksanaannya diserasikan dengan keadaan, kepentingan dan
perkembangan bangsa dan masyarakat Indonesia agar menjadi manusia Indonesia
yang lebih baik, dan anggota masyarakat Indonesia yang berguna bagi
pembangunan bangsa dan negara, Kegiatan pendidikan kepramukaan dilaksanakan
dengan menggunakan sistem among. Sistem among merupakan proses pendidikan
kepramukaan yang membentuk peserta didik agar berjiwa merdeka, disiplin, dan
mandiri dalam hubungan timbal balik antarmanusia. Sistem among dilaksanakan
dengan menerapkan prinsip kepemimpinan : di depan menjadi teladan, di tengah
membangun kemauan; dan di belakang mendorong dan memberikan motivasi.
Secara umum Gerakan Pramuka dan Satuan Karya Wanabakti bertujuan
mempersembahkan kepada bangsa dan negara Indonesia kader bangsa sebagai
kader pembangunan yang bermoral Pancasila. Untuk itu proses pendidikan
guna mencapai tujuan tersebut, difokuskan pada ketahanan mental, moral, fisik,
emosional, intelektual, iptek dan sosial peserta didik baik sebagai individu maupun
anggota masyarakat. Ketangguhan iptek/Teknologi dalam Gerakan Pramuka
dibina dan dikembangkan dalam satuan khusus yaitu Satuan karya Pramuka
(SAKA).
Satuan karya, di lingkungan World Scouting disebut Scout Service Brigade,
merupakan wadah pendidikan guna menyalurkan minat, mengembangkan bakat
dan meningkatkan pengetahuan, kemampuan, ketrampilan dan pengalaman
Pramuka Penegak dan Pramuka Pandega dalam berbagai bidang
kejuruan/tehnologi. Saka, memotivasi mereka untuk melaksanakan kegiatan karya
nyata dan produktif sehingga dapat memberi bekal bagi kehidupan dan
pengabdiannya kepada masyarakat, bangsa dan negara, sesuai dengan aspirasi
pemuda Indonesia dan tuntutan perkembangan pembangunan dalam rangka
peningkatan ketahanan nasional, dalam menujudkan hal tersebut maka tidak luput
dari peran serta tugas seorang pamong yang mengatur kegiatan sedemikan rupa
sehingga tujuan dari satuan karya pramuka itu sendiri dapat terlaksana dan
terwujud. Pamong merupakan figur yang sangat penting dalam satuan karya
pramuka karena pamong bertugas dalam merancang dan management program
pengembangan dan pembinaan satuan karya pramuka, mendaji pendorong,
motivator, pendamping dan pembangit semangat untuk anggotanya.
Satuan Karya Pramuka Wanabakti BKPH Ciparay adalah satuan karya
wanabakti satusatunya yang aktif di kawasan bandung selatan, hal ini terbukti dari
kegiatan yang sering dilaksanakan baik di dalam maupun kegiatan partisipsasi
diluar, keutuhan dan keaktifan organisasi tersebut tentunya tak lupun dari peran
seorang pengelola yaitu yang disebut sebagai pamong, dalam mengelola satuan
karyanya pamong SAKA di BKPH Ciparay secara konsisten mempertahankan
prinsip dan metode yang tertuang dalam anggaran rumah tangga pramuka yaitu
membebaskan peserta didiknya untuk mengembangkan potensi sesuai minatnya,
dan pamong bertugas untuk memfasilitasi dan melakukan pengawasan supaya
tidak terjadi sesuatu yang menyimpang. Maka dari latar belakang diatas lah
peneliti tertarik untuk meneliti “PERAN PAMONG SATUAN KARYA
WANABAKTI DALAM MEMBINA KEMANDIRIAN ANGGOTA MELALUI
PENERAPAN SISTEM AMONG”.
B. Identifikasi Masalah Penelitian
1. Anggota satuan karya wanabakti BKPH ciparay terlihat mandiri hal ini
dapat terlihat dari program kerja yang dilakukan oleh satuan karya wana
bakti, berupa persemaian, kegiatan latihan rutin dan kegiatan bakti sosial.
2. Anggota pramuka sakawanabakti mempunyai kreatifitas yang cukup baik
karena dapat menggunakan media alam sebagai sarana latihannya.
3. Prestasi satuan karyawanabakti cukup baik hal ini telihat dari berbagai
prestasi yang pernah diraih.
4. Keteladan yang ditunjukan oleh pamong sakapramuka satuan karya wana
bakti dalam melatih n anggota pramuka satuan karya wana bakti.
5. Pamong menggunakan sistem among dalam membina proses kegiaatan
latihan anggota pramuka saka wana bakti .
6. Metode latihan beregu sebagai salah satu metode yang digunakan dalam
latihan anggota pramuka saka wana bakti.
C. Rumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan identifikasi permasalahan diatas maka dapat
dirumuskanpermasalahannya sebagai berikut: Bagaimana peran pamong saka
among? Berdasarkan rumusan masalah tersebut maka dapat diperolrh
pertanyaan penelitian sebagai berikut :
1. Bagaimana Peran Pamong Satuan Karya Pramuka Wana Bakti dalam
membina anggota Wanabakti di Badan Kesatuan Pemangku Hutan
(BKPH) Ciparay?
2. Bagaimana penerapan sistem among oleh pamong Satuan Karya Pramuka
Wanabakti di Badan Kesatuan Pemangku Hutan (BKPH) Ciparay?
3. Bagaimana Kemandirian anggota Satuan Karya Pramuka Wana Bakti di
Badan Kesatuan Pemangku Hutan (BKPH) Ciparay?
4. Apa yang menjadi faktor pendukung dan penghambat dalam membina
kemandirian anggota melalui penerapan sistem among ?
