• Tidak ada hasil yang ditemukan

A.Pedoman Umum Tata Tempat

Tata tempat pada hakekatnya mengandung unsur-unsur siapa yang berhak didahulukan, atau siapa yang memperoleh hak menerima prioritas dalam urutan. Orang yang berhak memperoleh urutan tempat untuk didahulukan adalah seseorang dikarenakan jabatan, pangkat dan status serta kedudukannya didalam negara, pemerintahan atau masyarakat.

Pedoman umum tata tempat dilingkungan Kantor Pusat BPKP diatur, sebagai berikut:

1. orang yang paling berhak mendapat tata tempat urutan pertama

adalah mereka yang mempunyai kedudukan paling tinggi di

dalam negara, pemerintahan atau masyarakat;

2. jika mereka berjajar, yang berada di sebelah kanan dari orang yang mendapat urutan tempat paling utama dianggap lebih tinggi kedudukannya dari orang yang berada di sebelah kirinya;

3. jika mereka berjajar dalam jumlah genap, maka orang yang paling dihomati (nomor 1 dan 2, nomor 1 di sebelah kanan nomor 2) ditempatkan di tengah, berikutnya mengikuti jumlah genapnya (4, 6, 8 dst.), dengan ketentuan yang berada di sebelah kanan nomor 1 dan 2 dianggap lebih terhormat dibanding yang berada di sebelah kirinya, Contoh: 5-3-1-2-4-6 (menghadap Audience);

4. Jika mereka berjajar dalam jumlah ganjil, maka orang yang paling dihomati (nomor 1) berada di tengah, berikutnya mengikuti jumlah ganjilnya, dengan ketentuan yang berada di sebelah kanan nomor 1 dianggap lebih terhormat dibanding yang berada di sebelah kirinya, Contoh: 6-4-2-1-3-5-7 (menghadap Audience);

5. Jika menghadap meja, tempat utama adalah yang menghadap ke pintu keluar dan tempat terakhir adalah tempat yang paling dekat dengan pintu keluar;

6. Apabila naik mobil, orang yang paling dihormati naik dan turun paling dahulu dan duduk di belakang sopir sebelah kiri. Apabila didampingi isteri/suami, maka isteri/suami berada di belakang sopir. Dalam hal naik mobil berdua bersama pejabat lain, posisi duduk pejabat yang kedudukannya lebih tinggi berada di sebelah kanan, bila kedudukannya lebih rendah berada di sebelah kiri; 7. Pada kedatangan dan pulang pada/dari acara resmi, orang yang

paling dihormati selalu datang paling akhir dan pulang paling dahulu;

8. Dalam jajar kehormatan, orang yang paling dihormati harus datang dari arah sebelah kanan dari pejabat yang menyambut. Bila orang yang paling dihormati yang menyambut tamu, maka tamu akan datang dari sebelah kirinya.

Berikut dibawah ini contoh Layout Tata Tempat Berdiri Kantor Pusat BPKP:

1. PADA WAKTU KEPALA BPKP MENYAMBUT TAMU YANG KEDUDUKANNYA LEBIH TINGGI DENGAN BERJABAT TANGAN

2. ADA WAKTU KEPALA BPKP MENYAMBUT TAMU YANG KEDUDUKANNYA LEBIH RENDAH DENGAN BERJABAT TANGAN

3. POSISI BERDIRI, JIKA TIDAK BERJABAT TANGAN a. JUMLAH GENAP

b. JUMLAH GANJIL

Keterangan;

1. Kepala BPKP 3. Deputi I 5. Deputi IV

2. Sekretaris Utama 4. Deputi II 6. Deputi V

7. Deputi VI

Posisi menghadap audience

1 2 3 4 5 6

Tamu dari arahkanan

6 5 4 3 2 1

Tamu dari arah kiri

5 3 1 2 4 6

1. Mantan pejabat negara/pemerintah

Mantan pejabat negara/pemerintah mendapat tempat setingkat lebih rendah dari pada pejabat setingkat yang masih berdinas aktif, tetapi mendapat tempat pertama dalam golongan/kelompok yang setingkat lebih rendah tersebut, contoh:

- Mantan Kepala BPKP mendapat tempat setelah Kepala BPKP,

namun berada pada urutan pertama pada jajaran para Deputi;

- Mantan Deputi Kepala BPKP mendapat tempat setelah Deputi

Kepala BPKP, namun berada pada urutan pertama pada jajaran para pejabat eselon II.

