BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan di PT. PLN (Persero) Cabang Pematangsiantar
3.2 Sistem Automatic Meter Reading
AMR (Automatic Meter Reading) adalah teknologi pembacaan meter elektronik
secara otomatis. Umumnya, pembacaan dilakukan dari jarak jauh dengan
menggunakan media komunikasi. Parameter yang dibaca pada umumnya terdiri dari
Stand, Max Demand (Penggunaan tertinggi), Instantaneous, Load Profile (load
survey) dan Event. Parameter – parameter tersebut didefenisikan terlebih dahulu di
meter elektronik, agar meter dapat menyimpan data – data sesuai dengan yang
diinginkan.
Data hasil pembacaan tersebut disimpan ke dalam database dan dapat digunakan
untuk melakukan analisa transaksi serta troubleshooting. Teknologi ini tentu saja
dapat membantu perusahaan penyedia jasa elektrik untuk menekan biaya operasional,
serta menjadi nilai tambah kepada pelanggannya dalam hal penyediaan, ketepatan, dan
keakurasian data yang dibaca, dan tentu saja dapat menguntungkan pengguna jasa
tersebut.
Sistem AMR terdiri dari 3 (tiga) bagian utama, yaitu Control Center, Meter
Elektronik dan Media Komunikasi.
Gambar 3.1. Sistem AMR
Pemakai Automatic Meter Reading (AMR) dapat memonitoring pemakaian daya
listrik. Dalam pengoperasiannya sistem Automatic Meter Reading melakukan
pembacaan energi listrik dengan cara menurunkan terlebih dahulu tegangan listrik dari
40 KV menjadi 240 V menggunakan current transformer, kemudian tegangan
dikonversikan menjadi data digital pada mesin meteran agar dapat diukur dengan
parameter pengukuran seperti daya, energi, dll. Setelah data digital ini masuk ke
bagian pengolahan dan komunikasi, pada bagian ini data digital dapat disimpan ke
memori, ditampilkan lewat LCD display, atau dikirimkan ke database PLN lewat
modem.
3.2.1 Meter Elektronik
Spesifikasi Meter AMR E30605 :
a. Spesifikasi Umum :
1. Tipe 3 fasa 4 kawat, kelas 0,5
2. Pengukuran tidak langsung (dengan CT-PT)
3. Tegangan 57,7 Vac
b. Data Pengukuran :
1. Tegangan per fasa (V)
2. Arus per fasa (A)
3. Factor daya per fasa
4. Frekuensi
5. Daya aktif per fasa (kW)
6. Daya reaktif per fasa (kVAr)
7. Daya total per fasa (kVA)
8. Energi aktif per fasa (kWh)
9. Energi reaktif per fasa (kVarh)
10. Energi aktif total Rate1,Rate2,Rate3,Rate4 (kWh)-untuk aplikasi WBP,
LWBP
11. Energi reaktif total Rate1, Rate2, Rate3, Rate4 (kVArh)-untuk aplikasi WBP,
LWBP
12. Daya Maksimum (kVA Max)
c. Fitur Komunikasi
1. Fasilitas komunikasi dengan modem PSTN, GSM, CDMA atau DPLC
2. Fasilitas pembacaan lokal dengan akses melalui port InfraRed (standar fisik
EC1107)
3. Fasilitas pembacaan dengan akses melalui port RS232
4. Mendeteksi dan mengirimkan alarm tampering
5. Mendeteksi dan mengirimkan informasi missing phase
6. Menerima dan menampilkan pesan singkat
7. Fungsi port output untuk menggerakkan relay eksternal (aplikasi TusBung
pada pengukuran tidak langsung)
8. Fungsi port input untuk menerima sinyal eksternal yang dapat disimpan /
diteruskan ke Control Center melalui fasilitas komunikasi
d. Penyimpanan Data Historis :
Terdapat memori internal untuk penyimpanan data – data historis
1. Data Load Profile
Nilai – nilai per fasa dari parameter tegangan, arus,faktor daya, daya aktif daya
reaktif, frekuensi,energi aktif total, energi reaktif total , energi reaktif reverse
total.
Perioada penyimpanan data Load Profile dapat dipilih per
2,3,4,5,6,10,15,20,30, atau 60 menit.
