• Tidak ada hasil yang ditemukan

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.7. Televisi Sebagai Media Komunikasi

Televisi merupakan gabungan dari media audio (dengar) dan media visual (gambar) yang bersifat politis, juga informatif, hiburan dan pendidikan, atau bahkan gabungan dari ketiga unsur tersebut. Pengertian televisi menurut Baksin (2006) adalah hasil produk teknologi tinggi (hi-tech) yang menyampaikan isi pesan dalam bentuk audio-visual

gerak. Wirodono (2005) mengemukakan, bahwa televisi merupakan sebuah entitas budaya, karena turut berperan dalam mewujudkan majunya sebuah budaya, terutama budaya bangsa yang beraneka ragam.

Kegiatan penyiaran pada media televisi di Indonesia dimulai pada

tanggal 24 Agustus 1962 dengan TVRI sebagai stasiun televisi pertama milik pemerintah. Barulah pada tahun 1990 muncul stasiun-stasiun televisi

Indonesia. Semula siaran televisi swasta boleh dikatakan merupakan hal yang baru dalam pertelevisian di Indonesia. Semula siaran televisi swasta dibatasi hanya menjangkau wilayah yang terbatas (Effendy, 2004).

Dengan demikian, melalui televisi sebagai media elektronik yang mampu menghasilkan gambar hidup, maka para produser maupun sutradara melalui kreatifitasnya mencoba memvisualisasikan kehidupan nyata dengan berbagai problematikanya dalam berbagai bentuk cerita yang kemudian dikemas dalam bentuk film atau sinema. Salah satu keunggulan televisi adalah kemampuannya menjangkau khalayak sasaran yang sangat luas dan mampu menjangkau sasaran yang dapat dicapai oleh media lain. Menimbulkan dampak yang kuat terhadap khalayak dengan tekanan pada 2 (dua) indera sekaligus, yaitu pendengaran dan penglihatan, serta mempengaruhi persepsi khalayak. Sebagian besar masyarakat meluangkan waktunya di muka televisi sebagai sumber berita, hiburan dan sarana pendidikan.

Tayangan televisi merupakan suatu entitas sosial, artinya televisi harus mendapatkan dukungan dari masyarakat. Usaha untuk mendapatkan

dukungan dari masyarakat melalui program-program yang ditayangkan,

sehingga usaha untuk meraih pemirsa melalui program acara menjadi satu hal penting yang mendapat porsi utama. Hal itu juga dirasakan stasiun televisi swasta TV One sebagai stasiun televisi yang baru dua tahun

berdiri. Sebagai stasiun televisi baru, maka program yang dibuat harus dibuat sedemikian rupa agar menarik pemirsa untuk tidak bosan dengan acara-acara yang ditayangkan TV One.

Secara lebih spesifik, maka setiap penayangan program televisi

harus disertakan juga dengan waktu tayangnya. Seperti yang dikemukakan Bovee dalam Lee (2003), yakni :

a. Pagi Jam 07.00-09.00 b. Siang Jam 09.00-16.30 c. Awal fringe time Jam 06.30-19.30 d. Akses prime time Jam 19.30-20.00 e. Prime time Jam 20.00-23.00

f. Berita malam Jam 23.00-23.30 g. Akhir fringe time Jam 23.30-01.00

Melalui televisi, pemirsa dapat menikmati setiap acara yang ditayangkan dengan melihat layar kaca sambil duduk santai tanpa kesengajaan untuk menyaksikan.Penyampaian informasinya seolah-olah langsung antara komunikator dengan komunikan. Informasi yang

disampaikan oleh televisi akan mudah dimengerti karena lebih jelas terdengar secara audio dan terlihat secara visual.

2.7.1 Fungsi Televisi sebagai Media Massa

Menurut Effendy (2004), televisi memiliki tiga fungsi, yaitu : a. Penerangan

Pada tahun 1946, pertama kali televisi diperkenalkan kepada masyarakat di New York, dengan fungsi penerangan dalam bentuk

pemberitaan tentang sidang yang sangat penting, seusai perang dunia II, karena pada saat itu sedang dimulainya sidang umum Perserikatan

Bangsa-Bangsa (PBB). Siaran stasiun televisi dapat dilihat dan didengar oleh semua orang pada saat peristiwa itu berlangsung.

