• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS DATA DAN INTERPRETASI

2. Teman dan Pergaulan

Semenjak Andi sering bergaul di luar rumah, hingga sekarang ia lebih suka berpergian atau nongkrong bersama teman sepergaulannya. Dengan alasan karena ia merasa lebih cocok dengan teman-temannya

daripada adik-adiknya. Andi merasa ia lebih bisa saling berbagi rasa dengan teman-temannya, setelah mereka dewasa Andi dan adik-adiknya terbiasa hidup sendiri-sendiri dan jarang berkumpul bersama keluarga lagi.

“Kenapa ya? Ya lebih cocok aja, lebih enak sama temen. Ya mungkin lebih gampang berbaginya dengan temen dari pada sama adek. Apa ya? Kenapa ya?..karena mungkin dari dulu hidupnya udah berteman si, bukan beradek. Hehehe…Ya karena emang lebih enak jalan sama temen daripada sama adek. Karena biasa sendiri-sendiri nggak mungkinlah ada waktu sama keluarga. Ada si mungkin cuman itu bisa dihitunglah pakek jari sekali-sekali. Keluar bareng gitu..”(S1.W3/L.47-57)

Andi pun menceritakan kehidupannya di rumah, hanya ketika pulang ia sehabis nongkrong bersama teman-temanya. Andi menghitung kira-kira waktu yang dihabiskannya di rumah hanya berkisar 8 jam. Waktu 8 jam ini pun dihabiskan Andi untuk tidur dan rumah, ia biasa sampai di rumah sekitar jam 6 pagi dan bangun jam 3 sore. Kemudian dari jam 4 atau jam 5 sore Andi sudah pergi lagi bersama teman-temannya.

“Banyak ya?Mungkin karena fero, jujur ya…Andi itu bukan orang yang paling banyak menghabiskan waktu di rumah pergi terus he..”(S1.W1/L.72-75)

“Di rumah cuma tidur aja…”(S1.W1/L.678)

“Ya kita hitung aja, tadi Andi bangun jam 3, coba ya 1, 2,3, 4,5, ya kira-kira 8 jam lah…”(S1.W1/L.680-682)

Pada intinya Andi dan teman-temannya pergi keluyuran hingga pagi subuh ini hanya untuk mencari wanita pedamping bagi dirinya. Andi dan teman-temannya sering duduk nongkrong di kafe-kafe untuk minum kopi atau bermain game bersama kawan di salah seorang rumah temannya.

Kegiatan selentingan lain yang dilakukan anak-anak eksis malam ini, begitu Andi menyebut dirinya dan teman-temannya ini seperti menonton bioskop dan lainnya.

“Karena Fero jomblo ya wajarlah jalan-jalan kesana kemari. Duduk sana duduk sini, sekedar ngopi segala macam. Tetapi intinya adalah mencari wanita. Inti masalahnya adalah jomblo dan mencari wanita. Kalo kegiatan nonton atau apa itu cuma selentingan-selentingan, cuma lebih sering jalan dan nongkrong atau kadang main game apa ke rumah siapa gitu”(S1.W3/L.81-88)

Arti berteman bagi Andi adalah orang-orang yng asyik yang bisa diajak gila-gilaan, orang yang bisa lucu-lucuan bersama dirinya, dan orang yang kocak. Prinsip Andi dalam berteman bersifat take and gift, ia senang membantu teman-temannya dengan memberikan dukungan moriil tanpa mengharapkan pamrih, dan beranggapan selama hidup seseorang menganut prinsip tersebut maka hidupnya akan berjalan lancar tanpa diliputi masalah.

“Yang asiklah, yang pasti enak bisa gokil-gokilan. Maksudnya apa ya bisa ser-seruanlah. Maksudnya ya gak terlalu gimana, ya pokoknya serulah, kocak…”(S1.W3/L.114-117)

“Enggak sih. Soalnya hidupkan take and gift. Selama hidup berjalan seperti itu ya hidup akan berjalan tanpa masalah. Nolong orang juga gak ada ruginya. Karena kita nolong orangkan juga ga pamrih. Ya kan?”(S1.W3/L.129-133)

“Siapa yang lagi perlu dibantu. Ya siapa aja yang punya masalah pasti Andi bantu, cuman kadang ya gitu moriil. Lebih ke masukan soalnya kalo yang lain-lain mungkin bisa cuman mungkin ga sekarang.”(S1.W3/L.122-126)

Pada akhirnya Andi cukup merasa bahagia dengan kehidupannya sekarang. Mungkin dilihat dari materi, Andi belum mecapai kesuksesan tapi

ia merasa cukup bersyukur karena masih bisa menikmati hidup walaupun tanpa bekerja keras seperti kebanyakan orang lainnya.