2. Tata tempat pejabat yang menjadi tuan rumah

Dalam acara resmi yang dihadiri Presiden RI atau Wakil Presiden RI, pejabat yang menjadi tuan rumah mendampingi Presiden RI atau Wakil Presiden RI. Namun apabila acara resmi tidak dihadirioleh Presiden RI atau Wakil Presiden RI, maka pejabat yang

menjadi tuan rumah mendampingi pejabat negara dan/atau

pejabat pemerintah yang tertinggi kedudukannya.

Tata tempat pejabat yang menjadi tuan rumah tergantung kepada kedudukan jabatannya dibanding dengan pejabat negara dan/atau pejabat pemerintah yang didampingi. Pejabat tuan rumah berada disebelah kiri dari pejabat negara dan/atau pejabat pemerintah yang lebih tinggi jabatannya, apabila sebaliknya maka pejabat tersebut berada di sebelah kanan. Tata tempat pejabat yang menjadi tuan rumah mengikuti ketentuan mengenai tata urutan pejabat negara, pejabat pemerintah dan tokoh masyarakat tertentu.

BAB IV

TATA PENGHORMATAN

Sesuai dengan undang–undang Nomor 8 Tahun 1987 dan Peraturan Pemerintah Nomor 62 Tahun 1990, tata penghormatan adalah aturan untuk melaksanakan pemberian hormat bagi Pejabat Negara, Pejabat Pemerintah dan Tokoh Masyarakat tertentu dalam acara kenegaraan atau

acara resmi. Tata penghormatan mencakup aturan mengenai

penghormatan kepada pejabat negara/pejabat pemerintah, tokoh

masyarakat tertentu, dan lambang-lambang kehormatan Negara

A. Penghormatan Kepada Pejabat dalam Lingkup Kantor BPKP

Pemberian penghormatan kepada pejabat di lingkungan Kantor Pusat BPKP sama seperti halnya pemberian penghormatan kepada para pejabat negara/pemerintah dan tokoh masyarakat dimana diberikan sesuai dengan kedudukannya atau acara resmi. Bentuk penghormatan tersebut terdiri atas, sebagai berikut:

1. Penghormatan dalam bentuk tata tempat, yaitu seseorang dengan kedudukan/jabatan tertinggi memperoleh urutan tempat pertama; 2. Penghormatan dalam bentuk tata urutan, yaitu:

a. urutan sambutan dalam upacara bukan upacara bendera, seseorang dengan kedudukan/jabatan tertinggi mendapat giliran paling akhir, namun pada acara yang bersifat tidak resmi seperti

briefing, terjadi sebaliknya;

b. seseorang dengan kedudukan/jabatan tertinggi diberi hak untuk datang di tempat acara paling akhir dan pulang paling awal;

c. seseorang dengan kedudukan/jabatan tertinggi, apabila

menggunakan mobil adalah, sebagai berikut: 1) naik dan turun paling pertama;

2) posisi duduk di mobil yang paling utama adalah di belakang sopir kiri (memposisikan pejabat kearah pintu masuk atau keluar);

3) apabila didampingi dengan isteri/suami, maka isteri/suami berada di belakang sopir; dan

d. dalam bentuk jajar kehormatan, seseorang dengan

kedudukan/jabatan tertinggi harus datang dari arah sebelah

kanan pejabat yang menyambut, bila seseorang dengan

kedudukan/jabatan tertinggi tersebut yang menyambut, maka tamu datang dari sebelah kirinya;

3. Penghormatan dalam bentuk pemberian perlindungan, ketertiban, keamanan, dukungan sarana dan fasilitas yang diperlukan sesuai

dengan kedudukannya dan/atau jabatannya dengan tidak

menimbulkan sifat berlebihan.