D. Tujuan Penelitian
Penelitian ini secara umum bertujuan untuk memperoleh gambaran
mengenai peran pamong satuan karya pramuka dalam meningkatkan
kemandirian anggota satuan karya pramuka melalui penerapan sistem among.
Dan secara khusus tujunan penilitian ini adalah untuk:
1. Mendeskripsikan peran Pamong Satuan Karya Pramuka Wana Bakti dalam
membina Kemandirian anggota Satuan Karya Pramuka Wana Bakti di
Badan Kesatuan Pemangku Hutan (BKPH) Ciparay.
2. Mendeskripsikan penerapan sistem among oleh pamong Satuan Karya
Pramuka Wana Bakti di Badan Kesatuan Pemangku Hutan (BKPH)
Ciparay.
3. Mendeskripsikan kemandirian anggota pramuka satuan karya wana bakti di
Badan Kesatuan Pemangku Hutan (BKPH) Ciparay.
4. Mengetahui faktor pendukung dan penghambat dalam membina
kemandirian anggota melalui penerapan sistem among.
E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan yang sangat
berharga pada perkembangan ilmu pendidikan luar sekolah, terutama pada
organisasi satuan karya pramuka wanabakti dalam mengembangkan
kemandirian peserta didiknya.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Lembaga
Bagi pihak Lembaga hasil karya skripsi ini dapat dijadikan sebagai
bentuk masukan dan motivasi dalam rangka membina kemandirian
anggota dalam kegiatan latihan satuan karya pramuka wanabakti
b. Bagi Peserta didik
Meningkatkan kemandirian anggota pramuka satuan karya wanabakti
dalam menemukan pengetahuan dan mengembangkan wawasan,
meningkatkan kemampuan menganalisis suatu masalah maupun
keterampilannya.
c. Bagi Pamong atau Calon Peneliti
Sebagai sumber informasi dan referensi dalam pengembangan satuan
karya Pramuka Wanabakti.
d. Bagi Peneliti
Sebagai sarana belajar untuk mengintegrasikan pengetahuan dan
keterampilan dengan terjun langsung sehingga dapat melihat, merasakan,
dan menghayati seluruh kegiatan yang bermanfaat untuk meningkatkan
kemampuan .
F. Struktur Organisasi Skripsi
Skripsi ini disususn kedalam lima bab yang berisi mengenai:
BAB I : Pada BAB I mengeraikan pembahasan mengenai pendahuluan
penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, struktur organisasi
penelitian dan definisi operasional
BAB II : Pada BAB II menguraikan pembahasan mengenai kajian
pustaka, kerangka berfikir dan hipotesis penelitian.
BAB 9III: Pada BAB III menguraikan pembahasan mengenai
metodologi penelitian yang terdiri dari metode penelitian, lokasi dan sampel
penelitian, instrumen penelitian teknik pengumpulan data, pengolahan data,
dan analisa data.
BAB IV : Menguraikan Pembahasan mengenai Pengolahan data dan
pembahasan hasil temuan penelitian
BAB V : Pada BAB V menguraikan tentang kesimpulan dan
METODE PENELITIAN
Metode sebagaimana dalam kamus besar bahasa Indonesia adalah cara
yang teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai maksud. Sementara itu,
metode dalam penelitian ini adalah metode kualitatif (qualitative research).
Metode penelitian kualitatif sebagaimana yang diungkapkan Bogdan dan Taylor
L.J. Maleong, (2011:4) sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data
deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang
dapat diamati. Selain itu, metode penelitian kualitatif menurut Syaodih Nana
Sukmadinata , (2007:60) adalah cara untuk mendeskripsikan dan menganalisis
fenomena, peristiwa, aktivitas sosial, sikap kepercayaan, persepsi, pemikiran
orang secara individual maupun kelompok.
Penelitian ini, diajukan untuk menganalisis dan mengungkapkan mengenai
pran seseorang dalam melakukan pembinaan, dalam aktifitas kehidupan sosial
terutama peserta didik. Dalam mengumpulkan, mengungkapkan berbagai masalah
dan tujuan yang hendak dicapai maka, penelitian ini dilakukan dengan pendekatan
studi deskriptif analitis. Menurut Sugiyono (2008:15) bahwa penelitian kualitatif
deskriptif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat
postpositivisme yang biasanya digunakan untuk meneliti pada kondisi objektif
yang alamiah dimana peneliti berperan sebagai instrumen kunci.
Sementara itu Hadari Nawawi dan Mimi Martini (1994:73) mendefinisikan
metode deskriptif sebagai metode yang melukiskan suatu keadaan objektif atau
peristiwa tertentu berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana
mestinya yang kemudian diiringi dengan upaya pengambilan kesimpulan umum
berdasarkan fakta-fakta historis tersebut. Selain itu, studi deskriptif analitis
menurut Winarno dalam Dadang Supardan, (2000:103) adalah suatu penelitian
yang tertuju pada penelaan masalah yang ada pada masa sekarang.
Metode kualitatif dengan pendekatan studi deskriptif analitik yang dipakai
mengandung makna. Metode kualitatif secara signifikan dapat mempengaruhi
substansai penelitian. Artinya bahwa metode kualitatif menyajikan secara
langsung hakikat hubungan antar peneliti dan informan, objek dan subjek
penelitian. Penelitian kualitatif memiliki ciri-ciri atau karakteristik yang
hendaknya menjadi pedoman oleh peneliti, sebagaimana yang dikonstantir oleh
Bogdan dan Biklen (1982:27-29) bahwa karakteristik penelitian kualitatif
diantaranya:
1. Peneliti sendiri sebagai instrument utama untuk mendatangi secara
langsung sumber data
2. Mengimplementasikan data yang dikumpulkan dalam penelitian ini lebih
cenderung kata-kata dari pada angka
3. Menjelaskan bahwa hasil penelitian lebih menekankan kepada proses tidak
semata-mata kepada hasil
4. Melalui analisis induktif, peneliti mengungkapkan makna dari keadaan
yang terjadi
5. Mengungkapkan makna sebagai hal yang esensial dari pendekatan
kualitatif.
