• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 6 PEMBAHASAN

6.2. Sosiodemografi Penderita Kanker Payudara

6.2.8. Tempat Tinggal

Proporsi penderita kanker payudara rawat inap di RS Haji Medan tahun 2005-2009 berdasarkan tempat tinggal dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

48.1%

51.9%

Kota Medan Luar Kota Medan

Gambar 6.9. Proporsi Penderita Kanker Payudara Rawat Inap Berdasarkan Tempat Tinggal di RS Haji Medan Tahun 2005-2009

Berdasarkan gambar 6.9 dapat dilihat proporsi tertinggi penderita kanker payudara berdasarkan tempat tinggal adalah yang bertempat tinggal di Kota Medan (51,9%) dan terendah yang bertempat tinggal di luar Kota Medan (48,1%).

Walaupun proporsi penderita kanker payudara berdasarkan tempat tinggal lebih banyak yang berasal dari Kota Medan namun perbedaan proporsi berdasarkan tempat tinggal hanya 3,8%. Hal ini kemungkinan karena Rumah Sakit Haji Medan merupakan salah satu rumah sakit rujukan dari daerah luar kota Medan.

6.3. Penderita Kanker Payudara Berdasarkan Keluhan

Proporsi penderita kanker payudara rawat inap di RS Haji Medan tahun 2005-2009 berdasarkan keluhan utama dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

88.5 60.9 33.3 10.9 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

Benjolan di payudara Nyeri di payudara Luka di payudara Puting sakit dan keluar darah,nanah,

atau cairan encer Keluhan Utama P rop or si ( %)

Gambar 6.10. Proporsi Penderita Kanker Payudara Rawat Inap Berdasarkan Keluhan di RS Haji Medan Tahun 2005-2009

Berdasarkan gambar 6.10 di atas dapat dilihat distribusi proporsi penderita kanker payudara rawat inap di RS Haji Medan tahun 2005-2009 berdasarkan keluhan

utama tertinggi adalah benjolan di payudara dengan sensitifitas 88,5%, kemudian nyeri di payudara dengan sensitifitas 60,9%. Hal ini kemungkinan karena penderita kanker payudara datang berobat setelah merasa adanya benjolan pada payudaranya yang terasa sakit dan mengganggu kegiatannya.

Menurut Hawari (2004) benjolan pada payudara adalah suatu keadaan yang mengharuskan setiap wanita yang mengalaminya datang ke dokter karena dapat merupakan suatu keadaan dini dari keganasan (kanker) pada payudara.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Dewinta (2005) di RS Tembakau PTPN II Medan dengan desain case series yang menemukan bahwa proporsi penderita kanker payudara berdasarkan keluhan utama adalah benjolan di payudara (71,5%).

25

6.4. Penderita Kanker Payudara Berdasarkan Letak Kanker

Proporsi penderita kanker payudara rawat inap di RS Haji Medan tahun 2005-2009 berdasarkan letak kanker dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

60.3% 33.3%

6.4%

Payudara kiri Payudara kanan Payudara kanan dan kiri

Gambar 6.11. Proporsi Penderita Kanker Payudara Rawat Inap Berdasarkan Letak Kanker di RS Haji Medan Tahun 2005-2009

Berdasarkan gambar 6.11 dapat dilihat proporsi tertinggi penderita kanker payudara berdasarkan letak kanker adalah payudara kiri (60,3%) dan proporsi terendah adalah di payudara kanan dan kiri (6,4%).

Menurut Smeltzer (2002) kanker payudara umumnya terjadi di payudara kiri, yang dimungkinkan karena sebagian besar wanita memiliki perbedaaan volume 10% antara payudara kanan dan kiri, dimana selalu lebih besar volume payudara kiri daripada payudara kanan.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Purba (2003) di RS St Elisabeth Medan dengan desain case series yang menemukan bahwa proporsi letak kanker

penderita kanker payudara tertinggi di payudara kiri (48,6%).41 Penelitian Nurmaya (2008) di RS St Elisabeth Medan dengan desain case series menemukan bahwa proporsi letak kanker penderita kanker payudara tertinggi di payudara kiri (65%).20

6.5. Penderita Kanker Payudara Berdasarkan Stadium Klinik

Proporsi penderita kanker payudara rawat inap di RS Haji Medan tahun 2005-2009 berdasarkan stadium klinik dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

32.7% 25.0% 12.8% 3.2% 26.3% Stadium IIIB Stadium II Stadium IIIA Stadium IV Stadium I

Gambar 6.12 Proporsi Penderita Kanker Payudara Rawat Inap Berdasarkan Stadium Klinik di RS Haji Medan Tahun 2005-2009

Berdasarkan gambar 6.12 dapat dilihat proporsi tertinggi penderita kanker payudara berdasarkan stadium klinik adalah stadium IIIB (32,7%) dan proporsi terendah adalah stadium I (3,2%).

Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa sebagian besar penderita kanker payudara yang datang berobat dalam stadium IIIB yang sudah merupakan stadium lanjut. Hal ini kemungkinan karena keterlambatan pengobatan akibat penderita tidak

mengetahui gejala kanker payudara, sehingga penderita menunda pengobatan atau penyakit yang dirasakan belum mengganggu kegiatan sehari-hari.

Menurut penelitian Haryanti (2006) di RS Kariadi Semarang dengan desain

case control ditemukan bahwa proporsi penderita kanker payudara tertinggi yang

rawat inap sudah dalam stadium IIIB yaitu 34,3%.42

6.6. Penderita Kanker Payudara Berdasarkan Penatalaksanaan Medis

Proporsi penderita kanker payudara rawat inap di RS Haji Medan tahun 2005-2009 berdasarkan penatalaksanaan medis dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

41.0%

34.0% 25.0%

Non-Operasi(Kemoterapi) Operasi

Operasi dan kemoterapi

Gambar 6.13. Proporsi Penderita Kanker Payudara Rawat Inap Berdasarkan Penatalaksanaan Medis di RS Haji Medan Tahun 2005-2009

Berdasarkan gambar 6.13 dapat dilihat proporsi tertinggi penderita kanker payudara berdasarkan penatalaksanaan medis adalah dengan non operasi (kemoterapi) 41,0% dan proporsi terendah adalah operasi dan kemoterapi (25,0%).

Walaupun terdapat beberapa jenis penatalaksanaan medis kanker payudara selain kemoterapi dan operasi seperti radioterapi dan terapi hormon, namun di RS Haji Medan hanya melakukan dua jenis penatalaksaan medis untuk kanker payudara yaitu operasi, kemoterapi dan kombinasi keduanya karena tidak tersedianya fasilitas atau peralatan untuk radioterapi.

Penatalaksanaan medis dengan kemoterapi saja tanpa operasi juga dilakukan pada penderita stadium dini yang kemungkinan karena penderita tidak mau dioperasi dan lebih memilih kemoterapi saja. Kemungkinan lain adalah penderita kanker payudara melakukan operasi di Rumah Sakit lain dan melakukan kemoterapi di RS Haji Medan. Pada penelitian ini terdapat beberapa penderita kanker payudara stadium IV yang penataksanaan medis dengan kemoterapi dan operasi, hal ini kemungkinan karena pengobatan yang dilakukan hanya bersifat paliatif atau untuk mengurangi rasa sakit.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Nurmaya (2008) di RS St Elisabeth Medan dengan desain case series yang menemukan bahwa proporsi tertinggi penderita kanker payudara berdasarkan penatalaksanaan medis adalah kemoterapi (45,6%).20

6.7. Lama Rawatan Rata-rata Penderita Kanker Payudara

Berdasarkan tabel 5.6 dapat dilihat lama rawatan rata-rata penderita kanker payudara rawat inap di RS Haji Medan tahun 2005-2009 adalah 10,05 hari, standard

bahwa lama rawatan rata-rata penderita kanker payudara bervariasi dengan lama rawatan paling singkat 2 hari dan lama rawatan paling lama 38 hari.

Penderita kanker payudara dengan lama rawatan 38 hari adalah penderita jenis kelamin perempuan dengan stadium IIIA dengan usia 45 tahun penalaksanaan medis yang dilakukan adalah operasi dan kemoterapi dengan keadaan sewaktu pulang dengan pulang berobat jalan. Penderita kanker payudara dengan lama rawatan 2 hari umumnya penalaksanaan medis yang dilakukan adalah kemoterapi.

6.8. Penderita Kanker Payudara Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang Proporsi penderita kanker payudara rawat inap di RS Haji Medan tahun 2005-2009 berdasarkan keadaan sewaktu pulang dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

65.4% 24.4%

10.2%

Pulang berobat jalan (PBJ)

Pulang atas permintaan sendiri (PAPS)

Meninggal

Gambar 6.14. Proporsi Penderita Kanker Payudara Rawat Inap Berdasarkan Keadaan Sewaktu di RS Haji Medan Pulang Tahun 2005-2009

Dari gambar 6.14 dapat dilihat proporsi tertinggi penderita kanker payudara berdasarkan keadaan sewaktu pulang adalah penderita yang pulang berobat jalan (65,4%) dan proporsi terendah adalah meninggal (10,2%).

