• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V PEMBAHASAN

5.2 Daya Terima Bubur Bayi Instan

5.2.4 Tekstur

Penilaian tekstur suatu produk makanan merupakan penilaian berdasarkan indra peraba. Tesktur makanan berkaitan dengan sensasi sentuhan. Memandang suatu produk dapat memberi gagasan apakah suatu produk tersebt kasar, halus, keras atau lembek (Shewfelt, 2014).

Pengujian terhadap tekstur oleh panelis menunjukkan bahwa bubur bayi instan dengan penambahan umbi bit sebesar 15% (T1) sangat disukai oleh panelis dan bubur bayi instan dengan penambahan umbi bit sebesar 30% (T2) disukai oleh panelis. Kedua penilaian bubur bayi instan berada dalam kategori kriteria yang berbeda, yakni kategori sangat suka dan kategori suka.

Tekstur bubur bayi instan pada perlakuan T1 lebih disukai panelis karena tekstur yang lembut. Kelembutan bubur bayi instan dipengaruhi oleh bahan penyusun lainnya seperti tepung susu. Tekstur bubur bayi insta pada perlakuan T2 tetap disukai oleh panelis, namuan pada pendataan uji daya terima, ada beberapa bayi serta orangtua tidak menyukainya dikarenakan telah mencium dan mencicipi aroma langu dari bit pada bubur bayi instan perlakuan T2.

Menurut Winarno (1997), tekstur dan konsistensi suatu bahan akan memengaruhi cita rasa yang ditimbulkan bahan tersebut karena dapat memengaruhi kecepatan timbulnya rangsangan terhadap sel reseptor olfaktori an kelenjar air liur. Semakin kental suatu bahan, penerimaan terhadap intensitas rasa, bau dan cita rasa semakin berkurang.

5.3 Analisis Kandungan Karbohidrat, Protein, Lemak, Serat Kasar, Abu dan Air pada Bubur Bayi Instan

Menurut Departemen Kesehatan RI (2006) bahwa makanan yang tepat untuk bayi usia 6-7 bulan adalah makanan lumat halus, yaitu makanan yang dihancurkan dari tepung dan tampak homogen (sama/rata), contoh : bubur susu, bubur sumsum, biskuit ditambah air panas, pepaya saring, pisang saring.

Hasil analisis karbohidrat, protein, lemak, serat kasar, abu dan air pada bubur bayi instan dengan dua perlakuan yaitu bubur bayi instan dengan penambahan umbi bit sebesar 15% (T1) dan bubur bayi instan dengan penambahan umbi bit sebesar 30% (T2) menunjukkan total karbohidrat masing- masing perlakuan. Tiap bubur instan memiliki kandungan karbohidrat yang tinggi. Namun, bubur bayi instan perlakuan T1 memiliki kandungan karbohidrat lebih banyak. Selisih kandungan karbohidrat diantara kedua perlakuak bubur bayi instan adalah 0,80 gram.

Tidak ada persyaratan mengenai kisaran kandungan karbohidrat dalam spesifikasi MP-ASI, akan tetapi kadar karbohidrat pada bubur bayi instan yang dihasilkan lebih rendah dari pada bubur instan komersial (66,8-70,8 gr/100gr) pada umumnya (Tampubolon, 2015).

Kandungan protein masing masing perlakuan sebesar 11, 80 gram pada bubur bayi instan pada perlakuan T1 dan 12,48 gram dalam bubur bayi instan perlakuan T2. Kandungan protein dalam bubur bayi instan yang dihasilkan memenuhi spesifikasi di mana disyaratkan kandungan protein MP-ASI sebesar 8- 22 gram dalam 100 gram MP-ASI. Kadar protein pada bubur bayi instan dengan

penambahan umbi bit dapat memenuhi kebutuhan protein perhari untuk bayi. Kandungan protein yang lebih tinggi pada bubur bayi instan T2 dihasilkan dari jumlah umbi bityang lebih banyak.

Kandungan lemak pada bubur bayi instan perlakuan T1 sebesar 3,62 gram dan pada bubur bayi instan perlakuan T2 sebesar 3,11 gram. Perbedaan kandungan lemak pada kedua bubur bayi instan dikarenakan jumlah tepung susu yang ditambahkan juga berbeda. Kandungan lemak yang paling tinggi dihasilkan dari tepung susu. Jumlah tepung susu pada bubur bayi instan perlakuan T1 lebih banyak dibanding perlakuan T2.

Spesifikasi MP-ASI mensyaratkan kandungan lemak sebesar 6-15 gram dalam 100 gram MP-ASI. Oleh karena itu, kadar lemak pada bubur bayi instan yang dihasilkan belum dapat memenuhi standar, tetapi kedua bubur bayi instan yang dihasilkan tetap dapat memenuhi kebutuhan lemak bayi sebesar 50% dari kebutuhan lemak per hari.

