• Tidak ada hasil yang ditemukan

THIS PAGE INTENTIONALLY LEFT BLANK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "THIS PAGE INTENTIONALLY LEFT BLANK"

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

THIS PAGE

(3)
(4)

PR NOW:

Praktik Public Relations di Era Disruptif

Editor:

Yani Tri Wijayanti Penulis:

Primada Qurrota Ayun, Nur Anisah, Maya Agustia, Nadia Muharman, Rismawaty, Indria Hady Putri, Suranto AW, Chatia Hastasari, Rahmat Hidayat Asri, Sangra Juliano Prakasa, Oki Ahmad Ismail, Agus Naryoso, Sri Widowati Herieningsih, Muhammad Bayu Widagdo, Siska Armawati Sufa, Didik Sugeng Widiarto, Asmara Indahingwati, I Gusti Agung Alit Suryawati, Dody Triguno, Mutia Dewi, Sri Rejeki, Gusmia Arianti, Suci Rahmah Yusrafitri, Puji Hariyanti, Rahmat Saleh, Deni Yanuar, Nuriyatul Lailiyah, Wahid Abdulrahman, Arina Habaidillah, Desayu Eka Surya, Dhimas Alfianto, Rahma Santhi Zinaida, Ruzqiyah Ulfa, Rachmalia Devinda Hardika, Narayana Mahendra Prastya, Nadia Wasta Utami, Brahma Putra Pratama, Tono Purwantoro

Desain Sampul dan Tata Letak: Alip Yog Kunandar

Hak cipta dilindungi undang-undang

Dilarang memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk apapun dan dengan cara apapun, termasuk fotokopi, tanpa izin tertulis dari penerbit.

Diterbitkan oleh:

IPRC dan Penerbit Galuh Patria bekerjasama dengan

ASPIKOM DIY-Jateng dan PERHUMAS Yogyakarta Cetakan Pertama: Desember 2018

ISBN: 978-602-51985-5-7

(5)

PENGANTAR EDITOR

Puji syukur kehadirat Tuhan YME atas limpahan rahmat, berkah dan karunia-Nya buku dengan judul “PR NOW: Praktik Public

Rela-tions di Era Disruptif ” dapat diterbitkan. Buku ini merupakan

kum-pulan dari hasil penelitian dan kajian teori yang terdiri 20 (dua puluh) artikel yang ditulis oleh dosen, mahasiswa serta para anggota organi-sasi profesi yang mencermati mengenai fenomena, problematika, perkembangan kajian public relations di era disruptif.

Buku ini merupakan kumpulan tulisan dari Call for Paper kegiatan

Indonesia Public Relations Conference (IPRC), yang

terseleng-gara atas kerja sama Perhumas BPC Yogyakarta bekerjasama dengan ASPIKOM Korwil DIY-Jawa Tengah yang bertema “Era Disruptif dan Penguatan Kapasitas Daya Saing Serta Isu Etika Bagi Profesional

Public Relations”. Taun 2018 dianggap sebagai tahun dimana terjadi

kecemasan karena adanya tantangan baru yang kemudian hal ini dise-but sebagai disrupsi. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, disrupsi diartikan hal tercabut dari akarnya, maka dalam kehidupan sehari-dari dapat diartikan terjadi perubahan yang fundamental atau men-dasar, termasuk di dalamnya adalaha danya evolusi teknologi. Digi-talisasi merupakan dampak dari evolusi ini, terutama dalam perkem-bangan informasi yang berdampak besar pada kehidupan manusia. Demikian juga dalam bidang public relations menghadapi tan-tangan dengan adanya perkembangan teknologi dan informasi,

pub-lic relations atau humas harus menguasai teknologi dan dapat ikut

v

(6)

menyebarkan citra positif melalui berbagai teknologi yang ada. De-ngan menggunakan teknologi deDe-ngan baik dan benar, maka public

relations atau humas ikut berperan serta dalam melawan berita-berita hoax dan juga fake news yang sekarang dapat tersebar luas dengan

mudah. Perkembangan teknologi ini diikuti oleh perkembangan zaman, dimana sekarang sudah masuk di era 4.0, public relations harus lebih update informasi dan kita dihadapkan oleh big data. Public

rela-tions tidak lagi beraktivitas dalam hitungan jam, tetapi sudah dalam

hitungan menit, maka public relations harus lebih aktif dalam peng-gunaan teknologi. Banyak alat atau tools yang dapat dipergunakan di era 4.0, baik untuk publikasi informasi terkait perusahaan atau organi-sasi, monitoring media, melakukan penelitiansejauhmana pesan ter-sampaikan pada khalayak. Oleh karenanya supaya penyampaikan pesan lebih efektif dan efisien, public relations mesti beradaptasi dengan kemajuan teknologi, melakukan inovasi untuk penyampaian pesan.

Buku ini merupakan kumpulan hasil riset dan kajian teori akade-misi praktisi dan mahasiswa mengenai kajian Public Relations Strategis. Ada dua puluh artikel dengan kajian yang berbeda-beda. Diantaranya kajian khusus humas pemerintahan dan kepolisian, ditulis oleh Agus

Naryoso dan Muhammad Bayu Widagdo dengan judul “Gagasan

Program Publc Relations untu Profesionalisme POLRI level POL-RES”, Nur Anisah, Maya Agustina dan Nadia Muharman me-nulis dengan judul “Strategi Komunikasi Humas POLDA Aceh untuk Pembentukan Citra Positif Polisi di Mata Masyarakat”. Rahmat

Saleh dan Deni Yanuar dengan judul “Polisi Meu Pep-pep : Terobosan

Model Sosialisasi Keselamatan Lalu Lintas dalam Menciptakan Citra Positif Kepolisian Aceh”. Sangra Juliano Prakasa dan Oki

Achmad Ismail dengan judul “Hubungan antara Kompetensi Humas

Pemerintahan Provinsi Jawa Barat dengan Standarisasi Pelayanan Kepada Masyarakat”. Berikutnya artikel dengan judul “Strategi Humas Pemerintah Kota Semarang melalui Program LAPOR Hendi! Dalam Meningkatkan Partisipasi Aspirasi Politik” yang ditulis oleh

Primanda Qurrota Ayun. Suranto, Chatia Hastasari serta Rahmat Hidayat Asri yang menulis “Komunikasi Persuasif Humas

POLDA DIY di Era Disruptif ”.

Kajian di bidang pariwisata juga ditulis oleh beberapa penulis,

(7)

yaitu “Event Public Relations sebagai Alat promosi Desa Wisata di Jawa Tengah” ditulis oleh Sri Widowati Herieningsih. “Pariwisata Halal Korea Selatan dalam Meningkatkan Daya Saing di Era Dis-ruptif ” yang ditulis oleh Sri Rejeki dan Gusmia Arianti. Sedangkan

Dody Triguno dan Mutia Dewi menuliskan “Strategi Komunikasi

Pemasaran Pariwisata Yayasan Keraton Kasepuhan dan Yayasan Fes-tival Islam International Cirebon dalam Mendukung Wisata Halal Cirebon”.

Serta beberapa kajian strategi mengenai peran dan fungsi humas ditulis oleh beberapa penulis yaitu “Manajemen Kampanye Penang-gulangan Kabut Asap Dinas Kesehatan Provinsi Riau Bersama Miss Teen Indonesia 2015” yang ditulis oleh Suci Rahmah Yusrafitri dan Puji Hariyanti. “Strategi Kampanye Public Relations di Dalam Perspektif Disaster Ideology Oriented Campaign” yang ditulis oleh Agus

Naryoso, Sri Widowati Herieningsih serta Muhammad Bayu Widagdo. Selanjutnya Nuriyatul Lailiyah dan Wahid Abdulrahman

menuliskan tentang “Political Branding : Karakter Pilihan Pemilih dalam Pemilihan Walikota Semarang 2015”. Serta “Tengkar Twit Follower pada Feedback Twitter (Studi Analisis Isi Posting Twitter Goenawan Muhamad)” yang ditulis oleh Tono Purwantoro.