“Dengan materi belom, tapi dalam kehidupan bergaul udah pastilah. Dalam keluarga seneng, cuma untuk materi mungkin. Andi bahagia dengan kehidupan Andi , dan ga mau berubah jadi orang lain. Mungkin berbeda dengan orang lain yang butuh kerja keras untuk hidup ini, Andi gak perlu sih.”(S1.W3/L.344-350)

Andi juga merasa teman-temannya yang selalu menemaninya menambah kelengkapan rasa bahagia Andi. Namun di dalam pergaulannya Andi tidak masuk ke dalam komunitas piecing karena ia merasa bukan orang yang termasuk ke dalamnya. Andi menggungapkan piercing sebagai seni dan ia hanya seorang penikmatnya dan pelaku seni, seperti pelukis, aktor, pembuat tato bahkan anak-anak jalanan. Ia dan beberapa teman-temannya hanya memakai piercing lebih kepada rasa senang kepada diri sendiri saja.

IV. A. 1. 3. f. Dinamika Harga Diri Pada Pemakai Body Piercing.

Perjalanan akademik Andi tidak berjalan dengan lancar. Andi beberapa kali mengalami pindah sekolah, karena masalah absent, ditambah dengan pelajarannya yang menurun. Hal ini pun disebabkan oleh perubahan minat subjek yang lebih mementingkan pergaulan dari sekolahnya. Walaupun subjek berhasil menamatkan jenjang sekolah formalnya, namun sangat disayangkan dia tidak bisa menyelesaikan kuliahnya yang dua kali berpindah jurusan dengan alasan kebijakan kampusnya yang melarang

dirinya memakai piercing. Pada akhirnya ia tidak berhasil meraih gelar S1nya dan juga tidak memiliki pekerjaan.

Andi yang telah memakai piercing dari semenjak ia SMA, merasa senang dan bangga menjadi orang yang terlihat berbeda dengan kebanyakan orang umumnya. Namun seiring dengan tren zaman yang terbentuk sekarang Andi tidaklah lagi merasa dirinya berbeda dan akhirnya merasa biasa saja dengan penampilan fisiknya. Bahkana, terkadang ia merasa minder dengan penampilan fisiknya, yang terlihat sangat kurus dan seperti seorang pecandu narkoba, khususnya ketika ia akan diperkenalkan kepada orang tua dari teman wanita yang baru dikenalnya. Namun sisi positifnya Andi juga tetap merasa keren dengan fisiknya, penilaian ini didapatkannya dari komentar seorang temannya. Andi juga mengemukakan ia merasa percaya diri dengan piercing yang ia pakai, dan terus akan berkomitmen dengan piercing miliknya ini.

Andi bukanlah orang memiliki temperamen yang tinggi, ia lebih suka berfikir secara logis terdahulu sebelum menimbulkan kemarahannya. Ia jua menyatakan dirinya sebagai seorang penyayang dari orang yang kasar. Sebagai seorang yang humoris namun juga cuek dan pemalas, sikap pemalas Andi ini dikatakan sudah didapatkan dari ia kecil, dan usaha untuk menanggulangi sikap negatif ini dengan bersikap malas kembali. Andi juga tidak merasakan kecemasan atas dirinya sekarang, ia pun merasakan kenyaman terhadap dirinya yang seorang pemakai piercing. Andi juga tidak

merasakan kesedihan yang mendalam pada dirinya, terkecuali saat ayahnya meninggal dan saat ia dikhianati oleh pacarnya. Namun akhirnya rasa sakit hatinya ini diobati Andi dengan lebih introspeksi kepada dirinya sendiri. Andi pun bukan seorang pencemas atau kesepian, karena ia memiliki teman-temannya untuk mengobati rasa kesepian Andi.

