• Tidak ada hasil yang ditemukan

2014, No Undang-undang Nomor 9 Tahun 2010 tentang Keprotokolan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 125, Tambahan Lembaran Ne

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "2014, No Undang-undang Nomor 9 Tahun 2010 tentang Keprotokolan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 125, Tambahan Lembaran Ne"

Copied!
91
0
0

Teks penuh

(1)

REPUBLIK INDONESIA

No.764, 2014 BPKP. Keprotokolan. Pelaksanaan. Pedoman.

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG

PEDOMAN KEPROTOKOLAN DI LINGKUNGAN

BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan penyelenggaraan kegiatan

resmi di lingkungan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan diperlukan keseragaman penyelenggaraan sehingga dapat berjalan dengan lancar, aman, tertib dan teratur serta khidmat sesuai ketentuan dan kebiasaan yang berlaku secara nasional maupun internasional;

b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana

dimaksud dalam huruf a, perlu menetetapkan Peraturan Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan

tentang Pedoman Keprotokolan di lingkungan Badan

Pengawasan Keuangan dan Pembangunan;

Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 24 Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 109, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5035);

(2)

2. Undang-undang Nomor 9 Tahun 2010 tentang Keprotokolan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5166);

3. Undang-undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5494);

4. Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 1951 tentang Lambang Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1951 Nomor 911, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1176);

5. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1958 Tentang Bendera Kebangsaan Republik Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1958 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1633);

6. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1958 tentang

Penggunaan Lambang Negara (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 1958 Nomor 71, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1636);

7. Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 1958 tentang Lagu Kebangsaan Indonesia Raya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1958 Nomor 72, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1637);

8. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 1975 tentang Sumpah/Janji Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1975 Nomor 27, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3059);

9. Peraturan Pemerintah Nomor 62 Tahun 1990 tentang Ketentuan Keprotokolan Mengenai Tata Tempat, Tata Upacara dan Tata Penghormatan;

10.Keputusan Presiden Nomor 18 Tahun 1972 tentang Jenis-Jenis Pakaian Sipil sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Pesiden Nomor 50 Tahun 1990 tentang Perubahan atas Keputusan Presiden Nomor 18 Tahun 1972 tentang Jenis-Jenis Pakaian Sipil;

11.Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non Departemen sebagaimana telah beberapa kali diubah

(3)

terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 3 Tahun 2013 tentang Perubahan Ketujuh atas Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non Kementerian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 10);

12.Keputusan Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan

Pembangunan Nomor KEP-0600.00-080/K/2001 tentang

Organisasi dan Tata Kerja Badan Pengawasan

Keuangan dan Pembangunan; MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN

DAN PEMBANGUNAN TENTANG PEDOMAN

KEPROTOKOLAN DI LINGKUNGAN BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN.

Pasal 1

Dalam Peraturan Kepala ini, yang dimaksud dengan:

1. Keprotokolan adalah serangkaian kegiatan yang berkaitan dengan aturan dalam acara kenegaraan atau acara resmi, yang meliputi aturan mengenai Tata Tempat, Tata Upacara dan Tata Penghormatan, sebagai bentuk penghormatan kepada seseorang, sesuai dengan jabatan dan atau kedudukannya dalam Negara, Pemerintah atau Masyarakat.

2. Protokol adalah pengaturan yang berisi norma–norma atau kebiasaan yang dianut dan/atau diyakini dalam acara kenegaraan atau acara resmi dan/atau seseorang yang melakukan kegiatan keprotokolan. 3. Acara Kenegaraan adalah acara bersifat kenegaraan yang diatur dan

dilaksanakan secara terpusat, yang dihadiri oleh Presiden dan atau Wakil Presiden serta Pejabat Negara dan undangan lainnya dalam melaksanakan acara tertentu:

a. diselenggarakan oleh negara;

b. dapat berupa upacara bendera atau bukan upacara bendera;

c. dilaksanakan oleh Panitia Negara yang diketuai oleh Menteri Sekretaris Negara;

d. dapat diselenggarakan di Ibukota Negara Republik Indonesia atau di luar Ibukota Negara RI; dan

e. dilaksanakan secara penuh berdasarkan peraturan tata tempat,

(4)

pelaksanaan tugas, Menteri Sekretaris Negara selaku Panitia Negara dibantu oleh Kepala Protokol Negara.

4. Acara resmi adalah acara yang bersifat resmi yang diatur dan

dilaksanakan oleh Pemerintah atau Lembaga Negara dalam

melaksanakan tugas dan fungsi tertentu, dan dihadiri oleh Pejabat Negara dan/atau Pejabat Pemerintah serta undangan lainnya.

5. Tata Tempat adalah pengaturan tempat bagi Pejabat Negara, Pejabat

Pemerintahan, perwakilan negara asing dan/atau organisasi

internasional, serta Tokoh Masyarakat Tertentu dalam Acara

Kenegaraan atau Acara Resmi.

6. Tata Upacara adalah aturan untuk melaksanakan upacara dalam

upacara dalam Acara Kenegaraan atau Acara Resmi.

7. Tata Penghormatan adalah aturan untuk melaksanakan pemberian

hormat bagi Pejabat Negara, Pejabat Pemerintahan, Perwakilan Negara Asing dan/atau Organisasi Internasional, dan Tokoh Masyarakat Tertentu dalam Acara Kenegaraan atau Acara Resmi.

8. Bendera Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah Sang Merah

Putih.

9. Lambang Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah Garuda

Pancasila dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika.

10. Lagu Kebangsaan Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah Indonesia Raya.

11. Pejabat Negara adalah pejabat sebagaimana dimaksud dalam Undang – undang Nomor 43 Tahun 2009 sebagaimana telah diubah dari Undang-Undang nomor 43 tahun 2009 tentang Pokok-pokok Kepegawaian dan peraturan perundang-undangan lainnya, yang terdiri atas:

a. Presiden dan Wakil Presiden;

b. Ketua, Wakil Ketua dan Anggota-anggota MPR, DPR, BPK;

c. Ketua, Wakil Ketua, Ketua Muda, dan Hakim Agung pada

Mahkamah Agung, Serta Ketua, Wakil Ketua dan Hakim pada

semua Badan Peradilan;

d. Menteri/Pejabat yang diberi kedudukan setingkat Menteri;

e. Kepala Perwakilan Rl di luar negeri yang berkedudukan sebagai Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh;

f. Gubernur dan Wakil Gubernur;

g. Bupati/Walikota, Wakil Bupati/Wakil Walikota; dan h. Pejabat negara lainnya yang ditentukan undang-undang.

(5)

12. Pejabat Pemerintah adalah adalah pejabat yang menduduki jabatan tertentu dalam pemerintahan baik pusat maupun daerah.

13. Tamu Negara adalah Pimpinan negara asing yang berlangsung secara kenegaraan resmi, kerja atau pribadi ke Negara Indonesia.

14. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah adalah Lembaga Perwakilan Rakyat Daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintah Daerah.

15. Tokoh Masyarakat Tertentu adalah seseorang yang karena kedudukan

sosialnya menerima kehormatan dari masyarakat dan/atau

pemerintah.

16. Lembaga adalah Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan.

17. Kepala adalah Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan

Pembangunan.

18. Jabatan Pimpinan Tinggi adalah sekelompok jabatan tinggi pada instansi pemerintah.

19. Jabatan Administrasi adalah sekelompok jabatan yang berisi fungsi dan tugas berkaitan dengan pelayanan publik serta administrasi pemerintah dan pembangunan.

20. Jabatan Fungsional adalah suatu kedudukan yang menunjukkan tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak seorang pegawai negeri sipil dalam suatu satuan organisasi yang dalam pelaksanaan tugasnya didasarkan pada keahlian dan/atau keterampilan tertentu serta bersifat mandiri.

21. Pegawai Aparatur Sipil Negara (ASN) Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) yang selanjutnya disebut Pegawai adalah Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) yang diangkat oleh pejabat pembina kepegawaian dan diserahi tugas dalam suatu jabatan pemerintah atau diserahi tugas

negara lainnya dan digaji berdasarkan peraturan

perundang-undangan.

22. Upacara Pelantikan adalah upacara resmi pengangkatan pejabat di lingkungan BPKP, untuk memangku jabatan tertentu, dengan cara mengangkat sumpah/janji.

23. Prasasti adalah dokumen tertulis yang dipahat di atas batu atau plat untuk mengabadikan suatu kegiatan peresmian.

Pasal 2

(1) Maksud dibentuknya Peraturan Kepala ini adalah untuk memberikan acuan dan pemahaman yang sama tentang keprotokolan bagi pegawai BPKP dalam penyelenggaraan suatu kegiatan/acara resmi.

(6)

(2) Tujuan dibentuknya Peraturan Kepala ini adalah untuk memberikan pedoman teknis bagi petugas protokol dan panitia acara resmi BPKP dalam menyelenggarakan suatu kegiatan acara resmi agar dapat berjalan lancar, aman, tertib dan teratur serta khidmat sesuai ketentuan dan kebiasaan yang berlaku sacara nasional maupun internasional.

Pasal 3

Ruang lingkup Peratuaran Kepala ini meliputi prosedur dalam rangka persiapan dan pelaksanaan kegiatan sebagai berikut:

a. Tata Upacara; b. Tata Tempat:

c. Tata Penghormatan;

d. Tata Cara Pembawa Acara; dan e. Tata Cara Kunjungan Kerja.

Pasal 4

Pedoman Keprotokolan di Lingkungan BPKP diatur sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Kepala ini.

