• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN PKL ANALISIS PELAKSANAAN PERMENA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "LAPORAN PKL ANALISIS PELAKSANAAN PERMENA"

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Perkuliahan merupakan dunia pendidikan yang termasuk tingkat

srtata tinggi dalam sistem pendidikian di Indonesia. Frasa perkulihan yang

dipakai untuk tingkat perguruan tinggi ini menunjukkan adanya perbadaan

dengan tingkat pendidikan sebelumnya. Dalam hal sistem pendidikannya

perguruan tinggi mempunyai emban yang lebih tinggi, hal tersebut dapat

di lihat dari adanya tri darma perguruan tinggi.

Adapun pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan (PKL) ini merupakan

suatu perwujudan atas pelaksanaan Tri Darma Perguruan Tinggi di segi

pengabdian pada masyarakat. Dimana dengan diadakannya PKL ini

Mahasiswa diharapkan mampu melaksanakan amanah sesuai bidang

pekerjaan yang di embannya. Disini mahasiswa akan belajar untuk

bertanggung jawab atas posisi dirinya di dunia kerja. Sehingga ketika

masuk dunia nyata, mahaiswa tersebut bisa bermanfaat untuk dirinya dan

masyarakat umum.

Dalam program PKL ini selain bertanggung jawab atas pekerjaan

di mitra, mahasiswa juga bertanggung jawab untuk melaporkan seluruh

kegiatan yang dilakukan selama PKL berlangsung. Terkait hel tersebut

penulis disini perlu menyampaikan permasalhan yang ditemukan selama

masa PKL ini berlangsung. Adapun permasalhan yang ditemukan oleh

(2)

2012 tentang Komponen dan Pelaksanaan Tahapan Pencapaian Kebutuhan

Hidup Layak.

Bahwa dalam dunia kerja yang tidak kalah penting ialah masalah

upah, karena ini juga termasuk dalam unsur hubungan industrial. Masalah

upah ialah masalah sentral dalam hubungan industrial karena sebagian

besar perselisiahan terjadi bersumber pada masalah pengupahan. Bagi

perusahaan masalah pengupahan masuk pada koponen pembiayaan yang

perlu ditekan. Namun disisi pekerja, upah merupakan sumber pokok dalam

kehidupannya apalagi pekerja yang telah berkeluarga, sehingga justru

berharap bahwa upahnya akan naik. Dari tarik ulur kepentingan ini

kemudian menimbulkan ketidak seimbangan dalam pemenuhan hak dan

kewajiban para pihak. Sehingga untuk menyeimbngkan keduanya perlu

pihak ketiga yaitu pemerintah.

Pemerintah pada posisinya sebagai lembaga legislatif memberikan

beberapa kebijakannya terkait dengan hubungan industrial. Dalam posisi

ini pemerintah mengeluarkan UU No. 13 Tahun 2003 tentang Tenaga

Kerja. Permasalahan upah diatur dalam pasal 88 ayat (4) UU no. 13 Tahun

2003 yang menyebutkan bahwa pemerintah dalam menetapkan upah

minimum berdasarkan Kebutuhan Hidup Layah (KHL) dengan

memperhatikan produtivitas dan pertumbuhan Ekonomi. Maka sebagai

tindak lanjut atas amanat Undang-Undang tersebut maka keluarlah

permenakertrans No. 17 Tahun 2005 tentang Komponen dan Tahapan

(3)

melihat kebutuhan hidup masyarakat (pekerja) semakin bertambah dirubah

dengan permenakertrans No. 13 Tahun 2012 tentang Komponen dan

Tahapan Pelaksanaan Pencapaian Kebutuhan Hidup Layak.

Dalam Permenakertrans No. 13 Tahun 2012 tentang Komponen

dan Tahapan Pelaksanaan Pencapaian Kebutuhan Hidup Layak dijelaskan

terkait pelaksanaan survey KHL. Terdapat penjelasan terkait bagaimana

pelaksanaan survey yang baik menurut peraturan tersebut, namun pada

pelaksanaannya masih terdapat kekeliruan dan bahkan sampai pada

penyelewengan dalam pelaksanaan survey tersebut. Sehingga disini

penulis bertekad untuk menganalisis hal tersebut.

B. Rumusan masalah

Untuk memfokuskan pembahasan yang akan diuraikan. maka perlu

penulis tegaskan bahwa rumusan masalah pada laporan ini dibatasi hanya

terkait dengan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana pelaksanaan survey KHL yang ada di Jawa Tengah?

2. Bagaimanakah pelaksanaan survey KHL yang baik menurut

Permenakertrans No 13 Tahun 2012?

3. Bagaimana solusi untuk permasalahan pelaksanaan KHL yang

(4)

C. Tujuan Dan Manfaat 1. Tujuan

Tujuan penulisan dalam laporan ini ialah :

a. Mengidentifikasi pelaksanaan survey KHL di Jawa Tengah

b. Mengetahui sejauh mana penggunaan pedoman survey

yang ada dalam Permenakertrans No 13 Tahun 2012 oleh

TIM Survey.

c. Memberikan solusi terhadapi masalah yang dihadapi Tim

Survey dan Pemerintah dalam pelaksanaan

permenakertrans No 13 Tahun 2012.

2. Manfaat

a. Secara teoritis

Pada skala ini, manfaat yang diperoleh ialah memberikan

wawasan baru akan khasanah ilmu hukum pada disiplin ilmu

hubungan industrial, lebih khusus lagi terkait dengan

pengupahan dan proses penetapan upah oleh pihak terkait.

b. Secara praktis

Manfaat untuk diri pribadi, mahasiswa, maupun kampus dalam

menghadapi tantangan di masa sekarang maupun di masa yang

akan datang serta memiliki tingkat keahlian, keterampilan dan

etos kerja di dalam dunia kerja, khususnya yang berkaitan

(5)

D. Tempat dan Waktu Pelaksanaan

Praktek Kerja Lapangan dilaksanakan dari tanggal 24 Juli 2013 sampai

dengan tanggal 29 Agustus 2013. Bertempat di Dinas Tenaga Kerja,

Transmigrasi dan Kependudukan Provinsi Jawa Tengah.

E. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan penulis untuk menyusun

laporan Praktek Kerja Lapangan ini adalah sebagai berikut:

1. Pengamatan Langsung (Observasi)

Mahasiswa terjun langsung ke lapangan atau ke tempat Praktek

Kerja Lapangan, untuk mencari data-data yang ada di lapangan

kemudian setelah itu data-data tersebut dibandingkan dengan teori

yang di dapat di bangku perkuliahan. Adapun cara ini dilakukan

melalui pendataan dan perekapan KHL yang dilakukan semasa

PKL. Karena selama pendataan dan perekapan dilakukan, penulis

secara langsung menemukan data dari kenyataan dilapangan.

2. Studi Pustaka

Metode ini dalam mencari data-data menggunakan perpustakaan

yang ada di kampus ataupun di tempat PKL. Adapun dalam

laporan ini, penulis mencari sumber dari buku dan peraturan

perundang-undangan terkait.

3. Wawancara

(6)

dan juga pada sesi tanya jawab antara pembimbing lapangan

dengan mahasiwa. Wawancara juga dilakukan ketika penulis diajak

untuk membantu menyusun laporan survey di Kabupaten Blora.

Disitu kami melakukan wawancara terhadap pegawai Dinas

Tenaga Kerja Kabupaten Blora. Selain itu, wawancara dilakukan

kepada pegawai kabupaten yang melapor ke Provinsi terkait KHL

(7)

BAB II

PAPARAN LAPORAN

A. Kegiatan PKL di Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Kependudukan Provinsi Jawa Tengah

1. Seksi Pengupahan dan Kesejahteraan Tenaga Kerja Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Kependudukan Provinsi Jawa Tengah

Seksi Pengupahan dan Kesejahteraan Tenaga Kerja Dinas Tenaga

Kerja, Transmigrasi dan Kependudukan Provinsi Jawa Tengah

merupakan tempat dimana penulis melaksanakan PKL. Selama masa

PKL tersebut kegiatan dimulai dari Apel pagi yang kemudian dilanjut

dengan tugas menurut bagian masing-masing sampai pada istrirahat

sholat. Adapun waktu pulang ialah pukul 15.30 WIB, dan selama belum

waktu pulang maka banyak kegiatan yang dilakukan.

Terkait dengan sistem organisasi ditempat PKL ini, dapat penulis

katakan bahwa sistemnya “unik” dalam artian positif. Dalam hal

struktur keorganisasian di abaikan untuk kepentingan pekerjaan.

Maksudnya Kepala bagian atau Kepala seksi dalam ruang tersebut

menjadi satu tingkat dalam hal kerja. Hal tersebut dapat dilihat ketika

bawahan dapat mengingatkan atau bahkan dalam bahasa kerja dapat

dikatakan memberi tugas kepada Kepala Seksi untuk hal hal tertentu.

Model ini menjadikan keharmonisan hubungan kerja antara atasan dan

(8)

Dalam seksi ini terdapat 6 orang yang mempunyai tugas

masing-masing, namun ketika salah seorang diantara 6 ini perlu bantuan maka

teman yang ada kelonggaran waktu mau membantu pekerjaan

temannya. Ini ialah satu contoh riil yang positif bahwa dalam dunia

kerja kita tidak boleh terpaku hanya dengan pekerjaan pribadi.

2. Pendataan, Perekapan dan Evaluasi Laporan KHL Kabupaten Selama masa PKL berlangsung kegiatan penulis yang berhubungan

dengan tema laporan ini ialah rekap KHL tiap Kabupaten. Kami Tim

PKL yang berada di seksi pengupahan mendapat tugas untuk mendata,

merekap dan mengevaluasi laporan KHL yang diberikan oleh

kabupaten se-Jawa Tengah. Bahwa dalam kegiatan tersebut kami secara

cermat memasukkan laporan (hard copy) kedalam database. Misal

dalam laporan kabupaten tersebut ditemukan kesalahan maka kami pun

mencatat apa saja yang salah dan kemudian menjadikannya sebagai

evaluasi terhadap kabupaten yang melakukan kesalahan tersebut. Selain

merekap KHL, kegiatan lain juga diskusi evalusi terhadap kinerja Pihak

Kabupaten terhadap survey KHL ini.

Adapun proses pendataan, perekapan dan evaluasi laporan KHL

Kabupaten ialah sebagai berikut:

1) Setiap mahasiswa di bagi laporan KHL beberapa kabupaten.

2) Setelah mengambil laporan KHL dari kabupaten yang diaksud

(9)

3) Pengecekan dimulai dari tanggal laporan diterima dan juga sampi

bulan mana.

4) Kemudian mengambil laporan bulan pertama untuk di rekap di

data base

5) Perekapan dimulai dari menyesuaikan komponen KHL dengan apa

yang ada dalam permenakertrans No 13 Tahun 2012

6) Bila telah susai kemudian memasukkan data laporan dalam data

base.

7) Bila ditemukan adanya kesalahan ataupun kejanggalan maka di

beri catatan apa yang menjadi kesalahan atau kejanggalan pada

laporan tersebut.

8) Hal itu dilakukan sampai selesai kemudian dilanjut bulan

selanjutnya sampai selesai.

9) Catatan yang ada kemudian dilaporkan kepada kepala seksi

pengupahan dan kesejahteraan pekerja untuk kemudian dijadikan

evaluasi kabupaten.

