• Tidak ada hasil yang ditemukan

TEMUAN DAN PEMBAHASAN 1.Sikap Publik Pada Bencana

Dalam dokumen THIS PAGE INTENTIONALLY LEFT BLANK (Halaman 21-41)

a. Pengetahuan Tentang Bencana

Berkaitan dengan Jenis Bencana Yang Ada Di Sekitar Lingkungan Tinjomoyo Hampir semua anak – anak SD N Tinjomoyo kelas 6 dan 5 mengatakan bahwa jenis bencana yang ada adalah tanah longsor, adapula yang mengatakan bencana yang terjadi adalah banjir. Karena daerah lingkungan mereka tinggal merupakan daerah rawan bencana.

85

Praktik Public Relations di Era Disruptif

Sebanyak 67% orang siswa mengatakan bahwa jenis bencana di daerah Tinjomoyo adalah tanah Longsor. Sedangkan 33% siswa lainya mengatakan banjir. Fakta ini menunjukkan tingkat pengetahuan yang baik siswa di Tinjomoyo tentang potensi ben-cana besar yang ada di sekitar lingkungan mereka. Secara Topo-grafi wilayah Tinjomoyo Semarang adalah daerah daerah per-bukitan, sebagai wilayah yang dulunya bekas kebun binatang ini sangat rawan dengan bahaya tanah longsor. Kegemaran anak anak bermain di sekitar tanah yang curam mengakibatkan mereka terancam terpeleset dan kemudian jatuh ke jurang.

b. Tanda – Tanda Bencana Yang Diketahui

Bencana alam yang sebagian besar mereka ketahui adalah bahaya tanah longsor dan banjir. Kondisi tanah yang pereng-pereng rentan menjadi bencana mengancam masyarakat Tinjo-moyo Kota Semarang, masarakat yang tinggal di Wilayah ter-sebut sebaiknya memiliki pengetahuan yang baik tentang tanda-tanda bencana sehingga dapat mengantisipasi melakukan penye-lamatan. Sebanyak 59% atau separuh lebih orang siswa menga-takan bahwa tanda bencana di daerah Tinjomoyo adalah tanah hujan deras, 14% orang siswa mengatakan tanah bergetar, se-dangkan 27% siswa lainya mengatakan suara banjir di sungai. Temuan penelitan tersebut diatas menunjukkan tingkat penge-tahuan yang cukup baik berkaitan dengan tand tanda bencana. Hal tersebut relevan dengan realitas lingkungan pemukiman Tinjomoyo yang memang banyak aliran sungai dan wilayahnya berada dalam kaegori kondisi tanah yang tidak stabil atau

ter-86 PR NOW

kadang bergerak sendiri ada atau tanpa adanya hujan yang datang. Setengah lebih dari mereka dengan fasih mengatakan sudah biasa kalau hujan deras muncul berarti harus waspada terhadap datangnya bencana.

c. Faktor Penyebab Bencana

Sebanyak 52% orang siswa mengatakan bahwa Faktor penyebab bencana di daerah Tinjomoyo adalah tanah pene-bangan pohon secara liar, 21% orang siswa mengatakan Tanah bergoyang, 17% siswa mengatakan hujan terus menerus, sedang-kan 10% orang mengatasedang-kan Membuang sampah sembarangan. Temuan penelitian yang menarik terungkap bahwa anak anak tersebut mengetahui kalau yang menyebabkan daerah mereka sering banjir dan tanah longsor adalah ulah dari para orang tua yang tinggal di daerah tersebut karena sering melakukan pene-bangan pohon, ketika ditanya alasan menebang sebagian besar kayu tersebut ada yang di jual dan ada juga yang digunakan untuk bahan bakar memasak.

d. Keyakinan Keyamanan Tempat Tinggal

Keyakinan Nilai Kultural berkaitan dengan kenapa mereka semua menyenangi dan bertahan tinggal di daerah yang mem-punyai potensi bencana yang besar. Sebanyak 53,30% orang siswa mengatakan tidak setuju jika tetap tinggal meski bencana terjadi di daerah Tinjomoyo, mereka mengatakan daerah tempat tinggal mereka terpencil jauh dari keramaian kemana mana susah, selain itu jalannya naik turun dan seringkali logsor, mereka tidak mempunyai pilihan yang lain selain bertahan dan mengikti

kepu-87

Praktik Public Relations di Era Disruptif

tusan dari orang tua untuk bermukim di daerah tersebut. Sedang-kan responden yang lainnya pun tidak menunjukSedang-kan pendapat yang positif, alasannya hampir sama mengikuti kemauan atau kehendak oarng tua. Hanya 1 siswa atau 3,30% mengatakan sangat setuju dengan alasannya lokasi rumah tidak panas.