b. Pendidikan

Sebagai media komunikasi massa, televisi merupakan sarana untuk menyiarkan acara pendidikan kepada khalayak, yang jumlahnya tidak sedikit. Dimana pendidikan bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan penalaran bagi masyarakat. Stasiun televisi telah menyusun acara demi acara yang telah tersusun dengan rapi. Selama acara pendidikan yang dilakukan secara teratur dan stasiun televisi menyiarkan beragam susunan acara yang secara tidak langsung mengandung pendidikan. Acara-acara tersebut berbentuk kuis, sinetron, iklan, film, musik, dan sebagainya.

c. Hiburan

Di kebanyakan negara, terutama yang masyarakatnya agraris, fungsi hiburan melekat pada televisi siaran merupakan sesuatu yang sangat tampak. Sebagian besar alokasi waktu siaran diisi oleh acara-acara hiburan. Hal ini dapat dimengerti, karena pada layar televisi dapat

menampilkan gambar tampak hidup, beserta suara seperti kenyataan, dapat dinikmati banyak khalayak yang tidak mengerti bahasa asing atau tuna aksara.

2.7.2 Kekuatan dan Kelemahan Televisi

Menurut Kasali (2004), televisi memiliki kekuatan dan kelemahan, yaitu :

a. Kekuatan Televisi 1) Efisiensi biaya.

Keunggulan televisi adalah kemampuan menjangkau khalayak sasaran yang sangat luas. Jangkauan massal ini menimbulkan efisiensi biaya untuk menjangkau setiap kepala.

2) Dampak yang kuat.

Dengan tekanan pada sekaligus indera penglihatan dan pendengaran. Televisi juga mampu menciptakan kelenturan bagi pekerjaan-pekerjaan kreatif, dengan mengkombinasikan gerakan, kecantikan, suara, warna, drama dan humor.

3) Pengaruh yang kuat.

Televisi mempengaruhi persepsi khalayak. Kebanyakan calon pembeli lebih percaya pada perusahaan yang mengiklankan produknya di televisi daripada di media lainnya.

b. Kelemahan Televisi 1) Biaya besar.

Biaya absolut yang sangat ekstrim untuk memproduksi dan menyiarkan siaran komersial.

2) Khalayak tidak selektif.

Televisi merupakan sebuah media yang tidak selektif. Jadi, iklan yang disiarkan ditelevisi memiliki kemungkinan menjangkau pesan

tidak tepat. 3) Kesulitan teknis.

Iklan-iklan yang telah dibuat tidak dapat diubah begitu saja jadwalnya, apalagi menjelang jam–jam penyiarannya.

2.8. Tipologi Perusahaan Media Televisi

Secara umum, perusahaan media televisi dapat dilihat dari beberapa aspek (Irvan dan Jahja, 2006), yakni :

a. Kepemilikan.

Berdasarkan aspek kepemilikan, perusahaan televisi yang ada di Indonesiadapat dibagi menjadi dua kelompok, yakni :

1) Televisi pemerintah

Televisi pemerintah adalah televisi yang didanai olehpemerintah, dimana fokus kegiatannya dilakukan untuk memberikan informasi yang sesuai dengan kepentingan masyarakat. Tugas utama televisi pemerintah adalah pelayanan masyarakat (public service), dan karena statusnya sebagai televisi pemerintah, maka perusahaan ini didukung oleh regulasi /undang-undang khusus. 2) Televisi swasta

Status kepemilikan televisi swasta adalah dimiliki oleh kelompok-kelompok tertentu dan sebagian masyarakat, seperti RCTI dan TPI sebagian besar dimiliki oleh Bimantara Group; SCTV oleh

Mitrasari Persada; IVM dimiliki oleh Salim Group dan TV one dimilki oleh kelompok Bakrie. Masing-masing perusahaan televisi ini

memiliki holding company yang menaungi anak perusahaan yang ada dibawahnya, misal SCTV sebagai anak perusahaan yang mempunyai

holding PT. Surya Citra Media, Tbk (SCM), Indosiar Visual Mandiri (IVM) memiliki holding Indosiar Karya Mandiri (IKM).