B. Penghormatan terhadap Lambang Negara

Penghormatan terhadap lambang negara, meliputi tata tertib

penggunaan, tata cara penggunaan, dan hal-hal yang dilarang dalam penggunaan lambang negara.

a. lambang negara di dalam ruangan bersama-sama dengan gambar

Presiden dan Wakil Presiden harus mendapat tempat yang

sama utamanya (posisi lambang negara lebih tinggi dari gambar Presiden dan Wapres);

b. lambang negara harus dipasang sesuai dengan besar kecilnya ruangan dan dibuat dari bahan yang tahan lama;

c. lambang negara bila terdiri lebih dari satu warna yaitu warna merah, putih dan kuning emas, kalau digunakan satu warna agar digunakan warna kuning emas, perunggu atau sawo matang. 2. Tata cara penggunaan lambang negara

a. lambang negara dipasang dalam gedung pada tempat yang pantas dan menarik perhatian;

b. lambang negara untuk cap jabatan dan surat dinas mengacu

pada Tata Naskah Dinas (TND) yang berlaku di lingkungan

Kantor BPKP;

c. lambang negara dapat digunakan pada pakaian resmi yang

dianggap perlu oleh pemerintah dan buku-buku yang diterbitkan oleh BPKP;

d. lambang negara dapat digunakan sebagai lencana oleh warga negara Indonesia di luar negeri dan dipasang pada bagian dada sebelah kiri.

3. Larangan dalam penggunaan lambang negara

a. dilarang menambah huruf, kalimat, angka, gambar atau tanda-tanda lain pada lambang negara;

b. dilarang menggunakan lambang negara sebagai perhiasan, cap dagang, reklame perdagangan atau propaganda politik dengan cara apapun juga.

C.Penghormatan terhadap Bendera kebangsaan

Bendera kebangsaan “Sang Merah Putih” adalah lambang kedaulatan dan kehormatan negara, oleh karena itu penggunaannya harus diselaraskan dengan kedudukannya. Penghormatan kepada bendera kebangsaan, meliputi ketentuan mengenai ukuran, waktu dan cara penggunaan, dan penggunaan bendera Sang Merah Putih bersama dengan bendera kebangsaan asing.

1. Ukuran bendera kebangsaan

Bendera dibuat dari kain yang kuat dan tidak mudah luntur. Perbandingan panjang dan lebar adalah 3 : 2, bagian atas warna merah dan bawah warna putih, kedua bagian tersebut sama lebarnya. Ukuran bendera yang dipasang harus diselaraskan

dengan tempat pemasangannya, yaitu besar kecilnya ruangan,

halaman, kendaraan, meja ruangan dan lain-lain. Namun

demikian, pada umumnya ukuran bendera lapangan adalah 3 x 2 m, sedangkan bendera ruangan adalah 1,5 x 1 m.

2. Waktu pengibaran bendera kebangsaan

a. waktu pengibaran bendera kebangsaan adalah saat matahari terbit sampai terbenam dalam keadaan cuaca apapun, kurang lebih jam 06.00 sampai dengan jam 18.00;

b. dalam keadaan luar biasa, dimungkinkan pengibaran bendera siang dan malam, misalnya negara dan bangsa dalam keadaan sangat berduka dan sangat bersuka cita;

c. jika pengibaran dilakukan pada waktu upacara bendera, maka sebelumnya pada saat matahari terbit tidak dilakukan pengibaran bendera;

d. jika hujan turun pada saat matahari terbit atau pada waktu akan dilakukan pengibaran, pengibaran bendera tetap dilakukan sebagaimana biasa;

e. bendera yang dikibarkan pada malam hari harus diterangi

lampu, bila cuaca buruk, misalnya hujan pengibaran tetap dilakukan dengan bendera ukuran kecil.

