• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengurus Tempat Kerja dan Penyelenggara tempat sarana umum harus mendukung program pemberian ASI Eksklusif (Pasal 30 PP ASI)

1. Apa yang dimaksud dengan Tempat Kerja?

Yang dimaksud Tempat Kerja dalam PP ASI ini adalah ruangan atau lapangan tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap dimana tenaga kerja bekerja, atau yang sering dimasuki tenaga kerja untuk keperluan suatu usaha dan dimana terdapat sumber atau sumber-sumber bahaya.

2. Tempat Kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 dan Pasal 31 PP ASI terdiri atas:

a. Perusahaan (yang dimaksud “perusahaan” adalah sebagaimana dimaksud dalam peraturan perundang-undangan di bidang ketenagakerjaan); dan

b. perkantoran milik Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan swasta, termasuk lembaga pemasyarakatan.

3. Siapa yang dimaksud dengan pengurus Tempat Kerja?

Pengurus Tempat Kerja adalah orang yang mempunyai tugas memimpin langsung suatu Tempat Kerja atau bagiannya yang berdiri sendiri

4. Berdasarkan pasal 41 PP ASI, Pengurus tempat kerja dan/atau penyelenggara tempat sarana umum wajib menyesuaikan diri dengan ketentuan PP ASI ini paling lama dalam jangka waktu 1 tahun sejak PP ASI diundangkan. Apa sajakah yang menjadi kewajiban mereka?

1. memenuhi kewajiban untuk menyediakan fasilitas khusus untuk menyusui dan/atau memerah ASI, sesuai dengan kondisi kemampuan perusahaan.

Yang dimaksud dengan “fasilitas khusus” adalah ruang menyusui dan/atau memerah ASI yang dinamai dengan ruang ASI.

2. Pengurus Tempat Kerja dan penyelenggara tempat sarana umum harus mendukung program ASI Eksklusif, bagaimana caranya?

Pengurus tempat kerja harus membuat peraturan perusahaan dan/atau perjanjian antara pengusaha dengan pekerja/buruh, atau melalui perjanjian kerja bersama antara serikat pekerja/serikat buruh dengan pengusaha, untuk mengatur kebijakan perusahaan yang dapat mendukung program pemberian ASI Ekslusif.

3. Pengurus Tempat Kerja wajib memberikan kesempatan kepada ibu yang bekerja untuk memberikan ASI Eksklusif kepada Bayi atau memerah ASI selama waktu kerja di Tempat Kerja.

Menurut Pasal 83 UU Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, pekerja perempuan yang anaknya masih menyusu harus diberi kesempatan sepatutnya untuk menyusui anaknya jika hal itu harus dilakukan selama waktu kerja.13

4. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penyediaan fasilitas khusus menyusui dan/atau memerah ASI akan diatur lebih lanjut ketentuan teknisnya dengan Peraturan Menteri.

5. Tempat sarana umum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 dan Pasal 32 PP ASI terdiri atas: a. Fasilitas Pelayanan Kesehatan;

b. hotel dan penginapan; c. tempat rekreasi;

d. terminal angkutan darat; e. stasiun kereta api; f. bandar udara; g. pelabuhan laut;

h. pusat-pusat perbelanjaan; i. gedung olahraga;

j. lokasi penampungan pengungsi; dan k. tempat sarana umum lainnya.

Penyelenggara tempat sarana umum berupa Fasilitas Pelayanan Kesehatan harus mendukung keberhasilan program pemberian ASI Eksklusif dengan berpedoman pada 10 (sepuluh) langkah menuju keberhasilan menyusui yang dijabarkan pada Pasal 33 PP ASI sebagai berikut:

a. membuat kebijakan tertulis tentang menyusui dan dikomunikasikan kepada semua staf pelayanan kesehatan;

13 Dalam penjelasan Pasal 83 tersebut diatur bahwa maksud dari kesempatan sepatutnya tersebut adalah lamanya waktu yang diberikan kepada pekerja perempuan untuk menyusui bayinya dengan memperhatikan tersedianya tempat yang sesuai dengan kondisi dan kemampuan perusahaan yang diatur dalam peraturan perusahaan atau perjanjian kerja bersama. Ketentuan Pasal 83 tersebut dapat diartikan sebagai kesempatan untuk memerah ASI bagi pekerja perempuan pada waktu kerja.