Pasal 5

Peraturan Kepala ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan

Peraturan Kepala ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 23 Mei 2014

KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN REPUBLIK INDONESIA, MARDIASMO

Diundangkan di Jakarta pada tanggal 10 Juni 2014

MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,

(7)

LAMPIRAN

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG

PEDOMAN KEPROTOKOLAN DI LINGKUNGAN BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN

PEDOMAN KEPROTOKOLAN DI LINGKUNGAN

BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN BAB I

PENDAHULUAN A.Latar Belakang

Istilah protokol berkaitan erat dengan tata cara dan tata kelolah suatu kegiatan/acara resmi di lingkungan pemerintah atau kantor (acara kenegaraan atau acara resmi) dilaksanakan. Pelaksanaan acara resmi tanpa didukung pedoman atau aturan yang jelas akan mengakibatkan tidak seragamnya pelaksanaan acara, tetapi juga dapat membuat tidak nyamannya pejabat atau pihak yang mengikuti kegiatan tersebut.

Bagi instansi pemerintah yang merupakan salah satu bagian dari alat negara, keprotokolan harus ditempatkan dan diterapkan sebagai suatu tata cara pergaulan dengan sesama lembaga pemerintah dan juga dalam hubungan dengan negara lain. Hal tersebut perlu dilakukan mengingat keperotokolan merupakan tata cara pergaulan hubungan bernegara yang telah disepakati dan diterima secara internasional. Dengan melaksanakan keprotokolan tersebut akan terwujud tata

hubungan pergaulan bernegara yang saling menghargai dan

menghormati sesama lembaga dan dengan negara asing.

Setiap negara atau instansi memiliki aturan atau Protokol sendiri, dan guna melaksanakan acara-acara yang bersifat resmi di lingkungan pemerintah atau kantor. Dengan semakin banyaknya kegiatan di lingkungan BPKP baik yang terkait dengan Kementerian, Lembaga Pemerintah non Kementerian, Pemerintah Daerah, ataupun dengan sesama unit di lingkungan BPKP sendiri, maka dipandang perlu suatu pedoman keprotokolan di lingkungan BPKP. Pedoman keprotokolan ini diharapkan akan dapat memberikan pegangan dan ketentuan yang jelas serta keseragaman terhadap setiap pelaksanaan kegiatan di lingkungan Kantor BPKP.

(8)

Dengan adanya pedoman keprotokolan ini diharapkan dapat:

a. memberikan penghormatan kepada Pejabat Negara, Pejabat

Pemerintahan, perwakilan negara asing dan/atau organisasi

internasional, serta Tokoh Masyarakat Tertentu, dan/atau Tamu Negara sesuai dengan kedudukan dalam negara, pemerintahan, dan masyarakat;

b. memberikan pedoman penyelenggaraan suatu acara agar berjalan tertib, rapi, lancar, dan teratur sesuai dengan ketentuan dan

kebiasaan yang berlaku, baik secara nasional maupun

internasional; dan

c. menciptakan hubungan baik dalam tata pergaulan antar bangsa maupun antar lembaga negara/pemerintah.

B.Pengertian Keprotokolan

1. Keprotokolan adalah serangkaian kegiatan yang berkaitan dengan aturan dalam acara kenegaraan atau acara resmi, yang meliputi

aturan mengenai Tata Tempat, Tata Upacara dan Tata

Penghormatan, sebagai bentuk penghormatan kepada seseorang, sesuai dengan jabatan dan atau kedudukannya dalam Negara, Pemerintah atau Masyarakat.

2. Protokol adalah pengaturan yang berisi norma–norma atau

kebiasaan yang dianut dan/atau diyakini dalam acara kenegaraan atau acara resmi dan/atau seseorang yang melakukan kegiatan keprotokolan.

3. Acara kenegaraan adalah acara bersifat kenegaraan yang diatur dan dilaksanakan secara terpusat, yang dihadiri oleh Presiden dan atau Wakil Presiden serta Pejabat Negara dan undangan lainnya dalam melaksanakan acara tertentu:

a. diselenggarakan oleh negara;

b. dapat berupa upacara bendera atau bukan upacara bendera c. dilaksanakan oleh Panitia Negara yang diketuai oleh Menteri

Sekretaris Negara;

d. dapat diselenggarakan di Ibukota Negara Republik Indonesia atau di luar Ibukota Negara RI; dan

e. dilaksanakan secara penuh berdasarkan peraturan tata tempat, tata upacara dan tata penghormatan. Untuk kelancaran pelaksanaan tugas, Menteri Sekretaris Negara selaku Panitia Negara dibantu oleh Kepala Protokol Negara.

4. Acara resmi adalah acara yang bersifat resmi yang diatur dan dilaksanakan oleh Pemerintah atau Lembaga Negara dalam

(9)

melaksanakan tugas dan fungsi tertentu, dan dihadiri oleh Pejabat Negara dan/atau Pejabat Pemerintah serta undangan lainnya.

5. Tata tempat adalah pengaturan tempat bagi Pejabat Negara,

Pejabat Pemerintahan, perwakilan negara asing dan/atau

organisasi internasional, serta Tokoh Masyarakat Tertentu dalam Acara Kenegaraan atau Acara Resmi.

6. Tata Upacara adalah aturan untuk melaksanakan upacara dalam upacara dalam Acara Kenegaraan atau Acara Resmi.

7. Tata Penghormatan adalah aturan untuk melaksanakan

pemberian hormat bagi Pejabat Negara, Pejabat Pemerintahan, Perwakilan Negara Asing dan/atau Organisasi Internasional, dan Tokoh Masyarakat Tertentu dalam Acara Kenegaraan atau Acara Resmi.

8. Bendera Negara kesatuan Republik Indonesia yang selanjutnya disebut Bendera Negara adalah Sang Merah Putih.

9. Lambang Negara Kesatuan Republik Indonesia yang selanjutnya disebut Lambang Negara adalah Garuda Pancasila dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika.

10. Lagu Kebangsaan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang selanjutnya disebut Lagu Kebangsaan adalah Indonesia Raya. 11. Pejabat Negara adalah pejabat sebagaimana dimaksud dalam

Undang – undang Nomor 43 Tahun 2009 sebagaimana telah diubah dari Undang-Undang nomor 43 tahun 2009 tentang Pokok-pokok Kepegawaian dan peraturan perundang-undangan lainnya, yang terdiri atas:

i. Presiden dan Wakil Presiden;

j. Ketua, Wakil Ketua dan Anggota-anggota MPR, DPR, BPK;

k. Ketua, Wakil Ketua, Ketua Muda, dan Hakim Agung pada

Mahkamah Agung, Serta Ketua, Wakil Ketua dan Hakim

pada semua Badan Peradilan;

l. Menteri/Pejabat yang diberi kedudukan setingkat Menteri; m. Kepala Perwakilan RI di luar negeri yang berkedudukan

sebagai Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh; n. Gubernur dan Wakil Gubernur;

o. Bupati/Walikota, Wakil Bupati/Wakil Walikota; dan p. Pejabat negara lainnya yang ditentukan undang-undang.

(10)

12. Pejabat Pemerintah adalah pejabat yang menduduki jabatan tertentu dalam pemerintahan baik pusat maupun daerah.

13. Tamu Negara adalah Pimpinan negara asing yang berlangsung secara kenegaraan resmi, kerja atau pribadi ke Negara Indonesia. 14. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah adalah Lembaga Perwakilan

Rakyat Daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintah Daerah. 15. Tokoh Masyarakat Tertentu adalah seseorang yang karena

kedudukan sosialnya menerima kehormatan dari masyarakat dan/atau pemerintah.

16. Lembaga adalah Badan Pengawasan Keuangan dan

Pembangunan.

17. Kepala adalah Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan

Pembangunan.

18. Jabatan struktural adalah suatu kedudukan yang menunjukkan tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak seorang pegawai negeri sipil dalam suatu satuan organisasi.

19. Jabatan Fungsional adalah suatu kedudukan yang menunjukkan tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak seorang pegawai

negeri sipil dalam suatu satuan organisasi yang dalam

pelaksanaan tugasnya didasarkan pada keahlian dan/atau keterampilan tertentu serta bersifat mandiri.

20. Pegawai adalah pegawai negeri sipil Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan.

21. Upacara pelantikkan adalah upacara resmi pengangkatan

pejabat di lingkungan BPKP, untuk memangku jabatan tertentu, dengan cara mengangkat sumpah/janji.

22. Prasasti adalah dokumen tertulis yang dipahat di atas batu atau plat untuk mengabadikan suatu kegiatan peresmian.

C. Dasar Hukum

1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok

Kepegawaian sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999;

2. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2010 tentang Keprotokolan;

3. Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 1951 tentang Lambang

Negara;

4. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1958 Tentang Bendera

Kebangsaan Republik Indonesia;

5. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1958 tentang Penggunaan Lambang Negara;

(11)

6. Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 1958 tentang Lagu Kebangsaan Indonesia Raya;

7. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 1975 tentang

Sumpah/Janji Pegawai Negeri Sipil;

8. Peraturan Presiden Nomor 11 Tahun 1959 tentang Sumpah

Jabatan Pegawai Negeri Sipil dan Anggota Angkatan Perang;

9. Keputusan Presiden Nomor 18 Tahun 1972 tentang Jenis-Jenis

Pakaian Sipil sebagaimana telah diubah dengan Keputusan

Pesiden Nomor 50 1990;

10. Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja

Lembaga Pemerintah Non Departemen sebagaimana telah

beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 3 Tahun 2013;

11. Keputusan Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan

Pembangunan Nomor KEP-06.00.00-080/K/2001 tentang

Organisasi dan Tata Kerja Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan;

12. Keputusan Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan

Pembangunan Nomor KEP-06.00.00-286/K/2001 tentang

Organisasi dan Tata Kerja Perwakilan Badan Pengawasan

Keuangan dan Pembangunan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Keputusan Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Nomor 11 Tahun 2013.

D. Tujuan dan Ruang Lingkup

1. Tujuan

a. memberikan acuan dan pemahaman yang sama tentang

keprotokolan bagi pegawai BPKP dalam penyelenggaraan

suatu kegiatan/acara resmi;

b. memberikan pedoman teknis bagi petugas protokol dan

panitia acara resmi BPKP dalam menyelenggarakan suatu kegiatan/acara resmi agar acara berjalan lancar, aman, tertib dan teratur serta khidmat sesuai ketentuan dan kebiasaan yang berlaku baik secara nasional maupun internasional dan disertai kelengkapan dan perlengkapan yang memadai;

c. menciptakan hubungan baik dalam tata pergaulan antar

instansi pemerintah.