Kajian mengenai media relations dituliskan oleh Rachmalia

Devinda Hardika, Narayana Mahendra Prastya serta Nadia Wasta Utami dengan judul “Analisis Media Relations di Rumah Sakit

di Yogyakarta: Kebutuhan Media Menggunakan Konsep Information

Subsidies”. Brahma Putra Pratama menuliskan tentang “Potensi

Transformasi Aktivitas Media Relations antar Industri Media”. Artikel berikutnya terkait peran public relations ditulis oleh I Gusti Agung

Alit Suryawati dengan judul “Peranan Public Relations dalam

Mengoptimalkan Kinerja Hotel Berbintang di Kabupaten Badung”. Terkait tentang public relations hotel, terdapat artikel dari Siska

Ar mawati Sufa, Didik Sugeng Widiar to dan Asmara Indahingwati dengan judul “Modifikasi Nama, Logo dan Inovasi

Produk Baru sebagai Re-Branding dan Strategi Marketing PR Ho-tel Inna Simpang Surabaya”.

Kajian tentang corporate social responsibility (CSR) ditulis oleh

Desayu Eka Surya dan Dhimas Alfianto dengan judul “Strategi

vii

(8)

Komunikasi PT. Indah Kiat Pulp Paper Kabupaten Serang dalam Mempertahankan Citra Perusahaan. Studi Deskriptif Mengenai Strategi Komunikasi Bagian CSR dan Media Relations melalui Pro-gram Bedan RUTILAHU (Rumah Tidak Layak Huni) dalam Mem-pertahankan Citra Perusahaan di Kalangan Masyarakat Penerima Bantuan. Rahma Santhi Zinaida dan Ruzqiyah Ulfa menulis dengan judul “Resolusi Konflik Perusahaan melalui Program Corporate

So-cial Responsibility”. Dan terakhir artikel dari Rismawaty dan Indria

Hady Putri dengan judul “Daya Tarik Pesan Tabloid Kontak oleh

Humas PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Kantor Pusat Bandung Terhadap Kepuasan Perolehan Informasi Bagi Karyawannya.

Indonesia Public Relations Conference (IPRC) terdiri dari

kegiatan Seminar Nasional dan Call for Paper dilaksanakan di Kota Yogyakarta pada tanggal 18-19 Oktober 2018. Ucapan terimakasih disampaikan kepada seluruh penulis artikel dan pemakalah atas keikutsertaan pada Call for Paper ini, rekan-rekan Perhumas BPC Yogyakarta, ASPIKOM Korwil DIY dan Jawa Tengah serta panitia atas kerja kerasnya dan semua pihak yang telah membantu terlaksana-nya Seminar dan Call for Paper Public Relations ini hingga penerbitan buku ini. Semoga buku ini menjadi sumbangan akademis yang ber-manfaat bagi perkembangan kajian public relations di Indonesia. Seba-gai karya akademis buku ini tentunya masih terus harus ditingkatkan kualitasnya dari segala aspek. Maju Terus Humas Indonesia. Indone-sia Bicara Baik.

Yogyakarta, 18 Oktober 2018

Yani Tri Wijayanti

(9)

DAFTAR ISI

Pengantar Editor... Daftar Isi... A. PUBLIC RELATIONS

1. Strategi Humas Peme-rintah Kota Semarang Melalui Program LAPOR Hendi! dalam Meningkatkan Partisipasi Aspirasi Publik

Primada Qurrota Ayun...

2. Strategi Komunikasi Humas Polda Aceh untuk Pembentukan Citra Positif Polisi di Mata Masyarakat

Nur Anisah, Maya Agustia, & Nadia Muharman...

3. Daya Tarik Pessn Tabloid KONTAK oleh Humas PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Kantor Pusat Bandung Terhadap Kepuasan Perolehan Informasi Bagi

Karyawannya

Rismawaty & Indria Hady Putri...

4. Komunikasi Persuasif Humas Polda DIY di Era Disruptif

Chatia Hastasari, Suranto AW,

& Rahmat Hidayat Asri...

5. Hubungan Antara Kompetensi Humas Pemerintahan Provinsi Jawa Barat dengan Standarisasi Pelayanan Kepada Masyarakat

Sangra Juliano Prakasa & Oki Ahmad Ismail...

ix

Praktik Public Relations di Era Disruptif

v ix 1 18 32 42 57

(10)

B. KAMPANYE PR

6. Strategi Kampanye Public Relations dalam Perspektif

Dissaster Ideologically Oriented Campaign

Agus Naryoso, Sri Widowati Herieningsih,

& Muhammad Bayu Widagdo...

7. Modifikasi Nama, Logo dan Inovasi Produk Baru

sebagai Re-branding dan Strategi Marketing PR Hotel Inna Simpang Surabaya

Siska Armawati Sufa, Didik Sugeng Widiarto,

& Asmara Indahingwati...

8. Peranan Public Relations dalam Mengoptimalkan Kinerja Hotel Berbintang di Kabupaten Badung, Bali

I Gusti Agung Alit Suryawati ...

9. Strategi Komunikasi Pemasaran Pariwisata Yayasan Keraton Kasepuhan dan Yayasan Festival Islam

Internasional Cirebon dalam Mendukung Wisata Halal Cirebon

Dody Triguno, Mutia Dewi...

10. Pariwisata Halal Korea Selatan dalam Meningkatkan Daya Saing di Era Disruptif

Sri Rejeki & Gusmia Arianti...

11. Event Public Relations Sebagai Alat Promosi Desa Wisata Di Jawa Tengah

Sri Widowati Herieningsih...

12. Manajemen Kampanye Penanggulangan Kabut Asap Dinas Kesehatan Provinsi Riau Bersama Miss Teen Indonesia 2015

Suci Rahmah Yusrafitri & Puji Hariyanti...

x PR NOW 79 106 115 132 154 172 192

(11)

13. Polisi Meu Pep-Pep: Terobosan Model Sosialisasi Keselamatan Lalu Lintas dalam Menciptakan Citra Positif Kepolisian Aceh

Rahmat Saleh & Deni Yanuar...

14. Political Branding: Karakter Pilihan Pemilih Dalam Pemilihan Walikota Semarang 2015

Nuriyatul Lailiyah & Wahid Abdulrahman...

15. Diskursus Identitas Budaya Urban (Kajian Cultural Studies pada Event Jazz Traffic Festival Surabaya 2014)

Arina Habaidillah... C. CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY

16. Strategi Komunikasi PT. Indah Kiat Pulp and Paper Kab. Serang dalam Mempertahankan Citra Perusahaan

Desayu Eka Surya & Dhimas Alfianto...

17. Resolusi Konflik Perusahaan Melalui Program Corporate

Social Responsibility

Rahma Santhi Zinaida & Ruzqiyah Ulfa... D. MEDIA RELATIONS

18. Analisis Media Relations di Rumah Sakit di Yogyakarta: Kebutuhan Media menggunakan Konsep Information Subsidies

Rachmalia Devinda Hardika,Narayana Mahendra Prastya, & Nadia Wasta Utami...

19. Potensi Transformasi Aktivitas Media Relations antar Industri Media

Brahma Putra Pratama...

20. Tengkar Twit Follower pada Feedback Twitter

(Studi Analisis Isi Posting Twitter Goenawan Mohamad)

Tono Purwantoro...

xi

Praktik Public Relations di Era Disruptif

214 233 248 265 285 307 323 338

(12)

THIS PAGE

(13)
(14)

THIS PAGE

(15)

Agus Naryoso, Sri Widowati Herieningsih, & Muhammad Bayu Widagdo

Departemen Ilmu Komunikasi, FISIP Universitas Diponegoro

Strategi Kampanye

Public Relations

dalam

Perspektif

Disaster

Ideologically Oriented

Campaign

ABSTRAK

Indonesia adalah negara dengan tingkat bahaya yang tinggi, salah satunya adalah Kota Semarang. bencana yang sering terjadi adalah rob, banjir dan tanah longsor. anak anak yang tinggal di daerah rentan bencana adalah potensi terdampak bencana yang besar. faktor penyebab utama adalah sikap negatif seperti pengetahuan yang rendah, sikap yang keliru tentang bencana alam dan perilaku yang negatif terhadap lingkungan.

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) adalah instansi yang mempunyai tugas untuk penanggulangan bencana. Instansi ini tidak hanya membantu evakuasi korban namun juga mempunyai tugas preventif untuk mengubah sikap negatif tersebut menjadi positif. perubahan sikap dapat dilakukan dalam bentuk Ideo-logically Oriented Campaign dalam bentuk kegiatan kampanye pub-lic relations untuk mengubah sikap terhadap bencana lebih positif.