Hal ini disebabkan karena penatalaksanaan medis kanker payudara bersifat adjuvan yang memerlukan tindakan berkelanjutan dan harus terus dipantau agar sel-sel kanker tidak menyebar. Penatalaksanaan medis kanker payudara stadium lanjut yang bersifat paliatif juga harus terus dipantau.

Hasil penelitian ini diperoleh Case Fatality Rate (CFR) kanker payudara 10,3%, dari 16 penderita, 15 orang (93,8%) adalah perempuan. Rata-rata umur penderita yang meninggal yaitu 59 tahun, Penatalaksanaan medis dengan operasi 9 orang (56,3%), 100% pada stadium lanjut dan lama rawatan rata-rata 10 hari.

Penelitian ini sejalan dengan dengan penelitian Siallagan (2004) di RSU Dr. Pirngadi Medan dengan desain case series yang menemukan 47,6% penderita kanker payudara pulang berobat jalan.38 Demikian juga penelitian Juliana (2005) di RSUD Provinsi Riau Pekanbaru dengan desain case series yang menemukan penderita kanker payudara yang pulang berobat jalan 86,0% dan meninggal 2,4%.19

6.9. Analisa Statistik

6.9.1. Umur Berdasarkan Stadium Klinik

Distribusi proporsi umur berdasarkan stadium klinik pada penderita kanker payudara rawat inap di RS Haji Medan tahun 2005-2009 dapat dilihat pada gambar di bawah ini: 28.3 15.5 71.7 84.5 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90

Stadium dini Stadium lanjut Stadium Klinik P ropor si ( % ) ≤40 tahun >40 t ahun

Gambar 6.15. Proporsi Umur Berdasarkan Stadium Klinik Penderita Kanker Payudara Rawat Inap di RS Haji Medan Tahun 2005-2009

Dari gambar 6.15 di atas dapat dilihat bahwa proporsi penderita kanker payudara stadium dini yang berumur ≤40 tahun 28,3% dan berumur >40 tahun 71,7%. Proporsi penderita kanker payudara stadium lanjut yang berumur ≤40 tahun 15,5% dan yang berumur >40 tahun 84,5%. Berdasarkan hasil uji Chi-square diperoleh nilai p=0,064 (p>0,05). Hal ini menunjukkan tidak ada perbedaan proporsi yang bermakna antara umur dengan stadium klinik. Pada stadium dini dan stadium lanjut lebih tinggi pada umur > 40 tahun.

Menurut penelitian Azamris (2006) di RS Dr. M. Djalil Padang dengan desain

case control dimana wanita kelompok umur lebih dari 40 tahun kemungkinan

mempunyai risiko yang lebih tinggi dan akan bertambah sampai umur 50 tahun atau setelah menopouse.3 Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Nurmaya (2008) di RS St Elisabeth Medan dengan desain case series yang menemukan bahwa tidak terdapat perbedaan umur penderita berdasarkan stadium klinik (p=0,052).20

6.9.2. Jenis Kelamin Berdasarkan Stadium Klinik

Distribusi proporsi jenis kelamin berdasarkan stadium klinik pada penderita kanker payudara rawat inap di RS Haji Medan tahun 2005-2009 dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

95.7 95.5 4.3 4.5 0 20 40 60 80 100 120

Stadium dini Stadium lanjut

stadium klinik p ro p o rs i ( % ) Perempuan Laki-laki

Gambar 6.16. Proporsi Jenis Kelamin Berdasarkan Stadium Klinik Penderita Kanker Payudara Rawat Inap di RS Haji Medan Tahun 2005-2009

Dari gambar 6.16 di atas dapat dilihat bahwa proporsi penderita kanker payudara stadium dini pada perempuan 95,7% dan laki-laki 4,3%. Proporsi penderita kanker payudara stadium lanjut perempuan 95,5% dan laki-laki 54,5%.

