• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Mekanisme Pelaksanaan Tebu Rakyat Intensifikasi (TRI)

5.1.2 Teknis Pelaksanaan

Dalam hal pembudidayaannya, umumnya pola tanam Tebu Rakyat Intensifikasi

Mitra dan Tebu Rakyat Intensifikasi Murni sama yaitu Pola tanam Plant Cane

(PC) dan Ratoon. Plant Cane (PC) adalah pelaksanaan budidaya tanaman tebu

giling yang dilakukan pada lahan bukaan baru. Ratoon adalah penumbuhan

kembali tebu sisa tebang setelah penebangan plant cane.

Penanaman plant cane dilakukan pada lahan yang baru dibuka dan lahan tebu

yang sudah dua kali ratoon atau tiga kali tebang. Satu petak lahan biasanya

dilakukan dua kali ratoon dalam tiga periode tebang dan satu kali plant cane.

Namun, pola ini bisa saja berubah tergantung pada kualitas tebu yang dihasilkan. Pada proses budidaya plant cane, kegiatan yang dilakukan lebih banyak dari pada

pengolahan tanah dan penanaman. Berikut adalah proses kegiatan dalam pola

tanam Plant Cane.

Menyiapkan Lahan

Sebelum penanaman tebu lahan konversi dan lahan rotasi terlebih dahulu diolah

tanahnya untuk menjamin perkecambahan yang tinggi :

 Untuk areal baru terlebih dahulu dilakukan pembabatan rumput kemudian rerumputan dibakar, ini dilakukan + 2 bulan sebelum tanam.

 Untuk areal konversi, sesudah selesai tebangan tebu ratoon (tanaman yang tumbuh setelah penebangan plant cane), biasanya hanya sampai ratoon ke 3,

segera dilakukan pembakaran lahan (klaras), baru dilakukan pengolahan

tanah.

 Untuk areal rotasi eks tembakau, selesai panen (kutip daun terakhir), dibersihkan lahan lalu dilakukan pengolahan tanah.

Pengolahan Tanah

Pengolahan tanah dilakukan dengan pembajakan, penggemburan, dan pembuatan

juringan. Dengan demikian perkecambahan tebu berjalan normal.  Pembajakan (plowing)

Upaya pembongkaran tanah yang bertujuan untuk memperdalam batas olah

tanah, membalikkan tanah agar sirkulasi udara lebih baik serta untuk

menghancurkan sisa-sisa tumbuhan yang sebelumnya sudah ada. Biasanya

 Penggemburan (harrowing)

Memperhalus hasil olahan tanah dari kondisi tanah besar menjadi lebih kecil.

Tujuannya umtuk membuat kondisi tanah berpori lebih banyak dan lebih

remah sehingga permukaan tanah mudah dibentuk sesuai dengan yang

diinginkan.

 Pembuatan juringan (furrowing)

Sesudah tanah dibajak dan digembur maka pekerjaan pembuatan alur tanaman

dapat dibuat. Alur tanaman dibuat menggunakan Wing Ridger dengan

kedalaman lebih dari 30 cm dan jarak dari pusat ke pusat adalah 1,30 meter.

Alur tanaman ini dibuat untuk mempersiapkan tempat bibit tanaman tebu.

Pembibitan

Kebutuhan bibit yang diperlukan adalah 11.000 batang per hektar. Bibit yang bisa

digunakan, yaitu bibit pucuk, bibit batang muda, bibit rayungan dan bibit siwilan.

Bibit pucuk diambil dari tebu yang berumur 12 bulan dengan mengambil 2 sampai

3 tunas muda dengan panjang 20 cm. Bibit batang muda berasal dari tebu yang

berumur 5 sampai 7 bulan yang diambil dari seluruh batang tebu yang dibagi

menjadi 2 atau 3 bagian untuk masing-masing stek. Bibit rayungan adalah bibit

yang diambil dari tebu yang memang dibudidayakan untuk keperluan pembibitan.

Bibit rayungan adalah bibit tebu yang diambil dari pucuk tebu yang sudah mati.

Penanaman

Sebelum dilakukan penanaman hendaknya dipersiapkan bibit dan pupuk dasar.

penanaman mulai tanggal 15-30 setiap bulannya. Contoh : penanaman dilakukan

pada tanggal 1 Februari maka dinyatakan dengan masa tanam 2A. Bibit bagal stek

2-3 mata yang telah diseleksi di KBD disebar dan diletakkan di dasar juringan

dengan overlapping 100% (double stek) atau single stek tergantung varietas.

Kemudian ditutup dengan tanah kasuran setebal 3-5 cm pada musim hujan dan 6-

10 cm pada musim kemarau. Sebelum peletakan bibit bagal pada dasar juringan

dilakukan terlebih dahulu penaburan pupuk dasar yang terdiri dari pupuk Halei

(400Kg/Ha) dan pupuk Urea (100Kg/Ha). Pupuk diberikan secara sekaligus.

Penyulaman

Penyulaman merupakan kegiatan mengganti tanaman yang mati atau tumbuh

secara tidak normal. Pada penyulaman tanaman tebu dilakukan saat 5 -7 hari

setelah tanam. Dalam kegiatan penyulaman diikuti dengan penyiraman agar tidak

mati.