2. Ruang lingkup

(12)

kegiatan/acara resmi dilingkungan BPKP yang mencakup:

a. Tata Upacara, Tata Tempat, Tata Penghormatan, Tata Cara Pembawa Acara dan Kunjungan Pimpinan;

b. Prosedur yang harus dilaksanakan dalam rangka persiapan dan pelaksanaan suatu kegiatan.

BAB II TATA UPACARA

Tata upacara mencakup aturan untuk melaksanakan upacara baik dalam acara kenegaraan maupun acara resmi agar seluruh rangkaian acara kenegaraan atau acara resmi tersebut berjalan tertib dan khidmat. Acara kenegaraan dilaksanakan oleh Panitia Negara yang diketuai Kementerian

Sekretaris Negara c.q. Biro Protokol Rumah Tangga Kepresidenan.

Apabila BPKP (Petugas Protokol BPKP) dilibatkan dalam acara

kenegaraan, protokol BPKP harus berkoordinasi dan mengikuti ketentuan protokol yang berlaku di lingkungan Panitia Negara dan/atau Biro Protokol Rumah Tangga Kepresidenan. Oleh karena itu, tata upacara dalam pedoman keprotokolan di lingkungan BPKP hanya mencakup aturan untuk melaksanakan upacara dalam acara resmi di lingkungan BPKP.

A. Jenis – jenis Upacara di BPKP

Jenis - jenis upacara dalam acara resmi dilingkungan BPKP yang memerlukan pengaturan protokol antara lain adalah sebagai berikut: 1. Upacara Bendera:

a. hari besar nasional; b. hari ulang tahun BPKP.

2. Upacara Bukan Upacara Bendera:

a. pengucapan sumpah, pelantikan dan serah terima jabatan; b. penyematan tanda kehormatan dan pemberian penghargaan;

c. penandatanganan nota kesepahaman/Memorandum of

Understanding (MoU);

d. upacara pembukaan/penutupan Rapat Kerja, Workshop,

Diskusi Panel, Seminar, Lokakarya, Pendidikan dan Pelatihan; e. upacara peresmian;

f. press conference; dan

g. acara resmi lainnya yang melibatkan pimpinan BPKP. B. Upacara Bendera

Upacara bendera di BPKP meliputi dua kegiatan yaitu Upacara Hari Besar Nasional dan Upacara Hari Ulang Tahun BPKP.

(13)

Secara garis besar, tata upacara bendera berkaitan dengan persiapan upacara dan pelaksanaan upacara.

1. Persiapan Upacara Bendera

Untuk melaksanakan upacara bendera, diperlukan:

a. kelengkapan personel upacara, antara lain: pembina upacara,

komandan upacara, penanggungjawab upacara, petugas

upacara, perwira upacara dan peserta upacara;

b. perlengkapan upacara bendera, antara lain: naskah

Proklamasi,naskah Pancasila, naskah Pembukaan UUD tahun 1945, teks sambutan pembina upacara, teks lagu-lagu yang diperlukan, teks do’a, sound system, dan dokumentasi, serta kelengkapan lainnya;

c. susunan Upacara Bendera, protokol harus dapat memastikan kelengkapan personel, perlengkapan dan susunan upacara bendera sudah siap satu hari sebelum upacara bendera dilaksanakan.

2. Penetapan Personel

Kelengkapan Personel berkaitan dengan personel-personel yang terlibat dalam persiapan dan pelaksanaan upacara bendera, terdiri atas:

a. Penanggungjawab upacara

Penanggungjawab upacara adalah pejabat yang bertanggung jawab atas penyiapan rencana dan pelaksanaan upacara.

Rincian tugas penanggungjawab upacara adalah:

1) mengajukan rencana upacara kepada pembina upacara; 2) menentukan/menunjuk petugas pelaksana upacara;

3) menyiapkan/memeriksa tempat dan perlengkapan upacara;

4) memberikan informasi/melapor kepada pembina upacara

tentang segala sesuatu sebelum upacara dimulai; dan 5) bertanggungjawab atas jalannya upacara.

b. Pembina Upacara

Pembina upacara adalah pejabat dalam upacara yang kepadanya disampaikan penghormatan yang tertinggi oleh peserta yang hadir mengikuti upacara. Rincian tugas pembina upacara:

1) mensahkan susunan upacara;

2) menerima laporan penanggungjawab upacara; 3) menerima laporan pemimpin/komandan upacara;

(14)

4) menerima penghormatan dari peserta upacara; 5) memimpin mengheningkan cipta; dan

6) menyampaikan amanat/sambutan.

c. Pemimpin upacara/komandan upacara

Pemimpin upacara adalah pejabat yang bertugas memimpin peserta upacara dengan jalan memberikan aba-aba. Rincian tugas pemimpin upacara/komandan upacara adalah:

1) menyiapkan dan mengatur peserta upacara;

2) memimpin dan memberikan aba–aba penghormatan kepada pembina upacara;

3) membubarkan peserta upacara bila upacara telah selesai.

d.Pembawa Acara/Master of ceremony (MC)

Pembawa acara adalah pemandu pelaksanaan seluruh rangkaian kegiatan upacara. Pembawa acara memegang peran penting untuk keberhasilan upacara, karena apa yang diucapkan akan berdampak langsung kepada pergerakan orang lain untuk melakukan sesuatu dalam upacara tersebut. Rincian tugas pembawa acara adalah:

1) membacakan acara demi acara sesuai urutan dan saat-saat yang telah ditentukan;

2) mengetahui dengan tepat siapa-siapa petugas pelaksana.

e. Petugas upacara

Petugas upacara terdiri atas penerima tamu, pemimpin barisan, pengibar bendera, pembawa naskah Pancasila, pembaca naskah Pembukaan UUD 1945, pembaca naskah Panca Prasetia Korpri, pemimpin do’a, dan paduan suara. Pembaca naskah adalah

petugas yang membacakan naskah-naskah tertentu yang

ditetapkan untuk suatu upacara.

1) Rincian tugas penerima tamu upacara adalah:  mengetahui dengan jelas tamu yang diundang;

 menunjukkan barisan/tempat duduk sesuai tempat yang telah ditentukan.

2) Rincian tugas pemimpin barisan adalah:

 menyiapkan dan mengatur peserta upacara unit kerja masing-masing;

 membubarkan peserta upacara unit kerja bila upacara selesai.

(15)

3) Rincian tugas pengibar bendera adalah:

 menyiapkan bendera di tempat yang telah disediakan

sebelum upacara dimulai;

 mengibarkan bendera dengan diiringi Lagu Kebangsaan Indonesia Raya.

4) Rincian tugas pembaca naskah adalah:

 membawa dan membacakan naskah resmi pada saat dan tempat yang telah ditentukan;

 mengetahui dengan jelas gerakan dan cara membaca. 5) Rincian tugas paduan suara adalah:

 berbaris di tempat yang telah disediakan;

 menyanyikan Lagu Indonesia Raya dan lagu wajib lainnya sesuai dengan susunan upacara.

f. Peserta upacara

Peserta upacara adalah seluruh yang hadir dan mengikuti upacara. Rincian tugas peserta upacara adalah:

1) mengikuti segala aba-aba yang disampaikan oleh pemimpin upacara;

2) berpakaian dan menggunakan atribut sesuai ketentuan yang berlaku.

3. Perlengkapan Upacara

Perlengkapan upacara yang diperlukan dalam pelaksanaan upacara bendera, terdiri atas:

a. Bendera (lihat penjelasan mengenai penghormatan terhadap bendera).

b. Tiang bendera sebagaimana dimaksud sekurang-kurangnya, sebagai berikut:

1) tiang bendera harus terbuat dari bahan yang kuat, kokoh, dan tahan lama;

2) tinggi tiang bendera harus seimbang dengan bendera yang

dikibarkan. Umumnya tiang bendera yang mempunyai

ketinggian 17 m menggunakan bendera berukuran 2 x 3 m; dan

3) tiang bendera didirikan di atas tanah di halaman depan gedung.

(16)

c. Tali pengerek bendera sebagaimana dimaksud sekurang-kurangnya, sebagai berikut:

1) tali pengerek bendera harus terbuat dari bahan yang kuat dan tidak mudah putus;

2) untuk memudahkan pemasangan bendera, dapat dibuatkan pengait bendera pada bagian atas dan bawahnya.

d. Mimbar upacara;

e. Naskah-naskah yang akan dibacakan sebagaimana dimaksud sekurang-kurangnya, sebagai berikut:

1. naskah Pancasila;

2. naskah Pembukaan UUD 1945; dan 3. teks do’a; dsb.

f. Lambang kehormatan negara, terdiri atas lambang negara "Garuda Pancasila", bendera kebangsaan "Sang Merah Putih", gambar resmi Presiden RI dan Wapres RI dalam hal upacara dilakukan di dalam ruangan;

g. Pengeras Suara/Sound System;

h.Papan-papan penunjuk yang diperlukan; dan i. Pakaian dan atribut upacara.

4. Susunan Upacara

Susunan upacara dibagi menjadi dua besaran yaitu Upacara Bendera dan Upacara Bukan Upacara Bendera.

Upacara bendera yang dilaksanakan adalah Upacara Hari Besar Nasional dan Upacara Hari Ulang Tahun BPKP.

a. Susunan Upacara Hari Besar Nasional adalah, sebagai berikut: 1) acara pendahuluan

 upacara hari besar nasional dimulai;  laporan perwira upacara;

 pembina upacara memasuki tempat upacara. 2) acara pokok

 penghormatan umum kepada pembina upacara;  laporan pemimpin upacara;

 pengibaran Bendera Merah Putih diiringi lagu Indonesia Raya;

(17)

 pembacaan naskah Pancasila;

 pembacaan naskah pembukaan UUD tahun 1945;

 pembacaan teks lainnya;

 sambutan pembina upacara;

 menyanyikan lagu Bagimu Negeri;  pembacaan teks do’a;

 laporan pemimpin upacara;

 penghormatan umum.