e. Bencana Takdir Tuhan

Sebanyak 40% atau hampir sebagaian besar menyatakan bahwa banjir tanah longsor dan kekeringan adalah bagian dari rencana tuhan (takdir). Pendapat ini berkaitan dengan nilai yang mereka yakini, meskipun hidup dalam keterbatasan mayoritas masyarakat daerah tersebut mempunyai kehidupan spiritual yang baik. Anak anak selain sekolah pada sekolah informal, orang tua mengajarkan mereka untuk mendalami ilmu agama dengan baik melalui mengaji di sore hari serta mendengarkan tausiyah

88 PR NOW

yang diajarkan oleh ustads mereka. Melalui pengajian tersebut akhlak dan pemikiran tersebut terbentuk dimana rumah tempat tinggal adalah nikmat yang selalu harus di syukuri dengan baik.

f. Bencana yang Terjadi Kategori Aman

Sebanyak 36,6% mengatakan dengan tegas bahwa bencana yang ada disekitar tempat tinggal mereka kategorinya memba-hayakan, banyak korban yang mereka sering lihat mulai dari anak yang terhanyut terbawa banjir rumah yang hancur karena tertim-bun tanah longsor, serta terpeleset ketika bermain di jalanan yang terjal dan curam. Hal tersebut menjadikan mereka trauma, namun mereka tidak mempunyai pilihan, selain menjalaninya dengan baik dan kemudian akan menjadi kebiasaan.

g. Bencana adalah Teman

Mayoritas tidak ada yang pernah menganggap bahwa

ben-89

Praktik Public Relations di Era Disruptif

cana adalah teman, sebanyak 73,3% mengatakan bencana itu bahaya harus di hilangkan dan kalau bisa dihindari. Mereka mengatakan sedih kalau pas ada teman yang terkena musibah karena bencana terutama teman teman sepermainan. Meskipun hanya terluka kecil atau terkilir saat bermain membuat mereka berpikir bahwa tempat mereka adalah lokasi yang tidak aman dan mengancam diri mereka.

h. Bencana Sudah Bisa Diprediksi

Separuh lebih anak anak yang menjadi responden mem-punyai sikap yang sangat positif meskipun sebelumnya menga-takan bahwa bencana adalah takdir. Meski demikian sbanyak 56,6% mempunyai pandangan yang moderat berkaitan denan moderat. Nilai yang mereka pahami adalah bencana meskipun takdir tidak lantas membuta mereka tidak melakukan tindakan apapun, bencana itu bisa diperkirakan datang dan musimnya sehingga ketika musim tidak bermain di pinggir sungai dan men-jauhi daerah yang dekat dengan tebing-tebing atau jurang-jurang

i. Menyelamatkan Harta Saat Bencana

Temuan penelitian yang menarik terlihat dari indikator me-nyelamatkan harta benda saat terjadi bencana, sebanyak 53,30% responden mengatakan masih mempunyai keinginan yang kuat untuk menyelamatkan harta benda yang mereka miliki sepeda untuk bermain harus dijaga dengan baik dan di bawa

kemana-90 PR NOW

mana saat terjadi bencana alam. Keputusan tersebut di dasarkan pada pertimbangan logika benda berharga yang mereka miliki untuk sarana bermain hanyalah sepeda.

j. Sikap Tentang Bencana

a. Himbauan Pemerintah Yang Diketahui Tentang Bencana

Sebanyak 60% orang siswa mengatakan bahwa mereka tidak mengetahui himbauan pemerintah tentang bencana di daerah Tinjomoyo, fakta tersebut diatas menggambarkan minimnya inisitif yang dilakukan oleh aparat setempat untuk memberikan info dan peringatan bahwa daerah mereka ber-potensi bencana. Bahkan di sekolah pun guru jarang sekali membicarakan tentang ancaman bencana di sekitar tempat tinggal mereka. Saat ditanya apakah mereka diingatkan oleh