Berangkat dari karakteristik sebuah penelitian kualitatif yang telah
dibentangkan di atas, maka dapat dikemukakan bahwa dalam penelitian ini,
peneliti langsung berlaku sebagai alat peneliti utama (key instrument) yang
mana melakukan proses penelitian secara langsung dan aktif mewawancarai,
mengumpulkan berbagai materi atau bahan yang berkaitan dengan kemandirian
anggota dan peran pamonf serta metode kepramukaan yaitu sistem among
untuk dijadikan sebagai sumber belajar. Demi menemukan hasil penelitian ini,
maka peneliti menempuh beberapa langkah yaitu pengumpulan data,
pengolahan data atau analisis data, penyusunan laporan serta penarikan
kesimpulan. Proses ini dilakukan guna mendapatkan hasil penelitian secara
objektif. Proses pengumpulan data dalam penelitian ini dilaksanakan dengan
Penelitian ini dilaksanakan di Satuan Karya Pramuka Wanabakti (SWB)
yang bertempat di Kantor Asper BKPH Coparay JL. Raya Laswi No 454 ds.
Jongor Kec. Ciparay Kabupaten bandung dibawah naungan kwartir ranting
Ciparay dan Bagian Kesatuan Hutan Ciparay .
Subjek Penelitian ini ditentukan secara purposive,’’artinya subjek
penelitian sebagai sumber data dipilih dengan pertimbangan tertentu.”
(Sugiyono, 2012:52). Subjek dalam penelitian ini adalah seluruh komponen
dari satuan karya wanabakti . subjek penelitian merupakan komponen utama
yang memiliki kedudukan dalam suatu penelitian, karena didalam subjek
penelitian ini twerdapat variabel-variabel yang menjadi kajian untuk diteliti
karena penulis bermagsud meneliti lebih jauh mengenai peran pamong satuan
karya wanabakti dalam membina kemandirian anggota melalui penerapan
sistem among. Menurut Moleong (2007:224) bahwa:
dalam penelitian kualitatif tidak menggunakan populasi, karena penelitian kualitatif berangkat dari kasus tertentu yang ada pada situasi sosial tetentu dan hasil kajiannya tidak akan diberlakukan kepopulasi, tetapi ditransferkan ketempat lain pada situasi sosial yang memiliki kasamaan dengan situasi sosial yang memiliki kesamaan dengan situasi sosial pada kasus yang dipelajari.
Dalam penelitian kualitatif peneliti sebagai human intument harus
berinteraksi dengan sumber data dengan demikian peneliti kualitatif harus
mengenal betul orang yang mmberiakn informasi data.maka dari itu pemilah
narasumber maupun orang yang akan dijadikan sumber data dalam penelitian
ini sudah dipertimbangkan dengan alasan sumber datamemiliki data yang
diperlukan dalam penelitian ini.
Berdasarkan data diatas pertimbangan dan atas informasi dari pengurus
serta pamong satuan karya wanabakti, maka yang menjadi subjek dalam
melakukan penelitian ini antara lain adalah, pamong satuan karya wanabakti,
Pimpinan saka dan anggota satuan karya wanabakti. Pamong satuan karya
wanabakti merupakan anggota dewasa gerakan pramuka, yang bertanggung
Pandega Putri Putra (MUSPPANITERA) yang membatu untuk
mempersiapkan kelangkapan saka dengan tugas smerencanakan dan
merumuskan pelaksanaan kebijakan pembinaan dan pengembangan Saka
Pramuka Penegak dan Pandega secara konsepsional, merencanakan dan
melaksanakan program kerja operasional Dewan Kerja, merencanakan dan
melaksanakan program kerja pendidikan dan latihan atau kegiatan dalam
rangka pembinaaan dan pengembangan kualitas pramuka Penegak dan
Pandega. dan melaksanakan program kegiatan penelitian dan evaluasi dalam
rangka mendukung pembinaan dan pengembangan kuantitas dan kualitas
Satuan Karya.
Pimpinan adalah unsur kwartir Gerakan Pramuka andalan, staf kwartir
dan anggota dewan kerja pramuka penegak dan pandega unsur instansi
pemerintah dan unsur lainnya, yang ada kaitannya dengan upaya pembinaan
dan pengembangan saka, dengan jumlah anggota yang disesuaikan dengan
kebutuhan.
B. Desain Penelitian
Desaian Penelitian merupakan rancangandalam melakukan penelitian
mulai dari perencanaan, pelaksanaan sampai dengan pelaporan penelitian.
Adapun tahapan-tahapan yang harus dilakukan oleh peneliti dalam menjawab
pertanyaan penelitian, yaitu ada empat tahapan yang harus dilakukan oleh
peneliti, sesuai yang dikemukakan oleh Moleong (2007:127):
1. Tahap Pra Lapangan
Pada tahapan aktivitas yang dilakukan oleh peneliti adalah dengan
melakukan observasi secara langsung kelokasi penelitian yang berlokasi Jl.
Raya Laswi No. 499 Ciparay di Bagian Kesatuan Pemangku Hutan, hal
tersebut dilaksanakan supaya peneliti memperoleh gambaran mengenai pokok
permasalahan yang ada dilembaga tersebut. Selanjutnya peneliti melakukan
perizinan kepada pihak-pihak terkait mulai dari perizinan, dimana peneliti
menjelasakan magsud dan tujuan dilakukan penelitian ini. Setelah tahap
yang akan diambil dan apakah berkaitan dengan disiplin ilmu yang peneliti kaji
atau tidak.
