• Tidak ada hasil yang ditemukan

I. PENDAHULUAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada lahan pertanaman tebu PT Gunung Madu Plantations, Desa Gunung Batin Baru, Kecamatan Terusan Nunyai, Kabupaten Lampung Tengah, Provinsi Lampung pada bulan Desember 2013.

3.2 Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan adalah koloni kutu perisai A. tegalensis dan varietas tebu

GMP3, GP11, RGM00-869 berumur 6 bulan yang merupakan tanaman tebu yang berasal dari tanaman sebelumnya yang telah ditebang dan sudah mengalami dua kali keprasan (ratoon 2). Sedangkan alat yang digunakan adalah kaca pembesar

untuk melihat dan mengamati keberadaan A. tegalensis pada tanaman percobaan,

label pengamatan, dan tali rafia sebagai penanda tanaman yang diamati, meteran untuk mengukur luasan petak dan plot percobaan, hand counter dan alat tulis

19

3.3 Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode survei dengan cara mengamati keberadaan dan menghitung jumlah kutu A. tegalensis pada sampel tanaman tebu varietas

GMP 3, GP 11, dan RGM 00-869. Dari masing-masing varietas dipilih satu lokasi untuk pengamatan. Pemilihan lokasi pengamatan berdasarkan riwayat serangan kutu A. tegalensis yang dimiliki sebelumnya. Pada lokasi ditentukan

satu petak secara acak seluas 1 ha yang digunakan sebagai petak percobaan. Pada petak percobaan ini ditentukan plot percobaan secara sistematis sebanyak 9 plot dengan ukuran 6 x 6 m (Gambar 3). Tiap plot percobaan terdapat 5 baris

tanaman. Pada plot percobaan ditentukan 10 unit sampel secara diagonal dengan ukuran masing-masing unit sampel adalah 1 m dalam baris, sehingga tiap baris terdapat 2 unit sampel (Gambar 4).

20

Gambar 2. Pola penentuan unit sampel pada plot percobaan.

3.4 Pelaksanaan Penelitian

3.4.1 Pendugaan Pola Sebaran A. tegalensis

Pada unit sampel dipilih 1 tanaman secara sistematis yang digunakan sebagai tanaman sampel. Tanaman sampel yang dipilih adalah tanaman yang berada di bagian tengah unit sampel. Selanjutnya pendugaan pola sebaran A. tegalensis

antar ruas pada tanaman dilakukan dengan mengelupas pelepah yang menutupi ruas batang tanaman sampel sampai batas dengan hanya menyisahkan lima pelepah daun teratas. Setelah itu diamati keberadaan kutu A. tegalensis pada tiap

ruas dan dihitung jumlahnya secara manual dengan bantuan kaca pembesar dan

handcounter. Pada pengamatan pendugaan pola sebaran A. tegalensis antar

tanaman, dilakukan dengan menghitung jumlah kutu yang terdapat pada tiap tanaman sampel.

21

3.4.2 Pendugaan Intensitas Serangan

Pengamatan pendugaan intensitas serangan A. tegalensis dilakukan secara visual

berdasarkan populasi hama yang terdapat pada tanaman sampel. Sampel tanaman yang diamati sama dengan sampel tanaman yang dipilih pada pengamatan

pendugaan pola sebaran. Batang tanaman yang terdapat populasi

A. tegalensis dihitung satu (terserang), kemudian dihitung berapa jumlah batang

tanaman tebu yang terserang dari 90 tanaman sampel yang diamati pada setiap varietas.

3.5 Analisis Data

3.5.1 Pendugaan Pola Sebaran A. tegalensis

Data hasil pengamatan ditabulasikan dan dianalisis untuk mendapatkan nilai tengah (mean), ragam (variance), dan indeks dispersi (indeks of dispersion, ID).

Selanjutnya dianalisis dengan uji Poisson dan binomial negatif (Ludwig & Reynold, 1988) menggunakan perangkat pengolah data Microsoft Quickbasic untuk lebih memastikan sebaran A. tegalensis. Dalam analisis ini, nilai akhir χ2

hitung yang diperoleh dari uji Poisson dibandingkan dengan nilai χ2

tabel 0,05. Apabila nilai χ2hitung < χ2

tabel maka kesimpulannya adalah gagal menolak hipotesis bahwa sebaran hama ini mengikuti pola Poisson (acak). Sebaliknya, jika nilai χ2hitung > χ2

tabel maka terjadi penolakan terhadap hipotesis bahwa sebaran hama ini mengikuti pola Poisson (acak), sehingga dilakukan uji lanjutan dengan uji binomial negatif untuk lebih memastikan lagi bahwa pola sebaran hama ini bersifat mengelompok. Apabila diperoleh nilai χ2hitung < χ2

22

disimpulkan gagal menolak hipotesis bahwa sebaran hama ini mengelompok. Sebaliknya, jika nilai χ2hitung > χ2

tabel maka terjadi penolakan terhadap hipotesis binomial negatif bahwa sebaran hama ini mengelompok.

