• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III : GAMBARAN DAN PENYAJIAN DATA

B. Jangka Waktu dan Tempat Pelaporan Usaha

1. Tempat Pelaporan Kegiatan Usaha

1.1Tempat pelaporan kegiatan usaha pengusaha untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak adalah Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal kegiatan usaha Wajib Pajak.

1.2Bagi Pengusha Kena Pajak Pedagang Eceran orang pribadi yang tempat tinggalnya tidak sama dengan tempat kegiatan usaha dilakukan dan Pengusaha Kena Pajak tersebut tidak melakukan kegiatan usaha apapun di tempat tinggalnya, maka tempat terutangnya pajak adalah hanya di tempat kegiatan usaha dilakukan. Dengan demikian , secara administrative terhadap Pengusaha Kena Pajak dimaksud hanya dikukuhkan di tempat kegiatan usaha dilakukan.

1.3Apabila perusahaan mempunyai lebih dari satu tempat pajak terutang , baik sebagai pusat maupun cabang perusahaan , maka pemindahan Barang Kena Pajak antar tempat tersebut (dari pusat atau sebaliknya atau penyerahan Barang kena Pajak antar cabang), termasuk dalam pengertian penyerahan Barang Kena Pajak. Dengan demikian , perusahaan yang mempunyai lebih dari satu tempat pajak terutang wajib melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak pada tempat-tempat kegiatan usaha wajib pajak.

2. Prosedur Pendaftaran Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak

Pengusaha dapat dikukuhkan sebagai PKP apabila :

2.1Pengusaha memilih untuk dikukuhkan sebagai PKP atas kemauannya sendiri

2.3Pengusaha yang tidak memilih sebagai PKP tetapi sampai dengan satu tahun pajak dalam satu tahun buku seluruh peredaran bruto telah melampaui batasan yang ditentukan sebagai pengusaha kecil.

3. Adapun mekanisme pengukuhan PKP adalah :

3.1Pengusaha yang melaporkan kegiatan usaha untuk dikukuhkan sebagai PKP wajib mengisi, menandatangani dan menyampaikan formulir pendaftaran ke KPP.

Formulir pendaftaran tersebut juga harus dilengkapi dengan lampiran-lampiran :

a. Untuk Wajib Pajak orang pribadi:

a. Fotokopi Kartu Tanda Penduduk bagi Warga Negara Indonesia, atau fotokopi paspor, fotokopi Kartu Izin Tinggal Terbatas (KITAS) atau Kartu Izin Tinggal Tetap (KITAP) bagi Warga Negara Asing, yang dilegalisasi oleh pejabat yang berwenang;

b. Dokumen izin kegiatan usaha yang diterbitkan oleh instansi yang berwenang

c. Surat keterangan tempat kegiatan usaha atau pekerjaan bebas dari Pejabat Pemerintah Daerah sekurang-kurangnya Lurah atau Kepala Desa.

b. Untuk Wajib Pajak badan:

a. Fotokopi akta pendirian atau dokumen pendirian dan perubahan bagi Wajib

Pajak badan dalam negeri, atau surat keterangan penunjukan dari kantor

pusat bagi bentuk usaha tetap, yang dilegalisasi oleh pejabat yang berwenang;

b. Fotokopi Kartu Nomor Pokok Wajib Pajak salah satu pengurus, atau fotokopi

paspor dan surat keterangan tempat tinggal dari Pejabat Pemerintah Daerah

sekurang-kurangnya Lurah atau Kepala Desa dalam hal penanggung jawab

adalah Warga Negara Asing;

c. Dokumen izin usaha dan/atau kegiatan yang diterbitkan oleh instansi yang

berwenang; dan

d. Surat keterangan tempat kegiatan usaha dari Pejabat Pemerintah Daerah

sekurang-kurangnya Lurah atau Kepala Desa.