91

Praktik Public Relations di Era Disruptif

aparat desa (Lurah atau camat) sebagian besar menjawab tidak ada yang pernah peduli mengingatkan sama sekali atau mengajari mereka untuk bermain di tempat yang aman.

b. Resiko Bila Tidak Menyelamatkan Diri Ketika Terjadi Bencana

Mayoritas menjawab meninggal, sebanyak 73% menga-takan sering melihat kejadian tetatngganya hanyut terbawa banjir atau rumah tetatngga roboh tertimbun tanah dan mendapatkan penghuninya menjadi korban meninggal dunia. Gambaran tersebutlah yang kemudian menjadikan rujukan bahwa bencana ancaman terbesarnya adalah kema-tian atau meninggal dunia.

c. Cara Menyelamatkan Diri Bila Terjadi Bencana

92 PR NOW

Sebanyak 53% mengatakan lari adalah upaya yang pa-ling aman untuk menyelematkan diri agar terhindar dari ben-cana. Ketika ditanya seberapa kuatkan mampu berlari me-reka menjawab paling sekitar 100 meter, alasannya karena jalanan yang ada di tempat tinggal mereka menanjak jadi tidak terlalu kuat biar terlalu jauh.

d. Tindakan Yang Dilakukan Saat Mendengar Sirine Tanda Bahaya Bencana

Bentuk peringatan yang paling sering diberikan saat terjadi bencana adalah peringatan dalam bentuk membu-nyikan sirine. Al ini dilakukan bila bahaya kategorinya berat dan membutuhkan kewaspadaan yang tinggi bagi yang ting-gal di sekitar daerah yang rawan. Namun sayangnya suara sirine tidak menjangkau ke smua wilayah desa.

Sebanyak 4 orang siswa mengatakan bahwa mereka akan berlari jika mendengar sirine tanda bahaya bencana di daerah Tinjomoyo, 55% orang siswa mengatakan tidak tahu, sedangkan 34% siswa lainnya mengatakan menyelamatkan diri dengan berlari, dan 13% ikut keluarga atau orang tua.

93

Praktik Public Relations di Era Disruptif

e. Yang Dilakukan Bila Pemerintah Mengadakan Pelatihan Mitigasi Bencana

Sebanyak 6 orang siswa mengatakan bahwa mereka mendukung bila pemerintah mengadakan pelatihan mitigasi bencana di daerah Tinjomoyo, 24 orang siswa mengatakan mendukung.

Bedasarkan hasil riset ditemukan fakta bahwa bencana alam yang pernah dialami oleh siswa SDN 02 Tinjomoyo RW 8 merupakan bencana alam rutin yang terjadi tiap. Selain itu terdapat banyak sekali tempat yang menjadi genangan air karena kurang tertatanya saluran drainase yang dari hal itu dapat menyebabkan terjadinya bencana tanah longsor Maka dari itu perlunya meningkatkan kepedulian terhadap penyebab bencana alam dengan kegiatan EFT “Education

for Tinjomoyo”.

Secara spesifik tujuan dituangkan dalam objektif Meningkatkan tingkat pengetahuan tentang bencana dari 10% menjadi 40%. Meng-ubah kebiasaan tidak peduli kepada lingkungan (membuang sampah sembarangan, merusak tanaman, tidak peduli dengan sampah, main di daerah lawan longsor) menjadi peduli akan lingkungan. Tujuan tersebut di dasarkan pada pertimbangan dari tenaga pelaksana dan juga waktu yang akan diperlukan untuk melaksanakan kegiatan kam-panye. hal tersebut akan menentukan apakah kegiatan tersebut reliabel

94 PR NOW

untuk dilaksanakan atau tidak.

Kampanye untuk meningkatkan perilaku sadar akan bencana alam dikemas dalam Green Campaign dengan pesan utama “Cepat Tanggap dan bijak”. Dengan tema Green Campaign ini, tujuannya ada-lah mengusung semangat anak muda penerus bangsa harus bersama-sama berkontribusi dalam upaya menyelamatkan bumi. kampanye ini menggugah kesadaran bahwa Sebagai anak muda baik laki-laki dan perempuan harus mengembangkan imajinasi dan kreatifitas untuk agar mempunyai kekuatan untuk bertahan di situasi bencana yang serba minim.

