• Tidak ada hasil yang ditemukan

TELUR AYAM RAS

Dalam dokumen Pusat Data dan Sistem Informasi Pertania (Halaman 50-54)

elur ayam adalah bahan makanan yang biasa dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Telur sebagai sumber protein mempunyai banyak keunggulan antara lain, kandungan asam amino paling lengkap dibandingkan bahan makanan lain seperti ikan, daging, ayam, tahu, tempe, dan lain sebagainya. Telur yang biasa dikonsumsi adalah telur yang berasal dari unggas seperti ayam, bebek, angsa dan beberapa jenis burung seperti burung unta dan burung puyuh. Harga telur yang relatif murah dan mengandung nilai gizi yang tinggi membuat permintaan akan konsumsi telur menjadi meningkat. Produksi telur ayam ras di Indonesia pada tahun 2011 sebesar 1,03 juta ton dan meningkat pada tahun 2012 menjadi sebesar 1,06 juta ton (Direktorat Jenderal Peternakan).

Kandungan nutrisi telur ayam terdiri atas 13% protein, 12% lemak, vitamin dan mineral, nilai tertinggi telur terdapat pada bagian kuningnya. Kuning telur mengandung asam amino esensial, mineral yang dibutuhkan oleh tubuh seperti besi, fosfor, sedikit kalsium dan B komplek, 50% protein dan sebagian besar lemak terdapat pada kuning telur, sedangkan putih telur yang jumlahnya mencapai 60% dari seluruh bulatan telur mengandung 5 jenis protein.

Beberapa manfaat mengonsumsi telur ayam adalah meningkatkan perkembangan sel-sel otak yang berperan dalam penyimpanan memori, meningkatkan fungsi dan menjaga kerusakan indra penglihatan, konsumsi telur ayam juga mampu menurunkan berat badan dan mencegah pecahnya pembuluh darah.

7.1. Perkembangan dan Prediksi Konsumsi Telur Ayam Ras dalam Rumah Tangga di Indonesia

Perkembangan konsumsi telur ayam ras di tingkat rumah tangga di Indonesia selama tahun 2002-2012 pada umumnya mengalami fluktuasi namun cenderung meningkat, dengan peningkatan sebesar 3,87% per tahun atau rata-rata konsumsi

telur ayam ras sebesar 5,61

kg/kapita/tahun. Peningkatan terbesar terjadi di tahun 2007 dimana konsumsi dalam rumah tangga untuk telur ayam ras naik sebesar 20,62% dibandingkan tahun sebelumnya menjadi 6,10 kg/kapita/ tahun. Penurunan konsumsi rumah tangga terjadi di tahun 2003, 2006, 2008, 2011 dan 2012, namun penurunan konsumsi ini masih di bawah 6%. Tahun 2008 merupakan penurunan yang terbesar yaitu 5,13%, dengan konsumsi telur ayam ras rumah tangga sebesar 5,79 kg/kapita/tahun. Prediksi yang dilakukan untuk tahun 2013

T

Buletin Konsumsi Pangan

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 49

dan 2014 memperlihatkan bahwa konsumsi telur ayam ras perkapita mengalami peningkatan, untuk tahun 2103 naik sebesar 2,66% dibandingkan tahun 2012.

Konsumsi telur ayam ras tahun 2013 dan 2014 diprediksi masing-masing sebesar 6,69 kg/kapita/tahun dan 6,88 kg/kapita/ tahun.

Tabel 7.1. Perkembangan konsumsi telur ayam ras dalam rumah tangga di Indonesia, 2002 – 2012 serta prediksi 2013 – 2014

(kg/kapita/minggu) (kg/kapita/tahun) 2002 0,088 4,589 2003 0,086 4,484 -2,27 2004 0,092 4,797 6,98 2005 0,099 5,162 7,61 2006 0,097 5,058 -2,02 2007 0,117 6,101 20,62 2008 0,111 5,788 -5,13 2009 0,112 5,840 0,90 2010 0,129 6,726 15,18 2011 0,127 6,622 -1,55 2012 0,125 6,518 -1,57 rata-rata 0,108 5,608 3,87 2013*) 0,128 6,691 2,66 2014*) 0,132 6,882 2,85

Tahun Konsumsi Pertumbuhan

(%)

Sumber : SUSENAS, BPS diolah Pusdatin Keterangan : *) Angka Prediksi Pusdatin

0,00 1,00 2,00 3,00 4,00 5,00 6,00 7,00 4,59 4,48 4,80 5,16 5,06 6,10 5,79 5,84 6,73 6,62 6,52 6,69 6,88 (kg/kapita/thn)

Gambar 7.1. Perkembangan konsumsi telur ayam ras dalam rumah tangga di Indonesia, 2002 – 2012 dan prediksi tahun 2013-2014

Buletin Konsumsi Pangan

7.2. Perkembangan serta Prediksi Penyediaan, Penggunaan dan Ketersediaan Telur Ayam Ras di Indonesia

Komponen penyediaan telur ayam ras hanya terdiri dari produksi ditambah impor, sementara untuk ekspor tidak ada. Sedangkan komponen penggunaan telur ayam ras hanya terdiri dari dari dua komponen yaitu bagian yang tercecer dan sebagai bahan makanan. Secara rinci penyediaan dan penggunaan telur ayam ras tahun 2009 – 2014 dapat dilihat pada Tabel 7.2. Pada periode tersebut, rata- rata lebih dari 99% total penyediaan telur ayam ras berasal dari produksi dan sisanya merupakan impor.