Berdasarkan hasil uji Chi-square disertai dengan koreksi Yate (Continuity

Correction) diperoleh nilai p=0,1000 (p>0,05). Hal ini menunjukkan tidak ada

perbedaan proporsi yang bermakna antara jenis kelamin dengan stadium klinik. Menurut Heffner (2006) kanker payudara pada pria sama halnya pada wanita, pada pria umumnya kurang memperhatikan perubahan yang terjadi pada payudaranya dan menyepelekan gejala kanker payudara sehingga baru sadar ketika kanker sudah pada stadium lanjut.32

6.9.3. Pendidikan Berdasarkan Stadium Klinik

Distribusi proporsi pendidikan berdasarkan stadium klinik pada penderita kanker payudara rawat inap di RS Haji Medan tahun 2005-2009 dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

21.7 55.5 43.5 29 34.8 15.5 0 10 20 30 40 50 60 70 80

Stadium Dini Stadium Lanjut

Stadium Klinik P rop or si ( %) Pendidikan Rendah Pendidikan Menengah Pendidikan Tinggi

Gambar 6.17. Proporsi Pendidikan Berdasarkan Stadium Klinik Penderita Kanker Payudara Rawat Inap di RS Haji Medan Tahun 2005-2009

Dari gambar 6.17 di atas dapat dilihat bahwa proporsi penderita kanker payudara stadium dini yang pendidikan rendah 21,7%, pendidikan menengah 43,5%, dan pendidikan tinggi 34,8%. Proporsi penderita kanker payudara stadium lanjut yang pendidikan rendah 55,5%, pendidikan menengah 29,0%, dan pendidikan tinggi 15,5%. Berdasarkan hasil uji Chi-square diperoleh nilai p=0,000 (p<0,05). Hal ini menunjukkan terdapat perbedaan proporsi yang bermakna antara pendidikan dengan stadium klinik.

Dapat dijelaskan bahwa semakin tingginya tingkat pendidikan akan mempengaruhi pengetahuan seseorang terhadap penyakit ini dan kesadaran masyarakat untuk segera mencari pelayanan kesehatan agar memperoleh pengobatan yang memadai.

Menurut penelitian Azamris (2006) di RS Dr. M. Djalil Padang dengan desain

case control pendidikan penderita paling tinggi pendidikan rendah (64,9%) dan

datang berobat sudah dalam stadium lanjut. Pendidikan akan mempengaruhi persepsi penderita tentang penyakit kanker payudara, sehingga makin rendah pendidikan maka penderita akan berobat pada stadium lanjut, dan sebaliknya.

Hal ini sesuai dengan penelitian Juliana (2005) di RSUD Provinsi Riau Pekanbaru dengan desain case series yang menemukan bahwa terdapat perbedaan pendidikan berdasarkan stadium klinik.

34

19

6.9.4. Stadium Klinik Berdasarkan Penatalaksanaan Medis

Distribusi proporsi stadium klinik berdasarkan penatalaksanaan medis pada penderita kanker payudara rawat inap di RS Haji Medan tahun 2005-2009 dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

20.8 54.7 0 79.2 45.3 100 0 20 40 60 80 100 120

Operasi Non-Operasi Operasi +

Kemoterapi Penataksanaan Medis P rop or si ( %) Stadium dini Stadium Lanjut

Gambar 6.18 Proporsi Stadium Klinik Berdasarkan Penatalaksanaan Medis Penderita Kanker Payudara Rawat Inap di RS Haji Medan Tahun 2005-2009

Dari gambar 6.18 di atas dapat dilihat bahwa proporsi penderita kanker payudara dengan penatalaksanaan medis operasi pada stadium dini 20,8% dan stadium lanjut 79,2%. Proporsi penderita kanker payudara dengan penatalaksanaan medis non operasi (kemoterapi) pada stadium dini 54,7% dan stadium lanjut 45,3%. Proporsi penderita kanker payudara dengan penatalaksanaan medis operasi dan kemoterapi 100% pada stadium lanjut. Berdasarkan hasil uji Chi-square diperoleh nilai p=0,000 (p<0,05). Hal ini menunjukkan terdapat perbedaan proporsi yang bermakna antara penatalaksanaan medis dengan stadium klinik.

Menurut Smeltzer (2002) pengobatan kanker payudara disesuai dengan stadium klinik kanker. Pada penelitian ini terdapat 54,5% penderita kanker payudara stadium dini yang penataksanaan medis dengan kemoterapi saja, hal ini kemungkinan

karena penderita tidak bersedia dioperasi dengan alasan tertentu dan lebih memilih kemoterapi. Pada penderita kanker payudara stadium IV terdapat 9 orang (45%) dengan penatalaksanaan medis operasi, hal ini kemungkinan karena pengobatan yang dilakukan hanya bersifat paliatif atau untuk mengurangi rasa sakit.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian Juliana (2005) di RSUD Provinsi Riau Pekanbaru dengan desain case series yang menemukan bahwa terdapat perbedaan bermakna antara stadium klinik dengan penatalaksanaan medis (p=0,000).

