• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Teknis Pengelolaan Penangkaran

Penangkaran CV Kopi Luwak Indonesia memiliki sistem pengelolaan intensif yang berarti seluruh aspek penangkaran diatur oleh pengelola. Aspek yang diatur oleh pengelola di penangkaran musang luwak ini yaitu:

5.1.1 Bibit

5.1.1.1Sumber dan jumlah bibit

Sumber bibit musang luwak di penangkaran berasal dari hasil penangkapan di alam yang diperoleh melalui pembelian dari pengumpul bibit di daerah Pangalengan dan sekitarnya. Daerah yang menjadi penyedia bibit luwak meliputi Majalengka, Cililin, Cisewu dan Ciwidey. Selain itu bibit juga diperoleh dari para petani kopi luwak yang bekerja di CV Kopi Luwak Indonesia. Sampai saat ini belum ada laporan mengenai populasi musang luwak di daerah Pangalengan dan sekitarnya.

Penangkaran ini memiliki dua sistem penangkaran yaitu inti dan plasma. Penangkaran inti mengelola 20 individu bibit musang luwak. Adapun satu unit penangkaran plasma mengelola 5 individu musang luwak sehingga pada CV Kopi Luwak Indonesia dengan dua puluh plasma maka membutuhkan bibit sebanyak 100 individu. Pengadaan bibit musang luwak perlu menjadi perhatian terkait banyaknya jumlah bibit yang diperlukan, oleh karena itu diperlukan adanya jaminan keberlanjutan kehidupan musang luwak yang ditangkarkan. Apabila musang luwak dapat hidup lebih lama maka kemungkinan penangkapan bibit di alam akan lebih kecil. Diharapkan dalam jangka panjang sumber bibit ini harus berasal dari hasil penangkaran sehingga dapat mengurangi jumlah penangkapan dari alam.

Terkait dengan sejarah penangkaran, pada awalnya bibit yang ditangkarkan hanya berjumlah tiga ekor dan diletakkan pada kandang non permanen. Bibit tersebut mati karena sakit sehingga pengelola melakukan upaya penyesuaian bibit terhadap kondisi kandang. Penangkaran ini belum memiliki catatan jumlah bibit per tahun. Jumlah bibit yang dibeli tergantung kebutuhan dan

sesuai dengan jumlah kandang yang tersedia di penangkaran. Seiring berjalannya waktu setelah pembangunan kandang permanen bibit musang luwak ditambah menjadi dua puluh ekor. Bibit tersebut dibeli dengan kisaran harga Rp 250.000- Rp 300.000 per individu.

Pengelola menentukan kriteria dalam memilih bibit yang akan dibeli. Kriteria yang ditetapkan adalah bibit tersebut berusia dua tahun karena dianggap sudah mampu menghasilkan kopi luwak dengan baik, selain itu bibit tersebut harus sehat dan tidak cacat. Musang luwak yang berusia dua tahun sudah memasuki masa dewasa karena usia berbiak dari musang luwak adalah 11-12 bulan. Cara membedakan musang luwak dewasa dengan musang luwak anakan yang dilakukan pengelola adalah dengan melihat ukuran tubuh musang luwak karena secara tampilan hampir sama. Musang luwak dewasa memiliki ciri-ciri ukuran tubuh 80-90 cm, berat 1,5-4 kg. Contoh musang luwak yang dipelihara di penangkaran dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5 Bibit musang luwak yang berada di penangkaran.

Penentuan kriteria bibit yang dilakukan oleh pengelola bertujuan untuk menentukan bibit yang berkualitas dalam memproduksi kopi luwak. Kualitas bibit juga sangat diperlukan dalam pengembangan bibit musang luwak di penangkaran. Kualitas bibit di penangkaran harus diperhatikan karena sangat berhubungan dengan kualitas keturunan yang dihasilkan sehingga dalam jangka panjang penangkaran ini perlu ada sistem pencatatan setiap bibit yang ada di dalam penangkaran (Thohari 1987).