3. Penaikan dan penurunan bendera kebangsaan

a. bendera kebangsaan dibawa dari tempat penyimpanan ke tempat pengibaran dengan membawanya di atas kedua telapak tangan atau di atas baki;

b. regu pengibar bendera paling sedikit tiga orang. Bendera dinaikkan dan diturunkan dengan perlahan dan tidak menyentuh tanah;

c. pada pemasangan bendera setengah tiang, terlebih dahulu bendera dinaikkan satu tiang penuh, dihentikan sebentar, kemudian diturunkan kembali perlahan-lahan hingga setengah tiang;

d. begitu juga waktu menurunkannya bendera dinaikkan dulu satu tiang penuh baru diturunkan perlahan-lahan seluruhnya;

e. bila terjadi rintangan pada saat penaikan dan penurunan bendera, upacara harus tetap dilanjutkan seolah-olah tidak

terjadi apa-apa, baru setelah upacara selesai dilakukan

perbaikan;

f. bila bendera terjatuh, petugas pengibar harus berusaha

tangannya bendera tersebut dibentangkan tegak lurus sebagaimana mestinya sampai upacara selesai;

g. apabila penaikkan bendera diiringi lagu kebangsaan, agar bendera mencapai puncak pada saat iringan lagu kebangsaan selesai. Penurunan hingga setengah tiang tidak diiringi lagu kebangsaan.

4. Tempat pengibaran bendera kebangsaan

Bendera kebangsaan dikibarkan di tengah halaman di muka gedung. Apabila hal tersebut tidak memungkinkan karena adanya rintangan, maka bendera dikibarkan di tempat ketinggian di sebelah kanan halaman gedung tersebut.

Beberapa ketentuan mengenai tempat pengibaran yang perlu diperhatikan adalah, sebagai berikut:

a. apabila Bendera kebangsaan dipasang pada suatu acara resmi diluar upacara bendera maka dipasang pada sebuah tiang bendera dan diletakkan disebelah kanan mimbar;

b. pada hari kerja di gedung atau halaman gedung Kantor Pusat BPKP dan Perwakilan BPKP;

c. bendera kebangsaan juga dikibarkan pada waktu, antara lain: 1) memperingati hari-hari besar nasional;

2) di tempat diselenggarakannya pertemuan, konferensi, seminar dan sejenisnya selama waktu penyelenggaraan acara tersebut; 3) sebagai tanda berkabung atas meninggalnya pejabat negara,

pejabat pemerintahan dan tokoh masyarakat tertentu,

dikibarkan setengah tiang. Bila saat berkabung bersamaan dengan hari besar nasional maka bendera dikibarkan satu tiang penuh;

4) dalam hal Pejabat Eselon I meninggal dunia maka akan dilakukan pengibaran bendera setengah tiang selama dua hari di lingkungan Kantor BPKP (PP 62 Tahun 1990 Pasal 26).

5. Bendera kebangsaan “Sang Merah Putih” bersama bendera organisasi

Jika bendera kebangsaaan dipasang bersama bendera atau panji organisasi, selayaknya bendera kebangsaan diberi tempat terhormat dengan ketentuan, sebagai berikut:

a. jika hanya ada sebuah bendera atau panji organisasi, bendera kebangsaan dipasang di sebelah kanan, sedangkan panji organisasi di sebelah kiri (tidak berdampingan);

b. jika ada lebih dari dua panji atau bendera organisasi, maka bendera organisasi tersebut dipasang pada satu baris, sedangkan bendera kebangsaan ditempatkan di muka baris tersebut di tengah;

c. dalam pawai atau defile yang terdiri atas satu atau lebih rombongan yang masing-masing membawa satu atau lebih bendera kebangsaan, maka bendera kebangsaan dibawa dengan memakai tiang di muka baris bendera atau panji organisasi yang mendahului tiap rombongan; dan

d. bendera kebangsaan harus tampak lebih besar dan dipasang lebih tinggi dari bendera/panji organisasi.