c. Untuk Wajib Pajak badan bentuk kerja sama operasi (Joint Operation): a. Fotokopi Perjanjian Kerjasama/Akta Pendirian sebagai bentuk kerja

sama

operasi (Joint Operation), yang dilegalisasi oleh pejabat yang berwenang;

b. Fotokopi Kartu Nomor Pokok Wajib Pajak masing-masing anggota bentuk

kerja sama operasi (Joint Operation) yang diwajibkan untuk memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak;

c. Fotokopi Kartu Nomor Pokok Wajib Pajak orang pribadi salah satu pengurus

perusahaan anggota bentuk kerja sama operasi (Joint Operation), atau fotokopi paspor dalam hal penanggung jawab adalah orang Warga Negara Asing;

d. Dokumen izin kegiatan usaha yang diterbitkan oleh instansi yang berwenang; dan

e. Surat keterangan tempat kegiatan usaha dari Pejabat Pemerintah Daerah sekurang-kurangnya Lurah atau Kepala Desa bagi Wajib Pajak badan dalam negeri maupun Wajib Pajak badan asing.

2.2 Kemudian petugas pendaftaran Wajib Pajak menerima formulir permohonan pendaftaran dan perubahan data Wajib Pajak yang telah ditanda tangani PKP atau kuasanya yang sah beserta lampirannya sekaligus memeriksa kelengkapan formulir permohonan pendaftaran tersebut.

2.3 Lalu petugas KPP tersebut mengisi kolom-kolom pada formulir permohonan pendaftaran dan perubahan data Wajib Pajak yang diisi oleh dinas dan meneliti adminisfiasi KPP untuk mengetahui apakah PKP sudah terdaftar apa belum.

2.4Merekam data PKP dari formulir permohonan pendaftaran dan perubahan data Wajib Pajak sesuai dengan tata cara yang telah ditentukan dan mencetak Lembar Pengawasan Arus Dokumen (LPAD) serta menyerahkan bukti Penerimaan Surat (BPS) kepada PKP setelah ditandatangani oleh petugas.

2.5Mencetak Surat Tugas Pembuktian Alamat PKP, selanjutnya diteruskan kepada Kepala Seksi TUP untuk ditandatangani.

2.6Menerima dan merekam berita acara hasil pembuktian alamat pada komputer.

2.7Mencetak Surat Keterangan Terdaftar, Surat Pengukuhan PKP, dan kartu NPWP. Selanjutnya Surat Keterangan Terdaftar dan Surat Pengukuhan PKP diteruskan kepada Kepala Seksi TUP untuk ditandatangani, dalam hal alamat PKP terbukti benar.

2.8 Mencetak Surat Penolakan Pendaftaran PKP dan Pelaporan PKP, selanjutnya diteruskan kepada Kepala Seksi TUP untuk ditandatangani, dalam hal alamat PKP terbukti tidak benar.

2.9Menyampaikan Surat Keterangan Terdaftar, Surat Pengukuhan PKP, dan kartu NPWP atau Surat Penolakan Pendaftaran Wajib Pajak dan pelaporan PKP paling lama 3 hari kerja berikutnya setelah permohonan pendaftaran dan pelaporan sebagai PKP diterima secara lengkap.

2.10 Mencantumkan NPWP yang diberikan diformulir permohonan pendaftaran dan perubahan data wajib pajak selanjutnya membuat

berkas sementara PKP yang berisi dokumen pendaftaran PKP dan surat lainnya untuk diteruskan ke Sub-Seksi Ketetapan dan Arsip (TAPSIP).

Dalam hal tertentu KPP dapat mengukuhkan PKP secara Jabatan. Yang dimaksud dengan pengukuhan PKP secara jabatan adalah pengukuhan PKP yang dilakukan terhadap PKP yang telah memenuhi syarat untuk dukukuhkan sebagai PKP tetapi tidak memenuhi kewajiban untuk mendaftarkan diri dan atau melaporkan usahanya berdasarkan data yang telah diperoleh dan dimiliki oleh Direktorat Jenderal Pajak.

Adapun mekanisme pengukuhan PKP secara Jabatan :

• Petugas Pendaftaran Wajib Pajak pada KPP menerima data PKP yang telah memenuhi syarat untuk dikukuhkan secara jabatan dari petugas yang melaksanakan kegiatan ekstensifikasi, maupun dari Kantor Penyuluhan Pajak.