2. Tahap Pekerjaan Lapangan
pada aktivitas ini peneliti mulai memfokuskan informasi yang didapat dari
hasil observasi pertama dengan melakukan wawancara secara langsungdengan
pamong satuan karya wanabakti hal dilakukan untuk memfokuskan suatu
permasalahan, kemudian disusul dengan pemilihan narasumber dan metode
yang akan digunakan dalam penelitian ini. Apa saja yang akan dilakukan oleh
peneliti dan siapa yang akan menjadi subjekdari penelitian yang dilaksanakan,
selain hal itu pada tahapan ini peneliti melakukan penyususna instrumen
penelitian, dan dilakukanlah pengumpulan daya dilapangan, dan terakhir
membuat kesimpulan hasil data yang diperoleh dari hasil perolehan data
dilapangan.
3. Analisis Data
Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum
memasuki lapangan, selama dulapangan, dan setelah selesai dilapangan ,
dalam hal ini Nasution dalam Sugiyono (2013:336) menyatakan “analisis telah
mulai sejak merumuskan dan menjelaskan masalah, sebelum terjun
kelapangan, dan berlangsung terus sampai penulisan hasil penelitian”. Maka
dari hal itu karakteristik analisis data dalam penelitian ini berlangsung sara
induktif dan dilakukan secara terus menerus. Dalam kegiatan analisis data ini
dilakukan dengan memulai mengumpulkan data dan informasi yang dari hasil
wawancara, observasi, pengamatan,dokumen resmi. Kemudian data yang
terkumpul diolah sesuai dengan kaidah relevansi pengolaha data dalam
penelitian kualitatif.
4. Tahap Penulisan Laporan
Tahap penulisan laporan peneliti menyajikan secara menyeluruh tahapan
penelitian. Pada tahap ini peneliti memperoleh dan mengumpulkan data
selama penelitian berlangsung. Tahap penulisan laporan merupakan tahapan
berlaku di Universitas Pendidikan Indonesia.
C. Metode dan Pendekatan Penelitian
Penelitan tidak terlepas dari merode yang digunakan karena metode
penelitian sangat berperan penting dalam proses penelitian karena metode dan
pendekatan penelitian dapat memandu peneliti dalam melakukan penelitiannya.
Menurut Sugiyino (2013:1) metode penelitian adalah :
Cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid dengan tujuandapat ditemukan, dikembangkan, dan dibuktikan, suatu pengetahuan tertentu sehingga pada gilirannya dapat digunakan untuk memahami, memecahkan dan mengantisipasi masalah dalam bidang pendidikan.
Penelitian ini dimagsudkan untuk memperoleh data yang empiris terhadap
peran pamong satuan karya wanabakti dalam membina kemadirian anggota
melalui penerapan sistem among.
Metode penelintian yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif, menurut Moleong (2007:6) menjelaskan penelitian kualitatif adalah :
Penelitian yang bermagsud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian, Misalanya Prilaku, persepsi, motivasi,tindakan,dll. Secara holistik dan dengan cara deskriptif dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan denagn memanfaatkan berbagai metode alamiah.
Sedangkan menurut Sugiyono (2013:1) menyebutkan penelitian kualitatif adalah:
Metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyektif yang alamiah (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagian instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi(gabungan). Analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi.
Untuk dapat mendeskripsikan hasil penelitian mengenai “Peran pamong
satuan karya wanabakti dalam membina kemadirian anggota melaui penerapan
sistem among” metode yang digunakakan adalah metode deskriftif dengan
kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa
sekarang”.tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat
deskriptif gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat
mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang
diselidiki.
D. Definisi Operasional
1. Peran
Peran berarti laku, bertindak. Didalam kamus besar bahasa Indon peran
ialah perangkat tingkah laku yang diharapkan dimiliki oleh orang yang
berkedudukan di masyarakat (E.St. Harahap, dkk, 2007: 854) Sedangkan
makna peran yang dijelaskan dalam Status, Kedudukan dan Peran dalam
masyarakat, dapat dijelaskan melalui beberapa cara, yaitu pertama penjelasan
histories. Menurut penjelasan histories, konsep peran semula dipinjam dari
kalangan yang memiliki hubungan erat dengan drama atau teater yang hidup
subur pada zaman yunani kuno atau romawi. Dalam hal ini, peran berarti
karakter yang disandang atau dibawakan oleh seorang actor dalam sebuah
pentas dengan lakon tertentu. Kedua, pengertian peran menurut ilmu sosial.
Peran dalam ilmu sosial berarti suatu fungsi yang dibawakan seseorang ketika
menduduki jabatan tertentu, seseorang dapat memainkan fungsinya karena
posisi yang didudukinya tersebut.
2. Pamong SAKA
Pamong Saka adalah anggota dewasa Gerakan Pramuka, yang
bertanggung jawab atas pembinaan dan pengembangan Saka.
3. Satuan Karya (SAKA)
Satuan Karya adalah wadah pendidikan kepramukaan guna
menyalurkan minat, mengembangkan bakat, dan meningkatkan pengetahuan,
kemampuan, keterampilan dan pengalaman para Pramuka dalam berbagai
bidang kejuruan, serta meningkatkan motivasinya untuk melaksanaan kegiatan
nyata dan produktif sehingga dapat memberi bekal bagi kehidupan dan
pembangunan, dalam rangka peningkatan ketahanan nasional.
4. Membina
Membina adalah sebagai proses pendidikan berisi kegiatan
memperkenalkan, menumbuhkan, membimbing dan mengembangkan :
a. Dasar kepribadian yang seimbang, utuh dan selaras.
b. Pengetahuan dan ketrampilan yang sesuai bakat.
c. Keinginan serta kemampuan yang merupakan bekal dalam hidup dan
kehidupannya.
5. Kemandirian
Menurut Masrun (1986:8) kemandirian adalah suatu sikap yang
memungkinkan seseorang untuk bertindak bebas, melakukan sesuatu atas
dorongan sendiri dan untuk kebutuhannya sendiri tanpa bantuan dari orang
lain, maupun berpikir dan bertindak original/kreatif, dan penuh inisiatif,
mampu mempengaruhi lingkungan, mempunyai rasa percaya diri dan
memperoleh kepuasan dari usahanya.