6. Larangan dalam penggunaan bendera kebangsaan.

Bendera kebangsaan tidak boleh dipergunakan untuk memberi hormat kepada seseorang dengan menundukkannya seperti lazim dilakukan pada waktu memberi hormat dengan panji pada saat pawai atau defile serta penggunaan bendera kebangsaan tidak boleh untuk latihan.

D. Penghormatan terhadap Gambar Kepala Negara

Gambar presiden/wakil presiden tidak dimaksudkan untuk

dikultuskan, tetapi dipasang dalam rangka penghormatan kepada

presiden/wakil presiden sesuai dengan kedudukannya sebagai

lambang kedaulatan dan kehormatan Negara RI.

Tata tertib penghormatan terhadap gambar presiden/wakil presiden adalah, sebagai berikut:

a. apabila dalam satu ruangan gambar resmi presiden/wakil presiden ditempatkan bersama-sama lambang negara, maka lambang negara ditempatkan lebih tinggi dan berada di antara gambar resmi presiden/wakil presiden;

b. gambar resmi presiden/wakil presiden dipasang di dalam gedung serta di dalam ruangan pertemuan/rapat, dengan ukuran gambar yang sesuai dengan besarnya ruangan;

c. gambar presiden dipasang sebelah kanan, sedangkan gambar wakil presiden di sebelah kiri (dilihat dari dalam gedung menghadap keluar); dan

d. ukuran standar resmi gambar presiden/wakil presiden yang dikeluarkan Sekretariat Negara adalah 28 x 35 cm, 50 x 60 cm dan 90 x 120 cm.

e. Penghormatan Terhadap Lagu Kebangsaan

Lagu Kebangsaan Indonesia Raya diperdengarkan untuk menghormati kepala/wakil kepala negara, untuk penghormatan kepada bendera

kebangsaan, untuk penghormatan tamu negara, pada upacara

bendera pada peringatan hari besar nasional, dapat pula

diperdengarkan sebagai ungkapan rasa nasionalisme dan dalam rangkaian diklat.

1. Tata tertib penggunaan lagu kebangsaan

a. apabila lagu kebangsaan diperdengarkan dengan musik, maka lagu kebangsaan itu harus dibunyikan lengkap satu kali, yaitu satu strofe/bait dengan dua kali ulangan;

b. apabila lagu kebangsaan diperdengarkan tanpa musik, maka lagu kebangsaan itu dinyanyikan lengkap satu bait pertama dengan dua kali ulangan;

c. pada saat lagu diperdengarkan seluruh peserta upacara

mengambil sikap sempurna dan memberikan penghormatan

bendera, dengan meluruskan lengan ke bawah dan melekatkan telapak tangan dengan jari-jari merapat pada paha;

d. pengibaran bendera diiringi dengan menyanyikan Lagu

Kebangsaan Indonesia Raya secara bersama-sama, baik dengan ataupun tanpa kelompok paduan suara; dan

e. penutup kepala yang bukan merupakan perlengkapan dari seragam harus dibuka kecuali peci/kopiah dan kerudung.

2. Larangan dalam penggunaan lagu kebangsaan

a. tidak boleh diperdengarkan/dinyanyikan pada waktu dan tempat menurut sesukanya sendiri;

b. tidak boleh diperdengarkan dan/atau dinyanyikan dengan nada-nada irama, iringan, kata-kata dan gubahan-gubahan lain daripada yang tertera dalam Lampiran Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 1958;

c. tidak boleh digunakan untuk keperluan iklan dalam bentuk apapun juga;

d. bagian-bagian lagu kebangsaan tidak boleh digunakan dalam

gubahan yang tidak sesuai kedudukannya sebagai lagu

kebangsaan;

e. petugas upacara tidak ikut menyanyikan Lagu Kebangsaan Indonesia Raya; dan

f. pengibaran bendera tidak dibenarkan diiringi dengan Lagu Indonesia Raya dari piringan hitam, tape recorder atau compact