3.5.2 Pendugaan Intensitas Serangan

Data hasil pengamatan dihitung intensitas serangannya. Adapun rumus yang digunakan untuk menghitung persentase intensitas serangan adalah :

I = x 100% Keterangan :

I = Intensitas serangan (%) n = Jumlah batang yang terserang N = Jumlah batang yang diamati

Selanjutnya data dianalisis dengan menggunakan sidik ragam (ANOVA) dan dilanjutkan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) dengan taraf nyata 5% dengan menggunakan perangkat pengolah data Statistik 8.

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa : 1. Karakteristik tebu tidak berpengaruh terhadap pola sebaran A. tegalensis antar

ruas pada tanaman. Pola sebaran A. tegalensis pada varietas GMP 3, GP 11,

dan RGM 00-869 adalah mengelompok.

2. Karakteristik tebu berpengaruh terhadap pola sebaran A. tegalensis antar

tanaman. Pola sebaran A. tegalensis pada varietas GMP 3 dan GP 11 adalah

mengelompok, sedangkan pada varietas RGM 00-869 ada diantara acak dan mengelompok.

3. Ketahanan varietas tebu berpengaruh terhadap intensitas seranganA.

tegalensis.

5.2 Saran

Saran yang dapat diberikan setelah penelitian ini adalah perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan perbedaan karakteristik tanaman yang lebih kompleks, umur tanaman dan musim yang berbeda, serta satuan terok yang lebih besar.

PUSTAKA ACUAN

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Barat. 2014. Informasi Komoditas Tebu. http://disbun.jabarprov.go.id/index.php/subMenu/666. Diakses pada tanggal 11 Mei 2014.

Direktorat Jenderal Perkebunan. 2009. Komoditas Tanaman Tebu.

http://ditjenbun.deptan.go.id/budtansim/images/pdf/tebu.pdf. Diakses pada tanggal 22 Juni 2013.

Direktorat Jenderal Perkebunan. 2013a. Perkembangan Produksi Komoditi Perkebunan 2008-2013.http://ditjenbun.pertanian.go.id/ tinymcpuk/ gambar/file/Produksi_Estimasi_2013.pdf. Diakses pada tanggal 27 April 2014.

Direktorat Jenderal Perkebunan. 2013b. Kebutuhan Gula Nasional Mencapai 5700 Juta Ton Tahun 2014. http://ditjenbun.pertanian.go.id/

setditjenbun /berita-172-dirjenbun--kebutuhan-gula-nasional-mencapai-5700-juta-ton-tahun-2014.html. Diakses pada tanggal 27 April 2014. Encyclopedia of Life. 2013. Aulacaspis tegalensis. http://eol.org/pages/836016/

names. Diakses pada tanggal 22 Mei 2014.

Ferliyansyah. 2006. Daya Mangsa Predator Chilocorus melanophthalmus

Muslant. Pada Berbagai Kepadatan Populasi Kutu Perisai Aulacapsis tegalensis. Skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung. 35 hlm.

Hasibuan, R. 2003. Pengendalian Hama Terpadu. Penerbit Universitas Lampung Cetakan Pertama. 103 hlm.

Hasibuan, R. 2004. Evaluasi Lapang Terhadap Dampak Aplikasi Insektisida Isoprocarb Pada Serangga Predator dan Hama Kutu Perisai Aulacaspis Tegalensis Zhnt. (Homoptera: Diaspididae) di Pertanaman Tebu. J.HPTTrop. 4(2):69-74.

Heinz, D.J. 1987. Sugarcane Improvement through Breeding. Elsevier Science Publishing Company Inc. New York. 604 hlm.

Indriani, Y.H dan E. Sumarsih. 1992. Pembudidayaan Tebu Di Lahan Sawah dan Tegalan. Jakarta: Penebar Swadaya. 112 hlm.

33

James, G. 2004. Sugarcane Second Edition. Blackwell Publishing Company. UK. 211 hlm.