Kegiatan di desain dalam bentuk edukasi games dan pelatihan yang ditujukan untuk anak anak Di SD Tinjomoyo 2 Kota Semarang alasan pemilihan format dalam bentuk sosialisasi agar pesan mudah diingat oleh anak anak dan kemudian secara efektif mengubah sikap dan perilaku. Kegiatan kampanye yang dilakukan menggunakan pola manajemen stratejik public relations yang konsisten mulai dari riset,

6

79

(16)

menentukan strategi, implementasi dan evaluasi.

Kata Kunci : Kampanye, Bencana Alam, Public Relations, Sikap

A. PENDAHULUAN

Alam merupakan sesuatu yang sangat penting dalam kehidupan manusia, oleh karena itu manusia tidak dapat dipisahkan dari alam. Alam memang sangat erat kaitannya dengan kehidupan manusia, akan tetapi selain menguntungkan alam juga dapat merugikan bagi ma-nusia, contohnya akhir-akhir ini banyak sekali bencana alam khususnya di Indonesia. Melihat fenomena tersebut sehausnya manusia dapat berpikir bagaimana untuk dapat hidup selaras dengan alam. Karena alam tidak dapat ditentang begitu pula dengan bencana.

Indonesia terletak pada pertemuan tiga lempeng dunia yaitu lem-peng Eurasia, lemlem-peng pasifik, ada lemlem-peng Australia yang bergerak saling menumbuk. Akibat tumbukan antar lempeng itu maka terben-tuk daerah penunjaman memanjang di sebelah barat pulau Sumatra, sebelah selatan pulau Jawa hingga pulau Bali dan Kepulauan Nusa Tenggara, sebelah utara Kepulauan Maluku dan sebelah utara Papua. Konsekuensi lain dari tumbukan itu maka terbentuk palung sa-mudra, lipatan, punggungan dan patahan dari busur kepulauan, sebar-an gunung api dsebar-an sebarsebar-an sumber gempa bumi. Gunung api ysebar-ang ada di Indonesia berjumlah 129. Angka itu 13% dari jumlah gunung api aktif di dunia. Dengan demikian Indonesia rawan dengan bencana letusan gunung api dan gempa bumi.

Beberapa pantai, dengan bentuk pantai sedang hingga curam, jika terjadi gempa bumi dengan sumber berada didasar laut atau samudra dapat menimbulkan gelombang tsunami. Jenis tanah pela-pukan yang sering dijumpai di Indonesia adalah hasil letusan gunung api. Tanah ini memilki komposisi sebagian besar lempung dengan sedikit pasir dan bersifat subur. Tanah pelapukan yang berada diatas batuan kedap air pada perbukitan/punggungan dengan kemiringan sedang hingga terjal berpotensi mengakibatkan tanah longsor pada musim hujan dengan curah hujan berkuantitas tinggi. Jika perbukitan tersebut tidak ada tanaman keras berakar kuat dan dalam, maka ka-wasan tersebut rawan bencana tanah longsor.

80 PR NOW

(17)

Gunung api yang ada di Indonesia berjumlah 129. Angka itu merupakan 13% dari jumlah gunung api aktif dunia. Dengan demi-kian Indonesia rawan terhadap bencana letusan gunung api dan gem-pa bumi. Di beberagem-pa gem-pantai, dengan bentuk gem-pantai sedang hingga curam, jika terjadi gempa bumi dengan sumber berada di dasar laut atau samudera dapat menimbulkan gelombang tsunami.

Jenis tanah pelapukan yang sering dijumpai di Indonesia adalah hasil letusan gunung api. Tanah ini memiliki komposisi sebagian besar lempung dengan sedikit pasir dan bersifat subur. Tanah pelapukan yang berada di atas batuan kedap air pada perbukitan/punggungan dengan kemiringan sedang hingga terjal berpotensi mengakibatkan tanah longsor pada musim hujan dengan curah hujan berkuantitas tinggi. Jika perbukitan tersebut tidak ada tanaman keras berakar kuat dan dalam, maka kawasan tersebut rawan bencana tanah longsor. (Nandi, 2007)

Bencana alam adalah konsekuensi dari kombinasi aktivitas alami dan aktivitas manusia, seperti letusan gunung, gempa bumi dan tanah longsor. Karena ketidakberdayaannya manusia, akibat kurang baiknya manajemen keadaan darurat bencana sehingga menyebabkan keru-gian dalam bidang keuangan dan struktual , bahkan sampai korban jiwa. Kerugian yang di mungkinkan terjadi, sangatlah mungkin diminimalisir melalui kemampuan untuk mencegah atau menghindari bencana dan daya tahan masyarakat. Pemahaman ini berhubungan dengan pernyataan” bencana muncul bila ancaman bahaya bertemu dengan ketidakberdayaan.

Tinggal di planet Bumi, khususnya di ekosistem darat. Bahkan bagi sebagain binatang, tanah merupakan tempat tinggal yang aman. Tanah memiliki jenis yang berbeda- beda. Setap jenis tanah juga memiliki ciri- ciri yang berbeda- beda antara satu jenis dengan jenis yang lainnya. Perbedaan itu dilihat berdasarkan kekuatan sruktur dan juga kandungan atau bahan penyusunnya yang berbeda- beda.

Dengan demikian kekuatan tanah yang bertumpuk- tumpuk pun juga berbeda apabila gundukan tanah atau tebing- tebing dari tanah. Ada tanah yang kuat ada pula tanah yang lemah. Nah, tanah dengan struktur lemah ini seringkali mengalami bencana yang kita kenal sebagai tanah longsor.Tanah longsor merupakan suatu bencana alam

81

Praktik Public Relations di Era Disruptif

(18)

dimana tanah- tanah yang memiliki ketinggian tertentu atau yang membentuk tebing mengalami longsoran atau ambruk.

Banyak penyebab yang menyebabkan terjadinya tanah longsor, salah satunya adalah hujan deras yang mengguyur dalam waktu yang cukup lama. Bencana tanah longsor memang banyak terjadi di musim hujan, khususnya di daerah yang bertebing- tebing. Tanah longsor biasanya datang dengan tiba- tiba sehingga sering banyak menimbul-kan korban jiwa. Maka dari itulah sangat baik apabila masyarakaot berjaga-jaga untuk mengantisipasi atau menanggulangi terjadinya tanah longsor ini.

Tanah longsor adalah salah satu bencana alam yang telah mem-berikan banyak dampak sosial dan ekonomi pada masyarakat seperti rusaknya sarana umum, transportasi dan telekomunikasi bahkan tidak sedikit menelan banyak korban jiwa. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu langkah berupa mitigasi bencana supaya dampak dari adanya bencana longsor dapat di minimalisir. Seperti halnya bencana geologi lain, tanah longsor sangat sulit untuk diprediksi dan bisa kapan saja terjadi namun tanah longsor ditimbulkan bukan hanya karena gejala geologi tapi ada ulah campur tangan manusia juga menjadi salah satu pemicu adanya longsoran tanah. Beberapa faktor geologi yang dapat menimbulkan longsoran tanah diantaranya: hujan, tanah yang kurang padat atau kuat, lereng yang terjal, getaran dan tersebarnya zona jenuh air di bawah permukaan.

Pada prinsipnya longsoran tanah terjadi bila gaya pendorong pada lereng lebih besar dibandingkan dengan gaya penahan. Gaya penahan pada umumnya dipengaruhi oleh kekuatan batuan dan kepadatan tanah. Sedangkan gaya pendorong dipengaruhi oleh besarnya sudut lereng, air, beban serta berat jenis tanah batuan.

Adapun faktor faktor yang menyebabkan tanah longsor adalah: hujan, tanah terjal, tanah yang kurang padat, batuan yang kurang kuat, getaran, surut muka air danau atau bendungan, adanya beban tambahan, pengikisan/erosi, adanya material timbunan pada tebing, bekas longsoran lama, adanya bidang diskontinuitas (bidang tidak sinambung), penggundulan hutan, daerah pembuangan sampah.

Paradigma penanganan bencana telah banyak mengalami peru-bahan. Penanganan bencana tidak lagi menekankan pada aspek

82 PR NOW

(19)

tanggap darurat saja akan tetapi lebih kepada keseluruhan manaje-men bencana. Seiring dengan dikeluarkannya undang-undang nomor 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana mencakup aspek yang lebih luas, yang meliputi penetapan kebijakan pembangunan yang beresiko timbulnya bencana, kegiatan pencegahan bencana, tanggap darurat ,dan rehabilitasi. Dengan demikian maka paradigma penanggulangan bencana diharapkan agar dapat mewujudkan optimalisasi manajemen bencana di berbagai wilayah .