• Meneliti administrasi KPP untuk mengetahui apakah PKP sudah terdaftar atau belum dan kemudian mengisi formulir permohonan pendaftaran dan perubahan data Wajib Pajak dari data yang diterima.

• Menandatangani formulir permohonan dan perubahan data wajib pajak yang diisi oleh dinas dalam hal pengukuhan PKP secara jabatan.

• Merekam data PKP dari permohonan pendaftaran dan perubahan data Wajib Pajak sesuai dengan tata cara yang telah ditentukan, mencetak

Lembar Pengawasan Arus Dokumen (LPAD) untuk digabungkan dengan formulir pendaftaran.

• Dalam hal pengukuhan PKP, petugas merekam dan mengisi berita acara hasil pembuktian alamat dari data yang diterima.

• Mencetak Surat Keterangan Terdaftar, Kartu NPWP, dan atau surat pengukuhan PKP diteruskan kepada Kepala Sub Seksi Tata Usaha Perpajakan (TUP) untuk ditandatangani.

• Menyampaikan Surat keterangan Terdaftar, Kartu Nomor Pokok wajib Pajak (NPWP), dan atau Surat Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak kepada Pengusaha Kena Pajak melalui pos tercatat, paling lama pada hari kerja berikutnya.

• Mencantumkan Nomor Pokok Wajib Pajak yang telah diberikan di formulir permohonan pendaftaran perubahan data Wajib Pajak dan selanjutnya membuat berkas sementara Wajib Pajak yang berisi dokumen pendaftaran Pengusaha Kena Pajak dan surat lainnya untuk diteruskan ke Sub Seksi Ketetapan dan Arsip (TAPSIP).

dengan Undang – Undang No. 42 Tahun 2009 Pasal 1 ayat 14 disebutkan bahwa Pengusaha adalah Orang Pribadi atau Badan yang dalam bentuk apapun dalam kegiatan usaha atau pekerjaanya menghasilkan barang, mengimpor barang, mengekspor barang, melakukan usaha perdagangan, memanfaatkan barang tidak berwujud dari luar Daerah Pabean, melakukan usaha jasa atau memanfaatkan jasa dari luar Daerah Pabean.

Sedangkan yang di maksud Pengertian Pengusaha Kena Pajak menurut Pasal 1 ayat 15 Undang – Undang No. 42 Tahun 2009 adalah Pengusaha yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak dan atau penyerahan Jasa Kena Pajak yang dikenakan pajak, tidak termasuk Pengusaha Kecil yang batasannya ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan, kecuali Pengusaha Kecil yang memilih untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak.

3. Kewajiban Pengusaha Kena Pajak (PKP)

• Melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak.

• Memungut Pajak Terutang.

• Menyetorkan Pajak Pertambahan Nilai yang masih harus dibayar dalam hal Pajak Keluaran lebih besar daripada Pajak Masukan yang dapat dikreditkan serta menyetorkan Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang terutang; dan

• Melaporkan pemungutan, penyetoran, dan perhitungan pajaknya paling lambat akhir bulan berikutnya.

C. Jangka Waktu Pelaporan Kegiatan Usaha

Batas waktu pelaporan kegiatan usaha untuk dikukuhkan sebagai PKP adalah 1 (satu) bulan setelah saat usaha mulai dijalankan. Namun demikian Pengusaha dapat melaporkan usahanya untuk dikukuhkan menjadi PKP sebelum saat usaha mulai dijalankan yaitu saat pendirian atau saat usaha nyata-nyata mulai dijalankan.

Setiap orang yang dengan sengaja tidak mendaftarkan diri untuk dikukuhkan sebagai PKP, sehingga dapat merugikan pada pendapatan negara dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan paling sedikit 2 (dua) kali jumlah pajak dan denda paling tinggi 4 (empat) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang bayar.

Wajib pajak tidak melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak akan diterbitkan Surat Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak secara Jabatan.

4. Tempat Pelaporan Kegiatan Usaha Tempat Pelaporan Kegiatan Usaha

4.1Tempat pelaporan kegiatan usaha pengusaha untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak adalah Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal kegiatan usaha Wajib Pajak.