5.1.1.2 Immobilisasi bibit

Proses immobilisasi pada musang luwak dilakukan dengan cara menempatkan musang luwak dalam karung goni atau krat dan dibawa ke penangkaran (Gambar 6).

(a) (b)

Gambar 6 Alat yang digunakan untuk memindahkan musang luwak ke penangkaran: (a) krat, (b) karung goni.

Satu karung berisi satu ekor musang luwak dengan tujuan agar musang luwak tidak saling melukai. Perpindahan musang luwak biasanya menggunakan motor atau mobil pick up. Pemindahan bibit harus dengan hati- hati agar musang luwak tidak mengalami stres. Hasil wawancara menyatakan bahwa indikasi musang luwak stres dalam karung atau krat adalah bulu rontok dan banyak mengeluarkan air seni. Proses immobilisasi musang luwak biasanya tanpa menggunakan obat bius, namun Mudappa dan Chellam (2001) menyatakan apabila ingin menggunakan obat bius maka dapat menggunakan campuran ketamin dan xylazine hydrochloride.

5.1.1.2Adaptasi bibit

Penangkaran CV Kopi Luwak Indonesia belum memiliki kandang adaptasi. Biasanya bibit musang luwak langsung diletakkan di kandang utama. Adaptasi bibit yang dilakukan pengelola tergantung pada kemampuan musang luwak tersebut dalam menghasilkan kopi luwak. Umumnya proses adaptasi dilakukan selama 5-7 hari. Pengelola melakukan proses adaptasi terhadap musang luwak melalui pakan yang diberikan.

Bibit musang luwak yang baru diberikan pakan tambahan berupa campuran nasi, telur ayam dan madu. Tujuan pemberian pakan ini agar menambah nafsu makan musang luwak sebab bibit musang luwak yang baru

biasanya kurang nafsu makan. Komposisi campuran nasi, madu dan telur untuk satu individu musang luwak adalah nasi sebanyak 200 g, madu sebanyak 150 ml dan telur 1 butir. Campuran tersebut ditempatkan pada tempat pakan musang luwak dan diberikan satu kali sehari.

Fungsi nasi dalam campuran tersebut adalah sebagai sumber energi bagi tubuh karena mengandung kandungan karbohidrat (Shafwati 2012). Telur ayam memiliki kandungan protein dan lemak yang berfungsi mengganti sel- sel yang rusak. Madu memiliki kandungan gizi yang tinggi dan sebagai antioksidan. Madu juga mengandung bahan penggumpal yang biasanya ada dalam bentuk suspensi dan cenderung merupakan perangsang proses fermentasi (Utomo 2008).

Keelen dan Jensen (2009) menyatakan bahwa kurangnya nafsu makan merupakan salah satu tanda stres dengan lingkungan yang baru.Stres yang dialami oleh musang dapat berakibat buruk terhadap saluran pencernaan sehingga menurunkan kopi yang dikonsumsi. Oleh karena itu bibit musang luwak yang baru hanya diberi kopi dalam porsi sedikit sehingga tidak merugikan produksi kopi luwak.

5.1.2 Perkandangan

5.1.2.1Jenis, ukuran dan konstruksi kandang

Kandang yang terdapat di dalam penangkaran musang luwak di CV Kopi Luwak Indonesia terdiri dari dua jenis kandang yaitu kandang utama (kandang display) dan kandang karantina. Gambaran kandang utama dan kandang karantina dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6 Ukuran, fungsi dan enrichment kandang utama dan kandang karantina di penangkaran CV Kopi Luwak Indonesia

Jenis kandang Ukuran (p x l x t) Fungsi Jumlah individu per kandang Jumlah kandang Enrichment Kandang utama 1,5x1x2 m Sebagai tempat tinggal musang luwak dewasa

1 individu 20 buah Replika pohon,

tempat tidur, tempat minum, Kandang karantina 1x0,8x0,8 m Sebagai tempat musang luwak yang sakit