BAB V

TATA CARA PEMBAWA ACARA A.Pembawa Acara

Sebelum lebih jauh membahas tentang pembawa acara, ada baiknya kita mengetahui makna pembawa acara. Secara umum pembawa acara dapat disebut juga Master of Ceremony (MC)/public speaker/penguasa

acara/pemandu acara/pemimpin upacara/penyaji acara atau

penyampai acara adalah orang yang membawakan narasi atau informasi dalam suatu kegiatan. Pembawa acara sangat berperan penting didalam pelaksanaan seluruh rangkaian kegiatan/acara. Karena apa yang diucapkan akan berdampak langsung kepada pergerakan orang lain untuk melakukan sesuatu dalam acara tersebut. Rincian tugas pembawa acara adalah:

a) membacakan acara demi acara sesuai urutan dan saat-saat yang telah ditentukan;

b) mengetahui dengan tepat siapa-siapa petugas pelaksana dan peserta didalam kegiatan/acara tersebut.

Untuk menjadi pembawa acara yang baik diperlukan beberapa

persyaratan, antara lain: secara umum pembawa acara harus memiliki penampilan yang enak dilihat dan suara yang enak didengar, alamiah (tidak dibuat-buat) atau wajar, memiliki vokal yang jelas dan bertenaga dengan memperhatikan intonasi, aksentuasi dan artikulasi. Syarat lain meskipun tidak mutlak, adalah dia memiliki “microphone voice” yakni suara yang enak didengar setelah melalui alat pengeras suara.

Sebagai penjembatan antara keinginan hadirin dan kepentingan penyelenggara/panitia, maka seorang pembawa acara harus memiliki dasar kepribadian yang ramah, sopan, antusias, percaya diri, pintar, tidak malu-malu dan tenang serta mampu memberikan motivasi

kepada hadirin agar tetap bersemangat dan bisa membantu

memeriahkan dan mengundang spirit acara.

Selain itu, agar pembawa acara lancar berbicara maka perlu berpegang pada prinsip berbicara bagi seorang pembawa acara yang dirumuskan dalam “B-C-A-E Formula”, yaitu: Brief-Ringkas, langsung keinti atau tidak bertele-tele; Clear-Jelas, cepat dimengerti, tidak membingungkan, pengucapan kata demi kata dilakukan dengan jelas; Audibel-Dapat didengar dengan baik dan Ease-Lancar, tenang, mengalir. Semua itu bisa dicapai jika pembawa acara memiliki wawasan yang luas khususnya berkaitan dengan tema acara, sehingga bisa memberikan pengantar dan membawakan acara dengan memikat dan menimbulkan

intererest.

memastikan acara berjalan dengan lancar dan tepat waktu, karena itu pembawa acara harus paham benar keseluruhan acara yang akan berlangsung. Pembawa acara harus menarik perhatian hadirin untuk mengikuti acara dari awal hingga akhir, menyusun acara dengan baik dengan berkoordinasi dengan pihak panitia, mengecek pengeras suara (microphone) atau sound system agar berfungsi dengan baik, mengecek kesiapan acara dan kehadiran orang-orang penting yang akan tampil dan hadir sebagai pembicara atau memberikan sambutan/laporan dan berkonsentrasi menyimak detik jalannya acara serta mengendalikan waktu agar acara berjalan sesuai alokasi waktu yang telah ditetapkan. Pembawa acara bagaikan bingkai sebuah lukisan, artinya bahwa pembawa acara menentukan sukses atau gagalnya suatu acara.

