• Tidak ada hasil yang ditemukan

Alih Teknologi Produksi Pangan Berbahan Baku Lokal di Kabupaten Kebumen A.1 URAIAN KEGIATAN

Tabel 2.2 Perjanjian Kinerja Tahun 2015 Deputi Bidang TAB

PRODUKSI PANGAN BERBAHAN BAKU LOKAL UNTUK MENDUKUNG DIVERSIFIKASI PANGAN

3.1.1. Alih Teknologi Produksi Pangan Berbahan Baku Lokal di Kabupaten Kebumen A.1 URAIAN KEGIATAN

Upaya pemerintah RI dalam mewujudkan diversifikasi pangan sudah dimulai sejak lama, dimulai dari UU No.7 tahun 1996 tentang Pangan, PP No. 68 tahun 2002 tentang Ketahanan Pangan, Perpres No.22 tahun 2009 tentang Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan Berbasis Sumber Daya Lokal, Permentan No.43 tahun 2009 tentang Gerakan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan Berbasis Sumberdaya Lokal dan UU No.18 tahun 2012 tentang pangan (pengganti UU no.7 tahun 1996). Hal ini menggambarkan bahwa apabila suatu negara tidak mandiri dalam pemenuhan pangan, maka kedaulatan negara bisa terancam. Dalam Undang-Undang Pangan ini menekankan pada pemenuhan kebutuhan pangan di tingkat perorangan, dengan memanfaatkan potensi sumber daya alam, manusia, sosial, ekonomi dan kearifan lokal secara bermanfaat. Keberhasilan di sektor pertanian di suatu negara harus dicerminkan oleh kemampuan negara tersebut dalam swasembada pangan, atau paling tidak ketahanan pangannya. Pembangunan ketahanan pangan bertujuan untuk menjamin produksi, aksesibilitas dan konsumsi pangan yang cukup, aman, bermutu, dan bergizi seimbang, baik pada tingkat nasional, daerah hingga rumah tangga.

Ketahanan pangan merupakan hal yang sangat strategis dan penting.Disamping itu ketahanan pangan adalah bagian dari ketahanan nasional yang saat ini sedang terus digalakkan menuju kedaulatan pangan. Pembangunan ketahanan pangan di

LAKIP DEPUTI BIDANG TAB - BPPT TAHUN 2015 III -2

Indonesia telah ditegaskan dalam Undang-Undang nomor 18 tahun 2012 tentang ketahanan pangan sebagai bagian dari usaha terpenuhinya kondisi pangan bagi Negara sampai dengan perseorangan, yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, beragam, bergizi, merata, dan terjangkau serta tidak bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat, untuk dapat hidup sehat, aktif, dan produktif secara berkelanjutan. Dalam upaya pemenuhan pangan tersebut, Indonesia mengalami beberapa permasalahan, yaitu: (a) kekurangan produk pangan pokok sebagai akibat kebutuhan yang lebih tinggi daripada kapasitas produksi dalam negeri, (b) pengurangan luas lahan pertanian produktif akibat konversi penggunaannya untuk keperluan non-pertanian, (c) pola konsumsi yang kaku sehingga upaya diversifikasi pangan sering terhambat, (d) keterbatasan distribusi terutama untuk pangan pokok sebagai akibat kesulitan jaringan transportasi, (e) beberapa produk pangan tidak tersedia sepanjang tahun karena belum berkembangnya teknologi pengolahan atau pengawetan, (f) masih sering dijumpai produk pangan yang tidak memenuhi standar kesehatan pangan termasuk kurang gizi dan tidak memenuhi standar keamanan pangan, (g) belum semua rumah tangga secara ekonomi mampu memenuhi kebutuhan pangan pokoknya, (h) kecilnya margin usaha tani yang berakibat pada rendahnya motivasi petani untuk berproduksi.Disamping itu, peningkatan jumlah penduduk yang mencapai 4 jiwa dalam setiap menitnya, membawa konsekuensi jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2030 mencapai 300 juta jiwa (angka perkiraan). Hal ini berpotensi menimbulkan kerawanan ketahanan pangan utamanya terhadap kuantitas maupun kualitas bahan pangan. Kondisi-kondisi di atas akan menjadikan bangsa kita mempunyai ketergantungan yang tinggi ke bangsa-bangsa lain untuk pemenuhan kebutuhan pangan. Oleh karena itu, pemerintah diharapkan dapat mengimplementasikan 6 strategi supaya dapat menciptakan ketahanan pangan nasional, yaitu: Intensifikasi lahan pertanian di P Jawa; Ekstensifikasi lahan pertanian di luar P Jawa; Diversifikasi bahan pangan pokok ; Inovasi teknologi pengolahan pangan dari hulu sampai hilir;