Secara berkala perusahaan televisi tersebut memaparkan mengenai profil perusahaan ke bursa saham, agar masyarakat luas juga dapatikut menanamkan sahamnya di perusahaan. Sebagaimana perseroan terbatas lainnya, pengambilan keputusan tertinggi ada di levelRapat Umum Pemegang Saham (RUPS), terutama keputusan yang menyangkut hal-hal strategik perusahaan, misalnya dalam hal penawaran obligasi perusahaan di pasar modal, sementara dewan direksi hanya memutuskan hal-hal yang sifatnya sedikit lebih teknis

dan operasional perusahaan sehari-hari. b. Orientasi Nilai Perusahaan

Untuk menjalankan sebuah perusahaan dibutuhkan suatu budaya organisasi berisikan nilai dan norma yang harus dipatuhi oleh setiap anggotanya. Nilai-nilai tersebut berisikan apa yang harus dilakukan dan apa yang tidak oleh dilakukan oleh suatu organisasi. Berdasarkan nilai-nilai yang dianut, perusahaan dapat

dibagi atas 2 (dua) hal, yakni televisi yang masih menganut nilai- nilai yang berakar pada budaya bangsa yang menjaga nilai kesopanan, nilai kepatuhan, menjaga kehormatan orang lain, dan sebagainya; tipe kedua adalah televisi yang muatan nilainya tetap mencoba berpegang pada budaya bangsa, namun sudah melakukan beberapa modifikasi Televisi yang berorientasi pada nilai budaya bangsa mencoba mengaplikasikan keyakinan yang dimilikinya dengan mewujudkannya pada sejumlah tayangan dimiliki, baik tayangan

talk show, berita, film, dan sebagainya. Pada tayangan talkshow,

misalnya televisi memilih untuk tetap berpegang pada nilai tersebut mewancarai orang dengan tidak menghakimi dan bentuk wawancaranya hanya sekedar bertanya dan bila memungkinkan

adalah memberikan klarifikasi. Sementara bagi televisi lain yang sudah memiliki nilai lain melakukan wawancara untuk yang

diwawancarai. Bagi televisi yang menganut nilai ini, mengajukan argumen bahwa kebenaran harus diungkapkan kepada masyarakat dan masyarakat dianggap harus mengetahui hal yang sebenarnya. Hanya saja terkadang caranya relatif lebih “vulgar” dan kurang memperhatikan etika.

c. Target Pasar dan Jenis Tayangan

Televisi di Indonesia pada umumnya adalah televisi yang tidak memiliki segmen tertentu, baik dari jenis tayangannya maupun dari target pemirsanya. Terlalu banyak ragam yang ditayangkan televisi, yaitu acara hiburan film dapat dibedakan menjadi filmanak-anak, film dewasa, dan film untuk semua umur. Untuk acara musik dan kuis,

dibedakan berdasarkan kategori tersebut. Alasan yang sering diajukan oleh penyelenggaraan televisi di Indonesia untuk tidak membatasi diri dalam tayangannya adalah tidak berani mengambil risiko jika tidak ada perusahaan yang mau memasang iklan, sebab secara umum masyarakat Indonesia masih menonton televisi karena ingin mendapat hiburan. Maka dari itu, proporsi tayangan hiburan masih lebih besar daripada tayangan berita dan juga tayangan lainnya. Hal ini berbeda dengan televisi luar negeri yang tayangannya mempunyai segmen tertentu dalam menayangkan acaranya, misal CNN, hanya menayangkan berita dari seluruh dunia, discovery channel hanya menayangkan berbagai hal tentang ilmu pengetahuan, dan sebagainya. d. Jenis Pelaksanaan Tanggungjawab Sosial Perusahaan.

Jika dilihat secara umum, pelaksanaan tanggungjawab sosial perusahaan media televisi ini dibagi dalam bentuk, yakni :

1) Pertama, kegiatan tanggungjawab sosial berhubungan dengan produk tayangan televisi.

2) Kedua, tanggungjawab sosial berhubungan langsung dengan masyarakat.

Pelaksanaan tanggungjawab sosial yang bersentuh langsung dengan masyarakat, dapat dilihat dari dua bentuk, yakni penggalangan

dana pada saat terjadi bencana, atau penggalangan dana untuk orang-orang yang menderita sakit lever berat dan tidak memiliki biaya untuk pengobatan, Oleh karena itu semua televisi, baik televisi pemerintah maupun swasta membuat suatu program yang berkaitan dengan penggalangan dana, seperti TV One Peduli, Jalinan Kasih Indosiar, Pundi Amal SCTV, dan sebagainya.

2.9. Program Televisi

Program televisi biasanya dirancang untuk mass distribution for common experience, dalam pengertian informasi yang disiarkan dapat diterima oleh sejumlah pemirsa pada saat bersamaan lintas ruang,

sehingga pemirsa tersebut akan memiliki pengalaman sama.

