• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

5.2 Obyek dan Daya Tarik Wisata Alam di Taman Nasional Gunung

5.2.1 Telagaremis

Telagaremis terletak di Desa Kaduela, Kecamatan Pasawahan. Lokasi obyek wisata ini berada di perbatasan tiga kabupaten yaitu Kuningan, Majalengka dan Cirebon. Luas obyek wisata Telagaremis sekitar ± 68,81 ha. Nilai daya tarik yang

dimiliki oleh kawasan wisata ini berupa danau alami, pemandangan alam seperti tegakan pohon pinus dan 9 sumber mata air yang tersebar di sekitar lokasi obyek wisata. Selain itu, udara sekitar obyek wisata ini terasa sejuk dan bersih seperti udara di daerah pegunungan. Telagaremis berasal dari sebuah nama kerang kecil (disebut remis) yang hidup di sekitar telaga, kerang ini dipercaya masyarakat dapat mengobati penyakit.

Sejarah asal usul Telagaremis yaitu dari legenda peperangan antara Pangeran Salingsingan dengan Pangeran Purbaya yang terjadi selama berabad- abad. Kedua pangeran tersebut masih kakak beradik yang terpisah jauh selama mereka pergi mencari ilmu. Kepergian kedua bersaudara ini berdasarkan titah sang ayah yaitu orang yang berhak menduduki tahta setelah beliau pergi adalah orang yang paling sakti. Pada suatu hari mereka bertemu kembali dan beradu kesaktian. Saat peperangan terjadi Pangeran Salingsingan hampir kalah oleh Pangeran Purbaya, namun kekalahan itu justru dijadikan taktik peperangan oleh Pangeran Salingsingan yaitu Pangeran Salingsingan lari bersembunyi di rungkun oyong (rimbunan tanaman oyong) yang terdapat kidang (hewan sejenis kijang). Saat Pangeran Salingsingan yang dikejar oleh Pangeran Purbaya tersebut lari ke rungkun oyong, kidang tersebut keluar dari rungkun karena kaget. Purbaya melihat kidang keluar dan beranggapan bahwa kidang tersebut merupakan jelmaan dari Pangeran Salingsingan.

Purbaya pun pergi mengejar kidang tersebut ke mana pun kidang itu lari, semakin lama dia mengejar dan semakin masuk ke dalam hutan kidang tersebut semakin banyak terlihat. Pada akhirnya Purbaya merasa kelelahan dan dia merasa kehausan setelah berlari mengejar kidang. Purbaya pun pergi mencari sumber air minum dan dia menemukan sumber air yang menyerupai air mancur. Namun saat Purbaya datang air tersebut malah menghilang. Purbaya pun marah dan mencaci air tersebut, hingga air pun mengizinkan Purbaya minum dengan syarat dia harus mengambil air dengan menggunakan gayung atau tangan seperti layaknya orang berwudhu. Air itu pun keluar kembali dan Purbaya minum sepuasnya, setelah selesai Purbaya pamit pergi pada air untuk mencari kembali kidang yang dianggap jelmaan dari Salingsingan. Air yang diminum Purbaya ternyata merupakan jelmaan dari Salingsingan, sehingga Salingsingan pun berada di dalam perut

Purbaya. Salingsingan menyerang Purbaya dari dalam perutnya dengan melukai bagian hati Purbaya hingga dia menyerah. Saat menyerah itulah Salingsingan membuat suatu kesepakatan dengan Purbaya bahwa dia akan berubah jadi air dan Purbaya akan diubahnya jadi kura-kura bernama “si Mendung” yang akan selalu hidup di bawah air.