4.2Bagi Pengusha Kena Pajak Pedagang Eceran orang pribadi yang tempat tinggalnya tidak sama dengan tempat kegiatan usaha dilakukan dan Pengusaha Kena Pajak tersebut tidak melakukan kegiatan usaha apapun di tempat tinggalnya, maka tempat terutangnya pajak adalah hanya di tempat kegiatan usaha dilakukan. Dengan demikian , secara administrative terhadap Pengusaha Kena Pajak dimaksud hanya dikukuhkan di tempat kegiatan usaha dilakukan.

4.3Apabila perusahaan mempunyai lebih dari satu tempat pajak terutang , baik sebagai pusat maupun cabang perusahaan , maka pemindahan Barang Kena Pajak antar tempat tersebut (dari pusat atau sebaliknya atau penyerahan Barang kena Pajak antar cabang), termasuk dalam pengertian penyerahan Barang Kena Pajak. Dengan demikian , perusahaan yang mempunyai lebih dari satu tempat pajak terutang wajib melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak pada tempat-tempat kegiatan usaha wajib pajak.

5. Prosedur Pendaftaran Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak

Pengusaha dapat dikukuhkan sebagai PKP apabila :

5.1Pengusaha memilih untuk dikukuhkan sebagai PKP atas kemauannya sendiri

5.3Pengusaha yang tidak memilih sebagai PKP tetapi sampai dengan satu tahun pajak dalam satu tahun buku seluruh peredaran bruto telah melampaui batasan yang ditentukan sebagai pengusaha kecil.

6. Adapun mekanisme pengukuhan PKP adalah :

6.1Pengusaha yang melaporkan kegiatan usaha untuk dikukuhkan sebagai PKP wajib mengisi, menandatangani dan menyampaikan formulir pendaftaran ke KPP.

Formulir pendaftaran tersebut juga harus dilengkapi dengan lampiran-lampiran :

d. Untuk Wajib Pajak orang pribadi:

d. Fotokopi Kartu Tanda Penduduk bagi Warga Negara Indonesia, atau fotokopi paspor, fotokopi Kartu Izin Tinggal Terbatas (KITAS) atau Kartu Izin Tinggal Tetap (KITAP) bagi Warga Negara Asing, yang dilegalisasi oleh pejabat yang berwenang;

e. Dokumen izin kegiatan usaha yang diterbitkan oleh instansi yang berwenang

f. Surat keterangan tempat kegiatan usaha atau pekerjaan bebas dari Pejabat

Pemerintah Daerah sekurang-kurangnya Lurah atau Kepala Desa. e. Untuk Wajib Pajak badan:

a. Fotokopi akta pendirian atau dokumen pendirian dan perubahan bagi Wajib

Pajak badan dalam negeri, atau surat keterangan penunjukan dari kantor

pusat bagi bentuk usaha tetap, yang dilegalisasi oleh pejabat yang berwenang;

5. Fotokopi Kartu Nomor Pokok Wajib Pajak salah satu pengurus, atau fotokopi

paspor dan surat keterangan tempat tinggal dari Pejabat Pemerintah Daerah

sekurang-kurangnya Lurah atau Kepala Desa dalam hal penanggung jawab

adalah Warga Negara Asing;

6. Dokumen izin usaha dan/atau kegiatan yang diterbitkan oleh instansi yang

berwenang; dan

7. Surat keterangan tempat kegiatan usaha dari Pejabat Pemerintah Daerah

sekurang-kurangnya Lurah atau Kepala Desa.

f. Untuk Wajib Pajak badan bentuk kerja sama operasi (Joint Operation): f. Fotokopi Perjanjian Kerjasama/Akta Pendirian sebagai bentuk kerja

sama

operasi (Joint Operation), yang dilegalisasi oleh pejabat yang berwenang;

g. Fotokopi Kartu Nomor Pokok Wajib Pajak masing-masing anggota bentuk

kerja sama operasi (Joint Operation) yang diwajibkan untuk memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak;

h. Fotokopi Kartu Nomor Pokok Wajib Pajak orang pribadi salah satu pengurus

perusahaan anggota bentuk kerja sama operasi (Joint Operation), atau fotokopi paspor dalam hal penanggung jawab adalah orang Warga Negara Asing;

i. Dokumen izin kegiatan usaha yang diterbitkan oleh instansi yang berwenang; dan

j. Surat keterangan tempat kegiatan usaha dari Pejabat Pemerintah Daerah sekurang-kurangnya Lurah atau Kepala Desa bagi Wajib Pajak badan dalam negeri maupun Wajib Pajak badan asing.