Strategi yang dilakukan dalam kampanye PR menggunakan Ben-tuk event yang dipakai dalam kampanye adalah dengan menggunakan yang menekankan pada taktik berbasis pendekatan Interpersonal

com-munication yang dieksekusi dalam bentuk Special Event yaitu sosialisasi

lewat video dan game education untuk anak anak. Pendekatan yang ditujukan untuk membangun kesadaran dan komitmen yang kuat untuk perubahan sikap ini diorientasikan dapat bekerja dengan baik serta mencapaii hasil yang efektif.

Pendekatan kegiatan public relations ini mengacu pada model two-way symmetric yang menekankan pada upaya untuk mencapai tujuan public relations yang menguntungkan kedua belah pihak, yang menekankan pada komunikasi dua arah antara organisasi dengan pub-liknya. Meurut Fawkes, Grunig & Hunt, Horisson, dan Wehmeier (dikutip di Kriyantono, 2014: 96) mengatakan bahwa model two-way

symmetric ini merupakan model yang paling ideal, karena

menguta-makan komunikasi secara penuh dengan publiknya serta fokus pada upaya membangun hubungan dan pemahaman bersama, bukan upaya untuk memersuasi publik dengan berbagai cara. Dengan kata lain, model ini sangat memerhatikan feedback dari publiknya dan meng-anggap publiknya lebih dari sekadar publik. Pendekatan ini memberi peluang agar target sasaran dalam hal ini anak anak akan mampu berkomunikasi dan berkonsultasi dengan baik, menyampaikan per-masalahan yang di hadapi, berlatih menyelesaikan persoalan serta memiliki daya ingat akan penyelesaian masalah karena anak anak berlatih langsung.

Secara garis besar, model-model diatas merupakan gambaran

95

Praktik Public Relations di Era Disruptif

praktisi public relations berkomunikasi dengan publiknya. Dimana hal ini terletak pada kegiatan Kampaye PR yang dilakukan oleh para humas-humas dimana kampaye ini sendiri memberikan hubungan timbal balik yang menguntungkan atau win win solution. kegiatan yang dilakukan dalam bentuk Sosialisasi dimaksudkan agar terjalin komunikasi dua arah yang intensif terkaait bagaimana proses ter-jadinya tanah longsor itu sendiri, dampak yang diakibatkan serta upaya penanggulangannya. hal tersebut menjawab kebutuhan atas hasil gap

identification setelah dianalisis dari hasil riset. responden memang

memi-liki pengetahuan yang baik berkaitan dengan bencana alam, namun mereka tidak banyak yang mengetahui bagaimana cara melakukan penyelamatan diri dan bagaimana secara aktif preventif melakukan penanggulangan dan pencegahan korban bencana alam.

Upaya preventif adalah bagian dari strategi mengingat sebagian besar adalah target audiens anak anak yang mana mengubah sikap anak anak akan jauh lebih mudah dibandingkan dengan mengubah kelompok target audiens orang dewasa. Upaya tersebut dilakukan dengan menanamkan sejak dini akan bahaya, pengetahuan yang lebih mendalam tentang jenis dan karakteristik bencana, serta bagaimana mengurangi resiko dampak bencana alam dan juga membantu mengatasi bencana terutama kepada mereka yang rentan

Selain melalui ceramah yang disampaikan dalam bentuk paparan materi, kegiatan kampanye juga menggunakan pendekatan permainan yang diperuntukkan untuk sebagian besar anak-anak. Pertimbangan-nya sederhana bahwa anak anak adalah pribadi yang cepet jenuh bila hanya di berikan materi dalam bentuk paparan di kelas, secara psi-kografi mereka adalah pribadi yang aktif yang menyenangi bermain bersama dengan banyak teman. Melalui bermain mereka tidak akan cepat bosan, disana pesan akan mudah di transmisikan ke target audiens dengan lebih baik.