Di dalam bergaul Andi dikatakan sebagai seorang yang supel dan memiliki banyak teman. Bahkan ia mengakui 16 jam dalam sehari ia menghabiskan waktunya di luar rumah dengan kegiatan nongkrong bersama teman-teman, bermain game di rumah teman dan kegiatan bermain lainnya. Andi merasa lebih nyaman bersama teman-temannya, apalgi jika ditanya tentang cerita curahan hati. Andi lebih dapat mengungkapkan segala permasalahn dirinya bersama teman, daripada bercerita dengan anggota keluarganya. Namun hubungan Andi dengan anggota keluarga satu dan lainnya cukup baik, walaupun mereka tidak seharmonis sewaktu semasa Andi kecil dulu.

Tapi akhirnya Andi menilai hidupnya sangat bahagia, ia bersyukur tanpa harus bekerja keras, Andi tetap bisa memenuhi kebutuhan hidupnya. Walaupun secara materi Andi tidak merasa mapan, ia juga seorang pengganguran, tapi Andi tetap optimis dengan hidupnya, dan bercita-cita akan berwiraswasta dan membuka satu usaha kuliner dengan selera baru di Medan. Andi pun cukup bahagia dengan pergaulannya sekarang, dan pada

akhirnya Andi merasa dirinya berharga dan tidak bersedia menukarkan hidupnya sekarang ini dengan kehidupan orang lain.

Walaupun Andi gagal secara akademik, dan merasa kurang dengan fisiknya namun Andi cukup stabil dengan perkembangan emosinya dan bahagia dengan kehidupan sosialnya. Harga diri responden I lebih tersusun dengan dominasi dari dimensi emosi yang stabil dan sosial yang luas. Maka dapat digambarkan Andi pemakai body piercing yang supel dalam pergaulan dan merasa eksis dengan keberadaan dirinya sebagai seorang pamakai piercing.

IV. B. Responden II IV. B. 1. Analisa Data IV. B. 1. 1. a. Identitas Diri

Nama : Ichoy (Nama Samaran)

Usia : 25 Tahun

Suku : Batak Toba

Agama : Islam

Pendidikan terakhir : SMU

Pekerjaan : Pelakon Seni (Membuat tato, vokalis band, dan pelukis airbrush)

Urutan dalam keluarga : Anak 3 dari 5 Bersaudara Jenis piercing yang dipakai : Tunnel, Industrial, Lambert

Lama pemakaian : 8 tahun

Pekerjaan Orang Tua : Pensiunan Pegawai Swasta

Wawancara berlangsung di sebuah rumah makan di daerah salah satu lintasan jalan protokol di Medan yang dilakukan pada:

4. Pada hari Jum’at, tanggal 19 September 2008, mulai pukul 17.00 WIB – 18.00 WIB

5. Pada hari Selasa , tanggal 25 September 2008, mulai pukul 11.00 WIB – 13.00 WIB

6. Pada hari Rabu, tanggal 9 Oktober 2008, mulai pukul 13.00 WIB – 16.00 WIB

IV. A. 1. 2. Data Observasi

Wawancara pada responden II awalnya ingin dilakukan di kios penjualan pulsa selular yang berada di pinggir jalan, namun karena kondisi lalu lintas yang cukup padat disertai dengan deru suara mobil yang saling lewat, membuat peneliti merubah lokai wawancara ke temapat yang lebih tertutup dan jauh dari keributan suara. Akhirnya sehabis peneliti saling berkenalan dengan responden II yang biasa dipanggil Ichoy, lalu bersama-sama kami berpindah ke lokasi rumah makan yang berada di dekat kios berada.

Responden II memiliki tinggi tubuh sekitar 170 cm dengan berat badan 60 kg dan terlihat lebih proposional. Kulit tubuh berwarna sedikit

sedada yang berbentuk gimbal dan diikat seperti rambut ekor kuda. Ichoy memakai baju safari berlengan panjang berwarna hijau tua, dipadukan dengan celana pendek sedengkul yang juga berwarna hijau tua. Di telinga sebelah kirinya Ichoy memakai tiga buah piercingi dengan jenis tunnel, industrial dan lambert. Lalu di bawah bibirnya ia memakai jenis piercing yang bernama heptum. Kemudian di telinga sebelah kanannya Ichoy memakai dua jenis piercing yang berbentuk tunnel dengan diameter yang lebih kecil dan heptum. Penampilan Ichoy ini terlihat cukup mengerikan bagi peneliti pada awalnya, yang seperti artis Bob Marley.