Penanggulangan bencana sebagai rangkaian kegiatan baik sebe-lum maupun saat dan sesudah terjadi bencana dilakukan untuk mence-gah, mengurangi, menghindari, memulihkan diri dari dampak yang di timbulkan oleh bencana. Berdasarkan UU RI Nomor 24 tahun 2007 tentang penanggulangan bencana, resiko bencana adalah potensi kerugian yang di timbulkan akibat bencana pada suatu wilayah dalam kurun waktu tertentu yang dapat berupa kematian, luka sakit, jiwa terancam, hilangnya rasa aman, mengungsi kerusakan atau kehilangan harta, dan gangguan kegiatan masyarakat. Masyarakat diharapkan memiliki kapasitas yang menandai untuk meningkatkan kesiapsiagaan menghadapi bencana serta tanggap dan sadar bahwa mereka tinggal di daerah rawan bencana.

Berdasarkan peraturan daerah Kota Semarang nomor 90 tahun 2016 tentang organisasi dan tata kerja Kelurahan dan Kecamatan Kota Semarang, Kelurahan Tinjomoyo merupakan perangkat daerah dalam Kecamatan Banyumanik Kota Semarang. Kelurahan Tinjo-moyo mempunyai luas wilayah sebesar 202,479 Ha yang terdiri dari 8 RW dan 46 RT serta memiliki jumlah penduduk sebesar 9.292 jiwa yang terdiri dari 4.749 laki laki dan 4.543 perempuan. Secara topo-grafis kelurahan Tinjomoyo memiliki kemiringan 25% dan 37,78% merupakan daerah perbukitan dengan kelerengan 15-40% dan kon-disi lereng (0-2%). Daerah ini memang dijadikan salah satu daerah penebangan pohon. Secara keseluruhan, karakteristik lokasi yang terjadi tanah longsor memiliki kesamaan dengan desa desa di Kecamatan Banyumanik khususnya Kelurahan Tinjomoyo. (BPBD, Kota Semarang).

Realitas tersebut diatas menunjukkan perlunya komitmen dari berbagai sektor untuk memberikan kontribusi yang bertujuan untuk.

83

Praktik Public Relations di Era Disruptif

(20)

menumbuhkan kesadaran dan kepedulian terhadap lingkungan sekitar serta meningkatkan pengetahuan tentang mitigasi bencana. Hal tersebut sangat penting mengingat jumlah atau data korban dari tahun ke tahun angkanya terus meningkat dan faktanya pihak pemerintah mengalami kesulitan dalam menangani dan mengelola dan mencarikan solusi atas masalah tersebut. Pentingnya mitigasi bencana akan me-ngurangi dan menekan dampak atau resiko yang muncul. Perusahaan di Indonesia banyak sekali yangn mengalokasikan dana tanggung jawab sosial perusahaaan namun sebagian besar terkonsentrasi pada dana untuk kegiatan pendidikan dan pemberdayaan ekonomi, ke-giatan yang berfokus pada upaya untuk mengatasi dampak bencana relatif sedikit atau jarang.

Banyak perusahaan yang mengangkat program go green namun program yang diangkat sebatas pada upaya menciptakan produk yang lebih ramah lingkungan dan tidak berpotensi menimbulkan dam-pak besar pada bencana. Padahal faktanya yang perlu dilakukan peru-bahan secara fundamental dalam masyarakat, terutama adalah sikap yang sudah kuat melekat dan kebiasaan menerima yang pasrah bahwa mereka hidup dalam daerah yang rawan bencana. Sedangkan kepe-dulian dan kreatifitas anak remaja untuk keluar dari masalah ini relatif sedikit, ketidakpedulian pada lingkungan sekitar sebagai bentuk dari upaya preventif mengantisipasi bencana disebakan kebiasaan gadget

lover dimana hobi tersebut semakin menambah kuat ketidakpedulian

akan lingkungan sekitar mereka yang mengancam. Tanggung Jawab Sosial Perusahaan bukan hanya menjadi otoritas perusahaan bisnis, lembaga non profit pun di tuntut memainkan peran maksimal mem-berikan kontribusi sehingga persepsi dan opini publik terhadap peran dan kiprah lembaga tersebut akan positif.

Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kota Semarang sebagai instansi yang memiliki tugas dan fungsi terkait penanggulan bencana harus kreatif memilih metode kampanye yang benar dan efektif. Kampanye yang dilakukan mempertimbangkan dengan detail aspek demografis dan psikografis yang akan membuat kegiatan kampanye lebih efektif merubah sikap. Mayoritas kegiatan yang dilakukan berisi sosialisasi tentang penangulangan bencana tanah longsor, pembuatan tandu, dan penanaman pohon melalui ceramah dan penyuluhan

par-84 PR NOW

(21)

tisiapsi masyarrakat sangat rendah dan perubahan sikap yang diha-rapkan di level apapun tidak terealisasi. Padahal melalui kegiatan ter-sebut diharapkan meningkatkan pengetahuan para siswa sehingga dapat mengurangi resiko yang ditimbulkan dari bencana tanah longsor.

Artikel ini berbasis penelitian dengan menggunakan metodologi penelitian kualitatif dengan pendekatan mix method. Pendekatan ini dipilih dengan menghadirkan responden anak anak yang tinggal di wilayah Kelurahan Tinjomoyo Kecamatan Banyumanik Semarang, melalui survey dengan menggunakan alat bantu kuesioner, selain itu untuk memperkuat temuan kuantitatif dilakukan wawancara menda-lam dengan staf Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kota Sema-rang untuk menggali informasi tentang tahapan perencanaan kegiatan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan berbasis Ideological Oriented

Cam-paign untuk mengetahui apakah permasalahan yang terjadi di level

masyarakat dapat di antisipasi dengan menggunakan pendekatan edukasi yang di pilih.

B. TEMUAN DAN PEMBAHASAN 1. Sikap Publik Pada Bencana

a. Pengetahuan Tentang Bencana

Berkaitan dengan Jenis Bencana Yang Ada Di Sekitar Lingkungan Tinjomoyo Hampir semua anak – anak SD N Tinjomoyo kelas 6 dan 5 mengatakan bahwa jenis bencana yang ada adalah tanah longsor, adapula yang mengatakan bencana yang terjadi adalah banjir. Karena daerah lingkungan mereka tinggal merupakan daerah rawan bencana.

85

Praktik Public Relations di Era Disruptif

(22)

Sebanyak 67% orang siswa mengatakan bahwa jenis bencana di daerah Tinjomoyo adalah tanah Longsor. Sedangkan 33% siswa lainya mengatakan banjir. Fakta ini menunjukkan tingkat pengetahuan yang baik siswa di Tinjomoyo tentang potensi ben-cana besar yang ada di sekitar lingkungan mereka. Secara Topo-grafi wilayah Tinjomoyo Semarang adalah daerah daerah per-bukitan, sebagai wilayah yang dulunya bekas kebun binatang ini sangat rawan dengan bahaya tanah longsor. Kegemaran anak anak bermain di sekitar tanah yang curam mengakibatkan mereka terancam terpeleset dan kemudian jatuh ke jurang.

b. Tanda – Tanda Bencana Yang Diketahui

Bencana alam yang sebagian besar mereka ketahui adalah bahaya tanah longsor dan banjir. Kondisi tanah yang pereng-pereng rentan menjadi bencana mengancam masyarakat Tinjo-moyo Kota Semarang, masarakat yang tinggal di Wilayah ter-sebut sebaiknya memiliki pengetahuan yang baik tentang tanda-tanda bencana sehingga dapat mengantisipasi melakukan penye-lamatan. Sebanyak 59% atau separuh lebih orang siswa menga-takan bahwa tanda bencana di daerah Tinjomoyo adalah tanah hujan deras, 14% orang siswa mengatakan tanah bergetar, se-dangkan 27% siswa lainya mengatakan suara banjir di sungai. Temuan penelitan tersebut diatas menunjukkan tingkat penge-tahuan yang cukup baik berkaitan dengan tand tanda bencana. Hal tersebut relevan dengan realitas lingkungan pemukiman Tinjomoyo yang memang banyak aliran sungai dan wilayahnya berada dalam kaegori kondisi tanah yang tidak stabil atau

ter-86 PR NOW

(23)

kadang bergerak sendiri ada atau tanpa adanya hujan yang datang. Setengah lebih dari mereka dengan fasih mengatakan sudah biasa kalau hujan deras muncul berarti harus waspada terhadap datangnya bencana.