Cerita ini pun memberikan kepercayaan pada sebagian masyarakat bahwa air yang ada di sumber air keramat akan mendatangkan berkah jadi barang siapa pun perawan atau janda yang sulit mendapatkan jodoh, mandikanlah dia dengan air keramat pasti cepat mendapatkan jodoh. Selain itu orang yang ingin bekerja atau mempunyai keinginan lain sering datang untuk dimandikan oleh kuncen. Sumber air yang biasa dipakai untuk memandikan disebut Sumur Jalatunda dan telaga yang sering dipakai mandi Telaga Nilem. Selain mempunyai cerita mitos Telagaremis juga memiliki keunikan dan keindahan sumberdaya alam yang berpotensi untuk dijadikan daya tarik wisata diantaranya yaitu:

a) Telagaremis (Situ Ayu Salintang)

Telaga ini merupakan telaga unggulan obyek wisata Telagaremis. Luas telaga ini paling besar diantara telaga yang lainnya, dengan kedalaman mencapai ± 15 meter, bagian dasar telaga banyak terdapat ganggang. Sumber air telaga ini berasal dari 7 mata air yang berada di sekitar pohon beringin pinggir telaga. Air dari telaga ini dipergunakan oleh PT Indosemen di Kabupaten Cirebon. Kegiatan yang berpotensi dilakukan antara lain wisata perahu dan sepeda air. Selain itu juga dapat dilakukan kegiatan wisata memancing yang kini sudah banyak dilakukan oleh warga Desa Kaduela dan sekitarnya. Flora yang terdapat di sekitar Telagaremis antara lain Pinus (Pinus merkusii), beringin (Ficus benjamina), ketapang (Terminalia katapa) dan mangga (Mangifera sp).

Gambar 5 Telagaremis.

Keberadaan telaga ini erat kaitannya dengan makam Buyut Ayu Salintang yang makamnya terdapat di pinggir telaga ini, namun sampai saat ini masih belum ada orang yang berani menceritakan keterkaitan makam Buyut Ayu Salintang dengan keberadaan Telagaremis ini. Sebagian masyarakat ada yang menyatakan bahwa Telagaremis dan Situ Ayu Salintang berbeda dipisahkan oleh makam Buyut, namun tidak banyak orang yang mengetahui hal tersebut dan beranggapan Situ Ayu Salintang merupakan nama lain dari Telagaremis. Hal ini dikarenakan lokasi kedua telaga ini yang terlihat menyatu hanya saja tersekat pada salah satu sisinya oleh makam keramat Buyut Ayu Salintang dan mushola serta panggung hiburan seperti yang terlihat pada Gambar 6.

(a) (b)

Gambar 6 (a) Jembatan penyekat Telagaremis dan Situ Ayu Salintang, (b) Situ Ayu Salintang.

b) Telaga Deleg

Telaga Deleg merupakan salah satu telaga yang tadah hujan karena air di telaga ini penuh saat musim hujan. Air di telaga ini berwarna kecoklatan seperti yang terlihat pada Gambar 7. Pada telaga ini terdapat ikan yang sengaja dipelihara oleh masyarakat sekitar diantaranya ikan nilem, ikan mas, lele dan ikan nila. Sedangkan saat musim kemarau telaga ini kering dan lahannya digunakan oleh warga sebagai kebun biasanya ditanami umbi-umbian seperti singkong. Selain itu pada lokasi telaga ini juga terdapat sebuah petak sawah yang dikelola oleh kuncen Telagaremis. Tanaman yang terdapat di sekitar telaga yaitu kapuk randu (Ceiba petandra), kenanga, mangga (Mangifera sp.) dan beberapa tanaman palawija.

Gambar 7 Telaga Deleg.

Pada lokasi Telaga Deleg ini terdapat lahan terbuka yang terdapat banyak bebatuan besar, biasanya warga sekitar menggunakan lahan ini untuk menjemur padi pada musim panen dan sebagian pengunjung biasanya menggunakan lahan ini untuk berkemah. Udara di sekitar camping ground ini cukup panas dan rawan terjadi kebakaran karena banyaknya semak belukar yang mengering pada saat musim kemarau.

c) Telaga Salam

Telaga ini berada di sebelah kiri bawah camping ground telaga Deleg, air telaga ini bening dan sedikit tertutup oleh serasah dari pohon sekitarnya seperti yang tersaji pada Gambar 8. Terdapat beberapa macam burung di sekitar telaga seperti cinenen pisang (Orthotomus sutorius), cabe jawa dan jenis burung semak.

