• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III DESKRIPSI SAXOPHONE PADA ENSAMBEL MUSIK

3.5. Teknik Permainan Saxophone Dalam Ensambel Musik

Dalam memainkan repertoar gondang yang dimainkan dalam ensambel musik tiup memang agak berbeda dengan teknik permainan pada saxophone secara umum. Dalam memainkan saxophone pada musik tiup memang menggunakan ungkapan menurut pemahaman yang digunakan oleh pemain saxophone dalam ensambel musik tiup itu sendiri, artinya mereka tidak menggunakan bahasa yang ilmiah atau bahasa yang berkaitan dengan musik. Dari hasil pengamatan penulis, saxophone ynag sering digunakan dalam ensambel musik tiup adalah saxophone alto dan tenor. Namun paling sering dijumpai adalah saxophone alto. Menurut

Manullang22

22 Wawancara pada tanggal 12 juli 2013, di Wisma Jayapuri, Medan.

, supaya rasa musik Toba-nya terasa, saxophone memang harus dapat mengimbangi teknik permainan sulim, maka untuk itu teknik permainan saxophone dalam membawakan repertoar uning-uningan juga banyak mengadopsi

teknik perminan sulim. Adapun teknik permainan saxophone yang dijumpai dalam ensambel musik tiup khususnya dalam cara produksi bunyi sesuai dengan wawancara penulis dengan informan adalah sebagai berikut :

1. Teknik serak.

Yang dimaksud dengan teknik ini adalah teknik meniup saxophone untuk menghasilkan bunyi yang keras dan terkesan serak atau bunyi yang dihasilkan bergetar dan keras tapi bukan berarti vibra. Adapun untuk menghasilkan teknik seperti itu adalah dengan cara melonggarkan bibir bawah dan membuat getaran di kerongkongan, sehingga bunyi yang dihasilkan pun terkesan keras dan serak. Contohnya adalah seperti dalam gambar :

2. Teknik mangarutu

Teknik ini merupakan penggabungan antara kecepatan jari dan lidah secara besamaan. Dalam teknik ini pemain saxophone meniup dengan mengucap kata “ rutu”, pada saat lidah mengucapkan rutu jari pun memainkan atau menggoyang klep sesuai dengan nada yang diinginkan dengan waktu yang bersamaan. Adapun yang menjadi ritem dasar untuk teknik ini adalah seperti gambar berikut ;

3. Teknik mandila-dilai

Teknik mandila-dilai merupakan teknik meniup saxophone dengan cara menyentuhkan ujung lidah ke mouthpiece dan reed saxophone untuk menghasilkan nada yang pendek. Teknik ini sering digabungkan dengan teknik mangarutu. Teknik ini juga menggabungkan teknik jari dengan system membuka dan menutup klep nada tertentu. Teknik ini menurut penulis hampir sama dengan

staccato dalam istilah musik barat. Staccato adalah bunyi yang dimainkan secara

putus-putus dan ada penekanan. Untuk menghasilkan bunyi ini dalam permainan saxophone adalah meniup dan Rytem dasar untuk belajar teknik ini adalah meniup sambil mengucapkan kata “tu”.

Variasi pertama adalah dimainkan dalam nada yang nilai notnya satu ketuk.

Variasi kedua adalah dimainkan dalam nada yang bernilai setengah ketuk.

Variasi ketiga adalah dimainkan dalam nada yang bernilai seperempat ketuk.

Teknik ini sebenarnya istilah dari penulis sendiri yang didasarkan pada dasar musik barat, karena berhubungan istilah teknik ini sendiri informan tidak mempunyai istilah untuk teknik ini, atau bahkan beliau hanya mampu untuk memainkan teknik ini, namun untuk menjelaskan secara rinci informan kurang paham. Crescendo, adalah bunyi yang dimainkan dimulai dari yang paling sampai menuju nada yang paling kuat. Sedang kan glissendo adalah membunyikan nada dengan menurunkan pitch dari nada sebelumnya dan menaikkan pitch dari kenada yang dimaksud secara cepat, atau ibaratnya nadanya seperti digelincirkan, yang dimulai dari nada yang rendah ke nada yang dimaksud. Kedua teknik itu dimainkan secara bersamaan, jadi jika digabungkan arti dari teknik itu adalah nada yang dimainkan mulai dari nada yang rendah diaminkan dengan pelan sampi menuju nada yang dimaksud dengan bunyi yang kuat. Teknik ini merupakan teknik yang dihasilkan oleh permianan lidah dan mulut pemain saja, tanpa ada hubungannya dengan teknik penjarian. Untuk menghasilkan teknik ini yang dibutuhkan adalah pengaturan tekanan udara yang ditiup melalui mulut, yang dipadukan dengan mengatur resonasi yaitu pada mulut dan udara yang keluarkan tersebut juga diatur oleh keketatan bibir.

