• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

F. Teknik Writing Word Problem

Sutawidjaja (1997; dalam Abdussakir, 2009) memaparkan bahwa memahami konsep saja tidak cukup, karena di dalam praktek kehidupan siswa memerlukan keterampilan matematika, sedangkan dengan memahiri keterampilannya saja siswa tidak mungkin memahami konsepnya. Guru harus juga dapat menyampaikan konsep dengan benar dan kemudian melatihkan keterampilannya. Untuk pemahaman konsep, guru perlu memberikan latihan bervariasi yang dapat mengembangkan pemahaman relasional mereka, sedangkan untuk meningkatkan keterampilan, perlu dilakukan banyak latihan atau dapat juga melalui pembelajaran yang lebih menarik. Bila pengetahuan matematika SD, baik yang konseptual maupun yang prosedural, tidak disajikan dengan cara yang sesuai, maka siswa akan mengalami kesulitan dalam memahami dan memahirinya.

Untuk itu perlu dipikirkan suatu teknik pembelajaran yang menyenangkan dan sesuai untuk siswa, namun tetap akan membantu siswa dalam mengembangkan pemahaman relasional dan keterampilan mereka. Hal ini sesuai dengan yang yang diungkapkan oleh Risman (2003) untuk menyelenggarakan pendidikan yang menyenangkan bagi anak sehingga anak bisa berprestasi ada tiga C yang harus diperhatikan, yaitu children (anak), content (materi), dan context (situasi). Lebih lanjut Risman menjelaskan perlakuan yang tepat dan materi yang sesuai tidak akan mempunyai efek yang positif jika tidak disampaikan pada situasi (context) yang tepat.

Writing word problem adalah suatu teknik yang dapat digunakan dalam pembelajaran matematika di mana siswa diminta untuk membuat/mengarang suatu permasalahan matematis ke dalam bentuk soal cerita atau kasus permasalahan yang merepresentasikan masalah matematika yang telah ada terkait dengan materi yang diajarkan. Borlow dan Drake (2008) menjelaskan bahwa writing word problem sangat mudah untuk dilaksanakan selain itu saat membuat soal cerita sendiri, siswa dapat menyadari bahwa matematika bukan sesuatu yang asing tetapi juga nyata di dalam kehidupan realistis. Membuat soal cerita merupakan problem writing (penulisan suatu permasalahan), karena seperti yang dipaparkan oleh Barlow dan Drake (2008) bahwa “Problem writing engages students in the act of creating mathematical word problem in response to the prompts that selected by the teacher.” Untuk itu membuat soal cerita memiliki manfaat yang sama dengan penulisan suatu permasalahan, The Assessment Resource Banks (2009) mencatat bahwa penulisan suatu permasalahan dapat digunakan pada setiap waktu selama pembelajaran dilaksanakan karena penulisan suatu permasalahan bisa mencakup ide-ide yang berkisar dari tingkat pengetahuan yang dangkal untuk sampai pada pemahaman yang lebih dalam. Sehingga penulisan suatu permasalahan dapat digunakan untuk (The Assessment Resource Banks, 2009) :

1. Assessing knowledge. 2. Assessing understanding.

3. Accessing existing ideas at the start of a unit of work. 4. Uncovering common misconceptions.

5. Stimulating discussion when used as a group task.

6. Checking learning and deciding on next steps during a unit of work. 7. Reviewing learning at the end of a unit of work.

8. Peer assessment, either as students evaluate if the problem from another student fits the criteria laid down for it, or if another student can solve the problem.