Tanaman yang terdapat di sekitar telaga diantaranya nangka (Artocarpus heterophyllus), kapuk randu (Ceiba petandra), beringin (Ficus benjamina), sukun (Artocarpus communis), akasia (Acacia mangium) dan pisang.

Gambar 8 Telaga Salam.

d) Telaga Buruy I

Telaga ini tertutup oleh semak dan tumbuhan air seperti yang terlihat pada Gambar 9, sehingga pengunjung tidak bisa melihat telaga dari jarak dekat. Udara sekitar telaga terasa panas, pada musim kemarau sering terjadi kebakaran karena semak yang mengelilingi telaga dan air telaga mengering. Jalan setapak menuju telaga ini sudah tidak terlihat, tertutup oleh tumbuhan bawah dan semak yang agak tinggi. Jarang masyarakat yang datang ke lokasi telaga ini. Tanaman yang ada di sekitar telaga berupa pisang, sengon (Paraserianthes falcataria) dan beberapa jenis semak belukar.

e) Nyi Eloh

Air telaga ini berwarna bening (Gambar 10) dan mengalir setiap musim di sepanjang tahun. Letak sumber air ini di pinggir jalan dalam kawasan wisata sebelum Telaga Deleg. Biasanya pengunjung yang berkemah di camping ground Telaga Deleg menggunakan air Nyi Eloh ini untuk keperluan selama kegiatan, terdapat MCK yang sudah tidak terawat dan dapat digunakan sebagai tempat ganti pakaian. Tanaman yang terdapat di sekitar sumber air diantaranya kenanga, tanaman pisang, singkong, paku-pakuan dan semak belukar. Air yang berasal dari telaga ini digunakan oleh perusahaan lokal air minum isi ulang.

Gambar 10 Nyi Eloh.

f) Telaga Leutik dan Telaga Buruy II

Telaga Leutik dan Telaga Buruy II terdapat di sebelah selatan Telagaremis. Ada beberapa jalan tanah setapak dan berbatu yang menuju kedua lokasi telaga ini, namun sebagian jalan sudah tertutup semak dikarenakan jarang dilalui orang. Masyarakat sekitar sering memancing di telaga ini, karena suasananya sunyi dan udaranya yang sejuk. Ikan yang terdapat di kedua telaga ini cukup beragam diantaranya ikan nila dan lele. Kedua telaga ini airnya surut pada musim kemarau, tepian telaga tidak terlihat karena tertutup oleh semak dan beberapa tumbuhan air seperti eceng gondok (Gambar 11).

(a) (b)

Gambar 11 (a) Talaga Leutik dan (b) Telaga Buruy II.

g) Sumur Jalatunda

Sumur Jalatunda ini merupakan sumber mata air keramat (Gambar 12) yang biasa dipakai memandikan pengunjung oleh Kuncen. Biasanya pengunjung datang pada hari-hari tertentu seperti malam jum’at kliwon. Kebanyakan pengunjung yang datang berasal dari luar daerah seperti Cirebon dan Indramayu. Pengunjung yang datang memiliki tujuan khusus di luar kegiatan berwisata, kepercayaan mereka terhadap mitos yang berkembang masih cukup tinggi. Beberapa orang datang dengan tujuan ingin mendapatkan kehidupan yang lebih baik seperti mendapatkan pekerjaan atau jodoh. Akan tetapi tidak banyak pengunjung yang mengetahui keberadaan dan mitos Sumur Jalatunda ini. Lokasi Sumur Jalatunda terletak sebelum Telaga Leat.

h) Telaga Leat dan Telaga Nilem

Letak kedua telaga ini sangat berdekatan, memiliki air yang jernih sehingga tanaman yang berada di bawah telaga dapat terlihat seperti yang terlihat pada Gambar 13. Kegiatan wisata yang bisa dilakukan di kedua telaga ini antara lain memancing dan berenang. Namun pengunjung lebih senang berenang di telaga Nilem karena airnya lebih jernih dan dalam serta lebih luas. Pada sepanjang jalan menuju kedua lokasi telaga ini terdapat batu-batuan besar yang menjulang tinggi. Jalan menuju lokasi kedua telaga ini berbatu, bisa dilalui oleh kendaraan bermotor.