c. Faktor Penyebab Bencana

Sebanyak 52% orang siswa mengatakan bahwa Faktor penyebab bencana di daerah Tinjomoyo adalah tanah pene-bangan pohon secara liar, 21% orang siswa mengatakan Tanah bergoyang, 17% siswa mengatakan hujan terus menerus, sedang-kan 10% orang mengatasedang-kan Membuang sampah sembarangan. Temuan penelitian yang menarik terungkap bahwa anak anak tersebut mengetahui kalau yang menyebabkan daerah mereka sering banjir dan tanah longsor adalah ulah dari para orang tua yang tinggal di daerah tersebut karena sering melakukan pene-bangan pohon, ketika ditanya alasan menebang sebagian besar kayu tersebut ada yang di jual dan ada juga yang digunakan untuk bahan bakar memasak.

d. Keyakinan Keyamanan Tempat Tinggal

Keyakinan Nilai Kultural berkaitan dengan kenapa mereka semua menyenangi dan bertahan tinggal di daerah yang mem-punyai potensi bencana yang besar. Sebanyak 53,30% orang siswa mengatakan tidak setuju jika tetap tinggal meski bencana terjadi di daerah Tinjomoyo, mereka mengatakan daerah tempat tinggal mereka terpencil jauh dari keramaian kemana mana susah, selain itu jalannya naik turun dan seringkali logsor, mereka tidak mempunyai pilihan yang lain selain bertahan dan mengikti

kepu-87

Praktik Public Relations di Era Disruptif

(24)

tusan dari orang tua untuk bermukim di daerah tersebut. Sedang-kan responden yang lainnya pun tidak menunjukSedang-kan pendapat yang positif, alasannya hampir sama mengikuti kemauan atau kehendak oarng tua. Hanya 1 siswa atau 3,30% mengatakan sangat setuju dengan alasannya lokasi rumah tidak panas.

e. Bencana Takdir Tuhan

Sebanyak 40% atau hampir sebagaian besar menyatakan bahwa banjir tanah longsor dan kekeringan adalah bagian dari rencana tuhan (takdir). Pendapat ini berkaitan dengan nilai yang mereka yakini, meskipun hidup dalam keterbatasan mayoritas masyarakat daerah tersebut mempunyai kehidupan spiritual yang baik. Anak anak selain sekolah pada sekolah informal, orang tua mengajarkan mereka untuk mendalami ilmu agama dengan baik melalui mengaji di sore hari serta mendengarkan tausiyah

88 PR NOW

(25)

yang diajarkan oleh ustads mereka. Melalui pengajian tersebut akhlak dan pemikiran tersebut terbentuk dimana rumah tempat tinggal adalah nikmat yang selalu harus di syukuri dengan baik.

f. Bencana yang Terjadi Kategori Aman

Sebanyak 36,6% mengatakan dengan tegas bahwa bencana yang ada disekitar tempat tinggal mereka kategorinya memba-hayakan, banyak korban yang mereka sering lihat mulai dari anak yang terhanyut terbawa banjir rumah yang hancur karena tertim-bun tanah longsor, serta terpeleset ketika bermain di jalanan yang terjal dan curam. Hal tersebut menjadikan mereka trauma, namun mereka tidak mempunyai pilihan, selain menjalaninya dengan baik dan kemudian akan menjadi kebiasaan.

g. Bencana adalah Teman

Mayoritas tidak ada yang pernah menganggap bahwa

ben-89

Praktik Public Relations di Era Disruptif

(26)

cana adalah teman, sebanyak 73,3% mengatakan bencana itu bahaya harus di hilangkan dan kalau bisa dihindari. Mereka mengatakan sedih kalau pas ada teman yang terkena musibah karena bencana terutama teman teman sepermainan. Meskipun hanya terluka kecil atau terkilir saat bermain membuat mereka berpikir bahwa tempat mereka adalah lokasi yang tidak aman dan mengancam diri mereka.

h. Bencana Sudah Bisa Diprediksi

Separuh lebih anak anak yang menjadi responden mem-punyai sikap yang sangat positif meskipun sebelumnya menga-takan bahwa bencana adalah takdir. Meski demikian sbanyak 56,6% mempunyai pandangan yang moderat berkaitan denan moderat. Nilai yang mereka pahami adalah bencana meskipun takdir tidak lantas membuta mereka tidak melakukan tindakan apapun, bencana itu bisa diperkirakan datang dan musimnya sehingga ketika musim tidak bermain di pinggir sungai dan men-jauhi daerah yang dekat dengan tebing-tebing atau jurang-jurang

i. Menyelamatkan Harta Saat Bencana

Temuan penelitian yang menarik terlihat dari indikator me-nyelamatkan harta benda saat terjadi bencana, sebanyak 53,30% responden mengatakan masih mempunyai keinginan yang kuat untuk menyelamatkan harta benda yang mereka miliki sepeda untuk bermain harus dijaga dengan baik dan di bawa

kemana-90 PR NOW

(27)

mana saat terjadi bencana alam. Keputusan tersebut di dasarkan pada pertimbangan logika benda berharga yang mereka miliki untuk sarana bermain hanyalah sepeda.

j. Sikap Tentang Bencana

a. Himbauan Pemerintah Yang Diketahui Tentang Bencana

Sebanyak 60% orang siswa mengatakan bahwa mereka tidak mengetahui himbauan pemerintah tentang bencana di daerah Tinjomoyo, fakta tersebut diatas menggambarkan minimnya inisitif yang dilakukan oleh aparat setempat untuk memberikan info dan peringatan bahwa daerah mereka ber-potensi bencana. Bahkan di sekolah pun guru jarang sekali membicarakan tentang ancaman bencana di sekitar tempat tinggal mereka. Saat ditanya apakah mereka diingatkan oleh

91

Praktik Public Relations di Era Disruptif

(28)

aparat desa (Lurah atau camat) sebagian besar menjawab tidak ada yang pernah peduli mengingatkan sama sekali atau mengajari mereka untuk bermain di tempat yang aman.

b. Resiko Bila Tidak Menyelamatkan Diri Ketika Terjadi Bencana

Mayoritas menjawab meninggal, sebanyak 73% menga-takan sering melihat kejadian tetatngganya hanyut terbawa banjir atau rumah tetatngga roboh tertimbun tanah dan mendapatkan penghuninya menjadi korban meninggal dunia. Gambaran tersebutlah yang kemudian menjadikan rujukan bahwa bencana ancaman terbesarnya adalah kema-tian atau meninggal dunia.

c. Cara Menyelamatkan Diri Bila Terjadi Bencana

92 PR NOW

(29)

Sebanyak 53% mengatakan lari adalah upaya yang pa-ling aman untuk menyelematkan diri agar terhindar dari ben-cana. Ketika ditanya seberapa kuatkan mampu berlari me-reka menjawab paling sekitar 100 meter, alasannya karena jalanan yang ada di tempat tinggal mereka menanjak jadi tidak terlalu kuat biar terlalu jauh.

d. Tindakan Yang Dilakukan Saat Mendengar Sirine Tanda Bahaya Bencana

Bentuk peringatan yang paling sering diberikan saat terjadi bencana adalah peringatan dalam bentuk membu-nyikan sirine. Al ini dilakukan bila bahaya kategorinya berat dan membutuhkan kewaspadaan yang tinggi bagi yang ting-gal di sekitar daerah yang rawan. Namun sayangnya suara sirine tidak menjangkau ke smua wilayah desa.

Sebanyak 4 orang siswa mengatakan bahwa mereka akan berlari jika mendengar sirine tanda bahaya bencana di daerah Tinjomoyo, 55% orang siswa mengatakan tidak tahu, sedangkan 34% siswa lainnya mengatakan menyelamatkan diri dengan berlari, dan 13% ikut keluarga atau orang tua.

93

Praktik Public Relations di Era Disruptif

(30)

e. Yang Dilakukan Bila Pemerintah Mengadakan Pelatihan Mitigasi Bencana

Sebanyak 6 orang siswa mengatakan bahwa mereka mendukung bila pemerintah mengadakan pelatihan mitigasi bencana di daerah Tinjomoyo, 24 orang siswa mengatakan mendukung.