2. Data Billing (posisi standmeter pada setiap tanggal billing), mampu hingga 60
perioda billing atau kurang lebih 5 tahun.
3. Data Event Log,mampu hingga 1024 record yang meliputi pesan – pesan :
Fasa terbalik, hilang fasa, tampering alarm,reverse energy, status port
input/output, data user yang login dan aktivitas selama login.
e. Fitur Perangkat
1. Layar tampilan 2 x 20 LCD dengan backlight
2. Real Time Clock (RTC) dengan baterai cadangan
3. Penyimpanan Data pada non volatile memory EEPROM
4. Register terpisah untuk beban puncak dan bukan beban puncak pada setiap
fasa
f. Sekuriti
1. Segel Metrologi
2. Segel PLN
3. Tampering detector dan alarm
4. Proteksi hardware untuk measurement parameter setting
5. Access password
3.2.2 Control Center
Secara umum,control center AMR terdiri dari empat komponen utama yaitu:
1. Web Server
2. Database Server
3. Front End Concentrator (FEC)
4. Embedded Concentrator (EC)
Gambar 3.2 Konfigurasi Control Center AMR
Dari gambar diatas, dapat dilihat bahwa control center AMR terdiri dari empat
komponen utama yaitu : web server, database server, froent end concentrator dan
embedded concentrator. Dengan web server yang terhubung ke internet sehingga
dapat di akses oleh computer – computer dengan menggunakan jaringan LAN yang
menggunkan TCP/IP .
4. Web Server
1. Mengatur Hak Akses di Linux
Linux mengenal hak akses yang mengatur setiap user sehingga setiap user hanya
dapat mengakses file – file atau direktori tertentu saja, hal ini digunakan untuk
kepentingan keamanan sistem.
2. Alasan memilih Linux
a. Bersifat open source, relatif lebih aman karena source code-nya diketahui
public, mempercepat penemuan dan perbaikan bug.
b. Sistem security lebih aman karena tingkat proteksi tidak hanya dari firewall
tapi termasuk file sistem dan akses user.
c. Eksklusif, proses instalasi tidak bisa sembarangan sehingga mengurangi resiko
penyalahgunaan karena meng-install aplikasi yang tidak perlu, pada akhirnya
menjadi sistem operasi yang lebih stabil.
d. Relatif tahan terhadap virus, jenis virus linux sangat jarang, dan bila terinfeksi
tidak menyebar.
5. Database Server
Teknologi database yang digunakan yaitu oracle. Oracle merupakan suatu produk
database yang menggunakan konsep Relational Database Management System, yang
merupakan dasar yang dipakai dalam teknologi dewasa ini
Alasan digunakan Oracle :
d. Oracle adalah teknologi database yang umum digunakan untuk aplikasi sekelas
server yang bisa menampung data hingga Tera Byte.
e. Sebagai engine database sudah terbukti handal dan stabil
f. Sudah dilengkapi dengan fitur store procedure dan trigger yang dapat membantu
mengurangi beban pemrosesan di web server pada saat beban tinggi.
g. PLN sudah familiar dengan menggunakan Oracle database dan sudah memiliki
lisensi corporate
6. FEC dan EC Server
a. Aplikasi Wincons
Adalah sub sistem Control Center yang berinteraksi langsung dengan meter digital
melalui suatu media komunikasi. Media komunikasi yang digunakan bergantung
dari jenis meter yang akan di baca serta sarana komunikasi yang tersedia.
Secara default aplikasi ini akan melakukan pembacaan meter – meter digital yang
terdaftar di database secara otomatis berdasarkan scheduler atau jadwal yang
terdapat di database. Fasilitas penambahan atau pendaftaran meter baru serta
perubahan setting atau scheduler meter – meter yang terdapat di database dapat
dilakukan melalui aplikasi web client.
b. Aplikasi Fetch FTP
Adalah aplikasi sistem AMR yang di jalankan di perangkat Front End
Concentrator. Secara periodic aplikasi ini akan meng-akses setiap EC yang
terdaftar di databasenya, mengambil data – data meter yang sudah di kumpulkan
oleh EC, kemudian mentransfer data – data tersebut ke database server.