(a) (b)

Gambar 13 (a) Telaga Leat. (b) Telaga Nilem.

i) Batu Tumpeng

Batu Tumpeng merupakan deretan sebuah batu yang diangggap keramat bagi orang-orang tertentu, bahkan terdapat mitos bahwa batu ini kadang – kadang tidak dapat didokumentasikan atau tidak terlihat di foto. Pada lokasi batu ini berdasarkan informasi beberapa penduduk mempunyai nilai sejarah dan biasanya ada yang menjadikan sebagai tempat pemujaan. Bentuk Batu Tumpeng ini menyerupai tumpeng yang disusun berlapis seperti yang terlihat pada Gambar 14. Selain Batu Tumpeng tersebut juga terdapat beberapa batu besar yang tersusun. Batu Tumpeng ini berada di sebelah kiri atas Telaga Deleg, akses jalan setapak menuju lokasi tidak dapat terlihat jelas karena sudah tertutup semak belukar dan

jarang dilalui oleh manusia. Beberapa tanaman yang banyak ditemukan yaitu sengon (Paraserianthes falcataria), mahoni (Swietenia macrophylla) dan melinjo (Gnetum gnemon).

Gambar 14 Batu Tumpeng.

j) Camping ground Pinus

Camping ground selain di Telaga Deleg juga terdapat di sebelah utara Telagaremis (Situ Ayu Salintang) yang tersebar menghadap pemandangan Telagaremis, berupa area yang terbuka di bawah tegakan pinus seperti yang disajikan pada Gambar 15. Beberapa tempat yang biasa digunakan untuk mendirikan tenda ditumbuhi oleh tumbuhan bawah dan semak yang akan dibersihkan oleh pihak pengelola apabila sudah ada pengunjung yang siap untuk berkemah.

5.2.2 Paniis

Obyek wisata ini berupa bumi perkemahan singkup dan aliran air sungai yang jernih langsung dari sumber mata air. Luas obyek wisata alam Paniis sekitar ± 35,32 Ha. Pada obyek wisata ini terdapat dua tiket masuk yaitu di Buper dan jalan menuju sungai. Daya tarik wisata ini berupa aliran sungai dengan kondisi air yang jernih dan bersih (Gambar 16). Masyarakat sekitar sering menggunakan air sungai ini untuk mandi dan mencuci. Bahkan sumber air ini digunakan oleh PDAM untuk pasokan air minum ke wilayah Kabupaten Cirebon, aliran air ini juga dipergunakan warga Paniis untuk saluran irigasi areal pertanian.

Aliran sungai Cipaniis tidak pernah kering walaupun musim kemarau panjang. Sebagian masyarakat dan pengunjung memiliki kepercayaan bahwa air dari sungai ini membawa berkah, sehingga banyak yang mencuci peralatan masak sebelum acara hajatan (pernikahan atau acara syukuran khitanan), baju atau karpet (tempat usaha) dan lain-lain agar apa yang mereka inginkan mendapatkan berkah. Selain itu ada juga orang yang beranggapan bahwa aliran air sungai Paniis ini mempunya khasiat awet muda, apabila mereka sering mandi di aliran sungai ini maka kulit mereka akan terasa kencang.

Gambar 16 Sungai Cipaniis.