2.2 Kemudian petugas pendaftaran Wajib Pajak menerima formulir permohonan pendaftaran dan perubahan data Wajib Pajak yang telah ditanda tangani PKP atau kuasanya yang sah beserta lampirannya sekaligus memeriksa kelengkapan formulir permohonan pendaftaran tersebut.

2.3 Lalu petugas KPP tersebut mengisi kolom-kolom pada formulir permohonan pendaftaran dan perubahan data Wajib Pajak yang diisi oleh dinas dan meneliti adminisfiasi KPP untuk mengetahui apakah PKP sudah terdaftar apa belum.

2.11 Merekam data PKP dari formulir permohonan pendaftaran dan perubahan data Wajib Pajak sesuai dengan tata cara yang telah ditentukan dan mencetak Lembar Pengawasan Arus Dokumen (LPAD) serta menyerahkan bukti Penerimaan Surat (BPS) kepada PKP setelah ditandatangani oleh petugas.

2.12 Mencetak Surat Tugas Pembuktian Alamat PKP, selanjutnya diteruskan kepada Kepala Seksi TUP untuk ditandatangani.

2.13 Menerima dan merekam berita acara hasil pembuktian alamat pada komputer.

2.14 Mencetak Surat Keterangan Terdaftar, Surat Pengukuhan PKP, dan kartu NPWP. Selanjutnya Surat Keterangan Terdaftar dan Surat Pengukuhan PKP diteruskan kepada Kepala Seksi TUP untuk ditandatangani, dalam hal alamat PKP terbukti benar.

2.15 Mencetak Surat Penolakan Pendaftaran PKP dan Pelaporan PKP, selanjutnya diteruskan kepada Kepala Seksi TUP untuk ditandatangani, dalam hal alamat PKP terbukti tidak benar.

2.16 Menyampaikan Surat Keterangan Terdaftar, Surat Pengukuhan PKP, dan kartu NPWP atau Surat Penolakan Pendaftaran Wajib Pajak dan pelaporan PKP paling lama 3 hari kerja berikutnya setelah permohonan pendaftaran dan pelaporan sebagai PKP diterima secara lengkap.

2.17 Mencantumkan NPWP yang diberikan diformulir permohonan pendaftaran dan perubahan data wajib pajak selanjutnya membuat

berkas sementara PKP yang berisi dokumen pendaftaran PKP dan surat lainnya untuk diteruskan ke Sub-Seksi Ketetapan dan Arsip (TAPSIP).

Dalam hal tertentu KPP dapat mengukuhkan PKP secara Jabatan. Yang dimaksud dengan pengukuhan PKP secara jabatan adalah pengukuhan PKP yang dilakukan terhadap PKP yang telah memenuhi syarat untuk dukukuhkan sebagai PKP tetapi tidak memenuhi kewajiban untuk mendaftarkan diri dan atau melaporkan usahanya berdasarkan data yang telah diperoleh dan dimiliki oleh Direktorat Jenderal Pajak.

Adapun mekanisme pengukuhan PKP secara Jabatan :

• Petugas Pendaftaran Wajib Pajak pada KPP menerima data PKP yang telah memenuhi syarat untuk dikukuhkan secara jabatan dari petugas yang melaksanakan kegiatan ekstensifikasi, maupun dari Kantor Penyuluhan Pajak.

• Meneliti administrasi KPP untuk mengetahui apakah PKP sudah terdaftar atau belum dan kemudian mengisi formulir permohonan pendaftaran dan perubahan data Wajib Pajak dari data yang diterima.