Protokol yang digunakan pada saat mengakses perangkat EC adalah File Transfer
Protokol (FTP) yang merupakan salah satu protocol dalam TCP/IP.
Proses yang terjadi pada aplikasi ini dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Fetch akan memeriksa parameter – parameter setiap EC yang terdaftar di
databasenya.
b. Selanjutnya FEC akan melakukan koneksi dengan EC sesuai dengan alamat IP
atau nomor telepon yang terdaftar.
c. Jika EC yang dibaca berada dalam satu rack sistem dengan FEC, maka Fetch akan
melakukan koneksi langsung melalui LAN tanpa melalui proses dial up.
d. Jika perangkat EC yang akan di baca terletak terpisah jauh dengan FEC, maka
aplikasi Fetch Data akan melakukan koneksi terlebih dahulu dengan cara dial up
ke nomor telepon PSTN/GSM perangkat EC.
e. Jika koneksi antara FEC dan EC sudah terbentuk, selanjutnya aplikasi Fetch Data
akan melakukan transfer file dari EC ke FEC dengan menggunakan protocol FTP,
sesuai dengan parameter data terakhir yang terdapat di direktori EC tersebut.
Setiap EC mempunyai satu direktori sendiri pada harddisk FEC yang digunakan
untuk menyimpan sementara file – file binary hasil pembacaan meter oleh EC.
Jika proses transfer file sudah selesai, maka Fetch akan memutuskan koneksi ke
EC secara otomatis.
c. Aplikasi Fetch DB
Adalah aplikasi sistem AMR yang di jalankan di perangkat FEC. Secara periodik
aplikasi ini akan mengambil data – data meter yang sudah dikumpulkan oleh Fetch
FTP, kemudian mentransfer data – data tersebut ke database server sesuai dengan
format penyimpanan data pada database.
Proses pembacaan data – data meter di EC oleh FEC berlangsung secara berkala
dengan selang waktu tertentu. Secara default proses ini akan dijalankan secara
d. Aplikasi Fetch Socket
Adalah aplikasi yang berfungsi sebagai interface antara aplikasi web dengan
aplikasi Wincons. Secara periodik aplikasi ini akan memeriksa event yang di
hasilkan oleh aplikasi web untuk kemudian diteruskan ke aplikasi wincons sebagai
job yang akan di eksekusi.
e. Aplikasi Fetch Editor
Adalah aplikasi GUI yang digunakan untuk mengatur setting konfigurasi aplikasi
Fetch FTP, Fetch DB dan Fetch Socket seperti :
1. Alamat IP server EC
2. Alamat virtual FTP directory EC
3. Interval waktu pooling ke setiap EC
4. Temporary directory transfer data
Aliran data pada proses pembacaan data meter di Control Center di mulai dari
computer Embedded Concentrator (EC) yaitu aplikasi Wincon.
a. Aplikasi Wincon membaca data meter kemudian menyimpannya pada direktori
C:/Data/Project/XFER pada computer EC.
b. Data pada direktori ini kemudian secara periodik akan dibaca oleh aplikasi Fetch
FTP pada komputer FEC, untuk kemudian di simpan pada direktori
C:/Data/Project/XFER pada komputer FEC.
Aplikasi Fetch FTP berfungsi sebagai FTP Client yang secara periodik akan
melakukan koneksi FTP ke semua computer EC yang terdaftar di Control Center.
c. Proses selanjutnya dilakukan oleh aplikasi Fetch DB yang mentransfer data – data
tersebut ke database server sesuai dengn format penyimpanan data pada database.
Data – data yang telah tersimpan di database kemudian akan diproses dan di
sampaikan ke user melalui media internet.
Setiap aplikasi pada Contol Center mencatat semua aktifitas nya ke dalam sebuah file
log pada Log Directory masing – masing. File log ini di buat setiap hari dan nama
filenya pun disesuaikan dengan hari aktivitasnya.