3) acara penutup

 upacara hari besar nasional selesai;

 pembina upacara meninggalkan tempat upacara;  laporan perwira upacara;

 pemimpin upacara membubarkan barisan.

b. Susunan Upacara Hari Ulang Tahun BPKP adalah, sebagai berikut:

1) acara pendahuluan

 upacara Hari Ulang Tahun BPKP ke-XXX dimulai;  pemimpin upacara menyiapkan barisan;

 laporan perwira upacara;

 pembina upacara memasuki tempat upacara. 2) acara pokok

 penghormatan umum kepada pembina upacara;  laporan pemimpin upacara;

 pengibaran Bendera Merah Putih diiringi lagu Indonesia Raya;

 mengheningkan cipta;

 pembacaan naskah Pancasila;

 pembacaan naskah Pembukaan UUD tahun 1945;  pembacaan teks lainnya;

 sambutan pembina upacara;  menyanyikan lagu Hymne BPKP;  menyanyikan lagu Bagimu Negeri;

(18)

 pembacaan teks do’a;

 laporan pemimpin upacara;  penghormatan umum.

3) acara penutup

 upacara Hari Ulang Tahun BPKP ke-XXX selesai;  pembina Upacara meninggalkan tempat upacara;  laporan perwira upacara;

pemimpin upacara membubarkan barisan. 5. Pelaksanaan Upacara

Sebelum acara dimulai seluruh petugas upacara harus melakukan latihan atau gladi acara sehingga pelaksanaan upacara dapat berjalan sesuai dengan skenario/susunan yang telah ditetapkan. Pelaksanaan upacara harus dilakukan dengan seksama dengan memperhatikan antara lain, sebagai berikut:

a. mematuhi skenario pelaksanaan upacara yang tersusun mulai dari nomor urutan acara, waktu, penjelasan/uraian acara, uraian/ucapan pembawa acara, rincian kegiatan, dan keterangan; b. menepati waktu; dan

c. para peserta memakai pakaian yang sesuai dengan yang telah ditetapkan.

Contoh Skenario Pelaksanaan Upacara Bendera peringatan Hari Besar Nasional dan HUT ke-30 BPKP dan Layout Upacara Bendera di Kantor Pusat BPKP dapat dilihat pada gambar dibawah ini:

DEPUTI I ESELON II K O L A M TIANG BENDERA P E S E R T A U P A C A R A U N D A N G A N S E T M A D E P U T I I D E P U T I II D E P U T I IV D E P U T I V D E P U T I V I S P E K T O R A T P U S L IT B A N G P U S B IN JF A E R W A K IL A N U S IN F O W A S

(19)

6. Hal–hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan upacara bendera, antara lain:

a. Bentuk barisan

Bentuk barisan harus disesuaikan dengan keadaan

setempat/lapangan upacara dengan variasi bentuk-bentuk,

sebagai berikut:

1) bentuk barisan “SEGARIS 1”, yaitu bentuk barisan disusun dalam satu garis dan menghadap ke pusat upacara (tiang bendera dan/atau posisi berdiri pembina upacara);

2) bentuk barisan "U" atau "L", yaitu barisan yang disusun dan dibentuk berbentuk huruf “U” atau “L” dan menghadap ke pusat upacara.

b. Pengibaran Bendera

1) Pengibaran bendera dilakukan oleh tiga orang petugas pengibar bendera, masing-masing bertugas, sebagai berikut:

 pengibar bendera (kanan), mengikat bendera dan

memegang tali;

 pembawa bendera (tengah), membawa bendera dan memberi aba-aba;

 pengerek bendera (kiri), mengerek bendera dan mengikat tali ke tiang bendera.

2) Tempat petugas pengibar bendera diatur sedemikian rupa,

sesuai dengan keadaan tempat/lapangan, sehingga tidak

mengganggu ketertiban dan kekhidmatan upacara;

3) Apabila terjadi kesulitan-kesulitan pada waktu menaikkan bendera kebangsaan, maka kesulitan tersebut tidak boleh menghentikan kegiatan upacara yang sedang berlangsung, misalnya:

 apabila tali kerekan bendera macet, upacara berjalan terus sampai selesainya lagu Kebangsaan Indonesia Raya. Pemimpin upacara memberi aba-aba "balik kanan" serta memberi aba-aba “istirahat ditempat” kepada peserta upacara sementara petugas upacara memperbaiki tali kerekan;

 apabila tali kerekan putus, petugas yang sedang

menaikkan bendera harus menangkap bendera yang jatuh dan setelah itu direntangkan tegak lurus dengan dua tangan sampai upacara selesai. Kemudian bendera dilipat untuk disimpan.

(20)

4) Apabila karena sesuatu hal upacara bendera tidak dapat

dilangsungkan dilapangan, pelaksanaan upacara dapat

dilakukan di ruangan (aula), dengan ketentuan, sebagai berikut:

 pelaksanaannya disesuaikan dengan keadaan dan

kemampuan, termasuk jumlah peserta, kelengkapan dan tempat upacara tanpa harus mengurangi kekhidmatan jalannya upacara;

 dalam hal upacara dilaksanakan di ruangan maka tidak ada pengibaran bendera, namun bendera sudah diletakkan pada tiang/tonggak bendera disebelah kanan gambar Presiden RI atau sebelah kiri peserta upacara;

 pemimpin upacara langsung mengambil alih pelaksanaan upacara.

5) Pada saat pengibaran bendera dan menyanyikan lagu

Indonesia Raya, maka setiap orang yang hadir mengambil sikap sempurna dan memberikan penghormatan, dengan meluruskan lengan ke bawah dan melekatkan telapak tangan dengan jari-jari merapat pada paha.

c. Lagu Kebangsaan

Lihat penjelasan Tata Penghormatan Sub Bab Penghormatan Terhadap Lagu Kebangsaan.

d. Pengucapan/pembacaan naskah-naskah 1) Pancasila

Setelah mengucapkan/membaca kata "Pancasila", dilanjutkan dengan mengucapkan/membaca:

“satu” “Ketuhanan”, dst.; “dua” “Kemanusiaan”, dst.; “tiga” “Persatuan”, dst.;

Untuk sila keempat, harus diucapkan/dibaca dalam dua bait/ada pemenggalan kalimat, sebagai berikut:

“Empat” “Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat,

kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan"; “Lima” “Keadilan”, dst..

2) Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 Dibaca:

“Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun Seribu Sembilan Ratus Empat Puluh Lima”, dst..

(21)

C.Tata Cara Upacara Bukan Upacara Bendera

Lingkup upacara bukan upacara bendera di Lingkungan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan antara lain, meliputi:

1. upacara pelantikan pejabat struktural;

2. upacara penandatanganan kerjasama/Memorandum of

Understanding (MoU);

3. upacara pengambilan sumpah pegawai negeri sipil; 4. upacara serah terima jabatan;

5. upacara pembukaan dan penutupan pendidikan dan pelatihan, kursus/penataran;

6. upacara peletakkan batu pertama; 7. upacara peresmian;

8. upacara pisah sambut; dan

9. upacara pembukaan dan penutupan kegiatan olah raga BPKP.

Tata upacara bukan upacara bendera dalam penyelenggaraan acara resmi tersebut mengatur hal, sebagai berikut:

1. tata urutan upacara;

2. tata bendera negara dalam upacara bukan upacara bendera; 3. tata tempat; dan

4. tata pakaian upacara bukan upacara bendera.

Adapun tata urutan pelaksanaan kegiatan upacara bukan upacara bendera meliputi:

1. pembukaan;

2. pembacaan teks do’a;

3. lagu Kebangsaan Indonesia Raya dipimpin oleh dirigen dan/atau diiringi musik dan/atau paduan suara;

4. pembacaan naskah acara pokok; 5. pelaksanaan upacara; dan

6. penutup.

Sedangkan terkait tata bendera negara dan lambang negara, perlu memperhatikan hal–hal, sebagai berikut:

1. bendera negara terpasang pada sebuah tiang bendera dan

diletakkan disebelah kanan mimbar;

2. bendera BPKP dan/atau bendera asing dipasang pada tiang bendera dan diletakkan disebelah kiri mimbar;

(22)

3. bendera negara dibuat lebih besar dan dipasang lebih tinggi dari Bendera BPKP atau unit organisasi;

4. lambang negara terpasang ditempatkan disebelah tengah dan lebih tinggi dari bendera negara; dan

5. gambar resmi Presiden dan Wakil Presiden ditempatkan sejajar dan dipasang lebih rendah dari pada lambang negara.

Sementara itu terkait dengan pengaturan Tata tempat, tata pakaian, kelengkapan personel dan perlengkapan, serta susunan acara dalam upacara bukan upacara bendera disesuaikan menurut lingkup upacara itu sendiri.

Berikut gambaran umum pelaksanaan kegiatan upacara bukan upacara bendera:

1. Upacara pelantikan pejabat

Pejabat di lingkungan BPKP yang memangku jabatan harus

mengangkat sumpah pada waktu menerima jabatan atau

pekerjaannya. Pengangkatan sumpah diucapkan dihadapan pejabat yang berwenang mengambil sumpah dan dilakukan dalam suasana khidmat.

Kelengkapan didalam upacara pelantikan pejabat, sebagai berikut: a. Pejabat yang melantik, antara lain:

1) Menteri/Kepala BPKP, untuk Pelantikan Pejabat eselon I dan/atau eselon II;

2) Sekretaris Utama, Para Deputi, untuk pelantikan pejabat eselon III, dan IV;

Dalam hal pelantikan dilakukan secara bersamaan (gabungan pelantikan Pejabat Eselon I, II, III dan IV, maupun Pejabat Fungsional Auditor dan Pejabat Fungsional Umum dapat dilakukan oleh Kepala BPKP).