21

19

6.9.5. Lama Rawatan Rata-rata (Hari) Berdasarkan Stadium Klinik

Lama rawatan rata-rata berdasarkan stadium klinik pada penderita kanker payudara rawat inap di RS Haji Medan tahun 2005-2009 dapat dilihat pada gambar di bawah ini: 5.24 12.06 0 5 10 15 Stadium dini Stadium lanjut

Lama Raw atan Rata-Rata (hari)

Gambar 6.19. Lama Rawatan Rata-rata Berdasarkan Stadium Klinik Penderita Kanker Payudara Rawat Inap di RS Haji Medan Tahun 2005-2009

Dari gambar 6.19 di atas dapat dilihat bahwa lama rawatan rata-rata penderita kanker payudara stadium lanjut adalah 12,06 hari. Lama rawatan rata-rata penderita kanker payudara stadium dini adalah 5,24 hari. Berdasarkan analisa statistik dengan uji t-test diperoleh p(0,000) < 0,05. Hal ini menunjukkan ada perbedaan lama rawatan rata-rata berdasarkan stadium klinik. Dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa penderita kanker payudara stadium lanjut lebih lama dibandingkan lama rawatan rata-rata penderita kanker payudara stadium dini.

Menurut Muchlis (2005) penderita kanker payudara stadium lanjut memerlukan perawatan atau penatalaksanaan medis yang lebih intensif daripada penderita kanker payudara stadium dini. Semakin dini kanker payudara ditemukan, maka pengobatan yang dilakukan lebih mudah dan penderita akan lebih singkat di rawat di Rumah Sakit.

Hal ini sesuai dengan penelitian Dewinta (2005) di RS Tembakau PTPN II Medan dengan desain case series yang menemukan bahwa terdapat perbedaan antara lama rawatan berdasarkan stadium klinik dimana penderita kanker payudara stadium lanjut memiliki lama rawatan rata-rata yang lebih tinggi daripada penderita kanker payudara stadium dini yaitu >12 hari (p=0,000).

26

6.9.6. Stadium Klinik Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang

Distribusi proporsi stadium klinik berdasarkan keadaan sewaktu pulang pada penderita kanker payudara rawat inap di RS Haji Medan tahun 2005-2009 dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

31.4 36.8 0 68.6 63.2 100 0 20 40 60 80 100 120 PBJ PAPS Meninggal

Keadaan Sewaktu Pulang

P rop or si ( %) Stadium dini Stadium lanjut

Gambar 6.20. Proporsi Stadium Klinik Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang Penderita Kanker Payudara Rawat Inap di RS Haji Medan Tahun 2005-2009

Dari gambar 6.20 di atas dapat dilihat bahwa proporsi penderita kanker payudara yang pulang berobat jalan pada stadium dini 31,4% dan stadium lanjut 30,4%. Proporsi penderita kanker payudara yang pulang atas permintaan sendiri pada stadium dini 36,8% dan stadium lanjut 63,2%. Proporsi penderita kanker payudara yang meninggal 100% pada stadium lanjut. Berdasarkan hasil uji Chi-square diperoleh nilai p=0,020 (p<0,05). Hal ini menunjukkan terdapat perbedaan proporsi yang bermakna antara stadium klinik dengan keadaan sewaktu pulang.

Penderita yang pulang atas permintaan sendiri kemungkinan karena beberapa faktor seperti jarak rumah sakit dengan tempat tinggal yang jauh sehingga memilih berobat di Rumah Sakit lain dan kesulitan ekonomi untuk membayar biaya rumah sakit. Pada stadium lanjut di temukan proporsi penderita yang meninggal 21,1%, hal ini kemungkinan karena pada stadium ini kanker telah menyebar atau mengalami metastase ke organ lain seperti payudara, otak, tulang,dll, sehingga keadaan penderita sudah buruk dan sulit diobati.

Menurut Smeltzer (2005) Penatalaksanaan medis yang dilakukan mempengaruhi keadaan sewaktu pulang penderita kanker payudara memerlukan perawatan yang lebih intensif dan harus dikontrol dan dikonsultasikan dengan dokter. Walaupun penderita kanker sudah dilakukan penatalaksanaan medis dan dinyatakan sudah boleh pulang, tetapi harus berobat jalan supaya karena setiap stadium kanker membutuhkan pengobatan yang berkelanjutan.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Nurmaya (2008) di RS St Elisabeth Medan dengan desain case series yang menemukan bahwa terdapat perbedaan bermakna antara stadium klinik dengan keadaan sewaktu pulang (p=0,012).

21

Dokumen terkait