Secara khusus, program televisi memiliki empat karaktersistik utama (Heinich, Molenda and Russel, 2002), yaitu :

a. Fidelity or Realism yang merupakan karakteristik utama dari program televisi. Fidelity artinya program televisi menggambarkan perwujudan asli dari suatu peristiwa, seseorang, kejadian dan proses, sehingga pemirsa memiliki kepercayaan terhadap obyek yang ditontonnya.

b. Immediacy, artinya pemirsa dapat melihat siaran langsung tentang suatu peristiwa pada saat yang hampir bersamaan dengan terjadinya peristiwa tersebut, bertemu dengan seseorang, atau berkunjung ke suatu tempat dalam waktu sangat cepat.

c. Dynamic spacing, dimana program televisi memiliki fitur yang memungkinkan pemirsa untuk menonton informasi yang ditayangkan secara lambat, cepat atau diulang-ulang, terutama untuk tayangan gerak atau psikomotor olahraga, tari dan memasak.

d. Brings people, places, events that’s could not be seen otherwise including magnification, artinya informasi yang disampaikan melalui televisi seringkali merupakan informasi tentang orang, tempat atau peristiwa yang berada diluar jangkauan pemirsa. Dengan adanya televisi, pemirsa tidak harus pergi ke tempat atau peristiwa tersebut secara langsung, tetapi cukup menontonnya di televisi.

Pembahasan tentang program televisi lebih banyak dilakukan dari sisi teknik produksi dan produser program daripada pemirsa program. Berbagai teknik produksi dilakukan untuk memproduksi program televisi yang menarik perhatian pemirsa, meliputi jenis gambar

(kind of shots), sudut dan jarak pengambilan gambar, animasi, efek khusus, pencahayaan, warna dan kombinasinya, kecepatan (pacing) dan waktu pengambilan gambar, single and multiple scenes, serta manipulasi suara. Sementara itu, berbagai gaya program juga dicobakan untuk memproduksi program televisi, termasuk talking heads (kepala yang berbicara), dramatisasi, dokumentasi, tematik, transisi dan sebab-akibat, diskusi,

tersebut dipercaya memberikan pengaruh terhadap pembentukan persepsipemirsa ketika menonton program (Flemming and Levie, 1993). Persaingan antar stasiun televisi menyebabkan terjadinya persaingan dalam menampilkan suatu program siaran yang lebih menarik dari stasiun televisi yang lain. Oleh karenanya, selain teknik produksi, substansi program televisi menjadi lahan perebutan. Keanekaragaman jenis program yang disediakan dimaksudkan untuk menarik minat perhatian (attention), membelajarkan (educative, incidental and accidental learning) dan menghibur pemirsa (entertainment) (Seels, Simom and Schuster, 2002).

2.10. Program Reality Show di Televisi

Reality Show adalah suatu acara yang diselenggarakan di televisi dan temanya bermacam-macam, ada yang berupa pencarian bakat, hingga menjebak kekasih dan kawan, dan lain-lain. Sedangkan pengertian reality show itu sendiri menurut Wirodono (2005), suatu tayangan tentang realitas sosial masyarakat. Yang membedakan dari tayangan reality show, terutama acara yang disuguhkan ini tidak memerlukan naskah atau jalan cerita yang disiapkan sebelumnya dan orang-orangyang terlibat didalamnya bukanlah aktor/aktris. Di Indonesia, acara ini sebenarnya sudah cukup lama diselenggarakan. Namun istilah reality show barusaja dikenal dinegeri ini, yakni sekitar tahun 2002.

Pada awalnya, reality show mempunyai konsep sederhana, yaitu memotret kehidupan orang awam (bukan selebritis), kemudian disiarkan dan ditonton oleh orang banyak (Gumilar, 2007) sebagai hiburan. Saat ini,

reality show tidak hanya memotret kehidupan orang, tetapi reality show

telah menjadi ajang kompetisi.

Sebuah tayangan reality show kebanyakan bersifat menghibur, sebagian bermakna dan memberi manfaat, sedangkan sebagian lagi hanyalah memberi kesenangan semata, yaitu bersifat menggugah emosi penonton, membuat orang jadi terharu dan sedih bahkan menangis, di samping membuat orang tersenyum, bahkan tertawa terpingkal-pingkal menyaksikan perilakuatau para pemainnya.