Bedasarkan hasil riset ditemukan fakta bahwa bencana alam yang pernah dialami oleh siswa SDN 02 Tinjomoyo RW 8 merupakan bencana alam rutin yang terjadi tiap. Selain itu terdapat banyak sekali tempat yang menjadi genangan air karena kurang tertatanya saluran drainase yang dari hal itu dapat menyebabkan terjadinya bencana tanah longsor Maka dari itu perlunya meningkatkan kepedulian terhadap penyebab bencana alam dengan kegiatan EFT “Education

for Tinjomoyo”.

Secara spesifik tujuan dituangkan dalam objektif Meningkatkan tingkat pengetahuan tentang bencana dari 10% menjadi 40%. Meng-ubah kebiasaan tidak peduli kepada lingkungan (membuang sampah sembarangan, merusak tanaman, tidak peduli dengan sampah, main di daerah lawan longsor) menjadi peduli akan lingkungan. Tujuan tersebut di dasarkan pada pertimbangan dari tenaga pelaksana dan juga waktu yang akan diperlukan untuk melaksanakan kegiatan kam-panye. hal tersebut akan menentukan apakah kegiatan tersebut reliabel

94 PR NOW

(31)

untuk dilaksanakan atau tidak.

Kampanye untuk meningkatkan perilaku sadar akan bencana alam dikemas dalam Green Campaign dengan pesan utama “Cepat Tanggap dan bijak”. Dengan tema Green Campaign ini, tujuannya ada-lah mengusung semangat anak muda penerus bangsa harus bersama-sama berkontribusi dalam upaya menyelamatkan bumi. kampanye ini menggugah kesadaran bahwa Sebagai anak muda baik laki-laki dan perempuan harus mengembangkan imajinasi dan kreatifitas untuk agar mempunyai kekuatan untuk bertahan di situasi bencana yang serba minim.

Strategi yang dilakukan dalam kampanye PR menggunakan Ben-tuk event yang dipakai dalam kampanye adalah dengan menggunakan yang menekankan pada taktik berbasis pendekatan Interpersonal

com-munication yang dieksekusi dalam bentuk Special Event yaitu sosialisasi

lewat video dan game education untuk anak anak. Pendekatan yang ditujukan untuk membangun kesadaran dan komitmen yang kuat untuk perubahan sikap ini diorientasikan dapat bekerja dengan baik serta mencapaii hasil yang efektif.

Pendekatan kegiatan public relations ini mengacu pada model two-way symmetric yang menekankan pada upaya untuk mencapai tujuan public relations yang menguntungkan kedua belah pihak, yang menekankan pada komunikasi dua arah antara organisasi dengan pub-liknya. Meurut Fawkes, Grunig & Hunt, Horisson, dan Wehmeier (dikutip di Kriyantono, 2014: 96) mengatakan bahwa model two-way

symmetric ini merupakan model yang paling ideal, karena

menguta-makan komunikasi secara penuh dengan publiknya serta fokus pada upaya membangun hubungan dan pemahaman bersama, bukan upaya untuk memersuasi publik dengan berbagai cara. Dengan kata lain, model ini sangat memerhatikan feedback dari publiknya dan meng-anggap publiknya lebih dari sekadar publik. Pendekatan ini memberi peluang agar target sasaran dalam hal ini anak anak akan mampu berkomunikasi dan berkonsultasi dengan baik, menyampaikan per-masalahan yang di hadapi, berlatih menyelesaikan persoalan serta memiliki daya ingat akan penyelesaian masalah karena anak anak berlatih langsung.

Secara garis besar, model-model diatas merupakan gambaran

95

Praktik Public Relations di Era Disruptif

(32)

praktisi public relations berkomunikasi dengan publiknya. Dimana hal ini terletak pada kegiatan Kampaye PR yang dilakukan oleh para humas-humas dimana kampaye ini sendiri memberikan hubungan timbal balik yang menguntungkan atau win win solution. kegiatan yang dilakukan dalam bentuk Sosialisasi dimaksudkan agar terjalin komunikasi dua arah yang intensif terkaait bagaimana proses ter-jadinya tanah longsor itu sendiri, dampak yang diakibatkan serta upaya penanggulangannya. hal tersebut menjawab kebutuhan atas hasil gap

identification setelah dianalisis dari hasil riset. responden memang

memi-liki pengetahuan yang baik berkaitan dengan bencana alam, namun mereka tidak banyak yang mengetahui bagaimana cara melakukan penyelamatan diri dan bagaimana secara aktif preventif melakukan penanggulangan dan pencegahan korban bencana alam.

Upaya preventif adalah bagian dari strategi mengingat sebagian besar adalah target audiens anak anak yang mana mengubah sikap anak anak akan jauh lebih mudah dibandingkan dengan mengubah kelompok target audiens orang dewasa. Upaya tersebut dilakukan dengan menanamkan sejak dini akan bahaya, pengetahuan yang lebih mendalam tentang jenis dan karakteristik bencana, serta bagaimana mengurangi resiko dampak bencana alam dan juga membantu mengatasi bencana terutama kepada mereka yang rentan

Selain melalui ceramah yang disampaikan dalam bentuk paparan materi, kegiatan kampanye juga menggunakan pendekatan permainan yang diperuntukkan untuk sebagian besar anak-anak. Pertimbangan-nya sederhana bahwa anak anak adalah pribadi yang cepet jenuh bila hanya di berikan materi dalam bentuk paparan di kelas, secara psi-kografi mereka adalah pribadi yang aktif yang menyenangi bermain bersama dengan banyak teman. Melalui bermain mereka tidak akan cepat bosan, disana pesan akan mudah di transmisikan ke target audiens dengan lebih baik.

Games juga mengajarkan kepada anak tentang kekompakkan dan toleransi yang baik, melalui kasus masing-masing diminta untuk secara kreatif menyelesaikan permasalahan, setiap peserta di haruskan berkontribusi terhadap penyelesaian masalah secara lebih tepat, cepat dan efektif. pemilihan pendekatan dengan menggunakan model event dapat secara efektif membantu pencapaian tujuan dengan efektif,

96 PR NOW

(33)

event dipergunakan untuk menyampaikan informasi lebih cepat, mendorong audiens untuk datang dan berpartisipasi aktif mengikuti setiap kegiatan yang di dalamnya ada muatan informasi mitigasi bencana. Selain itu melalui event di dorong agar keyakinan yang keliru bisa diluruskan dan juga bisa diarahkan kepada keyakinan yang lebih positif dan lebih baik. Bentuk kegiatan kampanye public rela-tions yang dilakukan oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Semarang dalam upaya untuk mencegah bencana di Tinjomoyo Kota Semarang adalah sebagai berikut

a. Game Edukasi Bencana

Game ini adalah cara BPBD Kota Semarang melakukan edukasi mitigasi bencana kepada anak anak yang tinggal di wi-layah yang rawan bencana seperti Tinjomoyo. kegiatan ini ditu-jukan untuk melatih kreatifitas dan kesigapan saat menghadapi bencana yang datang. para peserta di berikan dua tongkat dan satu buah sarung. peserta di bagi menjadi beberapa kelompok yang terdiri dari 1-5 anggota. satu kelompok terpilih menjadi korban yang terkena dampak bencana, sedangkan kelompok lainnya bertugas sebagai tim yang akan membantu menyelamat-kan korban bencana. setiap peserta diminta untuk merangkai sarung dengan menggunakan tongkat tersebut menjadi tandu yang akan digunakan untuk mengangkut korban bencana alam. Merangkai tandu tersebut harus dilakukan secara cepat dan kuat. Kekuatan tersebut harus dapat mengangkut orang dengan kontur lahan. Nilai lain yang diharapkan dipahami oleh masing

Gb. 1 Anak SD Tinjomoyo Melakukan Games edukasi untuk siswa kelas 5 dan 6 SD Negeri Tinjomoyo 2

97

Praktik Public Relations di Era Disruptif

(34)

b. Penanaman Pohon Secara Benar

Tanah longsor dapat diantisipasi dengan melakukan pena-naman pohon atau kegiatan penghijauan di area Tinjomoyo Se-marang. Banyak pohon di tebang sebagian dipergunakan untuk kepentingan bahan bakar kayu dan sebagian digunakan untuk komoditas yang diperjual belikan.

