• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tempat Penulisan Tafsi Al-Azhar

HAMKA DAN TASAWUF

C. Sejarah Penulisan Tafsir Al-Azhar

2. Tempat Penulisan Tafsi Al-Azhar

Sebelum Hamka memulai menulis Tafsir Al-azhar.Hamka memulai dari ceramah-ceramah yang disampaikan sehabis shalat subuh di Masjid Agung Al-Azhar.Sejak Januari 1962, segala kegiatan di masjid itu ditulis dalam majalah Gema Islam, termasuk ceramah-ceramah tafsir yang disampaikan Hamka, dimuat secara teratur. Atas usul dari tata usaha majalah waktu itu, yaitu Saudara Haji Yusuf Ahmad, tafsir waktu subuh itu diberikan nama Tafsir al-Azhar,.

Sebab, Tafsir ini timbul di dalam Masjid Agung al-Azhar, yang nama Masjid itu diberikan oleh Syekh Jami’.267

266Pendahuluan Hamka, Tafsir Al-Azhar, Jakarta: Gema Insani, 2015, jilid 1, hal. 4

267Hamka, Tafsir Al-Azhar, Jakarta: Gema Insani, 2015, jilid 1, hal. 44-46

Salah satu niat Hamka ketika menyusun Tafsir itu ialah meninggalkan pusaka, yang moga-moga ada harganya untuk ditinggalkan bagi bangsa dan umat Muslim Indonesia jika panggilan Allah yang pasti datang kepada beliau kelak. Telah timbul niat sejak Tafsir pertama disusun.Moga-moga hendaknya hasil karya beliau memenuhi baik sangka al-Azhar kepada beliaudapatlah dipenuhi dengan sebaik-baiknya.

Namun Hamka selalu bertanya-tanya di dalam hati, bilakah Tafsir ini akan selesai dikerjakan. Karena tugas-tugas yang lain didalam masyarakat terlalu besar pula?.Beliau kerap kali meninggalkan rumah, keluar kota, dan memenuhi undangan dari kawan-kawan sepaham di daerah-daerah yang jauh. Hamka juga dosen pada beberapa perguruan tinggi, baik di Jakarta maupun di daerah.Beliaupun menjadi guru besar dari Pusroh (Pusat Pendidikan Ruhani) Islam Angkatan Darat. Kalau begini halnya niscaya Tafsir al-Azhar ini tidak akan selesai dalam masa dua puluh tahun. Padahal umur bertambah tua juga.Ada beberapa teman sejawat mendesak, selesaikan segera Tafsir itu. Beliau tidak ucapkan kepada mereka apa yang terasa dalam hati. Sebab, jika dihitung-hitung dari segi umur pada waktu itu, yaitu akhir tahun 1963, munkin Tafsir ini tidak akan selesai.

Tanpa diduga sebelumnya pada hari senin 12 Ramadhan 1383 H bertepatan dengan tanggal 27 Januari 1964 M. sesaat setelah Hamka memberikan pengajian di hadapan lebih kurang 100 orang kaum ibu, yang umumnya terdiri dari kaum terpelajar, yang ditafsirkan hari itu ia Surat al-Baqarah ayat 255, ayat Kursi yang biasa dihapal itu di Masjid al-Azhar.Pukul 11 siang beliau pulang kerumahakan berlepas lelah sejenak menunggu datangnya waktu zuhur. Tiba-tiba anaknya memberitahukan ada empat orang tetamu yang telah duduk diberanda rumah ingin ketemu beliau.Sangkaan beliau tetamu itu adalah salah satu pengurus mesjid di Jakarta yang datang untuk mengadakan tabligh dan tarawih bulan puasa. Beliau pun menegur sapa dan bertanya apa maksud mereka datang. Lalu seorang di antara mereka mengeluarkan sepucuk surat, bersampul baik. Surat itu dibaca beliau dengan tenang; rupanya ialah surat penangkapan beliau yang dibawa oleh polisi dengan berpakaian preman. Dengan tidak tahu apa kesalahan beliau. Setelah empat hari dalam tahanan barulah beliau mengetahui tuduhan yang amat hebat dan ngeri. Yaitu bahwa mengadakan rapat gelap di Tanggerang pada tanggal 11 Oktober 1963 diperkatakan dalam rapat itu ialah hendak membunuh Meneteri Agama Saifuddin Zuhri, dan hendak mengadakan Coup d’etat. Untuk semuanya ini beliau mendapat bantuan dari Tengku Abdul Rahman