Games juga mengajarkan kepada anak tentang kekompakkan dan toleransi yang baik, melalui kasus masing-masing diminta untuk secara kreatif menyelesaikan permasalahan, setiap peserta di haruskan berkontribusi terhadap penyelesaian masalah secara lebih tepat, cepat dan efektif. pemilihan pendekatan dengan menggunakan model event dapat secara efektif membantu pencapaian tujuan dengan efektif,

96 PR NOW

event dipergunakan untuk menyampaikan informasi lebih cepat, mendorong audiens untuk datang dan berpartisipasi aktif mengikuti setiap kegiatan yang di dalamnya ada muatan informasi mitigasi bencana. Selain itu melalui event di dorong agar keyakinan yang keliru bisa diluruskan dan juga bisa diarahkan kepada keyakinan yang lebih positif dan lebih baik. Bentuk kegiatan kampanye public rela-tions yang dilakukan oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Semarang dalam upaya untuk mencegah bencana di Tinjomoyo Kota Semarang adalah sebagai berikut

a. Game Edukasi Bencana

Game ini adalah cara BPBD Kota Semarang melakukan edukasi mitigasi bencana kepada anak anak yang tinggal di wi-layah yang rawan bencana seperti Tinjomoyo. kegiatan ini ditu-jukan untuk melatih kreatifitas dan kesigapan saat menghadapi bencana yang datang. para peserta di berikan dua tongkat dan satu buah sarung. peserta di bagi menjadi beberapa kelompok yang terdiri dari 1-5 anggota. satu kelompok terpilih menjadi korban yang terkena dampak bencana, sedangkan kelompok lainnya bertugas sebagai tim yang akan membantu menyelamat-kan korban bencana. setiap peserta diminta untuk merangkai sarung dengan menggunakan tongkat tersebut menjadi tandu yang akan digunakan untuk mengangkut korban bencana alam. Merangkai tandu tersebut harus dilakukan secara cepat dan kuat. Kekuatan tersebut harus dapat mengangkut orang dengan kontur lahan. Nilai lain yang diharapkan dipahami oleh masing

Gb. 1 Anak SD Tinjomoyo Melakukan Games edukasi untuk siswa kelas 5 dan 6 SD Negeri Tinjomoyo 2

97

Praktik Public Relations di Era Disruptif

b. Penanaman Pohon Secara Benar

Tanah longsor dapat diantisipasi dengan melakukan pena-naman pohon atau kegiatan penghijauan di area Tinjomoyo Se-marang. Banyak pohon di tebang sebagian dipergunakan untuk kepentingan bahan bakar kayu dan sebagian digunakan untuk komoditas yang diperjual belikan.

Gambar 2 : Games dan penanaman pohon bersama siswa kelas 5 dan 6 SD Negeri Tinjomoyo 2 Semarang

Menanam pohon tentunya sudah biasa dilakukan oleh ba-nyak orang, termasuk anak anak. Menanam pohon secara baik akan membuat pohon mampu tumbuh dan berkembang dengan cepat dan dapat melindungi kontur tanah dan mencegah longsor. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Sema-rang memiliki cara edukatif yang unik untuk menumbuhkan kesukaan menanam pohon dikalangan anak-anak. Tujuan kegiat-an ini adalah membuat kegiat-anak kegiat-anak suka menkegiat-anam pohon, jika diperkenalkan sejak dini maka anak anak akan terbiasa mencintai dan menyayangi lingkungan. Melakukan edukasi tidak hanya bisa dilakukan melalui kegiatan ceramah. Kegiatan sengaja di buat dalam bentuk simulasi dan workshop agar pesan menanam pohon relatif mudah diingat oleh anak anak. Kegiatan yang dikemas dalam bentuk permainan ini supaya anak anak menikmati kegiatan penyuluhan sambil bermain.

98 PR NOW

Diagram 1 Model Public Relations Untuk Kampanye Educaion For Tinjomoyo (EFT) Oleh BPPD Kota Semarang

Taktik Public Relations dilakukan dalam bentuk kampanye event dengan tema “Education For Tinjomoyo”. Bedasarkan hasil riset ditemukan fakta bahwa bencana alam yang pernah dialami oleh siswa SDN 02 Tinjomoyo RW 8 merupakan bencana alam yang terjadi beberapa tahun yang lalu dan semuanya mengaku hampir pernah mengalami hal tersebut meskipun tidak semuanya menjadi korban.