1. Variasi pertama dari teknik ini adalah menurunkan pitch dari nada sebelumnya dan menaikkan ke nada yang dimaksud secara cepat tanpa mempengaruhi rhytem nada pokok. Nada yang dimainkan kurang lebih dari setengah laras, karena biasanya nada yang diglisendo itu tidak beraturan, terkadang tidak sampai setengah laras dan terkadang bahkan lebih dari setengah laras.

2. Variasi kedua adalah dengan cara menaikkan nada dari nada awal ke nada oktafnya secara cepat, tanpa mempengaruhi rhytem nada utama.

5. Teknik Piltik

Teknik ini piltik artinya secara harafiah artinya adalah disentil, yang dimaksud dalam teknik ini adalah istilah dari pemain saxophone di dalam musik tiup yang berarti bahwa jari dimainkan dengan cara menggoyang klep nada tertentu untuk menggoyang nada tertentu, dimana klep tertentu yang digoyang dimainkan secara cepat, sehingga kesannya nada yang dimainkan tidak beda. Adapun teknik ini digunakan untuk menghiasi nada yang dikeluarkan saja, sehingga dapat menirukan teknik permainan sulim.

Keterangan teknik ini adalah dengan cara memainkan jari untuk menaikkan nada yang akan dipiltik untuk memberikan efek seperti menggoyang nada. Biasanya teknik ini adalah hanya untuk menaikkan setengah laras. Teknik ini adalah murni permainan jari, tapi dimainkan dengan cepat sekali tanpa mempengaruhi rhytem atau nilai ketukan nada.

6. Teknik penjarian saxophone pada ensambel musik tiup.

Teknik penjarian saxophone pada ensambel musik tiup berbeda dengan teknik penjarian saxophone secara umum atau berdasarkan teknik permainan saxophone dengan cara musik barat. Perbedaan itu adalah terletak pada penamaan nada. Nada saxophone pada musik tiup adalah berdasarkan nada piano, padahal secara musik barat untuk mengambil nada dasarnya, harus turun 1 ½ laras dari nada dasar piano (kususus untuk saxophone alto yang sering digunakan dalam ensambel musik tiup). Misalnya jika nada dasar pada piano adalah C=do, maka pada saxophone secara teknik musik barat, harus main pada nada dasar A=do. Namun pada nada dasar saxophone dalam ensambel musik tiup tetap nada dasarnya C tapi penjariannnya beda dengan penjarian nada dasar teknik saxophone musik barat. Untuk lebih jelasnya dapat kita lihat dalam gambar berikut ini

Keterangan ;

*posisi jari sama dengan permainan saxophone secara umum =Klep terbuka atau tanpa ditekan jari

=Klep tertutup, atau ditekan jari ’ = satu oktaf

” = oktaf kedua ’” = oktaf ketiga

nada C#. nada D

nada F Nada F#

nada A Nada A#.

atau nada C#

nada E’ Nada E#’

Keterangan ; penjarian nada E# oktaf sampai nada E oktaf k dua, penjariannya sama seperti penjarian sebelumnya, namun yang ditambah adalah menekan klep oktaf.seperti pada gambar nada D oktaf diatas. Berikut merupakan nada F oktaf kedua sampai Eb tiga oktaf

Nada G” nada Ab”

Nada B’’ Nada C”

Nada D#’’’ ( tiga oktaf)

Dalam musik tiup, range nada yang digunakan biasanya sampai nada G oktaf kedua. Sangat jarang sekali dijumpai dalam musik tiup menggunakan nada lebih tinggi dari nada G oktaf kedua tersebut.

7. Marsiulak hosa

Teknik ini dalam istilah musik barat merupakan circular breathing (teknik meniup dan menghasilkan bunyi tanpa putus-putus). Adapun cara kerja dari teknik ini adalah ketika udara dihirup melalui hidung, kemudian dimasukkan dalam rongga perut, tekanan udara yang ditiup melalui mulut berasal dari otot perut.Namun pada saat proses peniupan dan penghirupan udara berlangsung secara bersamaan, tekanan udara yang dikeluarkan dari dalam mulut tidak bersumber dari otot perut melainkan bersumber dari tekanan otot mulut, sehingga udara yang ditiup tidak akan mempengaruhi proses penghirupan udara melalui hidung, maka sirkulasi udara yang ditiup akan berlangsung terus-menerus tanpa

terputus. Memang teknik ini tidak diwajibkan untuk digunakan oleh pemain saxophone dalam ensambel musik tiup, namun memang ada kalanya teknik ini terkadang dimainkan, terutama saat mengiringi tortor yang cukup panjang. Biasanya memang teknik ini digunakan oleh orang yang memiliki fisik yang kuat. Menurut informasi dari informan penulis, teknik ini memang diadopsi dari teknik permainan sarune bolon (double reed aerophone ) pada masyarakat Batak Toba.

Dokumen terkait