Dalam hal Kepala BPKP berhalangan, maka pelantikan pejabat eselon II dapat dilakukan oleh Sekretaris Utama atau Deputi dengan surat kuasa pelantikan dari Kepala BPKP.

b. Pejabat yang dilantik; c. Pejabat yang digantikan;

d. Pejabat pembaca surat keputusan pengangkatan jabatan:

1) Pejabat eselon II, untuk keputusan pengangkatan jabatan eselon I dalam bentuk Keputusan Presiden;

2) Pejabat eselon III untuk keputusan pengangkatan jabatan eselon II dalam bentuk Keputusan Kepala BPKP; dan

(23)

3) Pejabat eselon IV untuk keputusan pengangkatan jabatan eselon III dan IV dalam bentuk Keputusan Kepala BPKP.

Jika pejabat berhalangan, maka dapat dilakukan oleh pejabat lain yang setara atau pejabat yang ditunjuk.

e. Rohaniawan

Yang dimaksud rohaniawan dalam pengambilan sumpah jabatan adalah pejabat dari Kementerian Agama.

f. Saksi

Saksi yang dimaksud adalah pejabat yang memiliki jabatan, pangkat atau golongan lebih tinggi dan/atau sekurang–kurangnya sama dengan pejabat yang dilantik. Dalam hal seluruh pejabat

eselon I dilantik, maka saksi dapat ditunjuk dari

kementrian/lembaga negara lain.

g. Pejabat dan tamu undangan, antara lain:

1) Semua pejabat eselon I dan II, pendamping isteri atau suami pejabat yang dilantik, deputi dan mitra kerja, untuk upacara pelantikan pejabat eselon I;

2) Semua pejabat eselon I dan eselon II, pendamping isteri atau suami pejabat yang dilantik, deputi dan mitra kerja, untuk upacara pelantikan pejabat eselon II;

3) Semua pejabat eselon II, eselon III, eselon IV dan Pejabat Fungsional Auditor/Pejabat Fungsional Umum di lingkungan unit organisasi yang bersangkutan, untuk upacara pelantikan pejabat eselon III, IV, Pejabat Fungsional Auditor, dan Pejabat Fungsional Umum.

4) Dalam hal upacara pelantikan pejabat eselon III dan eselon IV di perwakilan, yang diundang ditentukan oleh unit organisasi masing–masing.

h.Petugas acara pelantikan.

Perlengkapan di dalam upacara pelantikan, sebagai berikut: a. susunan upacara pelantikan;

b. surat keputusan pengangkatan dalam jabatan danpetikannya; c. undangan (kepada pejabat yang akan dilantik, pejabat yang akan

digantikan, Rohaniawan, Saksi dan para pejabat dan tamu undangan lainnya);

d. naskah berita acara penyumpahan;

(24)

f. teks sambutan pejabat yang melantik; dan g. perlengkapan lain yang diperlukan.

Terkait tata tempat upacara pelantikan pejabat struktural

ditentukan:

a. pejabat yang dilantik berhadapan dengan pimpinan upacara;

b. para saksi dan rohaniwan berada di sebelah kiri pejabat yang akan dilantik;

c. undangan pejabat eselon I berada di sebelah kanan Kepala BPKP sedangkan undangan lainnya di belakang pejabat yang dilantik, untuk pelantikan pejabat eselon I dan eselon II;

d. undangan pejabat eselon II berada di sebe1ah kanan Kepala BPKP sedangkan undangan lainnya di belakang pejabat yang dilantik, untuk pelantikan pejabat eselon II, III, dan eselon IV; dan

e. pendamping istri atau suami pejabat eselon I dan eselon II yang dilantik berada di tempat yang sudah ditentukan.

Tata pakaian upacara pelantikan pejabat struktural dan fungsional meliputi:

a. pejabat yang dilantik pria, mengenakan pakaian sipil lengkap dan peci hitam polos;

b. pejabat yang dilantik wanita mengenakan pakaian sipil lengkap;

c. pejabat yang melantik, para saksi, dan para undangan

mengenakan pakaian sipil lengkap;

d. pendamping isteri atau suami pejabat yang diundang dan isteri atau suami pejabat yang dilantik mengenakan pakaian nasional atau pakaian sipil lengkap; dan

e. undangan mengenakan pakaian dinas harian sedangkan untuk undangan lain menyesuaikan.

Adapun tata urutan pelaksanaan upacara pelantikan jabatan, sebagai berikut:

a. pembukaan;

b. lagu Kebangsaan Indonesia Raya;

c. penyerahan secara simbolis Keputusan Presiden/Kepala BPKP; d. pembacaan Surat Keputusan Presiden/Kepala BPKP;

e. pembacaan naskah pelantikan oleh Kepala BPKP;

f. pengambilan sumpah jabatan oleh pejabat yangmelantik; g. pembacaan pernyataan pengambilan sumpah;

(25)

h. penandatanganan berita acara pengambilan sumpah;

i. penandatanganan berita acara serah terima jabatan disaksikan Kepala BPKP;

j. sambutan Kepala BPKP;

k. menyanyikan lagu Bagimu Negeri l. pemberian ucapan selamat; dan m. ramah tamah.

Dalam upacara pelantikan pejabat eselon I dan II dilanjutkan dengan upacara serah terima jabatan. Untuk pelantikan di perwakilan, pelantikan pejabat eselon III dan IV dilanjutkan dengan upacara serah terima jabatan.

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam upacara pelantikan pejabat adalah, sebagai berikut:

a. pada pengucapan sumpah/janji, semua orang yang hadir dalam upacara itu harus berdiri;

b. pengucapan sumpah/janji dilakukan menurut agama/

kepercayaan masing-masing dan tidak boleh mewakilkan kepada orang lain;

c. pejabat yang mengambil sumpah, mengucapkan sumpah kalimat demi kalimat dan diikuti oleh pejabat yang mengangkat sumpah; d. sebagai dasar menentukan urutan berdiri para pejabat yang akan

dilantik adalah urutan nomor yang tercantum Surat Keputusan tentang pengangkatan pejabat yang bersangkutan.

e. jika yang dilantik mempunyai agama yang berbeda, urutan berdiri dimulai dari yang beragama:

1) islam; 2) protestan; 3) katholik; 4) hindu; dan 5) budha.

Untuk poin f., dapat pula diatur urutannya berdasarkan jumlah banyaknya pejabat yang dilantik yang beragama sama, yang paling banyak didahulukan. Secara garis besar, tata upacara pelantikan pejabat, terdiri atas persiapan upacara pelantikan dan pelaksanaan upacara pelantikan.

2. MoU (Memorandum of Understanding)

Nota kesepahaman (Memorandum of Understanding atau MoU) adalah sebuah dokumen legal yang menjelaskan persetujuan antara

(26)

dua belah pihak. MoU tidak seformal sebuah kontrak. Isi dari

Memorandum of Understanding harus dimasukkan ke dalam

kontrak, sehingga ia mempunyai kekuatan mengikat. a. Susunan Acara Penandatanganan MoU

Sebelum acara MoU berlangsung sebaiknya dibuatkan terlebih dahulu susunan acara sehingga pada saat pelaksanaan nanti acara akan berjalan dengan rapi dan terkontrol.

b. Tempat Duduk

Untuk penempatan tempat duduk para undangan disesuaikan dengan Jabatan struktural. Di baris paling depan diisi oleh Kepala BPKP dan diapit oleh para Pejabat Esselon I lainnya. Sedangkan untuk para tamu undangan yang lain bisa mengisi tempat di baris belakangnya.

c. Tempat berdiri sebelum tanda tangan

Menjelang pelaksanaan penandatanganan MoU, kedua belah pihak yang diwakili oleh Kepala BPKP akan menempati posisi, sebagai berikut:

1) kedua belah pihak yang akan menandatangani akan berdiri sejajar didepan meja penandatanganan;

2) para saksi atau pejabat lainnya mengisi ruang yang kosong disampingnya.

Adapun kelengkapan upacara Memorandum of Understanding, meliputi:

a. pejabat penandatangan; b. saksi;

c. pejabat pemberi sambutan; d. undangan; dan

e. petugas acara.

Sedangkan perlengkapan upacara Memorandum of Understanding, meliputi:

a.susunan acara;

b.naskah kerjasama;

c. teks sambutan;

d.teks ringkasan kerjasama;

e. undangan; dan

(27)

Sementara itu terkait dengan tata pakaian upacara Memorandum of

Understanding, meliputi:

a.dalam hal kerjasama dengan instansi dalam negeri, mengenakan pakaian dinas harian atau pakaian sipil lengkap; dan

b.dalam hal kerjasama dengan pemerintah negara asing atau

organisasi internasional, mengenakan pakaian sipil lengkap.

Tata acara upacara penandatanganan kerjasama antara Kepala BPKP dengan pimpinan instansi dalam negeri, Organisasi Non Pemerintah, pemerintah negara asing dan Organisasi Internasional, meliputi:

a.pembukaan;

b.pembacaan isi kerjasama;

c. penandatanganan kerjasama

d.tukar menukar dokumen;

e. sambutan pejabat dari mitra kerjasama;

f. sambutan Kepala BPKP;

g. penutup; dan

h.ramah tamah.

Tata acara upacara penandatanganan kerjasama yang disaksikan oleh Kepala BPKP, meliputi:

a.sambutan pihak pertama;

b.sambutan pihak kedua;

c. pembacaan isi naskah kerjasama;

d.penandatanganan kerjasama dan tukar menukar dokumen

disaksikan oleh Kepala BPKP;

e. sambutan Kepala BPKP; dan

f. ramah tamah.

