• Tidak ada hasil yang ditemukan

TEMPAT YANG TENANG

Dalam dokumen publikasi e-rh (Halaman 130-134)

(Mzm. 23:2)

Kantor kami adalah tempat yang sibuk. Segalanya terkadang seolah seperti bergerak dengan tingkat kecepatan yang berbahaya. Kesibukan ini meliputi rapat, pertemuan-pertemuan di koridor, dan munculnya setumpuk e-mail.

Di tengah kesibukan yang tinggi ini, saya kadang kala merasa perlu untuk lari dari semua itu untuk mengurangi tekanan. Tanggapan saya? Mencari sebuah tempat yang sunyi. Ketika saya tidak mempunyai janji pertemuan saat makan siang, saya pergi untuk menyepi di mobil saya. Saya mengambil makan siang dan duduk di mobil. Di situ saya dapat membaca, mendengarkan musik, berpikir, berdoa -- dan merasa segar kembali.

Saya rasa inilah esensi dari apa yang ditunjukkan pemazmur dalam Mazmur 23:2. Ia melihat Gembala yang Baik membawanya ke "air yang tenang", yakni air tempat ia dapat beristirahat. Itu menggambarkan sebuah tempat yang tenang, suatu bentuk pengasingan diri dari berbagai

tekanan hidup, tempat Anda dapat beristirahat di hadirat Sang Gembala hati Anda dan dikuatkan untuk menyongsong apa yang ada di hadapan Anda. Yesus pun menyepi ke tempat yang sunyi untuk berdoa dan bersekutu dengan Bapa-Nya (Mrk. 1:35).

Kita semua membutuhkan istirahat dalam hidup, tidak hanya karena dinamika kehidupan yang tak tertahankan, tetapi karena kita tergantung pada sumber yang dimiliki Tuhan. Di tengah zaman yang bergerak cepat, penting bagi kita untuk menemukan sebuah tempat yang sunyi, "tempat untuk beristirahat, dekat di hati Allah". Di mana tempat istirahat Anda? -- WEC Ada tempat aman sentosa,

Dekat hati Tuhan,

Di mana dosa tak menyiksa, Dekat hati Tuhan. -- McAfee

APABILA MENDEKAT KEPADA ALLAH, PIKIRAN KITA DISEGARKAN DAN KEKUATAN KITA DIPERBARUI!

132

Jumat, 30 Maret 2007

Bacaan : Efesus 5:6-17

Setahun : Hakim 9-10; Lukas 5:17-39

Nats : Setelah orang banyak itu disuruh-Nya pulang, Yesus naik ke atas bukit untuk berdoa seorang diri. Menjelang malam, Ia sendirian di situ (Mat. 14:23)

(30-3-2007)

MALAM

(Mat. 14:23)

Malam adalah salah satu waktu favorit saya. Itulah saatnya untuk mengingat kembali apa yang telah berlalu pada hari itu, melakukan berbagai pemeriksaan, dan merenungkan berbagai peristiwa hari itu -- entah peristiwa baik atau buruk. Apabila cuaca sedang baik, saya dan istri akan berjalan-jalan ke luar, atau kadang kala kami hanya membuat secerek kopi dan berbincang-bincang tentang hari yang kami lewati dan apa yang telah kami lakukan. Itulah saatnya untuk melakukan pertimbangan dan evaluasi dengan cermat, bersyukur, dan berdoa.

Tuhan kita juga melakukan hal serupa selama pelayanan-Nya di dunia. Di akhir hari yang melelahkan dan membutuhkan banyak perhatian-Nya, Dia naik ke atas gunung selama beberapa saat untuk berefleksi dan berdoa di hadapan Bapa-Nya (Mat. 14:23).

Nilai dari tindakan saat teduh di hadapan Bapa surgawi dan refleksi diri secara cermat terhadap bagaimana kita telah menjalankan kehidupan selama ini, memiliki signifikansi yang besar. Barangkali ini merupakan tujuan Rasul Paulus saat menantang kita untuk menggunakan waktu sebaik-baiknya (Ef. 5:16). Ia ingin memastikan bahwa kita akan memanfaatkan waktu yang diberikan Allah dengan sebaik-baiknya untuk hidup dan melayani.

Manakala hari akan berakhir, luangkan waktu sejenak untuk berefleksi diri. Di tengah

ketenangan malam, di hadapan Allah, kita dapat memperoleh cara pandang yang lebih akurat tentang kehidupan dan cara menjalaninya -- WEC

Aku datang dari dunia perselisihan, Dengan beban, cobaan, dan derita Ke tempat indah, tenang, dan aman

Bertemu Yesus muka dengan muka. -- Brandt

AKAN MUNCUL SEMAKIN BANYAK REFLEKSI DARI YESUS KETIKA KITA SEMAKIN BANYAK BEREFLEKSI TENTANG DIA

133

Sabtu, 31 Maret 2007

Bacaan : Galatia 6:7-10

Setahun : Hakim 11-12; Lukas 6:1-26

Nats : Apa yang ditabur orang, itu juga yang akan dituainya (Gal. 6:7)

(31-3-2007)

KE MANA SAYA BERTUMBUH?

(Gal. 6:7)

Sebagian orang menua dengan memiliki sifat menarik, sementara sebagian lainnya menua dengan memiliki sifat suka menggerutu dan pemarah. Kita perlu mengetahui ke mana kita bertumbuh karena kita semua akan tambah tua.

Seseorang tidak akan menjadi mudah tersinggung dan pemarah hanya karena bertambah tua. Penuaan tak seharusnya membuat kita menjadi suka mencela dan mudah marah. Tak begitu. Tampaknya kita menjadi pribadi seperti yang sudah kita bentuk selama ini.

Paulus menulis, "Siapa yang menabur dalam dagingnya, ia akan menuai kebinasaan ..., tetapi siapa yang menabur dalam Roh, ia akan menuai hidup yang kekal ..." (Gal. 6:8). Mereka yang membantu orang lain demi kepentingan diri sendiri dan hanya memikirkan diri sendiri, menabur benih yang akan menghasilkan tuaian berupa kesengsaraan dalam diri mereka dan orang lain. Sebaliknya, mereka yang mengasihi Allah dan memedulikan sesama, menabur benih yang kelak akan menghasilkan tuaian berupa sukacita.

C.S. Lewis berkata, "Setiap Anda membuat keputusan, sebenarnya Anda mengubah inti dari diri Anda, yaitu bagian diri Anda yang turut membuat keputusan, menjadi sesuatu yang agak berbeda dengan sebelumnya." Kita bisa menyerahkan kehendak kita kepada Allah setiap hari, sambil memohon kekuatan dari-Nya untuk hidup bagi Dia dan sesama. Ketika Dia bekerja di dalam diri kita, sifat-sifat yang menarik dan kebaikan akan tumbuh dalam diri kita.

Maka, kita perlu bertanya: Ke mana saya bertumbuh? -- DHR Yang lebih pasti dari panen musiman

Adalah panen pikiran dan perbuatan; Seperti benih yang ditabur tangan,

Itulah tuaian yang kita kumpulkan. -- Harris

BENIH YANG KITA TABUR HARI INI

134

Minggu, 1 April 2007

Bacaan : Matius 21:1-11

Setahun : Hakim 13-15; Lukas 6:27-49

Nats : Ia ada terlebih dahulu dari segala sesuatu dan segala sesuatu menyatu di dalam Dia ... sehingga Dialah yang lebih utama dalam segala sesuatu (Kolose 1:17,18)

(1-4-2007)

Dalam dokumen publikasi e-rh (Halaman 130-134)

Dokumen terkait