1 individu 1 buah Tempat minum,

tempat memanjat, tempat tidur

1. Kandang Utama

Kandang utama berfungsi untuk tempat tinggal musang luwak dewasa yang digunakan dalam produksi kopi luwak. Kandang utama terletak agak jauh

dengan pemukiman atau sekitar 100 m dan berada di dekat pabrik kopi yang dimiliki oleh perusahaan. Satu buah kandang berisikan satu individu musang luwak. Konstruksi kandang utama dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7 Konstruksi kandang utama musang luwak di penangkaran

No Struktur kandang Material Ukuran

1 Pintu Besi dan kawat Ukuran lubang petak kawat 4x4 cm

2 Dinding depan Kawat Ukuran lubang petak kawat 4x4 cm

3 Atap Besi tipis

4 Dinding pemisah Kawat Ukuran lubang petak kawat 2x2 cm

5 Lantai Semen Ukuran dinding di sekeliling lantai 10 cm

6 Tempat tidur Papan kayu 90x60x35 cm

7 Replika pohon Kayu 1,5 m

Fasilitas yang disediakan pengelola di dalam kandang musang luwak adalah tempat tidur, tempat air minum, replika pohon dengan tinggi 1,5 m (Gambar 7).

Gambar 7 Kandang utama dan fasilitas kandang (a) Kandang utama (b) Tempat tidur musang luwak (c) Tempat air minum (d) Replika pohon.

Tempat tidur memiliki sisi-sisi tertutup yang berfungsi sebagai tempat istirahat dari musang luwak ketika tidak melakukan aktivitas. Lantai kandang dibuat lebih tinggi di sekeliling sisinya dengan lebar 10 cm yang bertujuan

(a) (b)

memudahkan pergerakan bagi musang luwak. Tujuan pemberian fasilitas tersebut adalah untuk mendukung kenyamanan musang luwak di dalam kandang. Ilustrasi dari kandang display yang terdapat di penangkaran dapat dilihat pada Gambar 8.

Gambar 8 Ilustasi kandang musang luwak di penangkaran: (a) Tempat tidur (90x60x35 cm), (b) tempat minum, (c) replika pohon (1,5 m).

Kandang di penangkaran CV Kopi Luwak Indonesia memiliki syarat (a) lokasi kandang tidak jauh dari sumber pakan dan air (b) lokasi kandang berada jauh dari sumber kebisingan atau keramaian dan lebih baik tidak jauh dari pabrik kopi agar mudah dalam proses pemanenan. Lokasi kandang tersebut sudah dianggap baik dalam penangkaran karena selain memberikan kenyamanan kepada musang luwak juga memberikan kemudahan dalam melakukan pengelolaan penangkaran terkait pemberian pakan dan pemanenan kopi luwak.

Hasil pengukuran suhu rata- rata di kandang penangkaran menunjukkan kondisi suhu rata-rata di kandang pada pagi hari adalah 220C, siang hari 240 C, sore hari 220C dan malam hari 200C. Kelembaban relatif rata-rata yang ada di kandang pada pagi hari sekitar 84%, siang hari 76 %, sore hari 85 % dan malam hari 83% (Gambar 9). 10 cm c b a 1,5 m 1 m 2 m

Gambar 9 Suhu dan kelembaban rata-rata di penangkaran.

Suhu dan kelembaban yang berada di penangkaran sudah sesuai dengan kehidupan musang luwak. Small Carnivore Taxon Advisory Group (SCTAG) (2010) menyatakan bahwa musang luwak dapat hidup di berbagai ketinggian tempat sehingga dapat hidup berbagai suhu dan kelembaban. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi suhu di dalam kandang diantaranya: (a) radiasi sinar matahari yang masuk ke dalam kandang, (b) produksi panas oleh tubuh satwa, (c) kondisi konstruksi kandang mencakup tinggi, luas lantai, dan bukaan atap kandang (Yani et al. 2007).