Kapasitas Control Center sebagai berikut :
a. Kapasitas Database Server
Tidak terdapat pembatasan jumlah meter dalam Database Server. Faktor yang
akan menentukan adalah kapasitas storage dan kecepatan processor dari server
yang digunakan.
b. Kapasitas Web Server
Web Server berisi program aplikasi berbasis web dan tidak terkait dengan
kapasitas meter yang akan di tangani.
c. Jumlah FEC per Sistem
Jumlah FEC pada setiap Control Center tidak dibatasi. Faktor yang menentukan
adalah intensitas trafik jaringan LAN dari Control Center.
d. Jumlah EC per FEC
Dalam hal koneksi antara EC dengan FEC menggunakan media komunikasi lain
(misal : dial up) maka batasan dari jumlah EC yang dapat ditangani oleh satu FEC
sangat ditentukan oleh kecepatan komunikasi data yang terjadi.
e. Jumlah meter per EC
Secara software kapasitas meter dalam satu EC ditetapkan sebanyak 1024 buah.Hal
ini berkaitan dengan jumlah IP address yang dialokasikan untuk meter pada setiap
EC.
Dalam hal komunikasi meter dengan EC menggunakan sestem DPLC dan dengan
kualitas jaringan yang memadai untuk komunikasi tersebut maka jumlah meter
sebanyak 1024 di atas secara teori dapat di tangani oleh satu buah EC.
Dalam hal – hal menggunakan komunikasi dial-up, jumlah meter yang dapat
ditangani akan sangat di tentukan oleh kecepatan komunikasi tersebut.
3.2.3 Media Komunikasi Sistem AMR
Spesifikasi modem Siemens MC35i :
1. Dual Band EGSM900/GSM1800
2. GPRS
3. Data,Voice,SMS dan Fax
4. CSD hingga 14,4 kbps
5. Tegangan 8V – 3oV
6. Status operasi LED
7. Mudah di integrasi
8. Full tupe Approval GSM Phase 2/2+
9. Dimensi :65 x 74 x 33 mm
Media komunikasi merupakan salah satu komponen penting dalam sistem AMR.
Keberhasilan dan kelancaran pembacaan data meter AMR oleh Control Center AMR
sangat dipengaruhi oleh kualitas media komunikasi. Secara umum media komunikasi
yang digunakan di PT PLN (Persero ) Cabang Pematangsiantar untuk penyaluran
data pada sistem AMR , yaitu Circuit Switched Communication.
Contoh dari Circuit Switched Communication adalah Public Switch Telephone
Network (PSTN) dan Global System for Mobile Communication (GSM). PSTN dan
ini disebabkan sudah tersedianya layanan dan jaringan dari operator GSM dan/atau
PSTN (telepon kabel) yang menjangkau hampir seluruh lokasi Meter AMR yang
dipasang dan lokasi Control Center AMR, sehingga pihak PLN tinggal menyediakan
perangkat modem (beserta SIM Card untuk GSM) dan membayar biaya pemakaian
dan abonemen. Pemeliharaan jaringan komunikasi dilakukan oleh operator yang
bersangkutan. Penerapan Circuit Switched Communication untuk komunikasi data
juga disebut dengan komunikasi data over voice.
5. PSTN ke GSM
Pada konfigurasi ini, sisi pemanggil (EC pada Control Center) maupaun sisi meter
AMR menggunakan modem GSM. Konfigurasi pada sistem AMR diperlihatkan pada
gambar berikut :
METER ELEKTRONIK GSM MODEM METER ELEKTRONIK GSM #2 GSM #1 MODEM PSTN GSM MODEM PSTN Control Center
Ganbar 3.4 Komunikasi PSTN ke GSM
Apabila CC akan melakukan pembacaan ke Meter AMR tertentu, baik berdasarkan
skeduler (otomatis) atau pembacaan manual, maka EC pada Control Center akan
melakukan inisialisasi modem PSTN, mendial nomor SIM pada Meter AMR yang
dituju. Apabila PSTN dapat melayani panggilan tersebut, maka PSTN akan
meneruskan panggilan tersebut ke operator GSM terkait. Apabila nomor yang
dipanggil sedang idle dan jaringan GSM dapat melayani panggilan tersebut, maka
terbentuk koneksi data antara modem pemanggil dan modem pemanggil. Selanjutnya
EC akan mengirimkan perintah baca ke Meter AMR dan Meter mengirimkan data –
data yang dibaca melalui koneksi data yang sudah terbentuk.