Kalshoven, L.G.E. 1981. The Pest of Corps In Indonesia. Revised and Translated by P.A Van Der Laan. Ichtiar Baru-Van Hoeve. Jakarta. 701 hlm.

Ludwig, J.A. dan J.F. Reynold. 1988. Statistical Ecology: A Primer on Methods and Computing. John willey and Sons. San Diego. 337 hlm.

Miller, J.D., R.A. Gilbert., D.C. Odera. 2006. Sugarcane Botany: A Brief View. University of Florida. SS-AGR-234. http://edis.ifas.ufl.edu/sc034. Diakses pada tanggal 23 Mei 2014.

Misran, E. 2005. Industri Tebu Menuju Zero Waste Industry. Jurnal Teknologi Proses 4(2) Juli 2005: 6-10.

Odum, E.P. 1998. Dasar-Dasar Ekologi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. 697 hlm.

P3GI. 2008. Konsep Peningkatan Rendemen Untuk Mendukung Program Akselerasi Industri Gula Nasional. Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia. 26 hlm.

Pemberton, S.G and R.W. Frey. 1984. Quantitative Methods in Ichnology : Spatial Distribution Among Population. Lethaia 17: 33-49.

Pracaya. 2007. Hama Penyakit Tanaman Edisi Revisi. Penebar Swadaya. Yogyakarta. 428 hlm.

Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan. 2013. Penggerek Pucuk Tebu: Hama Penting Tanaman Tebu. http://perkebunan.litbang.deptan.go.id/. Diakses tanggal 10 Mei 2014.

R & D PT GMP. 2001. Kutu Perisai (Aulacaspis tegalensis Zehnt. :

Diaspididae). Publikasi Intern Research and Development PT Gunung Madu Plantations.

Sudarsono, H dan S. Pramono. 1998. Penggerek Batang Prionoxystes sp. (Lepidoptera: Cossidae) Pada Pertanaman Gmelina arborea L. Agihan dan Pengendaliannya Dengan Metarhizium anisopliae. Universitas Lampung. Bandar Lampung.Bulletin Hama dan Penyakit Tumbuhan

10(1): 13-18.

Sudiatso, S. 1982. Bertanam Tebu. Departemen Agronomi Fakultas Pertanian IPB. Bogor. 189 hlm.

34

Sunaryo dan R. Hasibuan. 2003. Perkembangan Kutu Perisai Aulacaspis tegalensis Zehnt. dan Pengaruh Tingkat Serangannya terhadap Penurunan Hasil Tanaman Tebu di PT Gunung Madu Plantations, Lampung Tengah. J.HPT Trop. 3(2); 1-5.

Suwarto dan Y. Octavianty. 2010. Budidaya 12 Tanaman Perkebunan Unggulan. Edisi Kesatu. Jakarta: Penebar Swadaya. 260 hlm.

Tarumingkeng, R.C. 1994. Dinamika Populasi: Kajian Ekologi Kuantitatif. Pustaka

Sinar Harapan dan Universitas Kristen Krida Wacana. Jakarta. 284 hlm. The Columbia Encyclopedia. 2013. Sugarcane. http://www.encyclopedia.com/

topic/sugarcane.aspx. Diakses pada tanggal 21 Mei 2014.

Tim Kutu Perisai. 2002. Pengendalian Kutu Perisai Aulacaspis tegalensis Zehnt. Di Gunung Madu Plantations Th 2002/2003. Lampung Sugar Training Centre. PT Gunung Madu Plantations. Lampung Tengah.

Tim Penulis PTPN XI. 2010. Panduan Teknik Budidaya Tebu. PT Perkebunan Nusantara XI. Surabaya. 204 hlm.

Untung, K. 2006. Pengantar Pengelolaan Hama Terpadu. Edisi Kedua.Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. 348 hlm.

Laba, I.W., A. Rauf., U. Kartosuwondo., M. Soehardian. 2008. Fenologi Pembungaan dan Kelimpahan Populasi Kepik Diconocoris hewetti (Dist.)(Hemiptera: Tingidiae) Pada Pertanaman Lada.Jurnal Littri

14(2): 43-53.

Williams, J.R. 1970. Studies on The Biology, Ecology and Econonomic

Importance of The Sugarcane Scale Insect Aulacaspis tegalensis (Zhnt)

(Diaspididae) in Mauritius. MSIRA, Reduit, Mauritius. Bull. Ent. Res.

Dokumen terkait