6. Penerapan
Menurut J.S Badudu dan Sutan Mohammad Zain, penerapan adalah hal,
cara atau hasil (Badudu & Zain, 1996:148). Adapun menurut Lukman Ali,
penerapan adalah mempraktekkan, memasangkan (Lukman Ali, 1995:104).
Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa penerapan
merupakan sebuah tindakan yang dilakukan baik secara individu maupun
kelompok dengan maksud untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan.
Adapun unsur-unsur penerapan meliputi :
a. Adanya program yang dilaksanakan
b. Adanya kelompok target, yaitu masyarakat yang menjadi sasaran
dan diharapkan akan menerima manfaat dari program tersebut.
c. Adanya pelaksanaan, baik organisasi atau perorangan yang
1990:45).
7. Sistem Among
Sistem among menurut kihajar dewantara dalam Andri bob Sunardi (2006)
adalah cara pelaksanaan pendidikan di dalam gerakan pramuka. sistem among
adalah hasil pemikiran ki hajar dewantara. kata among berarti mengasuh,
memelihara atau menjaga. dan orang yang melakukannya disebut pamong.
sistem among tampak jelas pada kalimat yang ada di box samping yang
mempunyai arti: "didepan memberi teladan, ditengah ikut
membangun/melaksanakan, dan dibelakang memberi dorongan/bantuan ke
arah kemandirian.
E. Istrumen Penelitian
Penyusunan instrumen ini dilaksanakan untuk mengumpulkan data yang
dibutuhkan oleh peneliti dengan tahapan dari proses pengambilan data di
tempat penelitia, instrumen yang dipilih supaya sesuai dengan pencarian
informan.
Dalam penelitina Kualitatif Sugiyono (2012:306) mengemukakan bahwa :
Penelitian kualitatif sebagai human istrument berfungsi menetapkan focus penelitian, memilih informan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data,analisis data, menafsirkan data, dan membuat kesimpulan atas temuannya.
Berdasarkan hal tersebut, jadi yang menjadi instrumen dalam
mengarahkan dan menjaring data yang dibutuhkan dalam penelitian yaitu
peneliti sendiri, karena peneliti berperan secara langsung dalam berinteraksi
dengan sumber data yang akan diperoleh baik dari hasil wawancara maupun
pengamatan dari kegiatan dan situasi yang akan diteliti.
Arikunto (2010:192) mengemukakan pendapat mengenai metode yang
instrumennya dipergunakan dalam melaksanakan penelitian adalah :
a. Untuk metone wawancara maka instrumennya adalah pedoman
wawancara
b. Untuk metode tes yaitu dengan menggunakan soal tes berupa(pre tes
d. Untuk metode observasi yaitu menggunakan chek-list
e. Untuk metode dokumentasi yaitu menggunakan dokumentasi atau bisa
juga menggunakan chek list
Berdasarkan konsep diatas, maka peneliti memilih instrumen penelitian
yang akan dopergunakan selama proses penelitian adalah pedoman
wawancara, kuisioner dan dokumentasi.
F. Pengembangan Instrumen Penelitian
Dalam pengembangan instrumen penelitian maka tahapan dari menyusun
instrumen antara lain:
1. Penyusunan Kisi-Kisi
Penyusunan kisi-kisi Penelitian merupakan pedoman dalam pembuatan
alat pengumpul data berupa: pedoman wawancara, angket dan studi
dokumentasi. Kisi-kisi penelitian peran pamong satuan karya wanabakti
dalam membina kemamdirian anggota melalui penerapan sistem among
terdiri daro beberapa kolom yaitu: pertanyaan penelitian,aspek penelitian,
indikator, sub. Indikator, item pertanyaan, sumber data, teknik penelitian
2. Penyusunan Pedoman Wawancara
Pertanyaan-pertanyaan mengenai indikator-indikator dan sub indikator
tersebut dirumuskan kedalam pedoman wawancara yang diujicobakan
kepada. Pamong SAKA, dewan SAKA, dan anggota SAKA.
3. Penyusunan kuisioner
Kuisioner ini disusun dalam bentuk pernyataan dan kuisioner tertutup hal
ini untuk memudahkan informan dalam mengisi karana jawaban sudah
disediakan.
G. Teknik Pengumpulan data
Pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti didasarkan pada metode
serta situasi dan kondisi lapangan yang dijadikan objek dalam penelitian.
Untuk itu dalam hal ini penulis menentukan teknik pengumpulan data
diantaranya adalah :
tanya jawab, yang dilakukan dengan sistematis dan berlandaskan pada
tujuan penelitian. Menurut Moch Nazir (2003:193), mengemukakan
bahwa wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan
penelitian dengan cara tanya jawab, sambil bertatap muka antara si
penanya atau pewawancara dengan si penjawab atau responden dengan
menggunakan alat yang dinamakan interview guide (panduan
wawancara)”. Esterberg dalam Sugiyono (2013:72) menjelaskan bahwa:
“wawancara adalah merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar
informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan
makna dalam suatu topik.” Dalam penelitian ini penulis melakukan
wawancara dengan pamong saka, dewan saka dan anggota saka di
sakawanabakti BKPH Ciparay yang dijadikan responden, untuk
mengumpulkan data tentang penerapan peran pamong dalam membina
kemandirian anfggota melalui penerapan sitem among. adapun pertanyaan
penelitian yang ditanyakan dengan menggunakan metode wawancara
tersebut adalah:
a. Untuk mengetahui bagaimana peran pamong satuan karya wanabakti
dalam membina anggota Wanabakti di BKPH Ciparay.
b. Untuk mengetahui penerapan sistem among oleh pamong satuan
karya wnabakti di BKPH Ciparay.
c. Untuk mengetahyu bagaimana kemandirian anggota satuan karya
wanabakti di BKPH Caparay.