LAKIP DEPUTI BIDANG TAB - BPPT TAHUN 2015 III -3

Rekayasa sosial (Food habit); dan Penerapan kebijakan perdagangan yang memihak kepada petani.

BPPT sebagai Lembaga Pemerintah non Kementerian yang mempunyai tugas pokok dan fungsi untuk melaksanakan tugas pemerintah dalam bidang pengkajian dan penerapan teknologi dapat melaksanakan 2 (dua) dari 6 (enam) strategi di atas, yaitu melakukan pengkajian dan penerapan teknologi diversifikasi tepung pangan lokal dan penerapan teknologi pengolahan pangan dari hulu sampai hilir.Keberhasilan pelaksanaan program ini diharapkan akan memberikan kontribusi terciptanya ketahanan pangan nasional yang secara tidak langsung juga akan memberikan dampak yang luas terhadap peningkatan pendapatan petani dan membantu masyarakat luas untuk mendapatkan pangan alternatif pengganti tepung terigu dengan nilai gizi yang cukup dan dengan harga yang terjangkau kemampuan masyarakat. Program Teknologi produksi dan pengolahan Tepung Pangan Lokal dan produk hilirnya dari BPPT ini tidak dapat berdiri sendiri,melainkan secara terpadu harus terkoordinasi dengan program Institusi terkait, Pemerintah daerah, pelaku usaha, industri serta masyarakat.

Dalam rangka mencapai sasaran tahun 2015 kegiatan diversifikasi pangan pokok lokal berupa alih teknologi produksi produk hilir pangan lokal maka BPPT menggandeng Pemerintah Propinsi Jawa Tengah dengan penendatanganan MOU pada akhir tahun 2014 dilanjutkan penendatanganan Perjanjian Kerjasama (PKS) dengan Badan Ketahanan Pangan (BKP) Proipinsi Jawa Tengah. Sebagai tindak lanjutnya maka dipilihlah 2 Kabupaten di Propinsi Jawa Tengah yaitu Kabupaten Kebumen dengan penerapan di UKM Mutiara Baru, dan di Kabupaten Temanggung di CV Agro Mandiri Sejahtera sebagai mitra untuk melaksanakan alih teknologi pengembangan pangan lokal non beras berbasis sumber pangan di daerah tersebut, yaitu ubi kayu dan jagung.

Kabupaten Kebumen merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Jawa tengah yang sebagian merupakan dataran rendah (bagian Selatan) dan sebagian berupa pegunungan (bagian Utara). Dengan luas lebih dari 128 ribu Ha, daerah ini berpenduduk 1,2 juta jiwa .

LAKIP DEPUTI BIDANG TAB - BPPT TAHUN 2015 III -4

Sektor pertanian berperan cukup dominan dalam perekonomian Kabupaten Kebumen. Sumbangannya mencapai 44,75 persen terhadap PDRB. Komoditi pertanian andalan daerah ini adalah produk tanaman bahan pangan terutama padi, ubi kayu, dan kacang kedele, dan perkebunan terutama kelapa dalam. Produksi ubi kayu dari Kebumen menempati peringkat ke enam di Jawa Tengah. Kecamatan andalan sebagai sentra ubi kayu dan Jagung adalah Karangsembung, Karanggayam, dan Sadang.