• Menandatangani formulir permohonan dan perubahan data wajib pajak yang diisi oleh dinas dalam hal pengukuhan PKP secara jabatan.

• Merekam data PKP dari permohonan pendaftaran dan perubahan data Wajib Pajak sesuai dengan tata cara yang telah ditentukan, mencetak

Lembar Pengawasan Arus Dokumen (LPAD) untuk digabungkan dengan formulir pendaftaran.

• Dalam hal pengukuhan PKP, petugas merekam dan mengisi berita acara hasil pembuktian alamat dari data yang diterima.

• Mencetak Surat Keterangan Terdaftar, Kartu NPWP, dan atau surat pengukuhan PKP diteruskan kepada Kepala Sub Seksi Tata Usaha Perpajakan (TUP) untuk ditandatangani.

• Menyampaikan Surat keterangan Terdaftar, Kartu Nomor Pokok wajib Pajak (NPWP), dan atau Surat Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak kepada Pengusaha Kena Pajak melalui pos tercatat, paling lama pada hari kerja berikutnya.

• Mencantumkan Nomor Pokok Wajib Pajak yang telah diberikan di formulir permohonan pendaftaran perubahan data Wajib Pajak dan selanjutnya membuat berkas sementara Wajib Pajak yang berisi dokumen pendaftaran Pengusaha Kena Pajak dan surat lainnya untuk diteruskan ke Sub Seksi Ketetapan dan Arsip (TAPSIP).

BAB IV

ANALISIS DAN EVALUASI DATA

A. Kuantitas atau Jumlah Pengusaha Kena Pajak yang Terdaftar pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Belawan.

Jumlah pengusaha kena pajak yang terdaftar pada kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Belawan dari tahun 2011 sampai dengan 31 mei 2014 , dapat kita lihat pada table berikut .

Tabel 4.1

Jumlah Pengusaha Kena Pajak yang terdaftar pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Belawan.

PKP Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014 ORANG PRIBADI 6 4 1 - BADAN 51 65 108 71 JUMLAH 57 69 109 71

Sumber: Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Belawan 2015

Dari tabel diatas dapat kita ambil kesimpulan presentase perbandingan peningkatan jumlah Pengusaha Kena Pajak per tahun 2011 sampai 2014 bahwa :

a. Orang Pribadi

Pada tabel diatas dapat di lihat Pengusaha Kena Pajak yang dikukuhkan pada tahun 2011 sebanyak 6 orang sedangkan Pengusaha Kena Pajak yang

dikukuhkan pada tahun 2012 ada sebanyak 4 orang sehingga dapat dilihat terjadi adanya penurunan sebanyak 2 orang atau sekitar 33,33% (2/6 x 100%)

Kemudian pada tahun 2013 terdapat 1 orang Pengusaha Kena Pajak yang dikukuhkan dengan begitu terjadi lagi penurunan sebanyak 3 orang atau sebesar 75% (3/4 x 100%). Lalu pada tahun 2014 tidak ada satupun Pengusaha Kena Pajak yang terdaftar atau mendaftarakan diri untuk dikukuhkan usahanya sebagai Pengusaha Kena Pajak dengan begitu terjadi penurunan sebesar 100%.

Berdasarkan data diatas dapat simpulkan bahwa setiap tahunnya Pengusaha Kena Pajak yang terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Belawan mengalami penurunan yang sangat amat drastis mencapai 100% . Masih kurangnya kesadaran para Wajib Pajak untuk mendaftarkan kegiatan usahanya.

b. Badan

Menurut data diatas pada tahun 2011 terdapat 51 orang yang terdaftar sebagai Pengusaha Kena Pajak , pada tahun 2012 terdapat 65 orang yang terdaftar sebagai Pengusaha Kena Pajak sehingga terjadi peningkatan 14 orang atau sebesar 27,45% (14/51 x 100%).

Lalu pada tahun 2013 terdapat 108 orang yang terdaftar sebagai Pengusaha Kena Pajak sehingga dapat di lihat terjadi peningkatan sebanyak 43 orang atau sebesar 66,15% (43/65 x 100%).