2. Dokumentasi
Studi dokumentasi merupakan suatu usaha penelaahan terhadap beberapa
dokumen (barang-barang tertulis) atau arsip. Sugiyono (2013:82)
mengemukakan bahwa “Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah
berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya
dokumen yang sekiranya berhubungan dengan permasalahan yang sedang
diteliti.
Suharsimi Arikunto (2002:206) mengemukakan bahwa “metode
dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa
catatan, transkip, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agendan dan
sebagainya”.
3. Studi Pustaka
Untuk menunjang penelitian dan melengkapi penulisan peneliti
mengadakan studi kepustakaan dengan mengkaji berbagai literature dan
buku-buku yang berkaitan dengan penulisan ini serta sebagai bahan perbandingan
dan pendukung teori masalah ini.
4. Angket atau Kuisioner
Angket atau kuisioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan
untuk memperoleh informasi dan responden dalam arti laporan pribadinya,
atau hal-hal yang ia ketahui.(arikunto,2010:194)
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan angket tertutup untuk
memperoleh gambaran mengenai kemandirian anggota satuan karya Pramuka
wanabakti.
H. Triangulasi Penelitian
Sugiyono (2013:83) mengungkapkan, pada teknik pengumpulan data,
triangulasi data diartikan sebagai “teknik pengumpulan data yang bersifat
menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang
telah ada“. Triangulasi yaitu mengecek kebenaran data dengan membandingkan data dari sumber data. Informasi yang diperoleh dari satu
sumber di cek silang dengan menggunakan triangulasi, bertujuan untuk
membandingkan tingkat kesahihan data dengan kenyataan sebenarnya.
Triangulasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh
dari satu objek penelitian dibandingkan dengan subjek penelitian lainnya.
I. Analisis Data
diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain,
sehingga dapat mudah difahami, dan temuannya dapat diinformasikan kepada
orang lain.” Data yang terkumpul dalam penelitian kualitatif, banyak sekali yang biasanya meliputi ratusan bahkan ribuan halaman. Data yang terkumpul
secepatnya dianalisis dan ditafsirkan oleh peneliti sehingga data yang menjadi
dingin ata kadaluarsa tidak akan terjadi. jadi dalam penelitian kualitatif
analisis data harus dimulai sejak awal. Data yang diperoleh dari lapangan
harus segera dituangkan dalam bentuk tulisan dan dianalisis. Prosedur analisis
data dalam penelitian ini adalah mengikuti apa yang dikemukakan oleh Miles
dan Huberman dalam Sugiyono (2013:91) yaitu: “(1) reduksi, (2) display, dan (3) mengambil kesimpulan dan verifikasi data.” Secara rinci prosedur kegiatan
analisis data adalah sebagai berikut:
1. Tahap Reduksi
Tahap ini dilakukan untuk menelaah data secara keseluruhan yang
dihimpun sehingga dapat ditemukan hal-hal penting yang berhubungan
dengan fokus penelitian. Laporan-laporan terperinci tentang data yang
diperoleh di lapangan sebagai bahan mentah disingkatkan, direduksi, disusun
lebih sistematis sehingga lebih mudah dikendalikan. Data yang direduksi
memberi gambaran yang lebih tajam tentang hasil pengamatan, juga
mempermudah peneliti untuk mencari kembali data yang diperoleh bila
diperlukan. Reduksi data dapat pula membantu dalam memberikan kode pada
aspek-aspek tertentu. Data-data yang direduksi terdiri dari hasil wawancara,
dokumentasi.
2. Data yang diperoleh melalui angket menggunakan skala sikap, diolah
sebagai berikut :
a. Membuat tabel dengan jalur kolom nomor nama aspek skor,
menentukan skala dan diberi keterangan.
Pilihan Jawaban Skor
mengetahui kemandirian anggota satuan karya pramuka wanabakti.
Untuk mengetahui prosentasi digunakan rumus sebagai berikut:
Jumlah skor anggota X Jumlah keseluruhan indikator
d. Kriteria Rentang Sikap
3. Setelah Kriteria diatas telah ditetapkan oleh penulis, setiap hasil jawaban
yang telah diperoleh skornya sehingga memudahkan dalam penapsiran
pada peneliti
4. Tahap Display(Penyajian Data)
Sugiyono (2011:341) menjelaskan dalam bukunya bahwa setelah data
direduksi langkah selanjutnya adalah mendisplaykan data dengan
menyajikannya data dalam bentuk teks yang bersifat naratif . dengan
mendisplaykan data, maka akan memudahkan peneliti untuk memahami
hasil data yang telah diperoleh untuk kemudian dilakukan penarikan
Langkah selanjutmya dalam analisis data kualitatif menurut Miles and
Huberman dalam Sugiyono (2013:99) adalah “penarikan kesimpulan dan
verifikasi.” Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan beruba bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang
mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila
kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh
bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan
mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan
KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab sebelumnya telah dibahas dan dipaparkan mengenai analisis
sebagai hasil dari penelitian ini yaitu peran pamong satuan karya dalam
membina kemandirian anggota melalui penerapan sistem among , maka pada
bab ini peneliti mencoba membuat kesimpulan dan saran sebagai berikut:
A. Kesimpulan
Pada bagian ini dibahas mengenai kesimpulan dari bagaimana peran
Pamong satuan karya pramuka, penerapan sistem among, kemandirian anggota
satuan karya pramuka wanabakti, dan mengenai faktor pendukung dan
penghambat dalam membina kemandirian anggota melalui penerapan sistem
among sebagai berikut :
1. Peran Pamong Satuan Karya Pramuka Wanabakti
Peran Pamong satuan karya Pramuka Wanabakti dalam melaksanakan
tugannya terbagi kedalam tiga aspek yaitu, membina, mengoorganisir, dan
melakukan pengawasan.