Gambar 2 : Games dan penanaman pohon bersama siswa kelas 5 dan 6 SD Negeri Tinjomoyo 2 Semarang

Menanam pohon tentunya sudah biasa dilakukan oleh ba-nyak orang, termasuk anak anak. Menanam pohon secara baik akan membuat pohon mampu tumbuh dan berkembang dengan cepat dan dapat melindungi kontur tanah dan mencegah longsor. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Sema-rang memiliki cara edukatif yang unik untuk menumbuhkan kesukaan menanam pohon dikalangan anak-anak. Tujuan kegiat-an ini adalah membuat kegiat-anak kegiat-anak suka menkegiat-anam pohon, jika diperkenalkan sejak dini maka anak anak akan terbiasa mencintai dan menyayangi lingkungan. Melakukan edukasi tidak hanya bisa dilakukan melalui kegiatan ceramah. Kegiatan sengaja di buat dalam bentuk simulasi dan workshop agar pesan menanam pohon relatif mudah diingat oleh anak anak. Kegiatan yang dikemas dalam bentuk permainan ini supaya anak anak menikmati kegiatan penyuluhan sambil bermain.

98 PR NOW

(35)

Diagram 1 Model Public Relations Untuk Kampanye Educaion For Tinjomoyo (EFT) Oleh BPPD Kota Semarang

Taktik Public Relations dilakukan dalam bentuk kampanye event dengan tema “Education For Tinjomoyo”. Bedasarkan hasil riset ditemukan fakta bahwa bencana alam yang pernah dialami oleh siswa SDN 02 Tinjomoyo RW 8 merupakan bencana alam yang terjadi beberapa tahun yang lalu dan semuanya mengaku hampir pernah mengalami hal tersebut meskipun tidak semuanya menjadi korban.

Dengan adanya kondisi seperti ini, taktik lainnya yang digunakan sebagai bagian mensukseskan pilihan strategi berupa penyuluhan dan games penanaman pohon bersama siswa-siswi SDN 02 Tinjomoyo.

99

Praktik Public Relations di Era Disruptif

(36)

Dengan tujuan untuk meningkatkan pengetahuan para siswa-siswi tentang kebencanaan dan bagaimana cara menyelamatkan diri ketika terjadi bencana serta manfaat penanaman pohon resapan di daerah yang memiliki resiko longsor cukup besar seperti di Tinjomoyo. Sehingga para siswa-siswi lebih bisa menghargai alam dan lingkungan disekitar mereka.

Tanah longsor merupakan peristiwa geologi yang terjadi karena pergerakan massa batuan atau tanah. Tanah longsor dapat pula diar-tikan dengan peristiwa perpindahan material dari tempat yang tinggi ke tempat yang rendah. Material ini merupakan material pembentuk lereng seperti batuan dan tanah. Peristiwa tanah longsor ini terjadi dengan berbagai tipe dan sejenisnya, misalnya jatuhnya gumpalan tanah, gempa bumi, gunung meletus, getaran, curah hujan yang tinggi, tumpukan sampah, hutan gundul, dan lereng yang curam. Bencana alam merupakan peristiwa yang merugikan. Dikatakan sebagai peris-tiwa yang merugikan karena menimbulkan banyak sekali dampak negatif. Hal inilah yang membuat bencana alam sebagai momentum yang menyedihkan. Kejadian bencana alam adalah peristiwa yang tidak terelakan karena semua berkaitan dengan faktor alam, bencana alam yang terjadi berulang kali harus menyadarkan masayarak untuk lebih berperilaku positif sebagai bagian dari mitigasi bencana.

Bencana menimbulkan korban jiwa, infrastruktur rusak, timbul-nya berbagai petimbul-nyakit, hilangtimbul-nya sumber pencaharian. upaya pence-gahan longsor yaitu tidak membuat sawah di lereng, tidak mendirikan bangunan tebing , tidak menebang pohon di lereng , tidak memotong tebing secara tegak lurus, tidak mendirikan bangunan di sekitar sungai, melakukan upaya preventif, membuat terasering, melakukan, mela-kukan penyuluhan kepada masyarakat. Pada saat terjadinya longsor langsung mencari tempat yang aman atau menjauhi tempat dari tebing, berhati hatilah waspada saat adanya hujan deras dan suara gemurung tanah.

Menurut Rogers dan Storey dalam Venus (2007) pengertian kam-panye adalah rangkaian tindakan komunikasi yang terencana dengan tujuan menciptakan efek tertentu pada sejumlah besar khalayak yang dilakukan secara berkelanjutan pada kurun waktu tertentu. Kegiatan tersebut bila dimaknai adalah kegiatan kampanye dimana secara

100 PR NOW

(37)

intensif Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) secara terus menerus merancang dan melakukan tindakan komunikasi untuk mengubah sikap khalayak tertentu. sikap yang dituju adalah penge-tahuan, keyakinan dan perilaku yang positif berkaitan dengan bencana alam. Data riset menunjukkan terdapat sikap negatif dengan kam-panye, dimana sikap tersebut sangat berpengaruh terhadap potensi dampak bencana, ada beberapa orang yang masih meyakini bahwa bencana adalah takdir yang tidak terelakan semua harus dijalani dengan sabar. Hal inilah yang harus diluruskan sehingga masyarakat terutama anak-anak akan lebih sadar dengan bahaya bencana.

Sedangkan Menurut Pfau dan Parrot dalam Venus (2007) pe-ngertian kampanye adalah suatu proses yang dirancang secara sadar, bertahap dan berkelanjutan yang dilaksanakan pada rentang waktu tertentu dengan tujuan mempengaruhi khalayak sasaran yang telah ditetapkan. Perancangan kegiatan tersebut dilakukan melalui blueprint dalam Rencana Bisnis Anggaran (RBA) yang dibuat oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Semarang dalam kapasitasnya sebagai institusi pemerintah. Fokus dari perencanaan adalah menentukan strategi dan taktik yang akan digunakan untuk mempengaruhi sikap publik dan menurunkan angka korban terdampak bencana di Kota Semarang.

Menurut Rajasundarman definisi kampanye adalah pemanfaatan metode komunikasi kepada khalayk umum agar terkoordinasi dalam waktu tertentu. Kampanye harus ditujukan untuk mengarahkan kepada masyarakat mengenai permasalahan dan pemecahan masalah. Tujuan kampanye adalah untuk menggugah isu tertentu dengan me-nyampaikan informasi produk atau gagasan/ ide yang dikampanye-kan sehingga masyarakat menyukai, simpati, perduli, atau berpihak kepada yang melakukan kampanye. Kepedulian akan lingkungan sekitar yang rentan terhadap bencana itulah yang akan dibangun oleh BPBD Kota Semarang. Kampanye melalui penanaman pohon secara benar ditujukan untuk semakin meningkatkan kesukaan akan perilaku yang mendukung penyelematan diri saat terjadi bencana, selain itu diarahkan untuk membangun sikap preventif publik terutama anak anak agar mempunyai sikap positif.

Pada praktiknya, ada beberapa bentuk dan jenis kampanye.

101

Praktik Public Relations di Era Disruptif

(38)

Menurut Ruslan (2007) Namun pada umumnya kegiatan kampanye dilakukan dengan slogan, pembicaraan, media cetak, simbol-simbol, siaran rekaman berbentuk suara dan gambar.Pelaksanaan kampanye juga dilakukan melalui media internet dalam rangka pencitraan yang nantinya berkembang menjadi upaya persamaan sebuah gagasan atau isu suatu kelompok kepada masyarakat dengan harapan mendapatkan tanggapan. Jenis kampanye berdasarkan orientasinya

a. Product Oriented Campaigns

Ini merupakan kampanye yang berorientasi pada produk. Jenis kampanye ini umumnya dilakukan dalam lingkungkan bisnis komersil. Kampanye ini bertujuan untuk membangun citra positif terhadap produk yang diperkenalkan ke masyarakat.

b. Candidate Oriented Campaigns

Ini merupakan kampanye yang berorientasi pada kandidat. Kampanye ini biasanya memiliki latar belakang hasrat untuk kepentingan politik. Misalnya kampanye Pemilu, Kampanye Pilkada.

c. Ideologically or Cause Oriented Campaigns

Kampanye ini berorientasi pada tujuan-tujuan khusus yang sifatnya sosial. Seperti yang pernah dijelaskan oleh Kotler, kampanye perubahan sosial bertujuan untuk menangani berbagai masalah sosial dengan perubahan pandangan, sikap, dan perilaku masyarakat.Contohnya: kampanye imunisasi, kampanye ASI, kampanye Donor Darah, kampanye Keluarga Berencana (KB). Kampanye Public Relations yang dilakukan oleh Badan Penanggu-langan Bencana Daerah (BPBD) Kota Semarang adalah bentuk kampanye

Ideologically Oriented Campaigns. Kampanye ini adalah berfokus pada upaya

untuk menciptakan perubahan sikap pada anak-anak terutama yang tinggal di daerah rawan bencana di Tinjomoyo Kota Semarang. Kegiatan ini diilatar belakangi pada tinggi jumlah korban terutama anak-anak pada saat terjadinya bencana alam. Faktor utama yang menyebabkan kondisi tersebut adalah rendahnya pengetahuan, buruknya sikap dan negatifnya perilaku terhadap fenomena bencana alam.