Musang luwak merupakan satwa yang soliter yaitu satwa yang hidupnya tidak memiliki kelompok (SCTAG 2010). Sifat soliter tersebut merupakan dasar pertimbangan untuk hanya menempatkan satu individu musang luwak ke dalam satu kandang. Menurut pengelola apabila jumlah musang luwak yang diletakkan lebih dari satu maka kemungkinan dapat saling menyerang dan melukai.

Ukuran ideal bagi kandang musang luwak belum diketahui, namun musang luwak termasuk ke dalam famili Viverridae yang secara umum famili viverridae tinggal berpasangan di tempat yang memiliki luas sepuluh kali panjang tubuhnya (SCTAG 2010). Patou et al. (2010) menyatakan bahwa musang luwak dewasa memiliki panjang rata- rata 0,9 m sehingga membutuhkan ruang seluas 9 m2. Pada penangkaran ini ruang yang diberikan memiliki luas kurang dari 9 m2 sehingga kurang sesuai dengan karakteristik musang luwak. Penyediaan ruang yang luas merupakan pertimbangan dalam penangkaran ini karena disesuaikan

18 19 20 21 22 23 24 25 07.00 WIB 13.00 WIB 16.00 WIB 20.00 WIB suhu ( 0C) waktu 70 72 74 76 78 80 82 84 86 07.00 WIB 13.00 WIB 16.00 WIB 20.00 WIB k e le m ba ba n ( % ) waktu

dengan biaya yang dikeluarkan. Semakin luas kandang yang dibuat maka biaya yang dikeluarkan akan semakin besar sehingga luas kandang hanya dibuat sebesar 1,5 m.

Fasilitas yang berada di dalam kandang bertujuan untuk memberikan kenyamanan bagi musang luwak. Musang luwak merupakan satwa arboreal sehingga membutuhkan tempat tinggi untuk dipanjat (Schreiber et al. 1989), atas dasar tersebut maka pengelola meletakkan replika pohon di dalam kandang. Su dan Sale (2007) juga menyatakan bahwa di habitat alaminya musang luwak pada umumnya istirahat pada kanopi pohon yang memiliki tinggi sekitar 10 m namun tidak jarang beristirahat di dahan pohon setinggi 2-3 m dari permukaan tanah. Ketinggian replika pohon yang berada di dalam kandang lebih baik dibuat menjadi 2 m sehingga dapat sesuai dengan karakteristik musang luwak di habitat aslinya.

Secara keseluruhan kandang musang luwak di penangkaran CV kopi luwak Indonesia sudah sesuai dengan kehidupan musang luwak. Kandang musang luwak tersebut dianggap sudah memiliki syarat kandang yang baik menurut Garsetiasih dan Takandjandji (2007) yaitu kandang memiliki fasilitas kandang, lokasi kandang yang sesuai serta suhu dan sirkulasi udara yang cukup bagi kehidupan satwa.

2. Kandang karantina

Kandang karantina berfungsi sebagai tempat musang luwak yang sakit dan tempat pemisahan anak dari induknya setelah dilahirkan (Gambar 10). Jumlah kandang karantina di penangkaran CV Kopi Luwak Indonesia hanya satu buah. Satu kandang karantina ditempati oleh satu ekor musang luwak dewasa.

Letak kandang karantina tidak satu lokasi dengan kandang utama. Jarak kandang karantina dari kandang utama sekitar 1 km. Kandang ini berjarak sekitar 50 m di belakang pemukiman warga. Walaupun letaknya berbeda lokasi dari kandang utama namun dalam pengelolaannya tetap ditangani oleh petugas harian penangkaran.