Dengan adanya kondisi seperti ini, taktik lainnya yang digunakan sebagai bagian mensukseskan pilihan strategi berupa penyuluhan dan games penanaman pohon bersama siswa-siswi SDN 02 Tinjomoyo.

99

Praktik Public Relations di Era Disruptif

Dengan tujuan untuk meningkatkan pengetahuan para siswa-siswi tentang kebencanaan dan bagaimana cara menyelamatkan diri ketika terjadi bencana serta manfaat penanaman pohon resapan di daerah yang memiliki resiko longsor cukup besar seperti di Tinjomoyo. Sehingga para siswa-siswi lebih bisa menghargai alam dan lingkungan disekitar mereka.

Tanah longsor merupakan peristiwa geologi yang terjadi karena pergerakan massa batuan atau tanah. Tanah longsor dapat pula diar-tikan dengan peristiwa perpindahan material dari tempat yang tinggi ke tempat yang rendah. Material ini merupakan material pembentuk lereng seperti batuan dan tanah. Peristiwa tanah longsor ini terjadi dengan berbagai tipe dan sejenisnya, misalnya jatuhnya gumpalan tanah, gempa bumi, gunung meletus, getaran, curah hujan yang tinggi, tumpukan sampah, hutan gundul, dan lereng yang curam. Bencana alam merupakan peristiwa yang merugikan. Dikatakan sebagai peris-tiwa yang merugikan karena menimbulkan banyak sekali dampak negatif. Hal inilah yang membuat bencana alam sebagai momentum yang menyedihkan. Kejadian bencana alam adalah peristiwa yang tidak terelakan karena semua berkaitan dengan faktor alam, bencana alam yang terjadi berulang kali harus menyadarkan masayarak untuk lebih berperilaku positif sebagai bagian dari mitigasi bencana.

Bencana menimbulkan korban jiwa, infrastruktur rusak, timbul-nya berbagai petimbul-nyakit, hilangtimbul-nya sumber pencaharian. upaya pence-gahan longsor yaitu tidak membuat sawah di lereng, tidak mendirikan bangunan tebing , tidak menebang pohon di lereng , tidak memotong tebing secara tegak lurus, tidak mendirikan bangunan di sekitar sungai, melakukan upaya preventif, membuat terasering, melakukan, mela-kukan penyuluhan kepada masyarakat. Pada saat terjadinya longsor langsung mencari tempat yang aman atau menjauhi tempat dari tebing, berhati hatilah waspada saat adanya hujan deras dan suara gemurung tanah.

Menurut Rogers dan Storey dalam Venus (2007) pengertian kam-panye adalah rangkaian tindakan komunikasi yang terencana dengan tujuan menciptakan efek tertentu pada sejumlah besar khalayak yang dilakukan secara berkelanjutan pada kurun waktu tertentu. Kegiatan tersebut bila dimaknai adalah kegiatan kampanye dimana secara

100 PR NOW

intensif Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) secara terus menerus merancang dan melakukan tindakan komunikasi untuk mengubah sikap khalayak tertentu. sikap yang dituju adalah penge-tahuan, keyakinan dan perilaku yang positif berkaitan dengan bencana alam. Data riset menunjukkan terdapat sikap negatif dengan kam-panye, dimana sikap tersebut sangat berpengaruh terhadap potensi dampak bencana, ada beberapa orang yang masih meyakini bahwa bencana adalah takdir yang tidak terelakan semua harus dijalani dengan sabar. Hal inilah yang harus diluruskan sehingga masyarakat terutama anak-anak akan lebih sadar dengan bahaya bencana.

Sedangkan Menurut Pfau dan Parrot dalam Venus (2007) pe-ngertian kampanye adalah suatu proses yang dirancang secara sadar, bertahap dan berkelanjutan yang dilaksanakan pada rentang waktu tertentu dengan tujuan mempengaruhi khalayak sasaran yang telah ditetapkan. Perancangan kegiatan tersebut dilakukan melalui blueprint dalam Rencana Bisnis Anggaran (RBA) yang dibuat oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Semarang dalam

Dalam dokumen THIS PAGE INTENTIONALLY LEFT BLANK (Halaman 21-41)

Dokumen terkait