1. Jenis-Jenis Reality Show

Menurut Gumilar (2007) terdapat beberapa penggolongan dari

Reality Show, antara lain :

a. Program yang berisi rekaman kehidupan seseorang atau sekelompok orang dengan sepengetahuan obyek yang direkam. b. Berisi rekaman tersembunyi atas perilaku orang yang mengejutkan,

atau dalam kondisi yang direkayasa.

c. Program pencarian bakat melalui kompetisi tertentu.

d. Program Amal (Charity), yaitu konsep yang disampaikan adalah menolong orang lain.

2. Dampak Reality Show

Reality Show mempunyai dampak positif maupun negatif. Menurut Gumilar (2007), dampak positif Reality Show adalah :

a. Memberikan aspek hiburan untuk melepaskan diri dari permasalahan yang berkembang.

b. Menumbuhkan rasa sosial dikalangan pemirsa terhadap orang lain yang menderita yang ditampilkan dalam tayangan tersebut, seperti yang diharapkan dalam Charity Reality Show.

c. Memberikan pengajaran kepada pemirsa untuk tidakcepat menyerah, apabila mendapatkan kesulitan dan tidak mementingkan diri sendiri.

d. Menjadi salah satu jalan untuk mencapai cita-cita sebagian masyarakat menjadi seorang bintang melalui Reality Show yang bertajuk kontes bakat atau pencarian bintang.

e. Peningkatan rating dan share bagi media televisi bersangkutan.

Rating adalah persentase penonton acara itu dari keseluruhan pemirsa yang menonton televisi. Share adalah persentase penonton acara itu dari keseluruhan pemirsa yang menonton televisi saat itu.

f. Meningkatkan pemasang iklan dalam tayangan tersebut, sehingga pendapatan stasiun televisi bertambah akibat dari peningkatan

rating danshare dari program acara RealityShow.

Selain dampak positif tersebut di atas, Reality Show dapat membawa dampak negatif (Gumilar, 2007), diantaranya :

a. Tayangan Realityshow berbentuk tekanan emosi dan psikologis. Tayangan Reality show berbentuk tekanan emosi dan psikologis

ternyata memberikan efek cukup besar, terutama untuk obyek penderitanya, yaitu yang “dijahili” atau ditakut-takuti banyak yang bersalah secara psikologis, atau tidak jarang efeknya berupa trauma yang terus dirasakan.

b. Tayangan Kontes Bakat yang dilakukan TV meniru atau hanya membeli lisensi dari luar negeri. Sebuah Stasiun TV apabila membuat sebuah acara realityshow, walaupun menyebutnya murni idenya, tetapi kenyataannya dilakukan setelah melihat tayangan sejenis yang berhasil, atau dengan kata lain bukan ide murni.

c. Charity RealityShow berdampak negatif berupa :

1) Tayangan ini dianggap sebagai eksploitasi terhadap orang miskin, yaitu memberikan rezeki dengan harapan mendapatkan pemasukan yang tinggi dari iklan.

2) Mendidik masyarakat untuk boros, karena rezeki yang didapatkan harus dihabiskan dalam waktu singkat. Memang sulit membuat

realityshow yang mendidik orang untuk menabung, karena hal itu tidak menarik dan efek realitanya tidak ada, seperti melihat orang membuka rekening bank pada setiap episode.

3) Dalam tayangan realityshow bernuansa sosial, perbuatan baik mendapat konsep yang lain lagi. Perbuatan baik, misal menolong orang lain, dipusatkan pada satu bentuk, yaitu uang.

4) Tayangan seperti itu mengukuhkan nilai yang memang sudah bersemayam dalam pribadi-pribadi masyarakat hedonis, bahwa

perbuatan baik selalu identik dengan uang, tingkat kesejahteraan dan kekayaan benda-benda fisik.

d. Konsep-konsep yang ditawarkan dan diajarkan pada tayangan dengan formula sosial, mungkin pada akhirnya membentuk psikologi massa yang

berbeda dengan arah sebenarnya yang dikehendaki dalam semangat dan tujuan para pembuat acara tersebut, yaitu masyarakat menjadi salah kaprah dalam memandang perbuatan sosial, atau memandang perbuatan baik.

2.11 Pengertian Jasa

Mengenai pengertian jasa (service), Kotler berpendapat (2001), yakni:

a service is any act or performance that one party can offer to another that is essentially intangible and does not result in the ownership of anything. Its production may or may not be tied to a physical product.