Putera Perdana Menteri Malaysia banyaknya empat juta dollar.Artinya menurut tuduhan ini beliau adalah seorang pengkhianat besar kepada tanah air sendiri. Dan juga tuduhan pula bahwa dalam salah satu kuliah pada bulan Oktober 1963 pada Institut Agama Islam Negeri (I.A.I.N) di Ciputat, menghasut Mahasiswa agar meneruskan pemberontakan Kartosuwiryo, Daud Beureueh, M.Natsir dan Syafruddin Prawiranegara.268

Tidak hanya itu, buku-buku karangan beliaupun dilarang terbit dan beredar.269Sebagai tahanan politik.Atas penangkapan dan penahanan beliau adalah kezaliman yang dilegasikan dengan undang-undang .Karena kata beliau segala tuduhan itu adalah fitnah belaka.Beliau ditangkap guna menutupi maksud yang sebenarnya, yaitu menyingkirkan beliau dari masyarakat. Karena sejak beliau memulai perjuangan menyebarkan agama Islam, baik sebelum berpangkalan di Masjid Agung al-Azhar maupun sesudahnya, beliau berkata, hanya menuruti satu garis yang tertentu , tidak membelok ke kiri kanan, yaitu menyebarkan kata Allah dan kata Rasul menurut yang diyakininya, tidak membeci pemerintah yang berkuasa.

Rencana yang lahir dari manusia, berbeda dari rencana yang gaib dair Allah.Yang berlaku adalah rencana Allah.Orang yang memfitnah dan menzalimi beliau sudah merasa gembira karena beliau telah dibungkam.Akan tetapi, disamping hati mereka telah puas. Allah telah melengkapi apa yang diwahyukan-Nya di dalam surat Maha Mengetahui segala sesuatu” (QS. At-Taghaabun, ayat 11).

Allah rupanya menghendaki agar masa terpisah dari anak selama dua tahun dan terpisah dari masyarakat, dapat beliau selesaikan menafsirkan Al-Qur’anul Karim. Karena apa bila beliau diluar, pekerjaan penafsiran Al- Qur’an ini tidak akan selesai sampai beliau meninggal, kata beliau. Masa terpencil dua tahun digunakan

268Hamka, Tafsir Al-Azhar, juzu’ 1, Jakarta: Pustaka Panjimas, 1982, hal. 50-51 269Yusuf, M. Yunan, Corak Pemikiran Kalam Tafsir al-Azhar, Jakarta:

Paramadani, 2003, hal. 55

baiknya oleh beliau.Dengan petunjuk dan hidayah Allah Yang Maha Kuasa, beberapa hari sebelum beliau dipindahan ke dalam tahanan rumah, penafsiran Al-Qur’an 30 jus selesai.270

Sebagai tahanan politik, Hamka ditempatkan di beberapa tempat antara lain Bungalow Herlina, Harjuna, Bungalow Brimob Mega Mendung, dan Kamar Tahanan Polisi Cimacan. Di waktu ditahan inilah Hamka mempunyai kesempatan yang cukup untuk menulis Tafsi al-Azhar.Disebabkan kesehatannya sempat menurun, Hamka pernah dipindahkan ke Rumah Sakit Persahabat, Rawamangun Jakarta.Selama perawatan, Hamka meneruskan penulisan tafsirnya.Setelah jatuhnya Orde lama dan kemudian muncul Orde Baru.Hamka dibebaskan dari tuduhan.Pada tanggal 21 Januari 1966 Hamka kembali menemui kebebasannya setelah mendekam dalam penjara selama kurang lebih dua tahun.Kesempatan inipun dipergunakan Hamka untuk memperbaiki serta menyempurnakan Tafsir al-Azhar yang sudah pernah dia tulis di beberapa rumah tahanan sebelumnya.

Dokumen terkait