Peran pamong dalam membina anggota satuan karya pramuka wanabakti
lebih kepada membina aspek kognitif afektif dan psikomotornya yang terbagi
kedalam pembinaan nilai-nilai kehidupan, memberikan motivasi dan
bimbingan, membina sikap, mental,moral dan spiritualnya, membina
intelektual, emosional dan sikap sosialnya, pamong berperan baik dalam hal
membina dengan sikap keteladan yang ditunjukan oleh pamong serta dengan
mengaplikasikan dasa darma dan trisatya pramuka.
Pamong berperan juga dalam hal menggorganisir satuan karya pramuka
wanabakti baik dalam kegiatan, pembelajaran maupun evaluasi dalam hal ini
pada proses pelaksanaan mengoorganisir pamong merumuskan kegiatan, tujuan
tugas dan tanggung jawab dewan saka dengan melaksanakan musyawarah
satuan karya pramuka wanabakti dengan seluruh aspek wanabakti, selain hal itu
kegiatan.
2. Penerapan Sistem Among Oleh Pamong Di Satuan Karya Pramuka
Wanabakti
Berdasarkan hasil penelitian melalui wawancara kepada pamong, pimpinan
dan anggota satuan karya pramuka wanabakti, diketahui bahwa dalam
menerapkan sistem among dapat dilihat dari proses pembinaan yang dimulai
perencanaan pelaksanaan, evaluasi dan tindak lanjut dengan didasari oleh
sistem among yaitu pamong berperan didalamnya hanya sebagai contoh,
pemberi keteladanan, memotivasi dan mendorong terus anggota untuk selalu
menjadi anggota yang sesuai dengan trisatya dan dasa darma.
Perencanaan yang dilaksanakan adalah dengan merencanakan seluruh aspek
kegiatan pembelajaran sebagai penunjang latihan yaitu dengan menyiapkan
program kegiatan yang disusun bersama melalui musyawarah satuan karya
pramuka wanabakti, menyiapkan materi latiahan, waktu, penyesuaian tempat
latihan baik teori mauoun praktek, mempersiapkan narasumber, instruktur dan
menyusun metode pembelajaran penunjang lainnya lainnya.
Pada aspek kedua pelaksanaan penerapan sistem among dilaksanakan
dengan memberikan contog sikap yang baik pada saat latihan maupun di luar
latihan, membuat suasana yang interaktif atas pemberian dorongan dan motivasi
kepada peserta didik sehingga peserta didik dapat termotivasi untuk terus aktif
dalam kegiatan apaun, kegiatan pembelajaran diatur sedimikian rupa sehingga
kegiatan pembelajaran dapat menyenangkan, metode pembelajaran yang
menungjang adalah metode diskusi, ceramah, experimen dan lainnya.
Aspek ketiga yaitu evaluasi dan tindak lanjut didalamnya terdapat evaluasi
hasil kegiatan pembelajaran dan hasil kegiatan pelaksanaan program, hal ini
dapat terlihat dari kemampuan anggota/peserta didik dalam praktek seperti
membuat persemaian, melakukan penyadapan, mengolah hasil hutan dan
pengetahuan yang dimiliki anggota ketika kegiatan tanya jawab dan diskusi.
saka kepada pamong.
3. Kemandirian Anggota Di Satuan Karya Pramuka Wanabakti
Berdasarkan hasil penelitian mengenai kemandirian anggota satuan karya
pramuka wanabakti di BKPH Ciparay ini diperoleh gambaran bahwa
kemandirian anggota dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti, pamong,
lingkungan, orang tua, serta motivasi dalam diri.
Adapun yang menunjukan kemandirian mereka terlihat dari
indikator-indikator sikap disiplin yaitu dengan ketepatan waktu dalam latiha, rutin latiha,
konsisten pada diri sendiri dan taat pada aturan, terlihat dari hasil angket tabel
4.3 bahwasannya dari 15 responden hasil dari aspek disiplin menunjukan
kedisiplinan yang tinggi.
Percaya diri pada aspek sikap kemandirian terdapat sun indikator mampu
berpendapat, mempunyai inisiatif, optimis, mampu mengerjakan sesuatu atas
kemampuan sendiri, dan dapat teguh pada pendirian, berdasarkan hasil dari
angket tabel 4.4 terkait indikator percayadiri hasilnya menunjukan rasa percaya
diri yang tinggi bahwasannya
Pada indikator tanggung jawab dengan sub indikator dapat menyelesaikan
tugas dengan baik, mempunyai komitmen, dapat mengambil resiko atas
keputusan yang diambil, dan dapat melaksanakan hak dan kewajiban sendiri,
berdasarkan hasil dari tabel 4.5 bahwasannya tanggung jawab anggota pun
menunjukan pada tanggung jawab yang tinggi.
ini semua berarti bahwa seluruh anggota satuan karya pramuka wanabaktu
menunjukan sikap positif yaitu memiliki kemandirian yang tinggi hal ini dilihat
dari indikator disiplin, percayadiri, dan tanggung jawab yang tinggi yang
dimiliki oleh selurruh anggota denagn pembinaan yang dilakukan oleh pamong
dengan menggunakan sistem among.
4. Faktor Pendukung Dan Penghambat Pamong Dalam Membina
Kemandirian Melalui Penerapan Sistem Among.
Pada faktor pendukung Pamong dalam membina kemandirian anggota
sarana prasarana cukup memadai, dan dukungan dari lembaga supaya
sakawanabakti terus berjalan dan eksternal yaitu dukungan dari masyarakat,
sedangkan peluang dari luar adalah motivasi yang tinggi dari peserta untuk ikut
sakawana bakti atas kemauan sendri, saka wanabakti semakin dieksistensikan
melalui berbagai kegiatan.