Kandang karantina memiliki ukuran lebih kecil dari kandang utama yaitu panjang 1 m, tinggi 0,8 m, dan lebar 0,8 m. Kandang ini berbentuk kotak dengan material utama kayu. Konstruksi kandang karantinadisajikan dalam Tabel 8. Tabel 8 Konstruksi kandang karantina musang luwak di penangkaran

No Struktur kandang Material Ukuran

1 Pintu Besi dan kawat Ukuran petak kawat 4x4 cm

2 Dinding depan Kawat Ukuran petak kawat 4x4 cm

3 Atap Besi tipis

4 Lantai Kayu dilapisi kawat Ukuran petak kawat 4x4 cm

5 Tempat tidur Kayu 90x60x35 cm

6 Tempat memanjat Kayu 50 cm

Fasilitas yang ada di dalam kandang ini meliputi tempat tidur, tempat memanjat dan tempat air minum. Fasilitas yang berada di kandang karantina sedikit berbeda dengan kandang utama. Kandang karantina tidak memiliki replika pohon, namun diganti dengan tempat memanjat yang terbuat dari kayu. Hasil wawancara dari pengelola menunjukkan musang luwak yang berada di kandang karantina biasanya musang luwak yang sakit sehingga kurang aktif dalam pergerakannya. Kandang ini juga disesuaikan dengan biaya yang dikeluarkan sehingga pembuatannya tidak seluas maksimal ruang yang dibutuhkan musang luwak yaitu 9 m2 (SCTAG 2010).

5.1.2.2Pembersihan kandang

Kandang musang luwak dibersihkan setiap hari setelah proses pemanenan kopi luwak yaitu sekitar pukul 08.00 WIB. Pembersihan kandang dilakukan untuk menghilangkan sisa- sisa kotoran musang luwak dan kulit kopi yang tidak termakan. Pembersihan kandang dilakukan dengan menggunakan air mengalir dan alat-alat kebersihan seperti sapu dan alat pengepel lantai. Petugas kebersihan biasanya dilakukan bergantian antar petugas harian.

5.1.3 Pakan

5.1.3.1Jenis dan sumber pakan

Jenis pakan yang diberikan kepada musang luwak selain pisang, ceker dan kepala ayam, kopi arabika dan campuran wortel (Gambar 11), terdapat juga pepaya, belut, lele, dan ikan mas.

a. (b)

(c) (d)

Gambar 11 Beberapa contoh pakan yang diberikan kepada musang luwak di penangkaran: (a) ceker dan kepala ayam, (b) pisang susu, (c) kopi arabika, (d) campuran wortel.

Takaran pakan yang diberikan kepada musang luwak di penangkaran tersaji dalam Tabel 9.

Tabel 9 Takaran pakan yang diberikan kepada musang luwak (g/individu)

Jenis pakan Takaran/individu (g)

Pisang 200

Pepaya 200

Belut 100

Lele 100

Ayam (kepala dan ceker) 100

Ikan mas 100

Campuran wortel 200

Komposisi campuran wortel untuk dua puluh individu musang luwak yang berada di penangkaran yaitu wortel sebanyak 5 kg, susu sebanyak 0,25 kg, telur 4 butir dan madu 100 ml. Campuran wortel, telur, susu dan madu dibuat dengan menggunakan mesin penggiling pakan atau secara manual agar memiliki bentuk yang lunak sehingga mudah dicerna oleh musang luwak (Gambar 12). Campuran pakan tersebut diberikan dengan tujuan menambah daya tahan tubuh serta nafsu makan satwa tersebut.

Gambar 12 Mesin penggiling pakan musang luwak.

Musang luwak tidak diberi pakan tambahan khusus namun jika ingin menambah nafsu makan musang luwak biasanya pengelola memberi campuran nasi, madu dan telur ayam sebagai pakan tambahan musang luwak. Nasi dan madu mengandung karbohidrat yang berfungsi sebagai sumber energi bagi musang luwak dalam beraktivitas. Komposisi campuran nasi, madu dan telur untuk satu individu musang luwak adalah nasi sebanyak 200 g, madu sebanyak 150 ml dan telur 1 butir. Telur ayam memiliki peranan dalam memberikan tambahan energi dan menjaga daya tahan tubuh. Campuran pakan ini biasanya digunakan untuk musang luwak yang baru ditangkarkan karena pada umumnya musang luwak yang baru kurang nafsu makan.