Berikut disampaikan contoh susunan acara penandatanganan MoU dan Layout Tata Tempat di Kantor Pusat BPKP:

(28)

Contoh

SUSUNAN ACARA

Penandatanganan MoU Antara BPKP dan Pemda XXX

Aula Gandhi BPKP, Selasa, 30 Oktober 2012

PUKUL KEGIATAN PELAKSANA

08.00-09.00 Registrasi Peserta Panitia

09.00-10.00

PEMBUKAAN

1. Menyanyikan Lagu Indonesia Raya 2. Pembacaan naskah MoU

1. Petugas 2. Petugas

10.00-10.30 1. PENANDATANGANAN MoU Petugas:

1. Petugas Pelaksana 2. Panitia Sambutan: 1. Sambutan Kepala BPKP 2. Sambutan Gubernur XXX 1. Kepala BPKP 2. Gubernur XXX

10.30-10.40 DO’A Petugas Pelaksana

(29)

Dalam pelaksanaan kegiatan MoU tata letak/layout ruangan disesuaikan dengan kebutuhan. Gbr.PRESIDEN Gbr. WAPRES Menteri/Gub KepalaBPKP S tr uk tur a l B P K P S tr uk tur a l B P K P S tr uk tur a l B P K P S tr uk tur a n/ M it ra /t a m u S tr uk tur a n/ M it ra /t a m u S tr uk tur a n/ M it ra /t a m u Eselon I BPKP Eselon I BPKP Eselon I Mitra Eselon I Mitra Gbr. GARUDA Meja Makan M ej a M ak a n V IP Meja Makan VIP

(30)

3. Upacara Pengambilan Sumpah Pegawai Negeri Sipil

Upacara pengambilan sumpah Pegawai Negeri Sipil dilakukan terhadap Calon Pegawai Negeri Sipil atau pegawai yang belum melakukan sumpah Pegawai Negeri Sipil dan dilaksanakan oleh unit organisasi masing–masing dan/atau gabungan unit organisasi.

Kelengkapan upacara pengambilan sumpah Pegawai Negeri Sipil, sebagai berikut:

a. pejabat pengambil sumpah; b. pegawai yang disumpah; c. rohaniawan;

d. saksi;

e. tamu undangan; dan f. petugas upacara.

Terkait dengan kelengkapan upacara pengambilan sumpah Pegawai Negeri Sipil, pejabat pengambil sumpah adalah pimpinan unit organisasi yang bersangkutan dan/atau pejabat lain yang ditunjuk. Adapun perlengkapan didalam upacara pengambilan sumpah Pegawai Negeri Sipil, meliputi:

a. undangan;

b. naskah berita acara pengambilan sumpah Pegawai Negeri Sipil; c. naskah sumpah pelantikan Pegawai Negeri Sipil;

d. teks sambutan; dan

e. perlengkapan lain yang diperlukan.

Tata pakaian upacara pengambilan sumpah Pegawai Negeri Sipil untuk Pegawai yang disumpah mengenakan pakaian KORPRI, celana panjang atau rok wama biru dan peci hitam polos.

Berikut urutan acara upacara pengambilan sumpah Pegawai Negeri Sipil, sebagai berikut:

a. pembukaan;

b. pembacaan teks do’a;

c. lagu Kebangsaan Indonesia Raya;

d. pembacaan naskah sumpah Pegawai Negeri Sipil;

e. penandatanganan naskah berita acara pengambilan sumpah Pegawai Negeri Sipil oleh pegawai dan saksi;

(31)

g. pemberian ucapan selamat; dan

h. ramah tamah

Berikut contoh Layout Tata Tempat Upacara Pengambilan Sumpah Pegawai Negeri Sipil di Kantor Pusat BPKP:

4. Upacara serah terima jabatan

Upacara serah terima jabatan dilakukan untuk serah terima jabatan Kepala BPKP, pejabat eselon I, eselon II, eselon III, dan eselon IV.

Kelengkapan Upacara serah terima jabatan, sebagai berikut: a. pejabat yang menyerahkan jabatan;

b. pejabat yang menerima jabatan;

c. pejabat yang menyaksikan serah terima; d. pejabat dan tamu undangan; dan

e. petugas upacara.

Terkait upacara serah terima jabatan dengan pejabat yang

menyaksikan serah terima jabatan adalah, beberapa hal yang perlu diperhatikan, sebagai berikut:

a. Kepala BPKP,untuk serah terima jabatan eselon I dan eselon II; b. Kepala Perwakilan, untuk serah terima jabatan pejabat eselon III

dan eselon IV di perwakilan.

P R O T E S T A N H IN D U K A T O L IK 3 4 5 1 6 2 B U D H A IS L A M

(32)

Adapun Perlengkapan didalam upacara serah terima jabatan, meliputi:

1) naskah berita acara serah terima jabatan; 2) undangan;

3) memorandum serah terima jabatan; 4) teks sambutan; dan

5) perlengkapan lain yang diperlukan.

Terkait dengan naskah berita acara serah terima jabatan,

ditandatangani secara berurutan oleh pejabat yang menyerahkan

jabatan, pejabat yang menerima jabatan dan pejabat yang

menyaksikan.

Berikut urutan acara upacara serah terima jabatan Kepala BPKP, sebagai berikut:

a. pembukaan;

b. lagu Kebangsaan Indonesia Raya;

c. pembacaan ringkasan berita acara serah terima jabatan; d. penandatanganan naskah berita acara serah terima jabatan; e. penyerahan memorandum serah terima jabatan;

f. sambutan pejabat eselon I yang mewakili; g. sambutan mantan Kepala BPKP;

h. sambutan Kepala BPKP;

i. pemberian ucapan selamat; dan j. ramah tamah.

Sedangkan urutan acara upacara serah terima jabatan pejabat eselon I, eselon II, eselon III, dan eselon IV, sebagai berikut:

a. pembukaan;

b. lagu Kebangsaan Indonesia Raya;

c. pembacaan ringkasan berita acara serah terima jabatan;

d. penandatanganan naskah berita acara serah terima jabatan;

e. penyerahan memorandum serah terima jabatan;

f. sambutan pejabat yang menyaksikan;

g. pemberian ucapan selamat; dan

h. ramah tamah.

(33)

(Sertijab)di Kantor Pusat BPKP:

5. Upacara Pembukaan dan Penutupan Pendidikan dan Pelatihan, Kursus, Penataran atau Seminar.

Pejabat dalam upacara pembukaan dan penutupan pendidikan dan pelatihan, kursus, penataran atau seminar yang bertindak selaku pimpinan upacara adalah Kepala BPKP atau pejabat yang ditunjuk.

Pejabat yang bertindak selaku pimpinan upacara tersebut

ditentukan, sebagai berikut:

a. Kepala BPKP, apabila peserta pejabat eselon I dan/atau II;

b. Pejabat eselon I, apabila peserta pejabat eselon II dan/atau eselon III;

c. Pejabat eselon II, apabila peserta pejabat eselon III dan/atau eselon IV; dan

d. Pejabat eselon III, apabila peserta pejabat eselon IV.

Kelengkapan upacara pembukaan dan penutupan pendidikan dan pelatihan, kursus, penataran atau seminar tersebut, meliputi:

a. pejabat yang membuka dan/atau menutup; b. pejabat penyelenggara;

c. pejabat dan tamu undangan; d. petugas upacara; dan

e. peserta pendidikan dan pelatihan, kursus, penataran atau seminar.

Perlengkapan upacara pembukaan dan penutupan pendidikan dan pelatihan, kursus, penataran atau seminar tersebut, meliputi:

a. undangan; Tamu Undangan U n d a n g a n P e n d a m p in g P e ja b

(34)

b. teks sambutan pejabat yang membuka dan/atau menutup; c. teks laporan pejabat penyelenggara;

d. tempat upacara;

e. tanda pengenal dan sertifikat; dan f. perlengkapan lain yang diperlukan.

Persiapan dan pelaksanaan upacara pembukaan dan penutupan pendidikan dan pelatihan, kursus, penataran atau seminar diatur, sebagai berikut:

a. dalam hal Kepala BPKP, Sekretaris Utama bertindak selaku pimpinan upacara, maka dikoordinasi melalui Biro Umum; dan b. dalam hal pejabat eselon I di luar Sekretaris Utama bertindak

selaku pimpinan upacara, maka dikoordinasikan melalui

sekretariat masing–masing unit organisasi.

Urutan upacara pembukaan untuk acara pendidikan dan pelatihan, meliputi:

a. pembacaan teks do’a;

b. lagu Kebangsaan Indonesia Raya; c. laporan penyelenggaraan;

d. penyematan tanda peserta oleh pejabat yang membuka;

e. sambutan pejabat yang membuka dilanjutkan pernyataan

pembukaan; dan f. ramah tamah.

Adapun urutan upacara pembukaan untuk acara kursus,

penataran atau seminar, meliputi; a. lagu Kebangsaan Indonesia Raya; b. pembacaan teks do’a;

c. laporan panitia;

d. sambutan pejabat yang membuka dilanjutkan penyataan

pembukaan; dan

e. istirahat, ramah tamah.

Berikut tata upacara penutupan untuk acara pendidikan dan pelatihan, meliputi:

a. laporan penyelenggaran;

b. penanggalan tanda peserta dan penyerahan sertifikat oleh pejabat yang menutup;

(35)

c. sambutan perwakilan siswa;

d. sambutan pejabat yang menutup dilanjutkan pernyataan

penutupan;

e. pembacaan teks do’a;

f. pemberian ucapan selamat; dan g. ramah tamah.

Upacara penutupan untuk acara kursus, penataran atau seminar, meliputi:

a. laporan panitia;

b. sambutan pejabat yang menutup dilanjutkan pernyataan

penutupan;

c. pembacaan teks do’a; dan d. ramah tamah.