Produksi telur ayam ras tahun 2009 yaitu sebesar 903 ribu ton dan terus mengalami peningkatan hingga tahun 2012 menjadi 1,06 juta ton. Peningkatan produksi telur ayam ras ini menyebabkan penyediaan telur ayam ras juga meningkat. Pada tahun-tahun berikutnya, yakni tahun 2013 dan 2014, penyediaan telur ayam ras diprediksi akan terus mengalami peningkatan masing-masing menjadi sebesar 1,10 juta ton dan 1,14 juta ton.

Untuk impor telur ayam ras dari tahun 2009 – 2012 relatif kecil hanya sebesar 1 ribu ton. Impor rata-rata telur ayam ras indonesia pada periode tersebut hanya sebesar 0,1% dari total penyediaan telur ayam ras nasional. Hasil prediksi

untuk tahun 2013 dan 2014

memperlihatkan bahwa impor telur ayam ras tidak berubah dari tahun-tahun sebelumnya. Sementara untuk ekspor telur ayam ras tidak ada nilainya.

Komponen penggunaan telur ayam ras di Indonesia adalah tercecer dan tersedia untuk bahan makanan. Menurut metode perhitungan NBM, jumlah telur ayam ras yang tercecer sebesar 2,05% dari total penyediaan dalam negeri. Dari perhitungan tersebut, maka telur ayam ras yang tercecer pada tahun 2009 hingga tahun 2012 mengalami peningkatan dari 19 ribu ton pada tahun 2009 hingga 22 ribu ton pada tahun 2012 seiring dengan pola peningkatan produksinya. Pada tahun 2013 – 2014 telur ayam ras yang tercecer diprediksikan akan mengalami pening- katan sebesar 1 ribu ton dibandingkan tahun 2012 menjadi 23 ribu ton. Telur ayam ras yang tersedia untuk bahan makanan mencapai proporsi rata-rata 97,95% dari total penggunaan telur ayam ras nasional. Pada tahun 2009 penggunaan telur ayam ras untuk bahan makanan mencapai 885 ribu ton dan terus mengalami peningkatan hingga menjadi 1,04 juta ton pada tahun 2012. Prediksi tahun 2013 hingga tahun 2014 memperlihatkan adanya peningkatan kembali dalam penggunaan telur ayam ras sebagai bahan makanan, masing-masing sebesar 1,08 juta ton dan 1,12 juta ton.

Ketersediaan per kapita adalah jumlah suatu produk atau komoditas yang

Buletin Konsumsi Pangan

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 51

digunakan sebagai bahan makanan dibagi dengan jumlah penduduk. Perkembangan ketersediaan telur ayam ras per kapita pada tahun 2009 hingga 2012 mengalami rata-rata peningkatan sebesar 3,55 % per tahun.

Pada tahun 2009 ketersediaan telur ayam ras per kapita sebesar 3,83

kg/kapita/tahun dan terus meningkat hingga tahun 2012 menjadi sebesar 4,25 kg/kapita/tahun. Pada tahun 2013 dan 2014 ketersediaan telur ayam ras per kapita diprediksikan akan kembali meningkat masing-masing menjadi sebesar 4,35 kg/kapita/ tahun dan 4,45 kg/kapita/tahun (Tabel 7.2).

Tabel 7.2. Penyediaan, penggunaan dan ketersediaan telur ayam ras tahun 2009-2012 serta prediksi tahun 2013 – 2014 2009 2010 2011 2012*) 2013**) 2014**) A. Penyediaan (000 ton) 904 947 1.029 1.060 1.100 1.139 1. Produksi - Masukan - - - - - Keluaran 903 946 1.028 1.059 1.099 1.138 2. Impor 1 1 1 1 1 1 3. Ekspor 0 0 0 0 0 0 4. Perubahan Stok - - - - B. Penggunaan (000 ton) 19 19 21 22 23 23 1. Pakan - - - - 2. Bibit 0 0 0 0 0 0 3. Diolah untuk : - makanan - - - - - bukan makanan - - - - 4. Tercecer 19 19 21 22 23 23 C. Ketersediaan

Bahan Makanan (000 ton) 885 927 1.008 1.038 1.077 1.116

Ketersediaan per kapita/tahun (kg) 3,83 3,84 4,11 4,25 4,35 4,45

No. Uraian

Tahun

Sumber : NBM, Kementerian Pertanian diolah Pusdatin

Buletin Konsumsi Pangan

Dalam dokumen Pusat Data dan Sistem Informasi Pertania (Halaman 50-54)

Dokumen terkait