Pada lokasi obyek wisata alam Paniis ini terdapat pula camping ground yang berada di bawah tegakan Pinus seperti yang tersaji pada Gambar 17. Secara administratif camping ground tersebut berada di Desa Singkup, namun status lahan masih milik TNGC dan termasuk dalam satu hamparan obyek wisata Paniis yang kini dikelola oleh Disparbud oleh karena itu area perkemahan ini lebih dikenal dengan Buper Singkup. Pengunjung yang mengunakan lokasi camping

ground ini biasanya adalah rombongan sekolah atau organisasi. Lokasi perkemahan ini berada di pinggir jalan utama, berdekatan dengan permukiman warga dan peserta dapat mengunakan aliran air Cipaniis untuk kebutuhan selama kegiatan berlangsung.

Gambar 17 Camping ground Singkup.

Jenis tumbuhan yang ada di lokasi obyek wisata ini yaitu kersen (Muntingia calabura), karet (Hevea brasiliensis), angsana (Pterocarpus indicus), kopi (Coffea sp), melinjo (Gnetum gnemon), sonokeling (Dalbergia latifolia), durian (Durio zibethinus), beringin (Ficus benjamina) dan pinus (Pinus merkusii). Sedangkan jenis satwa yang ada yaitu cabai jawa (Dicaeum trochileum) dan pijantung kecil (Arachnothera longirostra).

5.2.3 Buper Cibeureum

Luas Buper Cibeureum sekitar ± 11,36 Ha. Area yang digunakan berada di samping kantor Seksi I Taman Nasional Gunung Ciremai. Keunikan Buper Cibeureum terletak pada satwa jenis monyet ekor panjang (Gambar 18) yang banyak berkeliaran di sekitar buper dan tidak takut pada aktivitas manusia. Monyet tersebut sering turun ke tanah dan mengambil makanan pengunjung bahkan beberapa monyet sering datang mengunjungi rumah warga untuk meminta makanan berupa buah atau umbi-umbian.

Gambar 18 Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis).

Pada lokasi Buper Cibeureum ini terdapat sumber mata air yang cukup besar. Namun masyarakat, pengelola dan pemerintah desa melarang peserta kemah atau pengunjung lainnya turun melihat sumber air dari dekat. Hal ini dikarenakan sumber air tersebut digunakan untuk keperluan masyarakat seperti air minum dan keperluan sehari-hari lainnya. Selain takut tercemari oleh aktivitas pengunjung, masyarakat juga percaya akan beberapa mitos yang berkembang.

Mitos yang berkembang tersebut yaitu adanya penjagaan oleh monyet ekor panjang yang memiliki kebiasaan dan dipercaya oleh warga sekitar bahwa setiap malam jumat kliwon semua monyet akan berkumpul dan mandi satu persatu di sumber mata air tersebut. Masyarakat juga percaya akan keberadaan ular sanca dengan ukuran besar yang sering terlihat menyebrang jalan menjelang malam tanpa mereka tahu ujung kepala dan ekor berada dimana. Adanya kepercayaan ini menyebabkan masyarakat tidak berani memberikan izin pada pengunjung untuk mempergunakan sumber air tersebut. Selain itu, masyarakat masih memegang kepercayaan bahwa apapun yang berada di “leuweung jero” (sebutan masyarakat pada kawasan hutan Cibeureum) tidak boleh dipergunakan selain air karena akan mendapatkan kesialan seumur hidup.

(a) (b)

Gambar 19 (a) Lapangan Bola Buper Cibeureum, dan (b) Camping ground. Camping ground pada buper ini berada di bawah pohon pinus sebelah atas dan bawah lapangan bola, sedangkan lapangan bola biasanya dipakai oleh peserta kemah untuk upacara, api unggun dan kegiatan lainnya. Jenis flora dan fauna yang dapat ditemui dilokasi Buper Cibeureum ini antara lain pinus (Pinus merkusii), kopi (Coffea sp), beringin (Ficus benjamina), salam (Eugenia polyantha), pulus, ambit (Elaeocarpus grandiflora) dan huni. Sedangkan jenis fauna yang bisa ditemukan diantaranya yaitu elang hitam (Ictinaetus malayensis), cinenen pisang (Orthotomus sutorius) dan cekakak sungai (Todirhamphus chloris).