10)Setelah rekap KHL untuk kabupaten X selesai maka dilanjut

dengan kabupaten lainnya.

11)Rekap dilakukan pada laporan survey tiap pasar untuk tiap

bulannya sekaligus merekap hasil akhir tiap bulan di rekap KHL

dalam satu tahun.

Hal lain yang tidak kalah penting ialah dalam kegiatan PKL ini

(10)

kabupaten-kabupaten, diskusi lain terkait dengan KHL. Pernah juga

kami diajak untuk ke kebupaten Blora terkait dengan laporan yang

tidak kunjung diserahkan ke Provinsi. Disana kami diberi penjelasan

terkait masalah-masalah yang dihadapi dinas setemat untuk

pelaksanaan survey KHL ini.

B. Analisis Hasil Pekerjaan

Analisis Pelaksanaan Permenakertans Nomor 13 Tahun 2012 Tentang Komponen Dan Pelaksanaan Tahapan Pencapaian Kebutuhan Hidup Layak

Pada bagian ini penulis mengangkat permasalahan upah di Indonesia,

namun lebih khusus lagi disini penulis menganalisis pelaksanaan

permenakertrans No. 13 Tahun 2012 tentang Komponen dan Tahapan

Pelaksanaan Pencapaian Kebutuhan Hidup Layak. Bahwa selama

pelaksanaan PKL ini kemudian penulis menemukan permasalhan pada

pelaksanaan survey dan juga pelaporan hasil survey KHL Kabupaten di Jawa

Tengah. Sehingga penulis merasa perlu mengangkat permasalahan tersebut,

agar menjadi evalusi dan bahkan untuk memberi solusi.

1. Perjalanan Pengupahan di Indonesia

Sebagai negara hukum pemerintah indonesia selalu menggunakan

peraturan sebagai dasar melaksanakan kebijakan. Bahkan pemerintah

(11)

indonesia sebagai negara hukum. Permasalahan pekerja dan buruh yang

pernah terjadi mendorong negara untuk mengekang kedua belah pihak

dengan peraturan hal tersebut bertujuan untuk membentuk suatu

keselarasan.

Permasalahan yang sering terjadi ialah terkait dengan pengupahan

pekerja, maka kemudian pemerintah mengatur masalah upah minimum.

Aturan terkait upah minimum ini kemuadian diatur pertama kali tahun

1985. Diamana penetapan upah minimum ini didasarkan pada

kebutuhan hidup pekerja, atau yang dikenal pada saat itu ialah

Kebutuhan Fisik Minimum (KFM). Penggunaan standar KFM sebagai

dasar penetapan upah minimum tersebut berlangsung hingga tahun

1995. Dengan pertumbuhan ekonomi yang mengakibatkan

perkembangan pola konsumsi masyarakat indonesia maka dewan

pengupahan melakukan pengkajian yang hasilnya ialah meningkatkan

standar KFM menjadi KHM (Kebutuhan Hidup Minimum).

Adapun alasan mengapa harus ada perubahan atau peningkatan

standar dasar penetapan upah minimum dari KFM menjadi KHM ialah

sebagai berikut1:

1) Perkembangan rata-rata postur tubuh bangsa indonesia

2) Meningkatnya nilai harapan hidup rata-rata

3) Beberapa jeniskomponen KFM tidak relevan lagi digunakan

dengan kondisi masyarakat pada saat itu.

(12)

Seiring dengan Perkembangan dan Pertumbuhan Ekonomi, maka

pemerintah menetapkan Undang-Undang No. 13 Tahun 2003, yang

dalam aturan ini disusun aturan terkait pemberian Upah Minimum yang

harus diberikan pengusaha kepada pekerjanya. Dalam pasal 88 ayat (4)

Undang-undang ini menyebutkan: Pemerintah menetapkan upah

minimum sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) huruf a berdasarkan

kebutuhan hidup layak dan dengan memperhatikan produktivitas dan

pertumbuhan ekonomi”. Yang kemuadian ditegaskan lagi dalam pasal

89 Undang-Undang ini diaman upah minimum tersebut diarahkan pada

pencapaian kebutuhan hidup layak (KHL).

Jadi standar dari KHM berubah lagi menjadi KHL, hal ini karena

pertumbuhan ekonomi yang semakin tahun semakin berubah. Pola

hidup masyarakatpun ikut berubah oleh karena itu, pemerintah berusaha

mengimbangi dengan membuat aturan baru ini. Dan sebagai amanat

Undang-Undang No. 13 tahun 2003 ini kemudian dibuatlah

Permenakertrans No. 17 Tahun 2005 tentang Komponen dan Tahapan

Pelaksanaan Pencapaian Kebutuhan Hidup Layak. Yang kemudian

setelah melihat kebutuhan hidup masyarakat (pekerja) semakin

bertambah dirubah lagi dengan Permenakertrans No. 13 Tahun 2012

tentang Komponen dan Tahapan Pelaksanaan Pencapaian Kebutuhan

Hidup Layak.