Berdasarkan data ini maka salah satu lokus penerapan teknologi pengolahan pangan lokal dilakukan di UKM Mutiara Baru Kecamatan Karangsambung- Kabupaten Kebumen yang merupakan salah satu sentra tanaman ubi kayu dan jagung.

Gambar 3.1. Penandatanganan MoU antara Kepala BPPT dengan Gubernur Jawa Tengah dalam rangka pemanfaatan teknologi BPPT pada tanggal 18

LAKIP DEPUTI BIDANG TAB - BPPT TAHUN 2015 III -5

Kegiatan yang dilakukan di Kabupaten Kebumen adalah alih teknologi produksi pembuatan mie, makaroni, dan beras analog berbahan baku tepung lokal (ubi kayu, dan jagung).

Teknologi yang dialihkan adalah hasil perekayasaan Pusat Teknologi Agroindustri berupa teknik proses pembuatan pangan (mie, makaroni, dan beras analog) yang meliputi formulasi dan perlakuan proses. Teknik ini merupakan rangkaian proses yang terkait dengan alat proses berupa alat ekstrusi khusus hasil rekayasa PTA dengan sistem ekstrusi ganda dengan cetakan (dies) khusus dengan akapsitas 80 kg/hari. Kesatuan teknik proses dan alat proses ini menghasilkan produk dengan keunggulan pada tampilan produk sebelum dimasak yang seragam, kepadatan cukup (tidak pecah/buyar). Disamping itu juga tampilan produk setelah dimasak

yang terkesan “pulen” atau tidak “pera”. Tahapan atau alur pembuatan beras analog ditampilkan pada gambar berikut.

Gambar 3.2. Kegiatan alih teknologi di UKM Mutiara Baru Desa Plumbon, Baru Kecamatan Karangsambung- Kabupaten Kebumen

LAKIP DEPUTI BIDANG TAB - BPPT TAHUN 2015 III -6 Gambar 3.3. Alur proses pembuatan beras analog di UKM Mutiara Baru

PENIMBANGAN BAHAN

PENGERINGAN PENGUKUSAN TEPUNG JAGUNG DAN MOCAF (terpisah)

selama 30 menit

EKSTRUSI PENAMBAHAN AIR

(pada bahan tepung jagung dan mocaf)

PENCAMPURAN BAHAN (tepung yang telah digelatinasi)

LAKIP DEPUTI BIDANG TAB - BPPT TAHUN 2015 III -7

Gambar 3.4. Beras analog produk UKM Mutiara Baru Kabupaten Kebumen

Salah satu prestasi yang membanggakan adalah keberhasilan UKM Mutiara Baru binaan BPPT yang mendapat penghargaan ADHIKARYA PANGAN NUSANTARA (APN) tahun 2015 yang diserahkan oleh Presiden Joko Widodo pada tanggal 21 Desember 2015 di Istana Negara.

Gambar 3.5. Penganugerahan ADHIKARYA PANGAN NUSANTARA (APN) tahun 2015 oleh Prseiden Joko Widodo di Istana Negara tanggal 21 Desember 2015

LAKIP DEPUTI BIDANG TAB - BPPT TAHUN 2015 III -8

Gambar 3.7. Piagam Penghargaan ADHIKARYA PANGAN NUSANTARA (APN) tahun 2015 untuk UKM Mutiara Baru Kabupaten Kebumen

Gambar 3.6. Kelompok UKM Mutiara Baru penerima Adhikarya Pangan Nusantara 2015 Tingkat Nasional

LAKIP DEPUTI BIDANG TAB - BPPT TAHUN 2015 III -9

Gambar 3.8. Piala dan Piagam Penghargaan ADHIKARYA PANGAN NUSANTARA (APN) tahun 2015 untuk UKM Mutiara Baru Kabupaten Kebumen

Gambar 3.9. Tim Pangan Lokal BPPT dengan Kelompok UKM Mutiara Baru penerima Adhikarya Pangan Nusantara 2015

LAKIP DEPUTI BIDANG TAB - BPPT TAHUN 2015 III -10

Dokumen terkait