Perencanaan dan implementasi merupakan salah satu rangkaian manajemen strategi yang harus dijalankan secara berkala. setiap model

102 PR NOW

(39)

perencanaan, baik untuk manajemen stratejik suatu organisasi ataupun program public relations , akan mengikuti suatu pola dasar, ada empat langkah mengenai manajemen stratejik seperti di gambar beriikut ini menurut Anne Gregory dalam manajemen public rela-tions

Diagram 2 : Manajemen Stratejik Public Relations

Kegiatan kampanye akan berhasil bila di desain dengan meng-ikuti format perencanaan yang tepat. Pelaksanaan kegiatan kampanye memerlukan data yang tepat untuk dapat merancang dan menentukan strategi yang tepat. Riset tersebut juga diperlukan untk menentukan objective yang akan dicapai dan ketepatan pelaksanaan kegiatan cam-paign akan berjalan sesuai dengan perencanaan. Pilihan melaksanakan kegiatan Education For Tinjomoyo (EFT) menyesuaikan dengan karakteristik anak anak yang lebih menyukai edukasi dalam bentuk games sehingga pesan akan lebih mudah diingat oleh anak anak di Tinjomoyo Semarang.

C. PENUTUP

Indonesia terletak pada pertemuan tiga lempeng dunia yaitu lem-peng Eurasia, lemlem-peng Pasifik, dan lemlem-peng Australia yang bergerak saling menumbuk. Konsekuensi dari tumbukan itu maka terbentuk palung samudera, lipatan, punggungan dan patahan di busur kepulauan, sebaran gunung api, dan sebaran sumber gempa bumi.

Longsoran atau tanah longsor adalah saat peristiwa geologi

103

Praktik Public Relations di Era Disruptif

(40)

yang merupakan salah satu jenis gerakan massa tanah atau batuan ataupun percampuran keduanya menuruni atau keluar lereng akibat dari terganggunya kestabilan tanah atau batuan penyusun lereng tersebut.Tanahlongsor terjadi karena ada gangg!an kestabilan pada tanah batuan penyusun lereng. yang terjadi karena pergerakan masa batuan atau tanah dengan berbagai tipe dan jenis seperti jatuhnya bebatuan atau gumpalan besar tanah.

Tanah longsor adalah perpindahan material pembentuk lereng berupa batuan, bahan rombakan, tanah, atau material campuran ter-sebut, bergerak ke bawah atau keluar lereng. Proses terjadinya tanah longsor adalah air yang meresap ke dalam tanah akan menambah bobot tanah. Jika air tersebut menembus sampai tanah kedap air yang berperan sebagai bidang gelincir, maka tanah menjadi licin dan tanah pelapukan di atasnya akan bergerak mengikuti lereng dan keluar lereng.

Tingginya potensi bencana di Tinjomoyo Kota Semarang, me-nempatkan wilayah ini sebagai prioritas utama penanganan bencana. Kegiatan kampanye mitigasi bencana yang dilakukan oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BPBD) Kota Semarang adalah bentuk kegiatan public relations sebagai goodwill untuk menjalin relasi yang baik dengan publiknya. Tupoksi Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) memang pada upaya melakukan penang-gulangan pada korban yang terkena gempa. Dalam rangka mencapai tujuan mengurangi korban dan dampak bencana, secara preventif perlu dilakukan kegiatan untuk membangun pengetahuan tentang ben-cana, cara mengantisipasi bila ada gempa. Bentuk kegiatan kampanye yang dilakukan dalam bentuk Ideological Oriented Campaign atau kegiatan kampanye dengan mengambil tema atau isu sosial dalam hal ini bencana alam, sehingga masyarakat akan lebih paham dan siap menghadapi bencana.

Tahapan kegiatan kampanye tersebut dilakukan secara ter-struktur di mulai dari kegiatan pra riset, penentuan masalah, pene-tapan goal dan objective hingga ke tahapan yang berkaitan dengan pengukuran keberhasilan melalui program post test, hal tersebut penting untuk dilakukan untuk mengukur keberhasilan program. Perbandingan antara hasil pre test dan post test menunjukkan adanya

104 PR NOW

(41)

perubahan sikap yang cukup baik, dimana pada level keyakinan tar-get audiens lebih mempunyai keinginan untuk menjaga lingkungan melalui menanam pohon.

DAFTAR PUSTAKA

Anne, Gregory (2004). Perencanaan dan Manajemen Kampanye Public

Relation. Jakarta :Erlangga.

Grunig, James (1984). Managing Public Relations. New York : Holt, Rinehart and Winston.

Kriyantono, Rachmat. (2014). Teori Public Relations Perspektif Barat

& Lokal. Jakarta: Kencana

Nandi. (2007). Longsor. Handouts Jurusan Pendidikan Geografi. Bandung: UPI

Rosady, Ruslan (2007). Kiat dan Strategi : Kampanye Public Relations. Jakarta : Garsindo.

Venus, Antar (2007). Manajemen Kampanye: Panduan Teoretis dan Praktis

dalam Mengefektifkan Kampanye Komunikasi. Bandung : Simbiosa

Rekatama Media.

Zakki, Mubarok (2011). Strategi Public Relations Dalam Upaya Pemulihan

Citra Perpajakan, Studi Deskriptif Kualitatif Pada Direktorat Jendral Pajak D.I Yogyakarta Pasca Makelar Kasus Pajak di Direktorat Jendral Pajak Jakarta, UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta

Undang-undang RI. No.24 tahun 2007. Penanggulangan Bencana. Jakarta Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 90 Tahun 2016

105

Praktik Public Relations di Era Disruptif

Gambar

Gambar 2 : Games dan penanaman pohon bersama siswa kelas 5 dan 6 SD Negeri Tinjomoyo 2 Semarang
Diagram 1 Model Public Relations Untuk Kampanye Educaion For Tinjomoyo (EFT) Oleh BPPD Kota Semarang
Diagram 2 : Manajemen Stratejik Public Relations

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan uji korelasi menggunakan uji Anova seperti yang ditunjukkan pada table 4, pengaruh mengkonsumsi makanan manis dan lengket setelah 30 menit di SDN

Apakah rasio ROA secara parsial mempunyai pengaruh yang positif signifikan terhadap CAR pada Bank-Bank Swasta Nasional yang berpusat di Surabaya?. Apakah rasio NIM secara

Keberadaan data bermuatan kualitatif adalah catatan lapangan yang berupa catatan atau rekaman kata- kata, kalimat, atau paragraf yang diperoleh dari wawancara

PENGEMBANGAN METODOLOGI PENGAJARAN MATA KULIAH KEWIRAUSAHAAN DI JURUSAN ADMINISTRASI NIAGA POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA 34 pada pelaksanaan proses belajar yang baru pada

[r]

Hasil penelitian ini, tidak mendukung dengan hasil penelitian Elloumi dan Gueyie (2001) yang menyatakan Proporsi Komisaris Independen dalam suatu perusahaan memilki

Meskipun kegiatan operasionalnya masih dilakukan di dalam rumah, pengusaha ini juga membuka sebuah warung kecil yang tempatnya berada tepat di depan PT. Djarum di desa

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana peran perpustakaan Sekolah Luar Biasa Bagian Tunanetra (SLB-A) Panti Rehabilitasi Penyandang Cacat Netra (PRPCN) Palembang