• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tempat dan Waktu Penelitian

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di SMA Negeri 6 Surakarta yang beralamat di Jalan Mr. Sartono No. 30 Surakarta. Penelitian juga dilaksanakan di SMA Negeri 1 Kartasura yang beralamat di Jalan Raya Solo – Yogya Pucangan, Kartasura.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada Semester II Tahun Pelajaran 2011/2012 dan Semester I Tahun Pelajaran 2012/2013 secara bertahap. Langkah-langkah yang dilakukan peneliti adalah sebagi berikut:

a. Tahap Persiapan

Pada tahap ini, peneliti melakukan kegiatan: permohonan pembimbing, pengajuan proposal penelitian, pembuatan instrument, dan permohonan ijin ke SMA Negeri 6 Surakarta dan SMA Negeri 1 Kartasura.

b. Tahap Pelaksanaan

Pada tahap pelaksanaan, peneliti melakukan kegiatan pengambilan data yaitu dengan observasi, tes, dan wawancara.

c. Tahap Penyelesaian

Pada tahap penyelesaian, peneliti melakukan kegiatan analisis data hasil penelitian, penarikan kesimpulan, penulisan laporan hasil penelitian, dan konsultasi dengan dosen pembimbing.

commit to user

31 B. Model Pengembangan

Penelitian ini dikategorikan sebagai penelitian pengembangan, Perangkat pembelajaran yang dikembangkan adalah tes diagnostik untuk mengidentifikasi miskonsepsi Fisika pada siswa. Model pengembangan yang digunakan yaitu model pengembangan 4 D (four D model) oleh S. Thigarajan, Dorothy S. Semmel, dan Melvyn I. Semmel. Model pengembangan 4D terdiri atas 4 tahap utama yaitu:

(1) Define (Pendefinisian), (2) Design (Perancangan), (3) Develop

(Pengembangan), dan (4) Disseminate (Penyebaran). C. Prosedur Pengembangan

Untuk memperoleh soal tes diagnostik yang mampu mengidentifikasi miskonsepsi siswa, maka dilakukan penelitian pengembangan dengan menggunakan model 4 D. Alur desain penelitian ini dapat dilihat dalam Gambar 3.1.

Gambar 3.1 Alur Pengembangan Soal Tes Diagnostik Fisika

Pada penelitian ini tahap pendisseminasian tidak dilakukan, hal ini merupakan keterbatasan penelitian. Keterbatasan ada pada kondisi obyek penelitian yaitu siswa kelas XII sudah memasuki akhir semester ganjil.

Pendesainan

Pengembangan

Instrumen Tes

Pendefinisian Analisis materi: Analisis sub konsep

Penyusunan kisi-kisi soal

Unsur yang dikembangkan: 1. Instrumen tes diagnostik 2. Uji coba 3. Validasi 4. Revisi 5. Uji coba 6. … 7. Selesai Pendisseminasian

commit to user

Berikut ini secara lebih terperinci langkah-langkah penyusunan soal tes diagnostik Fisika agar mampu mengidentifikasi miskonsepsi siwa yang telah dilakukan.

1. Tahap Pendefinisian

Pada tahap pendefinisian dilakukan analisis Silabus dan materi Fluida dan Teori Kinetik Gas. Silabus dapat dilihat pada Lampiran 2. Selanjutnya berdasarkan silabus, buku-buku Fisika SMA kelas XI, dan saran ahli diputuskan untuk diungkap adanya miskonsepsi mengenai konsep: massa jenis, tekanan, tekanan hidrostatik, tekanan atmosfir, hukum Pascal, hukum pokok hidrostatika, hukum Archimedes, tegangan permukaan, kontinuitas, debit, hukum Bernoulli, viskositas, hukum-hukum gas, tekanan pada gas, energi kinetik rata-rata, kelajuan rms, kelajuan gas, ekipartisi energi, dan energi dalam. Secara terperinci dapat dilihat dalam Lampiran 8 dan Lampiran 9.