Pakan utama musang luwak seperti sumber daging, sayuran dan buah- buahan selama ini diperoleh di pasar terdekat di daerah Pangalengan. Biaya pakan yang dikeluarkan untuk dua puluh individu musang luwak di penangkaran adalah

Rp 22.000 per hari. Pisang yang diberikan biasanya dibeli harga Rp 3.000 per kg. Satu kilogram pisang dapat diberikan kepada lima individu musang luwak sehingga pengeluaran pakan untuk dua puluh individu musang luwak di penangkaran dapat mencapai Rp 12.000 per hari. Harga ayam (kepala dan ceker) adalah Rp 5.000 per kg. Satu kilogram ceker dan kepala ayam dapat diberikan kepada sepuluh individu musang luwak sehingga biaya pakan ayam yang harus dikeluarkan adalah Rp 10.000 per hari.

Pakan berupa kopi arabika diperoleh dari kebun kopi arabika yang berada tidak jauh dari lokasi penangkaran. Kebun kopi arabika tersebut merupakan milik dari pengelola penangkaran dengan luas 12 ha. Apabila kopi yang berasal dari kebun tidak mencukupi pakan musang luwak maka pengelola membeli kopi dari petani dengan harga Rp 10.000 per kg.

Pemberian pakan seperti pisang, ayam dan kopi arabika sudah sesuai dengan karakteristik pakan musang luwak. Pada habitat alaminya musang luwak biasa mengkonsumsi buah pisang (Musa spp.), pepaya (Carica papaya), mangga (Mangifera indica), dan buah berbiji (Jotish 2011). Su dan Sale (2007) juga menyatakan bahwa musang luwak mengkonsumsi buah berbiji dan protein hewani dan ketika musang luwak tersebut berada di dekat pemukiman manusia maka pakan yang dikonsumsi juga hampir sama dengan manusia.

Pemberian pisang ditujukan sebagai sumber energi karena pisang mengandung karbohidrat, vitamin B1, vitamin B2 dan vitamin C (Endra 2006). Karbohidrat memiliki fungsi sebagai sumber energi sedangkan vitamin dapat membantu dalam pembentukan dan pemeliharaan sel- sel tubuh (Tilman et al. 1998). Pemberian ayam ditujukan dalam pemenuhan protein pada musang luwak. Kandungan protein yang dimiliki oleh ayam ras adalah sebesar 21,86% (Triyantini et al. 1997). Protein sangat dibutuhkan dalam tubuh, baik untuk menghasilkan tenaga maupun untuk pertumbuhan (Tilman et al. 1998).

Jenis kopi yang diberikan kepada musang luwak adalah kopi arabika (Coffea arabica) karena memiliki kadar air lebih tinggi dan rasa yang lebih manis dibanding kopi robusta. Kopi arabika juga memiliki daging yang cukup tebal sehingga mudah untuk dicerna oleh musang luwak dan memberikan hasil yang baik sebab musang luwak tidak menelan kulit luar dari kopi tersebut (Braham &

Bressani 1979). Kopi arabika biasanya tumbuh di daerah dataran tinggi dan memiliki kandungan kafein tidak lebih dari 1,5% (Alnopri et al.2009).

5.1.3.2Cara dan jadwal pemberian pakan

Cara penyajian dan tempat pakan musang luwak di penangkaran CV Kopi Luwak Indonesia dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10 Cara penyajian dan tempat pakan musang luwak di penangkaran

No Pakan Penyajian Tempat pakan

1 Pisang Dikupas dan diberikan secara

langsung

Tanpa menggunakan tempat pakan

2 Pepaya Dikupas dan dipotong-

potong

Tanpa menggunakan tempat pakan 3 Ayam, lele, ikan

mas

Diberikan secara langsung Tanpa menggunakan tempat pakan

4 Campuran wortel Digiling Tempat berbahan plastik

5 Kopi arabika Diberikan secara langsung Nampan bambu

Pakan berupa campuran wortel, telur, madu dan susu diletakkan pada tempat pakan berbahan plastik dengan ukuran 15 x 30 cm, sedangkan untuk kopi arabika diletakkan di dalam nampan bambu berdiameter 50 cm (Gambar 13).