5.2.4 Buper Cibunar

Lokasi Buper Cibunar merupakan pos I pendakian Gunung Ciremai jalur Linggarjati yang berada di Desa Linggarjati Kecamatan Cilimus. Luas buper ini sekitar ± 7,352 Ha. Sepanjang perjalanan menuju buper pengunjung dapat melihat pemandangan area persawahan dan perkebunan warga, diantaranya kebun cengkih dan nilam yang daunnya dipergunakan warga sebagai bahan minyak wangi serta perkebunan beberapa jenis umbi dan sayur seperti yang terlihat pada Gambar 20.

(a) (b)

Gambar 20 (a) pesawahan dan (b) perkebunan warga menuju Buper. Keunikan Buper Cibunar ini yaitu pemandangan alam pengunungan. Topografi dan lokasi buper yang berada di jalur pendakian menjadi daya tarik tersendiri bagi pengunjung yang ingin berkemah di Buper ini, terutama untuk kegiatan pelantikan ekstrakurikuler sekolah, atau kegiatan pecinta alam lainnya. Pengunjung yang banyak berkemah di Buper ini biasanya para pendaki yang beristirahat setelah pendakian atau persiapan untuk pendakian, lokasi Buper berada di bawah tegakan pohon pinus seperti pada Gambar 21.

Gambar 21 Camping ground Cibunar.

Flora yang banyak ditemukan pada buper ini antara lain pinus (Pinus merkusii), kayu afrika (Maesopsis eminii), suren, mahoni (Swietenia macrophylla), kaliandra (Calliandra haematocepala) dan beberapa tanaman agroforestry seperti alpukat (Persea americana), lada dan durian (Durio

zibethinus). Pada lokasi buper juga ditemukan tanaman nilam. Sedangkan fauna yang dapat ditemui antara lain kutilang (Pycnonotus aurigaster), cinenen pisang (Orthotomus sutorius), walik dan beberapa jenis burung semak.

5.2.5 Buper Balongdalam

Bumi perkemahan Balongdalam merupakan salah satu obyek wisata TNGC seluas ± 5,216 Ha. Menurut cerita masyarakat Balongdalem ini merupakan tanah milik masyarakat yang memiliki dua orang anak yaitu Buyut Bayu dan Buyut Bangun. Kedua bersaudara kakak beradik ini berdebat dan bersengketa dalam memperebutkan hak kepemilikan tanah tersebut. Cerita perseteruan itu sampai terdengar oleh Sultan Matang Haji di Cirebon. Beliau melihat perseteruan tersebut dan mengambil keputusan bahwa tanah komplek Balong Dalem dan pengairannya dikuasai oleh negara dan pengelolaannya diwakilkan pada Sultan Matang Haji. Kemudian beliau memerintahkan untuk menanam pohon Raksamala yang mengandung arti raksa yaitu ngaraksa dan mala yaitu mamala, sehingga pohon Raksamala tersebut mengandung arti menjaga dari adanya mamala.

Pada lokasi wisata Balongdalem ini terdapat tempat keramat yaitu makan Pansarcan Buyut Bayu dan Buyut Goong (Gambar 22) yang sampai saat ini masih banyak orang berziarah dengan tujuan tertentu. Peziarah datang pada hari-hari tertentu seperti malam jum’at kliwon, peziarah yang datang biasanya berasal dari daerah luar Kuningan seperti Cirebon dan Indramayu.

(a) (b)

Salah satu upacara adat yang khusus dilakukan di obyek wisata Balongdalem yaitu kawin cai. Upacara adat ini dilakukan untuk mengingatkan masyarakat agar menjaga sumber mata air yang ada di desa mereka. Upacara adat ini biasanya dilakukan pada bulan Oktober setiap satu tahun sekali. Kegiatan ini dilangsungkan di depan sumber mata air Titrayatra yaitu sebuah area terbuka yang disebut dengan “Karang Mangu” (Gambar 23). Air dalam upacara kawin cai berasal dari sumber air Tirtayatra yang berada di obyek wisata Balongdalem Desa Babakanmulya dengan air dari tujuh sumur di kawasan obyek wisata Cibulan Desa Maniskidul yaitu sumur Kejayaan, Keselamatan, Kemudahan, Kemulyan, Cirencana, Cisadane dan Pengabulan.