Adapun perubahan atau perbandingan Permenakertrans No. 17

(13)

Kebutuhan Hidup Layak dengan Permenakertrans No. 13 Tahun 2012

tentang Komponen dan Tahapan Pelaksanaan Pencapaian Kebutuhan

Hidup Layak. Perubahan dari permenakertrans ini ialah penambahan

jumlah jenis kebutuhan yang semula 46 dalam penyempurnaan

Permenakertrans menjadi 60 jenis KHL. Penambahan baru sebagai

berikut :

1) Ikat pinggang, volume 1/12

2) Kaos kaki, volume 4/12

3) Deodorant 100 ml/g, volume 6/12

4) Seterika 250 watt, volume 1/48

5) Rice cooker ukuran 1/2 liter, volume 1/48

6) Celana pendek, volume 2/12

7) Pisau dapur volume 1/36

8) Semir dan sikat sepatu, volume 6/12, dan 1/12

9) Rak piring portable plastik, volume 1/24

10) Sabun cuci piring (colek) 500 gr per bulan

11) Gayung plastik ukuran sedang, volume 1/12

12) Sisir, volume 2/12

13) Ballpoint/pensil, volume 6/12

14) Cermin 30 x 50 cm, volume 1/36

Selain penambahan 14 jenis baru KHL tersebut, juga terdapat

penyesuaian/ penambahan Jenis kualitas dan kuantitas KHL serta

(14)

Penyesuaian/penambahan jenis kualitas dan kuantitas KHL, yaitu :

1) Sajadah/mukenah/peci, dll (semula sajadah, mukenah, dll).

2) Celana panjang/rok/pakaian muslim (semula celana

panjang/rok).

3) Sarung/kain panjang volume 3/24 (semula volume 1/12)

4) Sewa kamar sederhana yang mampu menampung jenis

kebutuhan KHL lainnya (semula sewa kamar sederhana).

5) Kasur dan bantal busa (semula 1/48) menjadi kasur busa

volume 1/48 dan Bantal busa (semula volume 1/48) menjadi

2/36.

6) Semula bola lampu pijar/neon 25 watt/15 watt volume 6/12

atau 3/12 menjadi bola Lampu Hemat Energi (LHE) 14 watt

dengan volume 3/12.

7) Listrik dari 450 watt menjadi 900 watt.

Perubahan jenis kebutuhan, yaitu:

Kompor minyak 16 sumbu dan minyak tanah 10 liter, diubah

menjadi:

Kompor gas dan perlengkapannya :

a. Kompor gas 1 (satu) tungku, volume 1/24

b. Selang dan Regulator, volume 1/24

c. Tabung gas 3 kg, volume 1/60

(15)

Perjalanan peraturan pengupahan ini sejalan dengan kebutuhan

masyarakat yang semakin hari kian bertambah banyak. Ini merupakan

salah satu bukti bagaimana negara sebagai organisasi tinggi telah

berusaha untuk menciptakan kesejahteraan.

Begitu banyak peraturan terkait dengan ketenagakerjaan

menandakan bahwa indonesia telah melaksanakan amanat

Konstitusinya. Dimana negara melindungi kesejahteraan rakyatnya,

namun walau demikian peraturan tersebut tidak diam sendiri tanpa ada

perangkat lain yang membantu berjalannya hukum dinegara ini.

Kesejahteraan pekerja tidak akan tercipta begitu saja hanya dengan

peraturan yang telah dibuat. Karena itu terkait dengan penetapan UMK,

pemerintah memerlukan berbagaimacam perangkat diantaranya,

peraturan perundang-undangan, pihak-pihak yang berkepentingan,

dewan pengupahan dan pemerintah itu sendiri.Dalam pelaksanaannya

masih ada kendala terkait dengan penetapan UMK ini, karena secara

hukum penetapan UMK ini dilakukan dengan bertahap, yaitu mulai

dengan pembentukan tim survey, penetapan jenis dan merk yang akan

disurvey sampai dengan nanti penetapan nilai KHL yang akan

direkomendasikan Bupati/Walikota kepada Gubernur sehingga keluar

penetapan UMK. Dan dari survey KHL inilah drama upah buruh

dimulai, sebab dalam kenyataan dilapangan terdapat banyak masalah

terkait dengan survey dan/atau nilai KHL. Permasalahan yang ada ini

(16)

kerja, tranmgrasi dan kependudukan jawa tengah, melalui interaksi

kepada pihak terkait disetiap kabupaten

Hal-hal yang menjadi permasalahan dalam KHL yang dilaporkan

kepada dinakertrans provinsi selalu dicatat dan akan dievaluasi yang

nantinya akan diserahkan lagi kepada kabupaten (yang bermasalah)

tersebut. Perbaikan demi perbaikan selalu dilakukan dan sekarang ada

inisiatif pihak dinakertrans provinsi untuk membuat aplikasi KHL

secara Online. Dimana tiap kabupaten bisa menginput data secara

online, terpadu sehingga diharapkan kesalahan dan permasalahan yang

selama ini terjadi bisa diminimalisir.

Permasalahan dalam survey yang selama ini terjadi misalnya ialah

dalam menentukan barang/jenis dan merk yang tidak standar.

Maksudnya disini dalam satu jenis barang yang sama terkadang tim

survey tidak bisa menentukan yang satu kualitas. Sehingga angka yang

dihasilkan menjadi timpang karena satu jenis barang ada yang murah

ada yang mahal. Ada juga permasalahan lain misal tim survey dari

pihak pengusaha meminta supaya barang yang disurvey adalah barang

yang murah namun dari pihak pekerja meminta barang yang branded

sehingga harganya lebih mahal. Padahal jelas sekali dalam peraturanna

bahwa barang yang disurvey ialah barang yang sering digunakan oleh

pekerja. Sebagai contoh ialah KHL kabupaten Klaten dimana perbedaan

harga mukena yang sangat mencolok di setiap pasarnya yaitu Rp.

(17)

Sehingga dengan permasalan seperti inilah PR Dinas Tenaga Kerja,

Transmigrasi dan Kependudukan Provinsi Jawa Tengah untuk bisa

memberikan arahan dan juga evaluasi.