Berikut contoh Layout Tata Tempat Upacara Penutupan untuk Acara Kursus, Penataran atau Seminar di Kantor Pusat BPKP:

6. Upacara peletakan batu pertama

Upacara peletakan batu pertama merupakan suatu tanda

dimulainya pembangunan secara resmi. Upacara peletakan batu pertama, berupa: a. peletakaan batu pertama berupa batu bata; b. pemasangan tiang pancang; atau

c. pengeboran.

Ket:

1. Kepala BPKP

2. Pimpinan Unit Organisasi 3. Pejabat eselon I

4. Panelis/Pimpinan Instansi Luar/Tokoh

(36)

Upacara peletakan batu pertama dilakukan oleh Kepala BPKP atau Pejabat yang ditunjuk. Kelengkapan upacara peletakan batu pertama, meliputi:

a. pejabat yang meresmikan; b. pejabat penyelenggara;

c. pejabat dan tamu undangan; dan d. petugas upacara.

Perlengkapan upacara peletakan batu pertama, meliputi:

a.undangan;

b.teks sambutan Kepala BPKP;

c. teks laporan pejabat penyelenggara;

d.tempat upacara peletakan batu pertama;

e. maket, miniatur, dan/atau gambar rencana pembangunan; dan

f. perlengkapan lain yang diperlukan.

Persiapan dan pelaksanaan upacara peletakan batu pertama diatur, sebagai berikut:

a.dalam hal Kepala BPKP, Sekretaris Utama bertindak selaku pimpinan upacara, maka dikoordinasi melalui Biro Umum; dan

b.dalam hal pejabat eselon I di luar Sekretaris Utama bertindak

selaku pimpinan upacara, maka dikoordinasikan melalui

sekretariat masing-masing unit organisasi.

Adapun tata acara upacara peletakan batu pertama, meliputi:

a.pembacaan teks do’a;

b.lagu Kebangsaan Indonesia Raya;

c. laporan pejabat penyelenggara;

d.sambutan pejabat terkait;

e. sambutan Kepala BPKP;

f. peletakan batu pertama;

g. peninjauan; dan

h.ramah tamah.

Terkait dengan peninjauan dalam upacara peletakan batu pertama harus memperhatikan, antara lain:

a. rute peninjauan;

(37)

c. undangan yang mengikuti peninjauan; dan

d. kelengkapan dan perlengkapan yang diperlukan.

Selanjutnya tata pakaian upacara peletakan batu pertama

mengenakan pakaian dinas harian atau pakaian lain yang ditentukan.

Berikut Layout tata tempat upacara peletakan batu pertama:

7. Upacara peresmian

Dalam upacara peresmian pejabat yang bertindak selaku pimpinan upacara adalah Kepala BPKP, Sekretaris Utama, pejabat eselon I, atau pejabat lain yang ditunjuk.

Adapun kelengkapan upacara peresmian, meliputi: a. pejabat yang meresmikan;

b. pejabat penyelenggara;

c. pejabat dan tamu undangan; dan d. petugas acara.

Perlengkapan upacara peresmian, meliputi: a. undangan;

b. teks sambutan Kepala BPKP;

c. teks laporan pejabat penyelenggara; d. tempat upacara peresmian;

e. cinderamata jika diperlukan;

f. maket, miniatur, dan/atau gambar kegiatan pembangunan; dan g. perlengkapan lain yang diperlukan.

Ket:

1.Maket Bangunan

2.Lubang Peletakkan Batu Pertama 3.Bahan Bangunan (semen, batu bata dll)

Peletakan Batu Pertama Gedung…. Tamu Undangan Tamu Undangan Tamu Undangan 3 4 1 2

(38)

Langkah-langkah yang dilakukan dalam rangka persiapan upacara peresmian, meliputi:

a. mengajukan surat permohonan peresmian; b. melakukan koordinasi;

c. penentuan bentuk peresmian;

d. penentuan pejabat yang diundang dan yang mendampingi; dan e. pembuatan prasasti peresmian.

Peresmian yang ditandai dengan penandatanganan prasasti diatur dengan ketentuan, sebagai berikut:

a. prasasti menggunakan bahan batu granit dan/atau plat baja dan/atau bahan lain yang tahan lama;

b. prasasti yang ditandatangani oleh Kepala BPKP menggunakan lambang negara;

c. prasasti yang ditandatangani oleh Sekretaris Utama atau pejabat eselon I menggunakan logo;

d. ukuran prasasti 60 cm x 90 cm atau 30 cm x 45 cm; dan

e. ukuran dan warna huruf disesuaikan dengan objek yang diresmikan.

Persiapan dan pelaksanaan upacara peresmian diatur, sebagai berikut:

a. dalam hal Kepala, Sekretaris Utama atau Deputi Kepala bertindak selaku pimpinan upacara, maka dikoordinasi melalui Biro Umum; dan

b. dalam hal Kepala Unit Kerja BPKP bertindak selaku pimpinan upacara, maka koordinasi dilakukan oleh Kepala Bagian Tata Usaha.

Selanjutnya urutan tata acara upacara peresmian, meliputi: a. pembacaan teks do’a;

b. lagu Kebangsaan Indonesia Raya; c. laporan pejabat penyelenggara; d. sambutan pejabat terkait;

e. sambutan Kepala BPKP yang dilanjutkan dengan pernyataan peresmian;

f. peninjauan; dan g. ramah tamah.

(39)

Pengaturan Layout Tata Tempat Upacara Peresmian disesuaikan dengan keadaan dan tempat upacara, serta memperhatikan kebersihan, ketertiban dan keamanan.

8. Upacara Pisah Sambut

Upacara pisah sambut di Kantor Pusat BPKP dilakukan kepada, sebagai berikut:

a. mantan Kepala BPKP;

b. mantan pejabat struktural.

Adapun kelengkapan upacara tersebut, meliputi: a. kepala BPKP dan mantan Kepala BPKP;

b. pejabat struktural dan mantan pejabat struktural; c. petugas upacara; dan

d. undangan.

Perlengkapan upacara pisah sambut, meliputi: a. teks sambutan;

b. profil;

c. kenang–kenangan dan/atau cinderamata; dan d. perlengkapan lain yang diperlukan.

Tata acara upacara pisah sambut mantan Kepala BPKP, meliputi: a. pembukaan;

b.hymne BPKP; penayangan profil mantan Kepala BPKP;

Peresmian Gedung….

Ket: A. Tamu VIP B. Tamu Undangan C. Tamu Tuan Rumah

Tamu Undangan Tamu Undangan Tamu Undangan C A B

(40)

c. ucapan pesan dan kesan dari mantan Kepala BPKP; d. sambutan Kepala BPKP;

e. penyerahan kenang-kenangan dan/atau cinderamata dari Kepala BPKP dan/atau pimpinan unit organisasi;

f. ucapan selamat jalan; dan g. ramah tamah.

Tata acara upacara pisah sambut mantan pejabat struktural, meliputi:

a. pembukaan;

b. penayangan profil mantan pejabat; c. kesan-kesan perwakilan Pegawai;

d. ucapan pesan dan kesan dari mantan pejabatstruktural; e. sambutan pimpinan unit organisasi;

f. penyerahan kenang-kenangan dan/ataucinderamata; g. ucapan selamat jalan; dan

h.ramah tamah.

Selanjutnya tata pakaian upacara pisah sambut

mengenakanpakaian dinas harian atau pakaian lain yangditentukan oleh pimpinan unit organisasi.

Berikut dibawah ini contoh Layout Tata Tempat Upacara Pisah Sambut:

(41)

9. Upacara pembukaan dan penutupan kegiatan olah raga BPKP

Upacara pembukaan dan penutupan pekan olah raga di Kantor Pusat BPKP dilaksanakan secara simbolis pada hari–hari tertentu. Adapun kelengkapan upacara tersebut, meliputi:

a. pembina upacara; b. pimpinan upacara; c. peserta pekan olahraga; d. pembawa pataka;

e. defile atlet;

f. pembaca janji atlet; dan g. undangan.

Perlengkapan upacara tersebut, meliputi: a. teks sambutan pembina upacara;

b. laporan panitia; c. pataka BPKP;

d. bendera pekan olah raga; e. piala;

f. teks janji atlet; dan g. perlengkapan lain.

Tata acara upacara pembukaan pekan olah raga, meliputi: a. defile atlet;

b. pembacaan teks do’a;

c. lagu Kebangsaan Indonesia Raya; d. hymne BPKP;

e. laporan ketua penyelenggara;

f. pataka Kepala BPKP dan bendera pekan olah raga membentuk formasi;

g. penyerahan bendera pekan olah raga kepada ketua panitia penyelenggara oleh Pembina upacara;

h.pengucapan janji atlet;

i. sambutan pembina upacara sekaligus membuka secara resmi pekan olahraga; dan

(42)

Tata acara upacara penutupan pekan olah raga, meliputi: a. lagu Kebangsaan Indonesia Raya;

b. laporan penyelenggara;

c. pataka Kepala BPKP dan bendera pekan olah raga membentuk formasi;

d. penyerahan bendera pekan olah raga kepada tuan rumah yang akan datang;

e. sambutan pembina upacara sekaligus menutup secara resmi pekan olah raga; dan

f. Ramah tamah.

Selanjutnya tata pakaian upacara pembukaan dan penutupan kegiatan olah raga mengenakan pakaian olah raga.

Berikut dibawah ini contoh Layout Upacara Pembukaan dan

Penutupan Pekan Olahraga:

K O L A M TIANG UNDANGAN Pa su ka n D e fil e m a si n g -m a si n g u n it jU PT Pa su ka n D e fil e m a si n g -m a si n g u n it jU PT Pa su ka n D e fil e m a si n g -m a si n g u n it jU PT Pa su ka n D e fil e m a si n g -m a si n g u n it jU PT Pa su ka n D e fil e m a si n g -m a si n g u n it jU PT Pa su ka n D e fil e m a si n g -m a si n g u n it jU PT 1 Korp Musik

(43)

BAB III TATA TEMPAT A.Pedoman Umum Tata Tempat

Tata tempat pada hakekatnya mengandung unsur-unsur siapa yang berhak didahulukan, atau siapa yang memperoleh hak menerima prioritas dalam urutan. Orang yang berhak memperoleh urutan tempat untuk didahulukan adalah seseorang dikarenakan jabatan, pangkat dan status serta kedudukannya didalam negara, pemerintahan atau masyarakat.