Pribadi Ichoy terlihat sebagai oiturang yang tertutup dan kurang banyak berbicara, dengan sikapnya yang agak menjauh dari peneliti dan tidak banyak berkomentar sewaktu perkenalan. Namun setelah peneliti menanyakan banyak pertanyaan kepada reponden II, Ichoy mulai memberikan banyak tanggapan kepada peneliti. Ichoy menceritakan latar belakang ia memakai piercing dengan begitu terbuka pada peneliti. Penelitipun pada akhirnya tidak banyak memberikan pertanyaan galian untuk mendapatkan data yang lebih dalam. Wawancara pertama inipun berjalan dengan sangat lancar dan juga akrab.

Wawancara yang kedua dan ketiga akhirnya berlangsung di tempat yang sama dengan dengan wawancara pertama dan kedua. Percakapan antara peneliti dan Ichoy pun semakin akrab, dan Ichoy juga semakin terbuka dalam mengemukakan hal-hal yang telah terjadi kepada dirinya.

Hingga sesi wawancara berakhir peneliti belum mengunjungi rumah ataupun keluarga Ichoy, karena dari pengakuannya ia dahulu merupakan bekas anak jalanan dan kurang dekat dengan keluarga, dan jarang berkumpul lagi dengan keluarganya.

IV. B. 1. 3. a. Latar Belakang Pemakaian Body Piercing

Pada awalnya Ichoy melihat tampilan-tampilan piercing ini ketika ia sering browsing di internet membuka situs-situs yang berhubungan dengan tato. Ichoy juga sering membaca majalah yang berhubungan dengan tato dan piercing, tetapi majalah terbitan luar negeri ini tidak terbit di Indonesia. Keinginan untuk menindik tubuhnya dan body piercing pun timbul, ia juga tertarik dengan piercing karena melihat tampilan piercing yang terlihat tidak wajar dan aneh menurutnya.

“Awal…selalu dari ini ya…tampilan. Selalu dari tampilan ya, senang ngeliat tampilannya kayaknya gila gitu. Kayak apa ga wajar gitu, ntah kenapa anehnya, sukak yang kek gitu”(S2.W2/L.3-7)

Tidak ada alasan lain bagi diri Ichoy untuk memakai piercing pada tubuhnya, dan tidak ada juga orang lain yang mendorongnya untuk memakai body piercing yang terlihat aneh bagi dirinya ini. Ichoy pertama kali menindik tubuhnya ketika ia kelas 3 SMP, saat itu jenis piercing yang ia pakai tidaklah semodifikatif seperti sekarang. Ia masih memakai piercing yang lama istilahnya yang terbuat dari perak dan masih sulit untuk

piercing dengan keragaman bentknya pun mulai banyak di dapati di Medan, dan sejak itu Ichoy semakin kreatif mendadani dirinya.

“Piercing yang pertama dipakek masih yang biasa-biasa aja, dari perak-perak gitu. Soalnya disinikan masih susah nyari piercing? Apalagi di Medan, itu taon berapa baru masuk piercingnya…ya mulai masuknya kira-kira tahun 2000 gitu lah. Yang berbahan stainlessada yang titanium, itu yang aku pakek sekarang di sebelah kiri ini tunnel. Habis itu ada yang model sirkular kayak spiral gitu, tapi cuman separoh” (S2.W2/L.111-121)

IV. A. 1. 3. Data Wawancara

IV. A. 1. 3. a. Latar Belakang Pemakaian Body Piercing

Pada awalnya Andi tertarik dengan body piercing ketika ia melihat penampilan anggota grup band musik yang sangat diidolakannnya yakni Van Hallen.

“Awal mulanya ya tertarik, karena melihat idola pemain musik timbulah ketertarikannya…”(S1.W2/L.3-5)

“Van Hallen, awalnya…karena pada saat itu lagi dengerin musiknya”(S1.W2/L.7-8)

Awal ketertarikan ini bermula ketika Andi duduk di sekolah dasar. Setiap pagi Andi berangkat ke sekolah dengan ibunya, yang sering mendengarkan lagu-lagu Van Hallen di radio. Lalu ibu Andi juga mengoleksi beberapa album kompilasi yang salah satunya berisi jump, lagu pertama Van Hallen yang disukai oleh Andi.