Lalu pada tahun 2014 jumlah Pengusaha Kena Pajak yang telah di kukuhkan menjadi 71 terjadi peningkatan sebanyak 6 orang atau sebesar 8,45 % (6/71 x 100%).

Berdasarkan data di atas dapat dilihat bahwa Pengusaha Kena Pajak Badan mengalami peningkatan berbeda dengan Pengusaha Kena Pajak Orang pribadi yang mengalami penurunan setiap tahunnya. Hal ini mungkin disebabkan banyak nya perusahanaan – perusahaan yang memenuhi syarat untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak dan tingginya tingkat kesadaran perusahaan – perusahaan untuk memenuhi kewajiban terhadap negaranya.

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Adapun Simpulan yang dapat disimpulkan oleh penulis dari bab – bab yang telah dibahas sebelumnya anatara lain :

1. Pengusaha dapat dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak apabila telah memenuhi syarat sebagai Pengusaha Kena Pajak, Pengusaha tersebut memilih untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak berdasarkan oleh kemauannya sendiri,Pengusaha Kecil yang tidak memilih sebagai Pengusaha Kena Pajak tetapi sampai pada tahun buku seluruh peredaran brutonya telah melampaui batasan sebagai Pengusaha kecil.

2. Pengusaha yang melaporkan kegiatan usaha untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak wajib mengisi, menandatangani dan menyampaikan formulir pendaftaran ke Kantor Pelayanan Pajak.

Formulir pendaftaran tersebut juga harus dilengkapi dengan lampiran-lampiran Untuk Wajib Pajak orang pribadi:

a. Fotokopi Kartu Tanda Penduduk bagi Warga Negara Indonesia, atau fotokopi paspor, fotokopi Kartu Izin Tinggal Terbatas (KITAS) atau Kartu Izin Tinggal Tetap (KITAP) bagi Warga Negara Asing, yang dilegalisasi oleh pejabat yang berwenang;

b. Dokumen izin kegiatan usaha yang diterbitkan oleh instansi yang berwenang.

c. Surat keterangan tempat kegiatan usaha atau pekerjaan bebas dari Pejabat Pemerintah Daerah sekurang-kurangnya Lurah atau Kepala Desa.

Untuk Wajib Pajak badan:

a. Fotokopi akta pendirian atau dokumen pendirian dan perubahan bagi Wajib Pajak badan dalam negeri, atau surat keterangan penunjukan dari kantor pusat bagi bentuk usaha tetap, yang dilegalisasi oleh pejabat yang berwenang;

b. Fotokopi Kartu Nomor Pokok Wajib Pajak salah satu pengurus, atau fotokopi paspor dan surat keterangan tempat tinggal dari Pejabat Pemerintah Daerah sekurang-kurangnya Lurah atau Kepala Desa dalam hal penanggung jawab adalah Warga Negara Asing;

c. Dokumen izin usaha dan/atau kegiatan yang diterbitkan oleh instansi yang berwenang; dan

d. Surat keterangan tempat kegiatan usaha dari Pejabat Pemerintah Daerah sekurang-kurangnya Lurah atau Kepala Desa.

Untuk Wajib Pajak badan bentuk kerja sama operasi (Joint Operation):

a. Fotokopi Perjanjian Kerjasama/Akta Pendirian sebagai bentuk kerja sama

operasi (Joint Operation), yang dilegalisasi oleh pejabat yang berwenang;

b. Fotokopi Kartu Nomor Pokok Wajib Pajak masing-masing anggota bentuk kerja sama operasi (Joint Operation) yang diwajibkan untuk memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak;

c. Fotokopi Kartu Nomor Pokok Wajib Pajak orang pribadi salah satu pengurus perusahaan anggota bentuk kerja sama operasi (Joint Operation), atau fotokopi paspor dalam hal penanggung jawab adalah orang Warga Negara Asing;

d. Dokumen izin kegiatan usaha yang diterbitkan oleh instansi yang berwenang; dan

e. Surat keterangan tempat kegiatan usaha dari Pejabat Pemerintah

Dokumen terkait