Kandungan air dan abu yang terkandung dalam bubur bayi instan perlakuan T1 berjumlah 4,56 gram dan 3,20 gram. Kandungan air dan abu dalam bubur bayi instan perlakuan T2 sebesar 4,74 gram dan 4,64 gram. Dalam spesifikasi MP-ASI, disyaratkan kandungan air dalam 100 gram MP-ASI maksimal 4 gram. Kedua produk bubur bayi instan memiliki kadar air yang lebih tinggi dibandingkan persyaratan MP-ASI. Tingginya kadar air dalam suatu produk bahan makanan akan mengurangi waktu simpan produk tersebut. Dapat disimpulkan bahwa kedua produk bubur bayi instan memiliki waktu simpan yang

instan T2 adalah 0,18 gram. Bubur bayi instan T1 memiliki daya simpan yang sedikit lebih lama dibandingkan bubur bayi instan T2. Selain kadar air yang tinggi, kedua produk bubur bayi instan yang dihasilkan juga memiliki kandungan abu yang cukup tinggi. Penentuan kadar abu dilakukan untuk mengetahui jumlah mineral pada bahan (Andarwulan, 2011).

Selain analisis di atas, diperoleh juga kandungan serat kasar dalam kedua perlakuan bubur bayi instan, yaitu berjumlah 3,46 gram pada bubur bayi instan perlakuan T1 dan berjumlah 4,95 gram dalam bubur bayi instan perlakuan T2. Kandungan serat kasar dalam makanan bayi berdasarkan persyaratan MP-ASI harus rendah, yakni tidak lebih dari 5 gram per 100 gram MP-ASI. Kedua perlakuan bubur bayi instan memiliki kandungan serat kasar dibawah 5 gram. Namun, kandungan serat kasar pada bubur bayi instan sudah hampir mendekati batas kandungan abu yang boleh diterima bayi per harinya. Dalam sehari, bayi tentunya tidak hanya mengonsumsi bubur bayi instan, tetapi juga mengonsumsi makanan lainnya yang juga mengandung serat kasar. Kandungan serat kasar yang terlalu tinggi akan mengganggu pencernaan bayi.

Menurut Almatsier (2013), nilai energi didapat dari jumlah kandungan protein, lemak dan karbohidrat yang dikalikan dengan koefisiennya. Berdasarkan kandungan karbohidrat, lemak dan protein yang telah diketahui, tiap 100 gram bubur bayi instan T1 dapat menyumbangkan energi sebesar 327,66 kkal dan tiap 100 gram bubur bayi instan T2 dapat menyumbangkan energi sebesar 322,59 kkal. MP-ASI bubur bayi instan dengan penambahan umbi bit dapat dijadikan sebagai alternatif MP-ASI sebagai makanan utama. Setiap harinya bayi

mengonsumsi makanan utama sebanyak 3 kali dan makanan selingan sebanyak 2 kali. Dalam 15 gram (setara dengan 1 sendok makan) bubur bayi instan T1, sebesar 49,5 kkal energi dapat disumbangkan. Berbeda halnya dalam 15 gram (setara dengan 1 sendok makan) bubur bayi instan T2, sebesar 48 kkal energi dapat disumbangkan untuk memenuhi energi bayi.

Berdasarkan pada pemenuhan energi menurut pada AKG (Angka Kecukupan Gizi PERMENKES RI NO. 75 Tahun 2013) maka menurut kelompok bayi berumur 7-12 bulan konsumsi bubur bayi instan dengan penambahan umbi bit sebesar 15% (T1) dianjurkan sebanyak 14 sendok makan (sdm) per hari (sebanyak 3-5 sdm setiap 1 kali konsumsi), dimana tiap sendok makan dapat memenuhi 6,8% AKG. Sedangkan untuk bayi berumur 7-12 bulan, konsumsi bubur bayi instan dengan penambahan umbi bit sebesar 30% (T2) dianjurkan sebanyak 15 sendok makan (sdm) per hari untuk 3 kali makan, dimana tiap sendok makan dapat memenuhi 6,62% AKG.

Produk bubur bayi instan dengan penambahan umbi bit sebesar 15% dan 30% yang diproduksi oleh peneliti, tidak mengandung bahan pengawet. Produk ini dapat bertahan hingga 30 hari, dengan ketentuan apabila produk ini disimpan di tempat tertutup, tidak terkontaminasi udara luar dan zat substansi lain. Penambahan vitamin A, gula dan garam dapat memperpanjang daya simpan produk ini.

penyusun lainnya adalah bahan yang sudah ada di dapur. Untuk estimasi biaya produksi tiap 100 gram bubur bayi instan dengan pernambahan umbi bit 15%(T1) adalah sekitar Rp 10.500,-. Umbi bit yang digunakan hanya 15gr dari harga jual 1 kg umbi dengan harga Rp 12.000,-. Umbi yang dikeringkan sebanyak 300 gr menghasilkan 15 gr tepung, atau setara dengan harga Rp 4.000-. Jumlah biaya bahan penyusun lainnya seperti tepung beras, tepung susu, minyak nabati dan tepung gula diestimasikan memiliki total harga Rp 6.500,-

Sedangkan untuk biaya estimasi biaya produksi tiap 100 gram bubur bayi instan dengan penambahan umbi bit 30%(T2) adalah sekitar Rp13.500,-. Dari 1 kg umbi bit, maka sekitar 500 gram umbi bit dapat menghasilkan 30 gr tepung, atau setara dengan harga Rp 7.980,-. Jumlah biaya bahan penyusun lainnya seperti tepung beras, tepung susu, minyak nabati dan gula diestimasikan memiliki total harga Rp 5520. Harga bahan penyusun pada perlakuan T2 lebih kecil dibandng T1 karena jumlah yang dipakai juga berkurang.

Dokumen terkait