“Kalo Andi pertama tahu musik, pertama kali. Mama, dulu suka musik…jadi Andi SD tiap mau berangkat sekolah dulu mama biasanya suka ngidupin radio. Ada banyak lagu kompilasinya yang ada Van Hallen” (S1.W2/L.116-120)

Van Hallen yang populer sekitar tahun 1970an ini memainkan lagu-lagu yang bergenre rock oldies dengan permainan musik yang dikatakan bagus oleh subjek. Pada zaman itu personil band ini senang mengeksplor tubuh mereka, berupa perilaku menindik tubuh atau body piercing, lazim dilakukan pada area kuping. Piercing zaman Van Hallen ini berbeda dengan band rock zaman sekarang yang sudah lebih kreatif mendandani dirinya. “Haa…kayaknya kalo jaman dulu ni ya. Andi kan suka musik rock yang

oldies,yang lama-lama…Pada umumnya pemusik-pemusik rock pada mulanya itu, mereka standar ya piercingnya di kuping. Tapi mungkin rocker jaman sekarang yang lebih mengeksplor dirinya dengan piercing yang hampir di seluruh tubuh, beda jadinya. Eranya uda beda…” (S1.W2/L.32- 39)

Selain Van Hallen beberapa band rock lainnya juga menginspirasikan dirinya untuk memakai piercing. Sederetan band seperti Black Sabbath, Bon Jovi, Deep Purple, Gun’s n roses, Led Zeppelin, Metalica, dan lainnya. Namun penampilan Van Hallen terkesan lebih jantan. Maka, timbul dorongan dalam dirinya untuk meniru yang dikatakannya sebagai gaya hidup Van Hallen.

“Enggak… bukan karena musiknya si sebenarnya. Musik ya memang cinta, suka..cuman bukan karena musik Andi pake piercing, tapi karena Andi liat dia pakek..akhirnya jadi tertarik. Ya Andi liat dia laki-laki, berambut panjang pake piercing, jantan aja kesannya. Ada sesuatu apalah gitu kesannya ya jantan aja... (S1.W2/L. 43-50)

Band rock oldies ini tidak hanya menjadi kiblat musik bagi diri Andi. Kekaguman para sepupu Andi pada Van Hallen juga membuat mereka memakai piercing. Akhirnya bulatlah tekad Andi untuk menindik telinganya, yang ia wujudkan ketika memasuki masa akhir pendidikannya,

di kelas tiga SMA setelah menyelesaikan ujian evaluasi belajar tahap akhir nasional (EBTANAS).

“Ya kayaknya ada proses, pertama kali sepupu Andi itu piercing, Andikan masih sekolah? Kan nggak mungkin pake piercing waktu masih sekolah, jadi Andi pake piercing setelah Ebtanas” (S1.W1/L.485-490)

“Cinta banget sebenarnya, cuman sampe kehidupannya kenapa mereka bisa pake piercing, Andi nggak tahu..ya kan? Cuma ya Andi rasa mereka juga mencontoh atau apa nggak ngerti. Tapi Andi pertama pakek piercing karena mencontoh Van Hallen itu aja…”(S1.W2/L.20-26)

Rasa cintanya terhadap musik dan kekagumannya terhadap personil Van Hallen yang terkesan jantan serta salah satu dari sepupunya yang juga memakai piercing, merupakan latar belakang Andi untuk memakai piercing di telinganya.

IV. A. 1. 3. b. Gambaran Dimensi Akademik

Andi memulai pendidikan kanak-kanaknya di salah satu TK di Jakarta. Masa taman kanak-kanak Andi digambarkannya dengan kegiatan bermain dan belajar, dan ia mengakui memiliki banyak teman baik di lingkungan sekolah dan tempat tinggalnya. Dalam menghabiskan masa kanak-kanaknya, Andi mengingat tidak memiliki prestasi dalam bidang apapun.

Pendidikan sekolah Andi berlanjut ke tingkat sekolah dasar di salah satu SD Impress Pagi di Jakarta. Saat Andi berada di kelas 1 ia mengikuti pelajaran dengan baik, dan seiring dengan kenaikan kelasnya responden I mulai meminati pelajaran yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan alam

tapi kurang menyukai pelajaran berhitung dan matematika Rank 5 besar pertamanya di dapatkan Andi ketika ia duduk di kelas 2 dengan mendapat ranking 4. Kejuaraannya ini timbul karena rasa persaingan dirinya dengan temannya yang pintar namun sombong.