KHL Hanya sebagai Salah Satu Bahan Pertimbangan dan bukan

satu-satunya dasar dalam penetapan upah minimum. Sebab, secara

normatif ada bahan pertimbangan lainnya dalam penetapan upah

minimum, yaitu : Produktivitas (hasil perbandingan antara jumlah

Produk Domestik Regional Bruto [PDRB] dengan jumlah tenaga kerja

pada periode yang sama); Pertumbuhan Ekonomi (merupakan

pertumbuhan nilai PDRB), serta Usaha Yang Paling Tidak Mampu

(marjinal)

2. SOP Pelaksanaan Survey KHL a. Sebelum survey

Dewan Pengupahan membuat Kesepakatan:

o Tata Tertib Survey;

o Menetapkan Tim Survey

o Menentukan Bulan Tidak Melaksanakan Survey

o Jenis Dan Merk Item

o Lokasi Pasar Yang Disurvey

o Waktu/Jam Untuk Tiap Komponen

o Responden

b. Pelaksanaan Survey

(18)

o Diketahui Oleh BPS (BPS Bertangung Jawab Terhadap Hasil

Survey),

o Pengumpulan Data,

o Validasi Data, dan

o Hasil Survey Di Tanda Tangani Para Pihak.

c. Penetapan Nilai KHL Bulan Berjalan

o Pelaksanaan Entri Data (Form I)

o Penghitungan Data (Form II)

o Penetapan KHL Bulan Berjalan

o Penandatanganan Berita Acara

d. Penyampaian Hasil Survey

o Disampaikan Pada Minggu II Bulan Berjalan Kepada Gubernur cq

Depeprof Jawa Tengah

o Dilampiri:

- Data Produktivitas

- Data Pertumbuhan Ekonomi

- Data Kondisi Pasar Kerja

- Usaha Marjinal

e. Sidang Pembahasan UMK oleh Dewan Pengupahan

o Menetapkan Nilai KHL Sebagai Bahan Pertimbangan Penetapan

UMK

(19)

o Merekomendasikan Kepada Bupati/Walikota Terkait Nilai KHL

dan Besaran UMK

f. Penetapan Nilai KHL dan Rekomendasi UMK oleh Bupati/Walikota

o Diberikan Kepada Gubernur Dengan Dilampiri:

- KHL

- Produktivitas

- Pertumbuhan Ekonmi

- Kondisi Pasar Kerja

- Usaha Marjinal

3. Pembentukan Tim Survei KHL oleh Ketua Dewan atau Bupati/Walikota

a. Pada daerah yang telah terbentuk Dewan Pengupahan Provinsi atau

Dewan Pengupahan Kabupaten/Kota, maka anggota tim berasal

dari anggota Dewan Pengupahan dan dengan mengikutsertakan

BPS setempat.

b. Jumlah Tim Survei yang dibentuk disesuaikan dengan kebutuhan.

Anggota masing-masing Tim Survei di daerah yang telah terbentuk

Dewan Pengupahan sebanyak 5 (lima) orang, yang terdiri dari 4

(empat) orang anggota Dewan Pengupahan yang keanggotaannya

(20)

Pekerja/Serikat Buruh, Perguruan Tinggi dan Pakar, dan 1 (satu)

orang dari BPS setempat.

c. Pada daerah yang belum terbentuk Dewan Pengupahan, maka Tim

survey yang keanggotaannya secara tripartit dibentuk oleh

Bupati/Walikota.

d. Jumlah Tim Survei yang dibentuk disesuaikan dengan kebutuhan.

Anggota masing-masing Tim Survei di daerah yang belum

terbentuk Dewan Pengupahan sebanyak 4 (empat) orang, yang

terdiri dari 1 (satu) orang unsur pengusaha, 1 (satu) orang unsur

pekerja/buruh, 1 (satu) orang unsur Pemerintah, dan 1 (satu) orang

dari BPS setempat.

4. Pelaksanaan Survei a. Kuisioner

Survei menggunakan kuisioner yang memuat hal-hal yang perlu

ditanyakan kepada responden untuk memperoleh informasi harga

barang/jasa sesuai dengan jenis-jenis kebutuhan dalam komponen

KHL.

b. Pemilihan Tempat Survei

1) Survei harga dilakukan di pasar tradisional yang menjual

barang secara eceran, bukan pasar induk dan bukan pasar

(21)

Untuk jenis kebutuhan tertentu, survei harga dapat dilakukan

di tempat lain di tempat jenis kebutuhan tersebut berada/dijual.

Kriteria pasar tradisional tempat survei harga :

a) Bangunan fisik pasar relatif besar.

b) Terletak pada daerah yang biasa dikunjungi

pekerja/buruh.

c) Komoditas yang dijual beragam.

d) Banyak pembeli.

e) Waktu keramaian berbelanja relatif panjang

2) Survei kebutuhan yang dapat dilakukan bukan di pasar

tradisional sebagai berikut :

a) Listrik : yang disurvei adalah nilai rekening listrik

tempat tinggal pekerja berupa satu kamar sederhana

yang memakai daya listrik sebesar 900 watt

b) Air : survei dilakukan di PDAM, tarif rumah tangga

yang menkonsumsi air bersih sebanyak 2.000 liter per

bulan.

c) Transport : tarif angkutan dalam kota pulang pergi di

daerah yang bersangkutan.

d) Harga tiket rekreasi disurvei di tempat rekreasi.

e) Potong rambut : di tukang cukur untuk pria dan salon

(22)

f) Sewa kamar : Survei dilakukan untuk 1 (satu) kamar

yang mampu menampung semua jenis KHL yang

disepakati, dalam kondisi kamar kosong.

c. Waktu Survei

1) Survei dilakukan pada minggu I (pertama) setiap bulan. 2) Waktu survei ditetapkan sedemikian rupa sehingga tidak

terpengaruh oleh fluktuasi harga akibat perubahan kondisi

pasar, misalnya antara lain saat menjelang bulan puasa dan

hari raya keagamaan.

d. Responden

Responden yang dipilih adalah :

1) Pedagang yang menjual barang – barang kebutuhan secara eceran. Untuk jenis-jenis barang tertentu, dimungkinkan

memilih responden yang tidak berlokasi di pasar tradisional,

seperti meja/kursi, tempat tidur, kasur dan lain-lain.