2. Tahap Pendesainan

Hasil analisis materi digunakan sebagai acuan untuk menyusun kisi-kisi soal. Desain kisi-kisi soal yang disusun berisi tentang standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok, konsep, indikator, jumlah soal, dan nomor soal. Desain awal kisi-kisi dapat dilihat pada Lampiran 3. Selanjutnya dilakukan revisi sebanyak empat kali. Revisi kisi-kisi dapat dilihat pada Lampiran 4, Lampiran 5, Lampiran 6, dan Lampiran 7. Kisi-kisi soal ini merupakan panduan dalam mengembangkan tes diagnostik yang akan digunakan. Kisi-kisi untuk uji coba I dapat dilihat pada Lampiran 10, sedangkan kisi-kisi uji coba II dapat dilihat pada Lampiran 14.

3. Tahap Pengembangan

Pembuatan soal tes diagnostik dipantau oleh dosen pembimbing sebagai ahli pengembangan tes. Para ahli akan menguji validitas isi, teoritik, dan kebahasaan. Para ahli ini dimohon untuk memberikan masukan tentang kelayakan

commit to user

33 soal tes diagnostik agar sesuai fungsinya sebagai alat untuk mengidentifikasi miskonsepsi yang dialami oleh siswa. Soal tes diagnostik yang dibuat juga dilakukan validasi isi, teoritik, dan kebahasaan oleh dosen ahli di luar dosen pembimbing yang ditunjuk oleh dosen pembimbing. Validasi soal untuk uji coa I dapat dilihat pada Lampiran 18. Sedangkan validasi soal untuk uji coba II dapat dilihat pada Lampiran 19. Dalam uji ahli digunakan lembar rubrik tes diagnostik yang dapat dilihat secara lengkap pada Lampiran 17.

Awal pembuatan tes diagnostik ini, soal dibuat dalam bentuk pilihan ganda dengan alasan yang telah ditentukan dengan tujuan memudahkan dalam menganalisis kesalahan-kesalahan konsep (miskonsepsi) Fisika yang dialami oleh siswa. Soal yang dibuat dikonsultasikan kepada penelaah yang memiliki keterampilan, yaitu dosen pembimbing sebagai ahli yang melakukan uji validitas teoritik, isi, kebahasaan. Selain itu soal juga dikonsultasikan kepada guru mata pelajaran Fisika di SMA Negeri 6 Surakarta. Setelah dikonsultasikan kepada penelaah, soal diujicobakan kepada siswa kelas XI IPA 2 SMA Negeri 6 Surakarta. Hasil dari uji coba tersebut kemudian di analisis dan dilakukan revisi oleh peneliti dengan panduan ahli.

Hasil uji coba I di SMA Negeri 6 Surakarta menjadikan pertimbangan untuk merubah bentuk soal, yaitu menjadi soal pilihan ganda dengan alasan terbuka. Pertimbangan memilih bentuk tes ini adalah siswa dapat memilih langsung dengan jawaban yang tersedia dan siswa dapat menuangkan ungkapan tentang materi yang mereka ketahui.

Dalam Pedoman Pengembangan Tes Diagnostik Sains SMP, salah satu karakteristik tes diagnostik adalah:

Menggunakan soal-soal bentuk supply response (bentuk uraian atau jawaban singkat), sehingga mampu menangkap informasi secara lengkap. Bila ada alasan tertentu sehingga mengunakan bentuk selected response (misalnya bentuk pilihan ganda), harus disertakan penjelasan mengapa memilih jawaban tertentu sehingga dapat meminimalisir jawaban tebakan, dan dapat ditentukan tipe kesalahan atau masalahnya (Depdiknas, 2007: 2).

Djaali dan Pudji Muljono dalam bukunya yang berjudul Pengukuran dalam Bidang Pendidikan (2007: 12) “untuk tes diagnostik, soal-soalnya harus

commit to user

berbentuk uraian, karena soal bentuk obyektif tidak mempunyai fungsi diagnostik.”

Soal yang dibuat dalam bentuk pilihan ganda dengan alasan terbuka divalidasi oleh dosen pembimbing dan dosen ahli materi di luar dosen pembimbing yang ditunjuk oleh dosen pembimbing. Selanjutnya soal dilakukan uji coba II kepada siswa kelas XII IPA 4 dan 5 SMA Negeri 1 Kartasura. Hasil dari uji coba ini kemudian dianalisis. Hasil analisis dari uji coba I dan II dapat dilihat di Lampiran 20, Lampiran 21, dan Lampiran 22.

Dokumen terkait