The Curriculum and Evaluation Standard for School Mathematics (1989; dalam Silver dan Cai, 1996) merumuskan secara eksplisit bahwa siswa-siswa harus mempunyai pengalaman mengenal dan memformulasikan soal-soal (masalah) mereka sendiri. Lebih lanjut siswa perlu diberi kesempatan merumuskan soal-soal dari hal-hal yang diketahui dan menciptakan soal-soal baru dengan cara memodifikasi kondisi-kondisi dari masalah-masalah yang diketahui tersebut. Marks, Hiatt, dan Neufeld (1988) juga mencatat bahwa dalam eksperimen membuat aneka ragam soal cerita dirancang untuk merangsang individu siswa untuk melaksanakan percobaan agar lebih memahami apa yang diperlukan untuk dapat bekerja dengan lambang. Selain itu membuat aneka ragam soal cerita oleh siswa dirancang untuk meningkatkan penemuan konsep-konsep oleh siswa sendiri. Kemudian ditambahkan lagi oleh Marks, Hiatt, dan Neufeld (1988 :17) bahwa

walau masih banyak yang patut dipelajari mengenai penggunaanya, manfaatnya sudah jelas : banyak murid mengalami kemajuan akibat timbulnya kegairahan karena menemukan sesuatu, dan menjadi lebih mengerti konsep-konsep yang diajarkan.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun 2006 juga melampirkan mengenai Standar Kompetensi Lulusan Satuan Pendidikan (SKL-SP) SD/MI/SDLB*/Paket A pada pelajaran matematika, salah satunya yaitu siswa menunjukkan kemampuan mengenali gejala alam dan sosial di lingkungan sekitar.

Dari uraian-uraian di atas dapat dikatakan teknik writing word problem adalah suatu teknik pembelajaran di mana siswa diberikan kesempatan yang

luas untuk membuat soal sesuai dengan apa yang dikehendaki dengan menggunakan fenomena dalam kehidupan sehari-hari atau dalam konteks-konteks dunia nyata sebagai acuan dalam pembentukkan soal, untuk itu mereka dituntut agar dapat mengaitkan informasi tersebut dengan pengetahuan yang telah mereka miliki selama ini. Hal ini sesuai dengan apa yang pernah digariskan dalam taksonomi Bloom (1956; dalam Rizvi, tanpa tahun):

‘…commonly occur in educational settings as it gives students opportunities to use old ideas to: create new ones; combine several ideas; integrate different curriculum areas; modify the problems; rearrange the information given in the problems; and invent new situations’. (hal.3)

Ditambah dengan menggunakan konteks-konteks dunia nyata dapat memperkuat hubungan dari pengetahuan prosedural untuk memperbaiki dan meningkatkan hasil pengetahuan konseptual siswa. Hal ini menggambarkan betapa bagusnya instruksi prosedur-prosedur dirancang dengan baik sehingga dapat mendukung pemahaman relasional (Rittle-Johnson dan McMullen, 2004).

Selain itu dengan membuat soal cerita sendiri, melatih siswa aktif dalam pembelajaran untuk berpikir kreatif melihat dan menemukan hubungan masalah matematis dengan masalah dalam konteks-konteks dunia nyata yang dapat digunakan untuk menyelesaikan tugas yang diberikan kepadanya. Hal ini sesuai dengan paparan yang diungkapkan yaitu

Di dalam berpikir kreatif,.. berusaha menyelesaikan jenis-jenis baru persoalan yang membutuhkan upaya untuk memikirkan masalah dan elemen-elemennya dengan suatu cara yang baru seperti penemuan, perancangan. (Sternberg, 2008 : 475)

Dapat disimpulkan bahwa writing word problem (membuat soal cerita) merupakan salah satu teknik pembelajaran yang dapat digunakan untuk

mengembangkan pemahaman relasional siswa, hal ini sejalan dengan Barlow dan Drake (2008) bahwa dengan membuat soal cerita sendiri, siswa mempunyai kesempatan untuk menunjukkan pemahaman-pemahaman konseptual dan prosedural matematika yang sedang ditafsirkan mereka yang menunjukkan gagasan materi yang dibahas.Sehingga dapat diambil indikator secara umum terkait dalam penggunaaan teknik membuat soal cerita ini yaitu siswa dituntut agar mampu menggunakan pengetahuan konseptual, prosedural dan keterkaitan keduanya dalam pemecahan masalah matematika, serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari (Marpaung, 2006).

Dokumen terkait