2) Penyedia jasa seperti tukang cukur / salon, listrik, air dan angkutan umum.

3) Pemilihan responden perlu memperhatikan kondisi sebagai berikut:

a) Apakah yang bersangkutan berdagang pada tempat

yang tetap / permanen / tidak berpindah – pindah;

b) Apakah yang bersangkutan menjual barang secara

(23)

c) Apakah yang bersangkutan mudah diwawancarai, jujur

dan;

d) Responden harus tetap / tidak berganti – ganti.

e. Metode Survei Harga

Dalam metode ini data harga barang dan jasa diperoleh dengan cara

menanyakan harga barang seolah – olah petugas survei akan

membeli barang, sehingga dapat diperoleh harga yang sebenarnya

(harus dilakukan tawar menawar). Disini survei dilakukan terhadap

tiga orang responden tetap yang telah ditentukan sebelumnya.

f. Penetapan Spesifikasi Jenis Kebutuhan (Parameter Harga) Adapun penetapan spesifikasi jenis kebutuhan ini ialah untuk

menetapkan apa saja yang termasuk kategori jenis kebutuhan. Hal

ini dilaksanakan guna memberikan patokan atau acuan kepada tim

survey untuk melakukan pemilihan jenis kebutuhan yang akan

disurvey. Adapun spesifikasi ini telah dijelaskan dalam

Permenakertrans No. 13 Tahun 2012 yang mana dalam peraturan

tersebut terdapat 60 Jenis Kebutuhan.

g. Penentuan Kualitas / Merk Setiap Jenis Barang dan Jasa Untuk jenis barang kebutuhan yang kualitas dan harganya sangat

bervariasi, seperti pakaian dalam, celana panjang/rok, kemeja, blus,

handuk, sarung dan lain – lain, maka yang dipilih adalah kualitas

(24)

Penentuan kualitas ini dilakukan guna mengurangi kesenjangan

harga dan juga menengahi kepentingan buruh dan pengusaha.

Dimana kepentingan kedua belah pihak ini sangat berbeda, disatu

puhak memilih kualitas tinggi untuk menaikkan upahnya dipihak

lain memilih kualitas rendah guna meminimalisir pengeluaran upah

buruh.

Meskipun dalam peraturan ini telah disebutkan untuk melakukan

penetuan kualitas, untuk penyeragaman kualitas jenis kebutuhan.

Namun dalam kenyataan dilapangan masih terjadi kesenjangan

harga yang sangat tinggi. Misalnya yang ditemukan penulis ialah

terkait mukena, dalam KHL yang di laporkan oleh Suatu

Kabupaten di Jawa Tengah disebutkan bahwa harga di Pasar A

senilai Rp.15.000,00 Pasar B Rp.35.000,00 dan di Pasar C

Rp.65.000,00. Jika kita lihat akan asas keseimbangan maka harga

yang ada di 3 pasar ini sangat tidak seimbang. Sehingga

menimbulkan pertanyaan pada diri penulis, akankah ada kesamaan

kualitas mukena yang disurvey? Benarkah hasil survey yang

dilaporkan oleh tim survey? Sudahkah Dewan Pengupahan

Kabupaten menerima dan memeriksa hasil survey? Dan banyak

lagi pertanyaan penulis yang masih tersimpan di benak ini. Namun

dari sekian pertanyaan yang penulis sebutkan tadi, akan sedikit

(25)

KHL ini tidak sampai ke pemeriksaan Dewan Pengupahan (secara

benar).

Dari hasil analisis yang telah dilaksanakan, ternyata pelaksanaan

survey tersebut memang terdapat tarik ulur kepentingan. Di pihak

pengusaha (APINDO) memilih barang dengan harga murah namun

dipihak serikat kerja meminta barang dengan harga mahal. Padahal

perlu kita pahami bahwa survey ini dilakukan untuk mengetahui

harga barang yang sering digunakan/paling banyak dipakai, yang

paling banyak dikonsumsi oleh pekerja (masyarakat umum).

Banyaknya kenyataan bahwa tiap kabupaten tidak bisa melaporkan

hasil survey dengan sistem berkala, memberi penjelasan akan

carut-marutnya sistem yang ada. Sehingga memunculkan ide

penulis bahwa tiap kabupaten diberi waktu sekian hari untuk

menyelesaikan laporannya dan meng-uploud data KHL di tiap

bulannya ke Web Dinakertrans Provinsi. Konsekuensi ide ini ialah

bahwa provinsi harus membuat program data yang bisa bekerja

dengan on line. Dan dalam program tersebut juga harus

memasukkan syarat bahwa jangka pengisian data/lapran KHL

antara tanggal sekian sampai dengan sekian. Sehingga mau tidak

mau Kabupaten harus segera melaksanakan survey, mengolah dan

melaporkan hasil survey KHL tersebut dengan terjadwal. Sehingga

(26)

Selain itu dalam program terebut juga harus ada terkait pengolahan

data dimana nilai yang memiliki kesenjangan tinggi tidak dapat

masuk. Artinya bahwa semisal terjadi kasus yang mirip dengan

kasus mukena tadi, tidak akan terjadi dan sistem akan segera

menolak (tidak bisa input). Hal ini sangat penting untuk

memberikan perlindungan kedua belah pihak (buruh dan juga

pengusaha).

Gagasan ini optimis bisa terlaksana dengan cepat di dinas tenaga

kerja jawa tengah. Hal ini karena di dinas tenaga kerja jawa tengah

sendiri telah menggagas sistem pelaoran KHL on-line. Penulis

berharap bahwa gagasan dinas tenaga kerja jawa tengah ini segera

terwujud karena diwaktu pelaksanaan PKL kemarin sudah ada

simulasi tentang hal itu. Dan telah beberapa kali mengundang

programer untuk membuat program ini.