“Jadi dulu jaman-jamannya ini, apa namanya SD..seumur-umur sekali aja dapat ranking ah. Karena persaingan, gara-garanya dulu SD ni, jadi ada temen..dia ketua kelas, dia pinter, cuman dia selalu disorot. Jadi, muncul kesombongan dan dari situlah persaingan timbul. Kenapa sama dia? Andi nggak bisa bilang. Mulai dari situ Andi belajar-belajar sering mencintai pelajaran IPA dulu, standardlah..dulu persaingan kita berdua itu disitu, tapi tetap tak bisa terkalahkan, mungkin dia lebih dikenal sama guru-guru. Dia ranking 1 Andi rangking 4 apa 5 gitu?...”

Walaupun Andi gagal menyaingi ketua kelasnya, yang akhirnya tetap menjadi ranking 1, ia tidak merasa putus asa dan lebih mengambil sikap positif.

Ketika memasuki SMP, Andi mulai tertarik pada bidang olahraga seperti bola basket dan bola kaki. Hampir setiap pulang sekolah atau saat istirahat sekolah dihabiskan Andi untuk bermain basket. Ia juga menjadi anggota klub basket di sekolahnya, bahkan mengikuti turnamen dengan 5-10 kali pertandingan. Tetapi Andi belum sekalipun mendapatkan piala dari pertandingan turnamen tersebut.

Bidang olahraga begitu dicintai oleh Andi, tetapi tidak dengan pelajaran di sekolahnya. Saat SMP ini Andi mulai mengalami kemunduran dalam pelajaran, ia pernah mendapatkan rapor merah pada pelajaran bahasa dan matematika, bahkan ia sampai 2 kali berpindah karena terancam tidak

“Ya Andi paling ini..maksudnya ya nggak terlalu ini, cuma Andi males gitu..katanyakan kemalasan menciptakan kebodohan, jadi Andi nggak bodoh, cuman matematika Andi males, nah itu…”(S1.W1/L.235-340) “SMP sempat pindah-pindah..pertamanaya di sekolah A, terus pindah ke SMP Negeri B.”(S1.W1/L.167-170)

“Karena Andi waktu yang di swasta, diperkirakan nggak bakalan naik kelas karena absen..biasa cabut gitu.”(S1.W1/L.172-174)

Walaupun Andi kerap berpindah sekolah, tapi ia tetap tamat dari SMP dan memasuki salah satu SMA swasta di Jakarta. Di SMA, ia tetap aktif bermain basket dan tetap bergabung dengan klub basket sekolah. Hanya ada perubahan minat pelajaran saat Andi di SMA, jika saat SD dan SMP Andi lebih menyukai pelajaran IPA, maka sebaliknya saat di SMA ia lebih menyukai pelajaran-pelajaran sosial, khususnya sosiologi. Perubahan minatnya ini diutarakan Andi karena ia sangat senang bergaul, dan semakin ingin mengenal karakter banyak orang.

“Ikut, turnamen juga tapi fero aktif di Tim Basket SMA, tapi fero nggak aktif di tim skolah jadi kalo ada turnamen-turnamen apa, ya tim sekolah mainlah tapi fero nggak maen gitu ceritanya loh hehe…”(S1.W1/L.206-211)

“Ya..ya..ya..Ketertarikan awal pada IPA di SD dan waktu masuk SMP Andi semakin banyak tau pergaulan, dan di awal SMA ingin banyak kenal karakter orang..semua pelajaran jadi lupa. Jadi lebih mentingin pergaulan, jalan-jalan, hura-hura dan yang lain-lain. Ya pokoknya masuk transisi usialah, anak muda gitu hehehe...”(S1.W1.260-268)

Kemudian di bangku akhir SMAnya Andi beserta keluarga pindah ke Medan. Ia masuk ke SMA swasta dan tetap tertarik bermain basket. Ia juga menjadi vokalis di band sekolahnya, dan menang dalam perlombaan band antar sekolah. Andi memilih vokalis karena ia tidak bisa memainkan

satu alat musikpun, walau ia sangat menyukai musik. Namun, perjalanan musiknya ini tidak berlanjut lagi, karena setelah tamat sekolah ia tidak menemukan teman band yang satu visi dan misi dengan dirinya, dan akhirnya ia berhenti bermusik.

“SMA kelas tiga terakhir ikut perlombaan band antar sekolah…kelas 1,

Dokumen terkait