(a) (b)

Gambar 13 Tempat pakan musang luwak (a) Nampan bambu (b) Tempat pakan berbahan plastik.

Pemberian pakan musang luwak di penangkaran dilakukan pada pagi, siang dan sore hari. Jadwal pemberian pakan pada musang luwak dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11 Waktu dan jenis pemberian pakan musang luwak

No Waktu Pemberian pakan Jenis pakan yang diberikan

1 Pagi pukul 10.00 WIB Jenis buah- buahan dan sayuran seperti pisang,

pepaya atau campuran wortel

2 Siang pukul 13.00 WIB Jenis pakan seperti ayam, ikan mas atau belut

Pemberian kopi arabika dilakukan pada sore hari karena jika dilakukan pada pagi hari dapat berpengaruh terhadap aroma dan rasa kopi arabika. Jarak pemberian pakan pagi dengan siang hanya empat jam (Tabel 11). Proses fermentasi biji kopi di dalam perut musang luwak berlangsung selama 8-12 jam sehingga jika kopi diberikan pagi maka kopi arabika tersebut kemungkinan dapat tercampur dengan pakan lainnya di dalam perut musang luwak. Pemberian kopi arabika pada sore hari juga disesuaikan dengan waktu aktivitas musang luwak yang aktif pada malam hari. Penelitian ini menunjukkan bahwa kopi luwak yang tercampur dengan komponen pakan lain dapat merubah aroma dan rasa kopi luwak tersebut.

Pemberian kopi hanya diberikan dari hari Senin sampai Jumat atau selama satu bulan hanya dua puluh hari. Pemberian ini hanya dilakukan lima kali seminggu karena kopi mengandung kafein yang dapat mempercepat denyut jantung serta mengalami proses fermentasi di dalam perut musang luwak sehingga bersifat panas pada pencernaan musang luwak (Alnopri et al.2009)

5.1.4 Kesehatan musang luwak 5.1.4.1 Penyakit yang pernah diderita

Penyakit yang pernah diderita oleh musang luwak adalah penyakit cacingan dan stress. Berikut adalah gejala, penyabab dan penanggulangan dari penyakit tersebut (Tabel 12).

Tabel 12 Penyakit pada musang luwak di penangkaran

No Jenis

penyakit/gangguan

Gejala Penyebab Penanggulangan

1 Cacingan Kurang nafsu makan,

rambut rontok Cacing pita (Cestoda), askaris (Nematoda) dan cacing tambang (Ancylostoma) Pemberian obat cacing (combantrin)dengan dosis 1 cc per ekor tiap 6 bulan sekali.

2 Stres Kurang nafsu makan,

tidak beraktivitas serta rambut rontok

Perubahan lingkungan

Ditempatkan pada kandang karantina dan diberi pakan

kesukaan berupa

pisang wortel dan pepaya.

a. Cacingan a. Gejala :

Gejala yang dapat ditimbulkan apabila musang luwak menderita cacingan adalah kurangnya nafsu makan, rambut rontok serta gangguan pencernaan. b. Penyebab :

Penyakit cacingan disebabkan oleh cacing pita (Cestoda), askaris (Nematoda) dan cacing tambang (Ancylostoma) (Putratama 2009). Penyakit ini dapat terjadi melalui penularan terkait dengan kebersihan lingkungan dan makanan. Penularan dapat terjadi apabila musang luwak menelan telur cacing yang berisi embrio dengan perantara vektor (satwa yang mengandung cacing) seperti daging ayam atau lele (Putratama 2009). Hasil wawancara menyatakan selama ini musang luwak yang terkena cacingan tidak murni musang luwak yang berada di penangkaran karena kandang penangkaran dibersihkan setiap hari dan pemberian makanan

Dokumen terkait