Dan penulis beharap, bila program ini terlaksana maka perlu

dipertimbangkan lagi untuk memasukkan syarat pokok yang harus

dipenuhi oleh Pemerintah Kabupaten. Bahwa sebelum melakukan

peng-unggahan data maka harus meng-unggah surat pengesahan

atau surat pemberitahuan hasil survey oleh BPS (sebagai pihak

yang bertanggung jawab atas hasil survey).

h. Peran BPS

Peran BPS terhadap pelaksanaan survey ini ialah memantau dan

(27)

yang mewakili BPS namun kapasitasnya telah memenuhi tujuan

yang diharapkan. Adapun dalam pelaksanaan survey BPS pun

bersama dengan Dinas Perdagangan untuk memantau harga dan

juga hal lain yang berkaitan dengan survey ini. Dan dalam posisi

ini BPS bertanggung jawab atas hasil survey yang telah

dilaksanakan.

Dalam pelkasanaan survey yang telah terjadi terkadang BPS

mendapat intervensi dari berbagai pihak sehingga hasil survey tidak

sesuai. Dan budaya semacam ini yang kemudian menggerogoti

hukum di Indonesia. Sebaik apapun undang-undang dibuat bila

budaya masyarakt masih sama maka pembenahan tersebut sia-sia.

Oleh karena itu perlu adanya itikat baik semua pihak dalam

pelaksanaan survey ini.

5. Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan secara bertahap sebagai berikut :

a. Tahap pertama

Tahap ini adalah mengisi kolom rata – rata dan kolom penyesuaian

satuan pada lembaran kuisioner. Kolom rata – rata merupakan rata

– rata dari harga 3 (tiga) responden. Sedangkan kolom penyesuaian

satuan adalah untuk beberapa jenis barang kebutuhan yang

satuannya tidak sama, seperti :

(28)

Bayam, kangkung dan kacang panjang yang biasa dijual dengan

satuan ikat. Jika harga 1 ikat = Rp. 500,- setelah ditimbang

beratnya 0, 7 kg, maka harga per kg sama dengan Rp. 500,- : 0,7

= Rp. 714,-

Kebutuhan pria dan wanita

Ada beberapa jenis kebutuhan yang berbeda untuk pria dan wanita,

sebagaimana dalam tabel dibawah ini :

No. Pria Wanita

1. Celana panjang /

pakaian muslim Rok/pakaian muslim

2 Kemeja Blus

3 Kaos oblong BH

4 Celana dalam pria Celana dalam wanita

5 Sarung Kain panjang

6 Sepatu pria Sepatu wanita

7. Cukur rambut Salon

8. Alat cukur Pembalut

Tabel 1. Jenis Kebutuhan Prian dan Wanita

Untuk jenis kebutuhan tersebut, setelah diperoleh harga rata – rata

dari 3 (tiga) responden, dicari lagi harga rata – rata kebutuhan pria

dan wanita.

Khusus jenis kebutuhan pria dan wanita berupa celana panjang/rok/

pakaian muslim, dihitung sebagai berikut:

- Ditetapkan terlebih dahulu nilai pakaian muslim bagi

wanita, yaitu harga gamis dijumlahkan dengan harga jilbab;

(29)

Selanjutnya nilai pakaian muslim bagi wanita dijumlahkan dengan

nilai pakaian muslim bagi pria dan dibagi 2 (dua), ditetapkan

sebagai nilai rata-rata pakaian muslim.

Kemudian, harga celana panjang dijumlahkan dengan harga rok

dan nilai rata-rata pakaian muslim, yang selanjutnya dibagi 3 (tiga)

ditetapkan sebagai nilai rata-rata kebutuhan celana

panjang/rok/pakaian muslim.

Untuk kebutuhan yang terdiri dari beberapa macam komoditi

seperti daging (yang terdiri dari daging ayam dan daging sapi) atau

ikan segar yang terdiri dari beberapa jenis ikan, setelah dihitung

harga rata – rata dari 3 responden, dihitung lagi rata – rata dari

harga daging sapi dan daging ayam, begitu juga untuk barang –

barang kebutuhan lainnya seperti ; ikan, kacang – kacangan,

sayuran, buah – buahan dan sumber karbohidrat. Untuk

mendapatkan biaya transport pergi pulang (PP) maka biaya

transport dikalikan 2.

b. Tahap kedua

Tahap ini adalah mengolah data dari lembar kuisioner untuk

dimasukkan ke lembar form isian KHL sebagaimana Lampiran I

Peraturan Menteri ini. Angka yang terdapat pada kolom rata – rata

di lembar kuisioner dimasukkan ke kolom harga satuan pada

lembar form isian KHL.

(30)

Pengolahan data untuk mendapatkan angka nilai sebulan pada form

isian KHL (kolom terakhir). Untuk mencari nilai sebulan

komponen makanan dan minuman relatif mudah, cukup dengan

mengalikan angka yang terdapat pada kolom “jumlah kebutuhan“

dengan angka yang terdapat pada kolom harga per satuan. Sebagai

contoh, jika harga beras per kg adalah sebesar Rp. 3.000, -, maka

nilai sebulan adalah 10 x Rp. 3.000, - = Rp. 30.000, -.

Nilai sebulan untuk bumbu – bumbuan adalah 15 % dari total nilai

komponen makanan dan minuman nomor 1 s/d 10.

d. Tahap keempat

Menghitung jumlah nilai komponen Kelompok I s/d Kelompok VII

e. Tahap kelima

Menghitung total nilai KHL dengan cara menjumlahkan nilai

Komponen I + Komponen II + Komponen III + Komponen IV +

Komponen V + Komponen VI + Komponen VII.