Sedangkan yang menjadi faktor penghambat terdapat pula dua spek yaitu
ancaman dan kelemahan yang menjadi kelemahan adalah pamong yang
lulusannyaSMA, lokasi tempat praktek yang jauh, ancaman SDM yang bersifat
sukarela sangat jarang dan buku sumber yang kurang memadai.
B. Saran
Setelah mengkaji hasil penelitian mengenai peran pamong satuan karya
pramuka dalam membina kemandirian anggota melalui penerapan sistema
among, maka berikut di ungkapakan beberapa saran untuk semua pihak yang
diharapkan dapat berguna.
1. Pihak Satuan Karya Pramuka Wanabakti
Pihak penyelenggara satuan karya pramuka wanabakti harus dapat
meningkat lagi kegiatan-kegiatan yang dilaksanakannya, baik dari segi
persiapannya maupun pelaksanaan dan evaluasinya.
Selur pihak satuan karya pramuka wana bakti hendaknya lebih memahami
lagi mengenai sistem among sehingga pada pelaksanaannya dapat lebih baik
lagi.
2. Pamong
Pada saat pelaksanaan kegiatan latihan, pamong diharapkan lebih baik lagi
dalam menerapkan sistem among, serta meningkatkan pengetahuan mengenai
metode pembelajaran sehingga pada saat pembelajaran metode yang digunakan
lebih berfariatif.
Pamong juga perlu membantu seluruh anggota supaya dapat terus
mempertahankan dan meningkatkan kemandirian yang sudah dimiliki, sehingga
Kemandirian yang ada dalam diri anggota sudah relatif tinggi, hal ini dapat
terlihat dari tujuan dan semangat anggota dalam mengikuti seluruh kegiatan
satuan karya pramuka wanabakti, kemudian hendaknya dapat mempertahankan
kemandirian yang dimiliki dan dapat terus di tingkatkan serta dapat
diimplementasikan ilmu yang telah didapat dalam kehidupan sehari-hari
sehingga diharapkan dapat tercapainya tujuan akhir menjadi rimbawan yang
Abdul , W, S, (1990), Pengentar analisis kebijakan Negara Jakarta : Rineka Cipta
Abdulhak, I. (2000). Metodologi Pembelajaran Orang Dewasa. Bandung. Alfabeta
Adams, G & Berzonsky, M (2003). Blackwell Handbook of Adolescence.[Terjemahan] USA: Blackwell Publishing
Ali, Lukman, dkk. (1995). Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Kedua. Balai Pustaka, Jakarta.
Ali, Mohammad dan Asrosi. (2009). Psikologi Remaja, Perkembangan Peserta
Didik. Jakarta: Bumi Aksara.
Arikunto, S (2010). Prosudur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik Jakarta: Rineka Cipta
Aspin. (2007). Hubungan Gaya Pengasuhan Orang Tua Authoritarian Dengan
Kemandirian Emosional Remaja (Studi Remaja Madya dalam Perspektif
Psikologi Perkembangan Pada Siswa SMA Negeri I Punggaluku Kabupaten Konawe Selatan Sulawesi Tenggara). [Online]. Tersedia di: http://www.damandiri.or.id/detail.php?id=539. [1 AGUSTUS 2014].
Badudu, JS dan Sutan Mohammad Zain. (1994). Kamus Umum Bahasa Indonesia.
Bahara, Nasim. (2008). Kemandirian [oneline]. tersedia di http://www.nasheem.Blogsport.com/2008/04/ kemandirian.html.[1 agustus 20014]
Bogdan dan Biklen, (1982), Qualitative Research For An Introduction The Teory
And Method, London.
Budiman, A, (2008). Teori Pembangunan Dunia Ketiga, Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.
Chaplin, JP. (1997). Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Darajat, Zakiyah. (2000). Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta :Bumi Aksara
Desmita. 2009. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Djamarah, S, B (1997), Startegi Belajar Mengajar, Jakarta: Rineka Cipta, 1997.
E.St Harahap, dkk. (2007). Kamus besar bahasa Indonesia. Bandung: Balai
Hendriyani (2005) Perbedaan kemandirian remaja dan persepsinya tentang
perkakuan orang tua ditelaah dari satu anak. Bandung : SKRIPSI PPB
FIP UPI ( Tidak diterbitkan)
Jas, Walneg S. (2010.) Wawasan Kemandirian Calon Sarjana.Jakarta: PT Raja Garafindo Persada.
Kartadinata, S. (1988). Profil Kemandirian dan Orientasi Timbangan Sosial Mahasiswa serta Kaitannya dengan Perilaku Empatik dan Orientasi Nilai Rujukan. Bandung: SKRIPSI PPBUPI (Tidak diterbitkan)
Kemendiknas. 2010. Pendidikan Karakter di Sekolah Menengah
Pertama.[oneline] tersedia di
http://goeroendeso.feles.wordpress.com/2011/09/Panduan-pendidikan-karakter-di-smp-pdf.
Kindervatter, S. 1979. Nonformal Education as an Empowering Process.Massachusetts : Centre for International Education University of
Masachusetts.
Knowles, Malcom S. et.al. 2005. The Adult Learner, Sixth Edition. Burlington : Elsevier.
Masrun, dkk. (1986). Studi mengenai Kemandirian pada Penduduk di Tiga Suku
Bangsa (Jawa, Batak, Bugis). Laporan Penelitian. Yogyajarta: PPKLH
Universitas Gajah Mada.
Moleong, L J. (2007) Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset
Moleong, L.J. (2011). Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Mutadin dkk (2002) kemandirian sebagai suatu kebutuhan psikologis remaja. [online] tersedia di teame.e-psikologi.com.http//www.e-psikologi.com 2 agustus 2014
Nawawi, Hadari dan Mimi Martini. (1994). Penelitian Terapan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Nazir , M(2003). Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Nuh, M (2014) Menyemai Kreator Peradaban jakarta: zaman