Dari definisi tersebut di atas dapat diartikan, bahwa jasa merupakan setiap tindakan, perbuatan atau upaya yang dapat ditawarkan kepada orang

lain dan bersifat intangible (tidak tampak, atau tidak terwujud). Serta tidak menghasilkan kepemilikan apapun bagi pemakainya. Produksi jasa bisa berkaitan dengan barang yang berwujud (tangible goods), bisa juga tidak berkaitan sama sekali .

Lain halnya menurut Zeithaml dan Bitner dalam (Hurriyati, 2005), mengemukakan definisi jasa, yakni:

Include all economc activities whose output is not a physical product or construction, is generally consumed at the time it is produced, and provides added value in forms (such as convenience, amusement, timelines, comfort or healt) that are essentially intangible concerns of its first purchaser

Jadi pengertian jasa tersebut di atas adalah seluruh aktivitas ekonomi dengan output selain produk dalam pengertian fisik, dikomsumsi dan

diproduksi pada saat bersamaan, memberikan nilai tambah dan secara prinsip tidak berwujud (intangible) bagi pembeli pertamanya.

Dari kedua definisi yang dikemukakan para pakar tersebut di atas,

maka jasa pada dasarnya adalah sesuatu yang mempunyai ciri-ciri berikut :

a. Sesuatu yang tidak berwujud, tetapi dapat memenuhi kebutuhan konsumen.

b. Proses produksi jasa dapat menggunakan atau tidak menggunakan bantuan suatu produk fisik.

c. Jasa tidak mengakibatkan peralihan hak atau kepemilikan. Terdapat interaksi antara penyedia jasa dengan pengguna jasa. 2.12. Sosialisasi

Pada hakekatnya, sosialisasi merupakan penyampaian informasi dengan melipatgandakan pihak-pihak penerima pesan (receiver) yang

dalam hal ini adalah publik, dimana publik yang terdiri dari banyak individu yang memiliki skala intelektualitas berbeda. Sebagai contoh,

seseorang yang berpendidikan sekolah dasar dengan universitas tentu saja berbeda dalam menanggapi sosialisasi tentang informasi Perda.

Berdasarkan pengertian di atas dapat dikatakan bahwa kegiatan

sosialisasi dibedakan dari kegiatan komunikasi antar personal (inter personal communication), dimana komunikasi antar personal merupakan

proses penyampaian informasi, gagasan dan sikap dari seseorang kepada orang lain. Kegiatan sosialisasi Perda lebih cenderung pada proses komunikasi yang bersifat massal (mass communication), dimana

perbedaannya dengan komunikasi antar personal adalah :

a. Sumber (pelaksana) komunikasi massa dihadapkan pada suatu ’beban’ tugas yang berat dalam menyampaikan gagasan kepada

audiens, karena beragamnya audiens dari kegiatan sosialisasi tersebut. Para pelaksana komunikasi massa secara demografis mungkin saja mengetahui usia rata-rata, kondisi ekonomi mapun latar belakang

pendidikan audiens secara rata-rata, namun pelaksana komunikasi tidak akan tahu secara pasti tingkah laku individu para pembaca,

penonton, atau pendengarnya.

b. Dibandingkan dengan komunikasi antar personal, feed back (umpan balik) komunikasi massa lebih sukar diperoleh.

c. Audiens komunikasi massa dibandingkan komunikasi antar personal lebih besar kemungkinannya menyalahartikan pesan komunikasi

attention, biasanya seseorang cenderung mengekspos dirinya terhadap terhadap hal-hal yang dikehendaki. Dalam selective perception, individu yang berhadapan dengan suatu peristiwa komunikasi akan cenderung untuk menafsirkan komunikasi sesuai dengan pra- konsepsi yang sudah dimiliki sebelumnya. Hal ini erat kaitannya dengan kecenderungan berpikir secara stereotype. Sedangkan selective retention, menunjukkan pemahaman seseorang yang kecenderungannya akan dipengaruhi oleh daya ingat dari individu yang berminat terhadap masalah tertentu yang memang ingin diingatnya.

d. Dalam sistem komunikasi massa jauh lebih rumit dibandingkan dengan komunikasi antar personal, mengingat gagasan dari kegiatan sosialisasi merupakan produk bersama dan akan mendapatkan respon yang saling berbeda atau bahkan dapat saling bertentangan.

Dokumen terkait