Pedoman umum tata tempat dilingkungan Kantor Pusat BPKP diatur, sebagai berikut:

1. orang yang paling berhak mendapat tata tempat urutan pertama

adalah mereka yang mempunyai kedudukan paling tinggi di

dalam negara, pemerintahan atau masyarakat;

2. jika mereka berjajar, yang berada di sebelah kanan dari orang yang mendapat urutan tempat paling utama dianggap lebih tinggi kedudukannya dari orang yang berada di sebelah kirinya;

3. jika mereka berjajar dalam jumlah genap, maka orang yang paling dihomati (nomor 1 dan 2, nomor 1 di sebelah kanan nomor 2) ditempatkan di tengah, berikutnya mengikuti jumlah genapnya (4, 6, 8 dst.), dengan ketentuan yang berada di sebelah kanan nomor 1 dan 2 dianggap lebih terhormat dibanding yang berada di sebelah kirinya, Contoh: 5-3-1-2-4-6 (menghadap Audience);

4. Jika mereka berjajar dalam jumlah ganjil, maka orang yang paling dihomati (nomor 1) berada di tengah, berikutnya mengikuti jumlah ganjilnya, dengan ketentuan yang berada di sebelah kanan nomor 1 dianggap lebih terhormat dibanding yang berada di sebelah kirinya, Contoh: 6-4-2-1-3-5-7 (menghadap Audience);

5. Jika menghadap meja, tempat utama adalah yang menghadap ke pintu keluar dan tempat terakhir adalah tempat yang paling dekat dengan pintu keluar;

6. Apabila naik mobil, orang yang paling dihormati naik dan turun paling dahulu dan duduk di belakang sopir sebelah kiri. Apabila didampingi isteri/suami, maka isteri/suami berada di belakang sopir. Dalam hal naik mobil berdua bersama pejabat lain, posisi duduk pejabat yang kedudukannya lebih tinggi berada di sebelah kanan, bila kedudukannya lebih rendah berada di sebelah kiri; 7. Pada kedatangan dan pulang pada/dari acara resmi, orang yang

paling dihormati selalu datang paling akhir dan pulang paling dahulu;

(44)

8. Dalam jajar kehormatan, orang yang paling dihormati harus datang dari arah sebelah kanan dari pejabat yang menyambut. Bila orang yang paling dihormati yang menyambut tamu, maka tamu akan datang dari sebelah kirinya.

Berikut dibawah ini contoh Layout Tata Tempat Berdiri Kantor Pusat BPKP:

1. PADA WAKTU KEPALA BPKP MENYAMBUT TAMU YANG KEDUDUKANNYA LEBIH TINGGI DENGAN BERJABAT TANGAN

2. ADA WAKTU KEPALA BPKP MENYAMBUT TAMU YANG KEDUDUKANNYA LEBIH RENDAH DENGAN BERJABAT TANGAN

3. POSISI BERDIRI, JIKA TIDAK BERJABAT TANGAN a. JUMLAH GENAP

b. JUMLAH GANJIL

Keterangan;

1. Kepala BPKP 3. Deputi I 5. Deputi IV

2. Sekretaris Utama 4. Deputi II 6. Deputi V

7. Deputi VI

Posisi menghadap audience

1 2 3 4 5 6

Tamu dari arahkanan

6 5 4 3 2 1

Tamu dari arah kiri

5 3 1 2 4 6

(45)
(46)
(47)
(48)
(49)
(50)
(51)
(52)

1. Mantan pejabat negara/pemerintah

Mantan pejabat negara/pemerintah mendapat tempat setingkat lebih rendah dari pada pejabat setingkat yang masih berdinas aktif, tetapi mendapat tempat pertama dalam golongan/kelompok yang setingkat lebih rendah tersebut, contoh:

- Mantan Kepala BPKP mendapat tempat setelah Kepala BPKP,

namun berada pada urutan pertama pada jajaran para Deputi;

- Mantan Deputi Kepala BPKP mendapat tempat setelah Deputi

Kepala BPKP, namun berada pada urutan pertama pada jajaran para pejabat eselon II.

2. Tata tempat pejabat yang menjadi tuan rumah

Dalam acara resmi yang dihadiri Presiden RI atau Wakil Presiden RI, pejabat yang menjadi tuan rumah mendampingi Presiden RI atau Wakil Presiden RI. Namun apabila acara resmi tidak dihadirioleh Presiden RI atau Wakil Presiden RI, maka pejabat yang

menjadi tuan rumah mendampingi pejabat negara dan/atau

pejabat pemerintah yang tertinggi kedudukannya.

Tata tempat pejabat yang menjadi tuan rumah tergantung kepada kedudukan jabatannya dibanding dengan pejabat negara dan/atau pejabat pemerintah yang didampingi. Pejabat tuan rumah berada disebelah kiri dari pejabat negara dan/atau pejabat pemerintah yang lebih tinggi jabatannya, apabila sebaliknya maka pejabat tersebut berada di sebelah kanan. Tata tempat pejabat yang menjadi tuan rumah mengikuti ketentuan mengenai tata urutan pejabat negara, pejabat pemerintah dan tokoh masyarakat tertentu.

BAB IV

TATA PENGHORMATAN

Sesuai dengan undang–undang Nomor 8 Tahun 1987 dan Peraturan Pemerintah Nomor 62 Tahun 1990, tata penghormatan adalah aturan untuk melaksanakan pemberian hormat bagi Pejabat Negara, Pejabat Pemerintah dan Tokoh Masyarakat tertentu dalam acara kenegaraan atau

acara resmi. Tata penghormatan mencakup aturan mengenai

penghormatan kepada pejabat negara/pejabat pemerintah, tokoh

masyarakat tertentu, dan lambang-lambang kehormatan Negara

(53)

A. Penghormatan Kepada Pejabat dalam Lingkup Kantor BPKP

Pemberian penghormatan kepada pejabat di lingkungan Kantor Pusat BPKP sama seperti halnya pemberian penghormatan kepada para pejabat negara/pemerintah dan tokoh masyarakat dimana diberikan sesuai dengan kedudukannya atau acara resmi. Bentuk penghormatan tersebut terdiri atas, sebagai berikut:

1. Penghormatan dalam bentuk tata tempat, yaitu seseorang dengan kedudukan/jabatan tertinggi memperoleh urutan tempat pertama; 2. Penghormatan dalam bentuk tata urutan, yaitu:

a. urutan sambutan dalam upacara bukan upacara bendera, seseorang dengan kedudukan/jabatan tertinggi mendapat giliran paling akhir, namun pada acara yang bersifat tidak resmi seperti

briefing, terjadi sebaliknya;

b. seseorang dengan kedudukan/jabatan tertinggi diberi hak untuk datang di tempat acara paling akhir dan pulang paling awal;

c. seseorang dengan kedudukan/jabatan tertinggi, apabila

menggunakan mobil adalah, sebagai berikut: 1) naik dan turun paling pertama;

2) posisi duduk di mobil yang paling utama adalah di belakang sopir kiri (memposisikan pejabat kearah pintu masuk atau keluar);

3) apabila didampingi dengan isteri/suami, maka isteri/suami berada di belakang sopir; dan

d. dalam bentuk jajar kehormatan, seseorang dengan

kedudukan/jabatan tertinggi harus datang dari arah sebelah

kanan pejabat yang menyambut, bila seseorang dengan

kedudukan/jabatan tertinggi tersebut yang menyambut, maka tamu datang dari sebelah kirinya;

3. Penghormatan dalam bentuk pemberian perlindungan, ketertiban, keamanan, dukungan sarana dan fasilitas yang diperlukan sesuai

dengan kedudukannya dan/atau jabatannya dengan tidak

menimbulkan sifat berlebihan.

B. Penghormatan terhadap Lambang Negara

Penghormatan terhadap lambang negara, meliputi tata tertib

penggunaan, tata cara penggunaan, dan hal-hal yang dilarang dalam penggunaan lambang negara.

Referensi

Dokumen terkait

bahwa sehubungan adanya perubahan dalam tata keprotokolan sesuai dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2010 tentang Keprotokolan dan Undang-Undang Nomor 24 Tahun

Protokol, adalah serangkaian aturan dalam acara kenegaraan di daerah atau acara resmi yang meliputi aturan mengenai tata tempat, tata upacara, dan tata penghormatan kepada seseorang

Berdasarkan peta hasil prediksi penggunaan lahan di Kecamatan Asemrowo tahun 2030, teridentifikasi bahwa perubahan penggunaan lahan menjadi industri dan pergudangan

Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah : (1) Mengideintifikasi karakteristik balita (jenis kelamin, umur dan karakteristik keluarga contoh (umur orang tua,

RI.. Protokol adalah serangkaian aturan dalam acara kenegaraan atau acara resmi yang meliputi aturan mengenai tata tempat, tata upacara, dan tata penghormatan sebagai bentuk

Kalibrasi adalah Serangkaian kegiatan yg membentuk hubungan antara nilai yg ditunjukkan oleh instrumen ukur atau sistem pengukuran, atau nilai yg diwakili oleh

Pada keadaan transisi Diels-Alder, dua karbon alkena dan karbon 1,4 pada diena terhibridisasi ulang dari sp2 menjadi sp3 untuk membentuk dua ikatan tungggal baru, sehingga karbon

Terbentuknya kelompok masyarakat tani nelayan yang memiliki usaha olahan buah nipah diharapkan dapat menjadi icon khas oleh- oleh kota Langsa yang belum memiliki