(a) (b)

Gambar 23 (a) Karang mangu dan (b) Sumber air Titrayatra.

Prosesi upacara adat ini dimulai dengan tarian dan arak-arakan menuju sumber mata air, kemudian dilanjutkan dengan menanam pohon dan menebarkan benih ikan di sekitar mata air. Adapun ritual yang unik dan khas yaitu menyatukan air yang berasal dari mata air Balongdalem dengan air dari Cibulan. Setelah air dari kedua sumber tersebut disatukan ke dalam kendi, air tersebut sebagian dimasukan ke dalam Balongdalem sebagai pertanda agar masyarakat di daerah tersebut tidak mengalami kekurangan air

Selain itu terdapat “Taman Makam Pahlawan Samudera” (Angkatan Laut RI) terdiri dari 20 makam yang gugur dalam beberapa pertempuran geriliya melawan Belanda yang disajikan pada Gambar 24. Setiap peringatan hari pahlawan atau hari kemerdekaan 17 Agustus selalu diadakan upacara peringatan di lokasi ini, bahkan pada malam hari sebelum peringatan hari pahlawan sering

diadakan doa dan dzikir bersama yang dilakukan oleh masyarkat dan keluarga yang berziarah.

Gambar 24 Makam Pahlawan Samudra.

Selain situs budaya dan sejarah daya tarik obyek wisata ini juga terdapat camping ground yang berada di bawah rimbunan pohon Ki Hujan, serta kolam dengan kedalaman hingga 3 meter (Gambar 25). Area camping ini letaknya berdekatan dengan permukiman penduduk, dan pada kolam yang biasa dipakai berenang dan memancing terdapat ikan nila dan ada beberapa ikan dewa. Tumbuhan yang dapat ditemui yaitu rasamala (Altingia exelsa), pulus, pinus (Pinus merkusii) dan bunga pagoda (Clerodendron paniculatum). Sedangkan satwa yang sering ditemukan diantaranya elang hitam (Ictinaetus malayensis), burung kacamata (Zosterops sp), dan kutilang (Pycnonotus aurigaster).

(a) (b)

5.2.6 Lembah Cilengkrang

Obyek wisata ini terletak di Desa Pajambon Kecamatan Keramatmulya. Lembah Cilengkrang merupakan salah satu obyek wisata alam seluas ± 30 Ha yang memiliki keunikan berupa pemandangan lembah, curug, sebaran sumber air panas, kebun koleksi dan camping ground. Selain pada lokasi ini juga merupakan salah satu spot untuk pengamatan elang jawa yang kini mulai langka. Beberapa atraksi wisata alam yang terdapat di Lembah Cilengkrang yaitu:

1. Kopi Gede

Pada tempat ini pengunjung dapat melihat indahnya pemandangan alam pengunungan, melihat pemandangan kota Cirebon dan Kuningan. Selain itu, pada pagi hari di tempat ini juga sering muncul pelangi. Ketenangan dan kesejukan udara serta keindahan pemandangan alamnya (Gambar 26) membuat pengunjung lebih merasa nyaman untuk mencari ketenangan dari kesibukan dan rutinitas sehari-hari.

Gambar 26 Pemandangan kopi gede. 2. Kebun Koleksi

Jenis tanaman yang terdapat di kebun koleksi Lembah Cilengkrang cukup beragam diantaranya ki jamuju, nangsi (Villebrunia rubescens), walen (Ficus ribes), hamberang (Ficus toxicaria), mara (Macaranga tanarius), benda, mareme, kijeruk, kimuncang, kondang (Ficus variegata), ki asem, huru,

Dokumen terkait