Dari kelima tahapan tersebut perlu dilaksanakan sesuai dengan apa

yang tertulis diatas. Hal tersebut guna mendapatkan hasil yang sesuai,

dalam praktek dilapangan. Dan yang sering dijumpai di tingkat provinsi

ialah kesalahan penjumlahan dan bahkan salah pada formulasi

perhitungannya yang dilakukan oleh Kabupaten sehingga

mengakibatkan hasil yang tidak sesuai. Dengan adanya kasus tersebut

(31)

6. Pelaporan

Dalam penjelasan Permenakertrans No. 13 Tahun 2012 disebutkan

bahwa terkait dengan pelaporan adalah sebagai berikut:

a. Dewan Pengupahan Kabupaten/Kota atau Bupati/Walikota

menyampaikan laporan hasil survei berupa form isian KHL kepada

Dewan Pengupahan Provinsi setiap bulan.

b. Dewan Pengupahan Provinsi menyampaikan rekapitulasi nilai KHL

seluruh Kabupaten/Kota di Provinsi yang bersangkutan kepada

(32)

BAB III PENUTUP A. Simpulan

Merujuk uraian diatas maka dapat kita ambil simpulan sebagai berikut:

a. Bahwa pelaksanaan survey KHL dijawa tengah terdapat tarik ulur

kepentingan pengusaha dan pekerja

b. Pelaksanaan survey tidak sesuai dengan pedoman yang ada dalam

Permenakertrans No. 13 Tahun 2012

c. Banyak survey yang kemudian tidak sesuai dengan pedoman yang ada

sehingga mengakibatkan dampak negatif, baik bagi pekerja maupun

pengusaha.

d. Tidak ada koordinasi antara Pemerintah Provinsi dengan Kabupaten

dalam pelaksanaan survey

e. Sebagai tahap perbaikan sistem, maka perlu adanya koordinasi

melalui program input KHL secara online.

B. Saran

Dari permasalahan yang penulis uraikan pada bab 2 (dua) laporan ini, kiranya

perlu adanya evaluasi dari berbagai pihak akan pentingnya satu pedoman

survey yang dapat dipahami oleh siapa saja yang membacanya. Selain itu

juga diperlukan adanya kaderisasi Tim Survey dan juga Tim evaluasi. Dan

dalam tulisan sebelumnya penulis juga berharap akan adanya sisitem input

(33)

Terlepas dari masalah KHL dan perangkat lainnya, penulis berharap bahwa

permaslahan (hukum) yang terjadi selama ini menjadi pelajaran yang

kemudian mampu merubah masa suram menjadi kebahagiaan. Permasalahan

yang terjadi menjadi evaluasi untuk mencari solusi dan harapan masyarakat.

Dan tuntuk kegiatan PKL selajutnya penulis selalu mengharapkan kepada

Lembaga Pendidikan untuk selalu menjaga hubungan baik dengan mitra kerja

bahkan untuk memperbanyak mitra kerja.

Dan kepada Mahasiswa yang nantinya akan melaksanakan Kegiatan PKL

harap untuk melaksanakan kegiatan dengan sungguh-sungguh. Karena akan

(34)

DAFTAR PUSTAKA

Husni, Lalu. 2003. Hukum Ketenagakerjaan Indonesia. Jakarta: Raja Grafindo

Persada.

Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi R.I.2010. Pedoman Survey dan

Pengolahan Data Kebutuhan Hidup Layak. Jakarta: Direktorat

Pengupahan dan Jaminan Sosial Ketenagakerjaan Direktorat Jenderal

Pembinaan Hubungan Industrial dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja

Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Kependudukan Provinsi Jawa Tengah.

2012. Setandar Operasional Prosedur (SOP) Survey Harga/Kebutuhan

Hidup Layak. Semarang: Dewan Pengupahan Provinsi Jawa Tengah

Undang undang No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenaga Kerjaan.

Permenakertrans No. 17 Tahun 2005 tentang Komponen dan Tahapan

Pelaksanaan Pencapaian Kebutuhan Hidup Layak.

Permenakertrans No. 13 Tahun 2012 tentang Komponen dan Tahapan

Gambar

Tabel 1. Jenis Kebutuhan Prian dan Wanita

Referensi

Dokumen terkait

Bahan makanan berupa fruit leather merupakan salah satu jenis makanan sehat yang berbahan alami, kaya vitamin dan dapat dijadikan alternatif pangan olahan yang dibuat

Perlakuan komposisi media dan nutrisi memberikan hasil berbeda nyata pada tanaman pakcoy terhadap semua parameter pertumbuhan yaitu parameter jumlah daun pada umur

Demikian pula sebaliknya, jika masyarakat merasakan pengalaman partisipasi yang tidak memuaskan dalam berpartisipasi mengelola sumberdaya perikanan–kelautan melalui

Penulis menyatakan bahwa dalam Tugas Akhir ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh derajat Profesi Ahli Madya atau gelar kesarjanaan pada

Begitu pula dengan hasil observasi siswa menunjukkan adanya peningkatan pada tanggung jawab, kerjasama dan kedisiplinan saat pembelajaran dengan memperoleh nilai

Berdasarkan uraian dan analisis pembahasan yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya mengenai pengaruh variabel value consciousness dan price- quality association

Analisis data pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan uji korelasi analisis regresi ganda, untuk mengetahui pengaruh kreativitas dan gaya belajar pada mata

Penelitian ini bertujuan untuk menerapkan salah satu teknik klasifikasi yaitu Fuzzy ID3 ( Iterative Dichotomiser ) Decision Tree pada data hasil pemeriksaan lab pasien dan