Penggunaan PSTN sebagai pemanggil pada Control Center mempunyai keuntungan
dan kerugian sebagai berikut :
a. Keuntungan
1. Cocok untuk memanggil hampir semua jenis SIM card dari berbagai macam
operator (compatible)
2. Kemungkinan jaringan (PSTN) sibuk sangat kecil
3. Andal (reliable)
4. Pemeliharaan jaringan komunikasi dilakukan oleh operator
b. Kerugian
1. Harga modem PSTN relatif mahal
2. Biaya komunikasi (pemanggil) dan abonemen (pemanggil dan sisi meter)
relatif tinggi, karena tarif berdasarkan durasi.
3. Sifat koneksi tidak “always on”
6. GSM ke GSM
Pada konfigurasi ini, sisi pemanggil (EC pada Control Center) maupaun sisi meter
AMR menggunakan modem GSM. Konfigurasi pada sistem AMR diperlihatkan pada
gambar berikut :
Gambar 3.5. Komunikasi GSM-GSM pada Sistem AMR
Apabila CC akan melakukan pembacaan ke Meter AMR tertentu, baik berdasarkan
skeduler (otomatis) atau pembacaan manual, maka EC pada Control Center akan
melakukan inisialisasi modem GSM, mendial nomor SIM pada Meter AMR yang
dituju. Apabila jaringan GSM sisi pemanggil dapat melayani panggilan tersebut,
maka akan dilakukan pengecekan nomor yang dipanggil dan kondisi jaringannya.
Apabila nomor yang dipanggil sedang idle dan jaringan GSM dapat melayani
panggilan tersebut, maka terbentuk koneksi data antara modem pemanggil dan
modem pemanggil. Selanjutnya EC akan mengirimkan perintah baca ke Meter AMR
dan Meter mengirimkan data – data yang dibaca melalui koneksi data yang sudah
terbentuk.
Penggunaan model GSM-GSM baik pada Control Center mempunyai keuntungan
dan kerugian sebagai berikut :
a. Keuntungan
1. Implementasi instalasi cepat
2. Andal (reliable)
3. Pemeliharaan jaringan komunikasi dilakukan oleh operator
b. Kerugian
1. Harga modem GSM relatif mahal
relatif tinggi, karena tarif berdasarkan durasi.
3. Antar operator tidak selalu kompatibel
4. Sifat koneksi tidak “always on”
3.3 Sumber Data
Yang menjadi data penelitian ini adalah yang berasal dari penelitian dokumen atau
data yang berasal dari Sistem AMR , yaitu melalui data yang direkam oleh Meter
AMR dan kemudian dibaca oleh Control Center AMR.
3.4 Instrumen Pengumpul Data
Untuk mendapatkan informasi dari data – data yang diperlukan dalam penelitian ini,
penulis memakai instrumen pengumpul data sebagai berikut :
1. Observasi, yang dilakukan dengan cara mengadakan peninjauan dan
pengamatan ke lokasi penelitian untuk mengetahui bagaimana sebenarnya
sistem AMR itu, komponen pendukungnya , serta peng-aplikasiannya.
2. Kepustakaan, yang dilakukan dengan mengadakan studi terhadap sejumlah
literatur yang ada kaitannya dengan judul penelitian.
3. Dokumen atau data, yang didapat dari Control Center AMR.
4. Wawancara, yang dilakukan penulis dengan Kepala Bagian AMR di PT PLN
(Persero) Cabang Pematangsiantar serta pegawai – pegawai dibagian tersebut.
3.5 Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Tahap tahap pengolahan dan analisis data dimulai dari proses pengumpulan data.
Selanjutnya adalah dengan mengadakan pengolahan dan analisis data , dilakukan
sebagai berikut :
Arus Tidak Seimbang, Arus Berlebih, Energi Reaktif Tidak Terdeteksi, Penggunaan
Beban Berlebih dan analisis terhadap Perbedaan Waktu, dengan melihat indikasi dari
data meter elektronik yang ditampilkan kemudian dicari kemungkinan penyebab
terjadinya gangguan melalui data meter yang ditampilkan pada control center AMR.
Dalam dokumen
Analisis Gangguan Melalui Sistem Automatic Meter Reading Di PT. PLN (PERSERO) Cabang Pematangsiantar
(Halaman 41-57)