Suasana acara dapat menjadi lesu tak bergairah jika pembawa acara tidak mampu membawa acara dengan baik dan komunikatif. Dari uraian diatas dapat disimpulkan hal-hal, sebagai berikut:

1. pembawa acara merupakan bagian tugas protokol yang harus mengerti tentang prinsip-prinsip keprotokolan;

2. tugas pembawa acara adalah:

a. menyusun acara dengan baik dengan berkoordinasi dengan pihak panitia;

b. membacakan susunan acara sebelum acara inti/pokok dimulai yaitu saat VIP/VVIP belum memasuki ruang/tempat acara;

c. menyebutkan tamu VIP/VVIP sesuai jabatan;

d. mengatur durasi sesuai rencana artinya memastikan acara berjalan dengan lancar dan tepat waktu, karena pembawa acara harus paham benar keseluruhan acara yang akan berlangsung; dan

e. mengecek kesiapan acara dan kehadiran orang-orang penting yang akan tampil dan hadir sebagai pembicara atau memberikan sambutan/laporan.

3. persyaratan pembawa acara

a. mempunyai suara yang baik yaitu dapat didengar dan dimengerti dengan jelas;

b. berpenampilan menarik, berbusana yang pantas dan sopan sesuai waktu dan acara;

c. memiliki pengetahuan umum luas tentang segala hal, khususnya tema acara;

d. bisa berkomunikasi verbal dan nonverbal dengan baik;

e. mahir menggunakan bahasa secara benar sesuai ketentuan, lafal, perbendaharaan kata, istilah dan kalimat bervariasi serta

mengerti juga bahasa inggris dan dapat mengucapkan dengan kata-kata asing dengan benar dan tepat;

f. cepat tanggap, bertanggung jawab dapat dipercaya;

g. memiliki imajinasi tajam dan positif dan antusias, mempunyai daya humor dan memberi perhatian;

h.mampu bekerjasama dengan pasangan panitia dan menghormati orang lain; dan

i. memiliki kepribadian menarik, toleran, empati dan bersikap wajar.

B.Teknik Pembawa Acara

Membawakan acara dengan bahasa yang baik dan benar serta santun sama halnya dengan menyampaikan laporan. Membawakan acara juga harus memerhatikan unsur-unsur pelafalan, intonasi, tempo, gerak tubuh dan mimik wajah. Pembawa acara harus memahami situasi acara yang dibawakannya, apakah acaranya bersifat formal (resmi), semiformal (setengah resmi) atau non-formal (tidak resmi). Pemahaman terhadap situasi tersebut sangat penting. Pembawa acara harus bisa menyesuaikan diri, mulai dari pakaian, cara bicara, bahasa yang digunakan, sampai gerak tubuh yang ditampilkan.

Dalam membawakan acara, seorang pembawa acara hendaknya menggunakan bahasa yang baik, benar dan santun. Bahasa yang baik dan benar merupakan bahasa yang sesuai dengan kaídah bahasa yang berlaku, mudah dipahami, serta sesuai dengan situasi dan kondisi. Selain itu, pembawa acara wajib menggunakan bahasa yang santun sehingga tidak menyinggung perasaan pihak tertentu.

Untuk menjadi pembawa acara yang baik, ada beberapa hal teknis atau cara yang perlu diperhatikan:

1. Preparation, atau tahap persiapan dimana pembawa acara harus memerhatikan prinsip 4W/1H, yaitu what, who, where, when dan

how. Dengan prinsip ini seorang pembawa acara akan dapat

menjalankan tugasnya dengan baik, karena lima hal tersebut akan dapat memenuhi segala pengetahuan tentang acara. Pembawa acara harus paham dengan acara tersebut dan ketika menyampaikan informasi kepada undangan tidak akan mengalami keraguan. Berikut ini deskripsi singkat tentang hal tersebut, antara lain:

a. What (apa?) - Apa acara tesebut? meliputi apa judul acara dan jenis acara, apakah resmi, semi resmi, keagamaan, bebas atau

Dokumen terkait