Pada dasarnya Pasal 10 ILO Convention mengatur lebih lanjut bahwa seorang pekerja perempuan harus diberi hak untuk satu atau lebih jeda diantara waktu kerja atau pengurangan jam kerja setiap harinya untuk menyusui bayinya, dan jeda waktu atau pengurangan jam kerja ini dihitung sebagai waktu kerja, sehingga pekerja perempuan tetap berhak atas pengupahan. Lebih lanjut Pasal 128 UU Kesehatan mengatur bahwa semua pihak harus mendukung pekerja perempuan untuk menyusui dengan menyediakan waktu dan fasilitas khusus, baik di tempat kerja maupun di tempat umum.

b. melatih semua staf pelayanan dalam keterampilan menerapkan kebijakan menyusui tersebut; c. menginformasikan kepada semua ibu hamil tentang manfaat dan manajemen menyusui;

d. membantu ibu dalam melakukan proses inisiasi menyusu dini (“IMD”) dalam waktu sekurang-kurangnya 60 (enam puluh) menit pertama persalinan;

e. membantu ibu cara menyusui dan mempertahankan menyusui meskipun ibu dipisah dari bayinya; f. memberikan ASI saja kepada Bayi baru lahir kecuali ada indikasi medis;

g. menerapkan rawat gabung ibu dengan bayinya sepanjang waktu 24 (dua puluh empat) jam; h. menganjurkan menyusui sesuai permintaan Bayi;

i. tidak memberi dot kepada Bayi; dan

j. Mendorong pembentukan kelompok pendukung menyusui dan merujuk ibu kepada kelompok tersebut setelah keluar dari Fasilitas Pelayanan Kesehatan.

Setiap pengurus Tempat Kerja dan/atau penyelenggara tempat sarana umum yang tidak mendukung program pemberian ASI Ekslusif, dan/atau tidak menyediakan fasilitas khusus untuk menyusui dan/atau memerah ASI, dan/atau tidak memberikan kesempatan kepada pekerjanya untuk memberikan ASI Ekslusif kepada bayi atau memerah ASI selama waktu kerja di tempat kerja, dapat dikenai sanksi sesuai peraturan perundang-undangan

BAB XI

DUKUNGAN MASYARAKAT

Dengan dikeluarkannya PP ASI Nomor 33 tahun 2012 tentang pemberian ASI Ekslusif, diharapkan dapat digunakan oleh para pemangku kepentingan yang relevan (relevant stakeholders) khususnya masyarakat sebagai acuan dalam melibatkan dan mendorong dukungan masyarakat. Melalui pemahaman yang tepat terhadap konsep pemberian ASI Ekslusif diharapkan dapat dalam pelaksanaan pemberian ASI Ekslusif sehingga pemenuhan hak-hak bayi di Indonesia dapat benar-benar terwujud.

Bagaimanakah peran dan/atau bentuk dukungan masyarakat untuk dapat mendukung keberhasilan pemberian ASI eksklusif?

1) Masyarakat harus mendukung keberhasilan program pemberian ASI Eksklusif baik secara perorangan, kelompok, maupun organisasi. Dukungan dimaksud dapat dilaksanakan melalui : a. pemberian sumbangan pemikiran terkait dengan penentuan kebijakan dan/atau pelaksanaan

program pemberian ASI Eksklusif;

b. penyebarluasan informasi kepada masyarakat luas terkait dengan pemberian ASI Eksklusif; c. pemantauan dan evaluasi pelaksanaan program pemberian ASI Eksklusif; dan/atau d. penyediaan waktu dan tempat bagi ibu dalam pemberian ASI Eksklusif.

2) Pelaksanaan dukungan dari masyarakat dilakukan dengan berpedoman pada 10 (sepuluh) langkah menuju keberhasilan menyusui untuk masyarakat.

BAB XII

Peraturan perundang-undangan dan Ketentuan terkait pemberian ASI Ekslusif

Dokumen terkait