Penyiraman

Penyiraman/pengairan pada waktu tanam tidak boleh berlebihan dan tidak boleh

kering (tidak disiram) selain itu penyiraman juga tidak boleh terlambat. Untuk

tebu lahan kering, air tergantung dari hujan. Sedangkan tebu lahan sawah dari

irigasi.

Penyiangan

Penyiangan adalah membuang rumput-rumput yang tumbuh di kebun, supaya

jangan mengadakan persaingan dengan tanaman tebu dan merintangi tumbuhnya.

Penyiangan dilakukan sebelum pemupukan, saat tanaman tebu berumur 2 – 6 minggu, sebelum turun tanah sampai dengan tebu umur 4 bulan, lahan harus bebas

gulma. Penyiangan dilakukan secara manual yaitu dengan tenaga manusia atau

herbisida atau menggunakan cangkul koret.

Pemupukan

Sebelum pemupukan rumput harus dibersihkan terlebih dahulu, apabila memupuk

sekaligus dengan beberapa jenis, pupuk dicampur terlebih dahulu sampai

homogen baru disebarkan dalam sekali perlakuan. Pupuk diletakkan di lubang

pupuk sejauh 7 – 10 cm dari bibit dan ditimbun tanah, setelah pemupukan semua petak segera disiram supaya pupuk tidak keluar dari daerah perakaran tebu.

Pemupukan dilakukan dua kali yaitu:

1. Pemupukan I: dilakukan pada saat tebu berumur 3 bulan dengan menggunakan

pupuk dasar seperti urea dan ZA.

2. Pemupukan II: dilakukan pada saat tebu berumur 7 bulan dengan

menggunakan pupuk kombinasi yaitu Urea, ZA, Phonska.

Bumbun

 Pembumbunan pertama dilakukan pada waktu umur 3 – 4 minggu. Tebal bumbunan tidak boleh lebih dari 5 – 8 cm secara merata. Ruas bibit harus tertimbun tanah agar tidak cepat mengering.

 Pembumbun ke dua dilakukan pada waktu umur 2 bulan.  Pembumbuna ke tiga dilakukan pada waktu umur 3 bulan.

 Perempalan daun-daun kering harus dilepaskan sehingga ruas-ruas tebu bersih dari daun tebu kering dan menghindari kebakaran. Bersamaan dengan

Perempalan pertama dilakukan pada saat 4 bulan setelah tanam dan yang

kedua ketika tebu berumur 6-7 bulan.

Klentek

Merupakan pengelupasan daun kering atau daun yang tidak berguna untuk

meringankan beban, tanaman, memperlancar sirkulasi udara dan photosynthesa.

Klenek I : Sebelum bumbun terakhir (4 - 5 bulan)

Klenek II : Umur tebu 7 bulan

Klenek III : Umur tebu 11 bulan (1-2 bulan sebelum tebang)

Panen/ Tebang

Tebu ditebang setelah berumur 11 – 14 bulan. Dalam proses panen atau penebangan tebu, tebu yang dipanen harus memiliki kriteria manis, bersih dan

segar. Kegiatan pasca panen dimulai dengan pengangkutan tebu ke sarana

transportasi kemudian dibawa ke pabrik untuk digiling. Untuk tebu yang akan

dikepras, batang yang ditebang sebatas permukaan tanah aslinya (meninggalkan

batang 15 – 20 cm di bawah permukaan tanah). Untuk tebu yang tidak dikepras, seluruh batang dicabut/dicongkel. Persentase kotoran maksimum 5%. Jangka

waktu sejak tebang sampai dengan digiling tidak lebih dari 36 jam.

Keprasan/ Ratoon

Merupakan tanaman yang tumbuh setelah ditanam pertama ditebang. Tebu di

lahan sawah dikepras 1 kali untuk dapat dipelihara kembali (ratoon 1) dengan

urutan sebagai berikut:

 Pembersihan lahan bekas tebangan

 Cara pengeprasan dengan cara membongkar guludan sehingga tanah agak rata, tanaman dikepras pada pangkal batang.

 Penyulaman dengan bibit bagal 2 mata tunas

 Penyiraman setelah tanaman berumur 2 – 3 minggu, cara dan interval penyiraman sama dengan tanaman pertama.

 Pembumbunan 3 kali

Bumbun I: Umur 1 – 1,5 Bulan Bumbun II: Umur 2 – 3 Bulan Bumbun III: Umur 4 – 5 Bulan

Tebu pada lahan kering dapat dikepras sampai 3 kali. Pengeprasan sama seperti

tebu pada lahan sawah.

Pengolahan

Setelah tebu di panen/ditebang, tebu diangkut ke pabrik gula untuk diolah menjadi

gula putih dengan menggunakan peralatan yang sebagian besar bekerja secara

otomatis. Beberapa tahap pengolahan gula putih yaitu: pemerahan cairan tebu

(nira), penjernihan, penguapan, kristalisasi, pemisahan kristal, pengeringan

pengemasan dan penyimpanan.

5.2 Perbedaan Pendapatan Masyarakat Sistem TRI Mitra dengan Sistem

Dokumen terkait